RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

ABSTRAK

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF
WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

OLEH
SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri spesifik yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi dan kematian pada ikan mas (Cyprinus carpio) saat stadia larva.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun pemberian vaksin
hanya dapat diberikan pada benih berumur lebih dari 3 minggu. Vaksinasi
indukan perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun larva dengan cara
pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan yang siap
memijah. Tujuan dari pemberian vaksin yaitu untuk mengetahui efektivitas
pemberian vaksin terhadap uji titer antibodi induk dan larva, serta Survival Rate
(SR) dan Relative Percent Survival (RPS) larva. Penelitian ini dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4
ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) dan 3 kali ulangan. Hasil uji titer antibodi
menunjukan bahwa dosis 0,3 ml/kg ikan mampu memberikan reaksi aglutinasi

hingga pengenceran 64x pada indukan, dan dosis vaksin 0,4ml pada indukan
mampu memberikan reaksi aglutinasi pada larva hingga pengenceran 32x. SR
larva pada perlakuan tanpa vaksinasi jauh lebih rendah dari pada perlakuan
dengan vaksinasi. Dosis 0,4 ml/kg ikan menghasilkan SR dan RPS tertinggi yaitu
96,11% dan 81,25%. Gejala kemerahan pada larva kontrol terlihat menyebar
diseluruh tubuh sedangkan pada larva dengan perlakuan vaksin hanya dibagian
tubuh tertentu.
Kata kunci: Vaksin, imunitas maternal, tingkat kelangsungan hidup, tingkat
kelangsungan hidup relatif, titer antibodi

ABSTRACT
SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio)
LARVAE THROUGHT MATERNAL IMMUNITY WITH
ADMINITSTRATION OF INACTIVE WHOLE OFF CELL VACCINE
Aeromonas salmonicida

By
SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida is a specific bacterium that can cause infections and death

to the common carp (Cyprinus carpio) during larval stage. Prevention can be done
with the administration of the vaccine, but the vaccine can only be given to the
seed over the age of 3 weeks. Maternal vaccination needs to be done to improve
the immune system of the larvae by means of inactivated whole cell vaccine A.
salmonicida on broodstock ready to spawn. Vaccine the administration aims to
determine the effectiveness of vaccines on breeders carp to the parent antibody
titer test and larvae, as well Survival Rate (SR) and the Relative Percent Survival
(RPS) larvae. This research was conducted with a completely randomized design,
4 treatments A (control); B (0.3 ml/kg fish); C (0.4 ml/kg fish); D (0.5 ml/kg fish)
and 3 repetitions. The results showed that the antibody titer of 0.3 ml/kg fish dose
capable of providing agglutination reaction to 64x dilution in broodstock, and
vaccine doses 0.4 ml/kg fish on broodstock able to give agglutination reaction to
the larvae until 32x dilution. A dose of 0.4 ml/kg fish resulted the highest SR and
RPS with 96.11% and 81.25% respectively. Clinical symptoms of redness in
control larvae was spread throughout the body whereas on the vaccine treatment
was only in certain body parts.
Keywords: Vaccine, maternal immunity, survival rate, relative percent survival,
antibody titer

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF
WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Skripsi

Oleh
SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

ABSTRAK

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF
WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

OLEH

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri spesifik yang dapat menyebabkan
penyakit infeksi dan kematian pada ikan mas (Cyprinus carpio) saat stadia larva.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun pemberian vaksin
hanya dapat diberikan pada benih berumur lebih dari 3 minggu. Vaksinasi
indukan perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun larva dengan cara
pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan yang siap
memijah. Tujuan dari pemberian vaksin yaitu untuk mengetahui efektivitas
pemberian vaksin terhadap uji titer antibodi induk dan larva, serta Survival Rate
(SR) dan Relative Percent Survival (RPS) larva. Penelitian ini dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4
ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) dan 3 kali ulangan. Hasil uji titer antibodi
menunjukan bahwa dosis 0,3 ml/kg ikan mampu memberikan reaksi aglutinasi
hingga pengenceran 64x pada indukan, dan dosis vaksin 0,4ml pada indukan
mampu memberikan reaksi aglutinasi pada larva hingga pengenceran 32x. SR
larva pada perlakuan tanpa vaksinasi jauh lebih rendah dari pada perlakuan
dengan vaksinasi. Dosis 0,4 ml/kg ikan menghasilkan SR dan RPS tertinggi yaitu
96,11% dan 81,25%. Gejala kemerahan pada larva kontrol terlihat menyebar
diseluruh tubuh sedangkan pada larva dengan perlakuan vaksin hanya dibagian

tubuh tertentu.
Kata kunci: Vaksin, imunitas maternal, tingkat kelangsungan hidup, tingkat
kelangsungan hidup relatif, titer antibodi

ABSTRACT
SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio)
LARVAE THROUGHT MATERNAL IMMUNITY WITH
ADMINITSTRATION OF INACTIVE WHOLE OFF CELL VACCINE
Aeromonas salmonicida

By
SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida is a specific bacterium that can cause infections and death
to the common carp (Cyprinus carpio) during larval stage. Prevention can be done
with the administration of the vaccine, but the vaccine can only be given to the
seed over the age of 3 weeks. Maternal vaccination needs to be done to improve
the immune system of the larvae by means of inactivated whole cell vaccine A.
salmonicida on broodstock ready to spawn. Vaccine the administration aims to
determine the effectiveness of vaccines on breeders carp to the parent antibody

titer test and larvae, as well Survival Rate (SR) and the Relative Percent Survival
(RPS) larvae. This research was conducted with a completely randomized design,
4 treatments A (control); B (0.3 ml/kg fish); C (0.4 ml/kg fish); D (0.5 ml/kg fish)
and 3 repetitions. The results showed that the antibody titer of 0.3 ml/kg fish dose
capable of providing agglutination reaction to 64x dilution in broodstock, and
vaccine doses 0.4 ml/kg fish on broodstock able to give agglutination reaction to
the larvae until 32x dilution. A dose of 0.4 ml/kg fish resulted the highest SR and
RPS with 96.11% and 81.25% respectively. Clinical symptoms of redness in
control larvae was spread throughout the body whereas on the vaccine treatment
was only in certain body parts.
Keywords: Vaccine, maternal immunity, survival rate, relative percent survival,
antibody titer

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio)
MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF
WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Oleh
SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR


Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mesuji, Lampung pada tanggal 25
Februari 1995 sebagai anak ke-1 dari pasangan Bapak M.
Bakri Yanpuhan dan Hariyati. Penulis telah menyelesaikan
jenjang pendidikan di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK)
Yayasan Al-Qur’an Metro Lampung pada tahun 2000, SD Negeri 1 Suka Maju

pada tahun 2006, SMP Negeri 1 Simpang Pematang pada tahun 2009, dan SMA
Negeri 1 Tanjung Raya pada tahun 2012.
Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi Negeri di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya
Perairan tahun 2012. Selama menempuh studi, penulis telah mengikuti magang
kerja laboratorium di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL)
Serang, Banten pada tahun 2014, penulis dipercaya mendapatkan hibah PKM –P
dengan judul “Antibakteri Ekstrak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn)
Terhadap Aeromonas Hydropilla Pada Ikan Lele (Clarias sp)” pada tahun
2014. Penulis melaksanakan praktik umum (PU) di PT. Centralpertiwi Bahari
(CPB) dengan judul Analisa “Food Safety (Mikrobiologi) Udang Litopanaeus
vannamei” di Laboratorium Animal Health Service (AHS) PT Centralpertiwi
Bahari Tulang Bawang pada tahun 2015, dan penulis melaksanakan kegiatan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Kibang Yekti, Kabupaten
Tulang Bawang Barat pada tahun 2015.
Penulis pernah menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Ikhtiologi pada tahun
2013-2014, Plankton dan Tanaman Air pada tahun 2014, dan Manajemen
Kesehatan Ikan pada tahun 2016. Penulis melakukan penelitian akhir pada bulan
juni-agustus 2016 di Laboratorium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung dan Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Purbolinggo Lampung

Timur dengan Judul “Respon Imun Spesifik Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio)
melalui Imunitas Maternal yang diberi Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas
salmonicida”.

Ku Persembahkan Karya Ku Ini Untuk:

Bapak Dan Ibu ku
Yang tidak pernah berhenti mendukung dan memberikan doa untuk keberhasilan ku.
Adik ku satu-satunya, dan Keluarga Besar ku
Yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk keberhasilan ku
Sahabat-sahabat ku tercinta, dan teman –teman angkatan 2012 Budidaya Perairan, Unila yang selalu
memberikan kecerian, dukungan, semangat dan motivasi selama kuliah hingga mendapatkan gelar sarjana
perikanan.
“Tanpa Kalian Aku hanya Sebutir Mutiara di dalam Kerang
Berlumut”

(Cebong unyu, Ayu cantik, Weni imut, MB bro, Paul ulya, Desi dugong, Atik boncel, Heidy, Cung,
Culis, Puji pardi, Palupi, Docan, Ambar tuyul, Ayi, Denti, dan semuanya)
Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Unila. Dan Almamater Tercinta Universitas Lampung
Thank you for your gift of teaching with us


(Special for Mrs Esti Harpeni, S.T., M.AppSc)
Diriku Sendiri “Nikmati, Jalani, Syukuri : be nice”

TERIMAKASIH
BALAI BENIH IKAN SENTRA (BBIS) PURBOLINGGO
[Partisipasi, kerja keras, motivasi, ilmu pengetahuan & pengalaman, keceriaan,
kekeluargaan, persahabatan, kasih sayang]
Suatu kesempatan langka dan memang tidak salah jika dianggap adalah takdir yang
mempertemukan, berawal tidak saling mengenal dan akhirnya tinggal berbaur selama
kurang lebih 2 bulan bersama, tidak ada kata menyesal hanya ada kata rindu
dan ingin bersua kembali. Jangan lupa diri ini pernah singgah dan diri ini tidak

akan pernah lupa. Semua terkenang bahkan masih hangat terasa; Asrama, Indor, Kolam,
Lab, dan Bapak-Bapak kece yang sangat berjasa THANK YOU
(Bapak Surib, Bapak Wayan, Bapak Udin, Bapak Adit, Bapak Parjo, Bapak Juwoto, Bapak
Umi, Bapak Zaenal, Bapak Harjo, Bapak Nto, Keluarga Besar Bapak Parjo, adik cantik ku
Lusiana dan si adik Kecil)

KATA PENGANTAR


Mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya
yang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Imun
Spesifik Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) Melalui Imunitas Maternal yang diberi
Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicida” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Budidaya Perairan,
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua Jurusan Perikanan Dan
Kelauatan Universitas Lampung.
3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si selaku ketua Program Studi Budidaya
Perairan Universitas Lampung.
4. Ibu Esti Harpeni, S.T., MAppSc selaku dosen pembimbing akademik serta
pembimbing utama, yang telah membimbing, memberi dukungan, saran
dan ilmu selama kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si selaku pembimbing dua yang telah
membimbing, memberi saran dan ilmu dalam proses penyelesaian skripsi
ini.
6. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si selaku pembahas yang
telah memberikan, motivasi, saran dan ilmu dalam perbaikan skripsi ini.
7. Almamater terncinta Universitas Lampung.

Bandar Lampung,

Januari 2017

Penulis

Syohibahttul Islamiyah Bahar

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi
I.

PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian .....................................................................................
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................................
1.4 Kerangkan Pemikiran ...............................................................................
1.5 Hipotesis ...................................................................................................

1
1
2
2
3
4

II. METODE PENELITIAN ........................................................................... 6
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 6
2.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 6
2.3 Rancangan Penelitian ............................................................................... 7
2.3.1 Persiapan Penelitian....................................................................... 7
a. Persiapan Alat dan Bahan ............................................................. 7
b. Persiapan Induk ............................................................................ 8
c. Persiapan Media Kultur dan Vaksin ............................................. 8
2.3.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 9
a. Vaksinasi Induk ............................................................................ 9
b. Pemijahan dan Penetasan Telur .................................................... 9
c. Pengukuran Titer Antibodi ........................................................... 9
d. Uji tantang .................................................................................... 10
2.3.3 Rancangan Percobaan ................................................................... 10
2.3.4 Parameter Peneltian ...................................................................... 12
2.3.5 Analisis Data ................................................................................ 13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 14
3.1 Vaksin dan Pemberian Vaksin ................................................................. 14
3.2 Uji titer Antibodi ...................................................................................... 14
3.3 Uji tantang Larva ...................................................................................... 18
IV. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 24
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 24
4.2 Saran ......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Halaman

Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 4
Tata Letak Rancangan Penelitian .................................................................. 11
Tata Letak Pemeliharaan Larva .................................................................... 12
Hasil Uji Viabilitas ....................................................................................... 14
Hasil Titer Antibodi ...................................................................................... 15
Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Larva Paca Uji Tantang Hari Ke-5
Pasca Penetasan dan Hari Ke-13 Pasca Penetasan ........................................ 19
7. Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Relatif Larva Paca Uji Tantang Hari
Ke-5 Pasca Penetasan dan Hari Ke-13 Pasca Penetasan ............................... 19
8. Simulasi Microdulution plate 96 .................................................................. 35
9. Persiapan Serum Darah Induk dan Larva ..................................................... 36
10. Microdulution plate 96 ................................................................................. 36
11. Persiapan Uji Tantang ................................................................................... 38

DAFTAR TABEL

Tabel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.

Halaman

Alat Penelitian ................................................................................................ 6
Bahan Penelitian ............................................................................................ 7
Nilai Titer Antibodi pada Indukan yang Divaksinasi dengan Dosis yang
Berbeda .......................................................................................................... 16
Analisa Uji t pada Titer Antibodi Induk dan Larva ...................................... 18
Gejala Klinis Pasca Uji Tantang ................................................................... 23
Kualitas Air selama Pemeliharaan Induk dan Larva ..................................... 21
Perbandingan Komposisi BaCl2 dan H2SO4 1% dalam Mc.Farland ............. 30
Standard Mc.Farland ..................................................................................... 31
Padat Tebar Larva Pada Uji Tantang ............................................................ 37
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan B ....... 40
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan B .... 40
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan C ....... 41
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan C .... 41
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan A ....... 41
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan A ... 41
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan C ....... 41
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan C ... 42
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan D ...... 42
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan D ... 42
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan A ...... 42
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan A ... 42
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan B ...... 43
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan B ... 43
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan D ....... 43
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan D ... 43
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan B ...... 43
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan B ... 44
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan C ....... 44
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan C ... 44
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan B ....... 45
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan B ... 45
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan C ....... 45
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan C ... 45
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan A ....... 45
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan A ... 46
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan C ....... 46
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan C ... 46
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan A ...... 46
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan A ... 46
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan B ...... 47

41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.

Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan B ... 47
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan D ....... 47
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan D ... 47
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan B ....... 47
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan B ... 48
Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan C ....... 48
Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan C ... 48
Ringkasan Hasil Analisis Uji t pada Titer Antibodi Induk dan Larva .......... 48
Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas .................................. 50
Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas .................................. 51
Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas .................................. 52
Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ..................................................................... 52
Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari
Ke-5 Pasca Menetas ...................................................................................... 52
Perhitungan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Kelangsungan Hidup
Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ................ 53
Hasil Analisis Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Kelangsungan
Hidup Larva setelah Diuji Tantan pada Hari Ke-5 Pasca Menetas .............. 53
Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................ 55
Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................ 55
Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva
setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................ 56
Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................................................... 56
Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari
Ke-13 Pasca Menetas .................................................................................... 56
Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Relatif
Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ........................ 58
Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Relatif
Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ................ 59
Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup
Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ..... 59
Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji
Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ....................................................... 60
Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ..................................................................... 60
Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Relatif
Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ...................... 62
Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Relatif
Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas .............. 63

iv

68. Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup
Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 63
69. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji
Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ..................................................... 64
70. Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................................................... 64

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Halaman

Roadmap Penelitian ....................................................................................... 28
Prosedur Pembuatan Vaksin inaktif Aeromonas salmonicida
menggunakan formalin 1,5% ......................................................................... 29
Prosedur Vaksinasi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) ................................ 33
Prosedur Uji Titer Antibodi Pada Induk dan Larva ...................................... 34
Prosedur Uji Tantang .................................................................................... 37
Gejala Klinis Larva Ikan Mas (C. carpio) yang Diuji Tantang dengan
Bakteri A. salmonicida .................................................................................. 39
Analisis Statistik Hasil Uji Titer Antibodi Induk ......................................... 40
Analisis Statistik Hasil Uji Titer Antibodi Larva ......................................... 45
Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ...................................................................... 49
Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang
pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ................................................................... 54
Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji
Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ....................................................... 57
Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji
Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ..................................................... 61
Alat dan Bahan .............................................................................................. 65

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi pada ikan mas mulai mewabah tahun 2001 di Jawa Barat
yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. seperti Aeromonas salmonicida.
Bakteri ini merupakan penyebab penyakit infeksi pada ikan-ikan salmonid yaitu
penyakit furunculosis yang ditandai dengan munculnya hemoragi, luka berbentuk
cekungan, mata menonjol dan warna tubuh menjadi gelap (Bernoth et al., 1997),
namun laporan lain menunjukkan bahwa terdapat gejala infeksi bakteri A.
salmonicida pada ikan–ikan cyprinid, yaitu penyakit carperytrodermatitis
(Irianto, 2005). Ikan yang terserang penyakit ini akan mengalami pendarahan pada
bagian tubuh seperti dada, perut dan pangkal sirip, serta dapat menular dan dapat
menyebabkan kematian pada ikan budidaya (Austin et al., 2007).
Penggunaan obat-obatan yang kadang tidak sesuai dengan dosis dapat
menyebabkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi pada bakteri, adanya
residu dalam tubuh ikan, menyebabkan pencemaran, bahkan dapat menyebabkan
penolakan ekspor oleh negara lain. Salah satu upaya pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu dengan pemberian vaksin (vaksinasi) (Astuti, 2015).
Vaksin adalah satu antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen
yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk meningkatkan ketahanan (kekebalan)
ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu.
Vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan (termasuk
ikan) agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit. Salah satu tujuan
vaksinasi adalah untuk meningkatkan antibodi spesifik. Peningkatan antibodi
tidak saja akan meningkatkan kemampuan pertahanan humoral tetapi juga
pertahanan seluler. Respon humoral merupakan respon yang bersifat spesifik
dilakukan oleh suatu substansi yang dikenal sebagai antibodi atau imunoglobulin,
sedangkan respon seluler ikan bersifat non spesifik dilakukan oleh cell mediated
immunity (Alifuddin, 2002; Soeripto, 2002).
Vaksin dapat diberikan sejak dini yaitu pada umur ikan minimal 3 minggu
setelah menetas. (Tatang, 2014) menyatakan bahwa karena pada umur kurang dari

1

3 minggu, organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibodi belum
sempurna. Organ-organ yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh ikan meliputi
reticulo endothelial (ginjal bagian depan, thymus, limfa, dan hati), limfosit,
plasmosit dan fraksi serum protein tertentu. Dengan demikian bakteri patogen
dapat menginfeksi ikan pada stadia larva.
Infeksi pada larva dapat dicegah melalui pemberian vaksin inaktif Whole cell
A. salmonicida ke indukan yang siap memijah. Mor & Avtalion (1990)
menyatakan bahwa pada golongan tilapia aktivitas antibodi yang terdapat pada
embrio sama dengan induknya, sehingga dapat diasumsikan bahwa terdapat
imunitas bawaan dari induk ke larva yang dihasilkan. Pernyataan tersebut sesuai
dengan Davis et al., (2007) yang menyatakan bahwa vaksin yang disuntikkan ke
indukan akan masuk ke dalam tubuh melalui darah dan ditransfer ke hati yang
merupakan organ penting dalam pembentukan bakal kuning telur lalu terbawa ke
dalam oosit dan terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur).
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pemberian vaksin pada indukan dapat
meningkatkan ketahanan tubuh benih ikan yang ditetaskan dengan SR mencapai
83% (Nur et al., 2004; Nur et al., 2006; Hadie et al., 2010)
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida
pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) dengan dosis yang berbeda
terhadap pembentukan titer antibodi pada induk dan larva.
2. Mengetahui pengaruh pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida
pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) dengan dosis yang berbeda
terhadap Survival rate (SR) dan Relative percent survival (RPS) larva dari
hasil indukan yang divaksinasi
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai langkah awal dalam pengembangan
vaksin A. salmonicida serta diharapkan dapat memberi tambahan informasi ilmiah

2

kepada pembudidaya ikan, serta pihak-pihak yang memerlukan tentang vaksinasi
ikan, khususnya pada ikan mas terhadap infeksi A. salmonicida.
1.4 Kerangka Pemikiran
Penyakit bakterial yang disebabkan oleh A. salmonicida masih menjadi
masalah bagi pembudidaya ikan mas. Penyakit ini dapat menular bahkan
menyebabkan kematian pada ikan budidaya, terutama golongan cyprinid (Irianto,
2005; Austin et al., 2007). Tatang (2014) menyatakan bahwa, pada umur kurang
dari 3 minggu, organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibodi
belum sempurna, sehingga patogen dengan mudah dapat menginfeksi benih ikan
mas.
Penggunaan obat-obatan saat ini sebagai metode pengobatan juga sudah tidak
dianjurkan karena menyebabkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi pada
bakteri, adanya residu dalam tubuh ikan, menyebabkan pencemaran, bahkan dapat
menyebabkan penolakan ekspor oleh negara lain. Salah satu upaya pencegahan
yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian vaksin (vaksinasi) (Astuti, 2015).
Aplikasi pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan
ikan mas yang sudah matang gonad pada tahap oosit primer dilakukan dalam
penelitian ini sebagai bentuk pencegahan awal agar larva memiliki kekebalan
spesifik bawaan dari induk yang divaksinasi (Gambar 1). Hal ini sesuai dengan
pendapat (Davis et al., 2007; Mor & Avtalion, 1990).
Respon imun spesifik dapat dilihat pada uji titer antibodi induk maupun larva.
Apabila terdapat reaksi antara antigen A. salmonicida dan antibodi (reaksi
aglutinasi) pada uji titer antibodi induk maka dapat dipastikan larva yang
dihasilkan juga memiliki imunitas spesifik sama dengan induknya. Respon
lainnya dapat diamati dari tingkat kelangsungan hidup dan tingkat kelangsungan
hidup relatif. Reaksi hasil uji dapat dilihat setelah uji tantang larva dengan bakteri
A. salmonicida. Gudkovs (1988) menjelaskan bahwa, tingkat kelangsungan hidup
(SR) rata-rata ikan yang baik berkisar 73,50 - 86,60 %. Sedangkan untuk RPS
yaitu > 60%.

3

Penyakit bakterial A. salmonicida sering menyerang larva ikan mas

Penanggulangan dengan obat-obatan dan bahan kimia tidak efektif

Pemberian vaksin inaktif A.salmonicida pada indukan ikan mas yang siap
memijah

Penurunan sifat kekebalan tubuh pada larva ikan mas

Peningkatan respon imun spesifik, SR dan RPS larva ikan mas
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :
Uji Titer Antibodi Induk dan Larva
H0 :µ1=µ2

Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian dosis vaksin inaktif
whole cellA. Salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C.
carpio) terhadap titer antibody pada induk dan larva.

H1 :µ1 ≠ µ2 Sedikitnya ada satu perlakuan pemberian dosis vaksin inaktif whole
cell A. salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C. carpio)
yang berpengaruh terhadap peningkatan titer antibodi induk dan
larva
Uji Tantang Larva
H0 :

Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian dosis vaksin inaktif whole
cell A. salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C. carpio)
terhadap SR dan RPS larva.

4

H1 :

Ada pengaruh setidaknya satu pemberian dosis vaksin inaktif whole
cell A. salmonicida pada induk ikan mas (C. carpio) terhadap SR
dan RPS larva.

5

II.

METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2016 bertempat di
Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Purbolinggo Lampung Timur sebagai lokasi
pemeliharaan induk, kegiatan vaksinasi, uji titer antibodi dan uji tantang larva.
Pembuatan vaksin dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan
Perikanan dan Kelautan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Alur kegiatan penelitian secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 1.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini,disajikan
pada (Tabel 1 dan Tabel 2):
Tabel 1.Alat Penelitian
No

Alat

Spesifikasi Alat

1

Kolam induk

-

Induk betina: 1x1 m dengan hapa
Induk jantan: kolam besar.

2
3
4

Kolam pemijahan
Aquarium larva
Petridish

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Tabung reaksi
Erlenmeyer
Bunsen
Autoklaf
Hot strirer plate
Alumunium foil
Timbangan digital
Inkubator
Refrigerator
LaminarAir flow
Bak
Aerator
Sentrifuge
Jarum ose
Spectofotometer
Kakaban
Spuit
Microdulution Plate 96
Kertas saring
Tabung eppendorf
Mikropipet
pH meter
DO meter
Termometer

1x1 m
60cm x 80cm x 40cm
Diameter:120mm
Tinggi : 20mm
10ml
250ml
Spirtus
WISERCLAVE
STUART
Klin Pak 8m x 45m
EP 1200C
MEMMERT
FOC 2151
NUAIRE, Series 11
30 L
Air pump kit
aRotina35
Spectronik-20
Tali rapiah
26 G 1 ml
IWAKI
50cm
SOCOREX
-

Kuantitas

12
2
12
12
10
10
3
2
1
1
2
1
1
1
1
4
4
1
2
1
12
30
4
1
30
1
1
1
1

6

Tabel 2. Bahan Penelitian
No
1

Bahan
Induk Ikan Mas betina

Spesifikasi Bahan
** bobot induk 1100gr, panjang
tubuh ±30cm berumur ±18 bulan

Kuantitas
12 ekor

2

Induk ikan mas jantan

** bobot induk 1000gr, panjang
tubuh ±22cm berumur ±18 bulan)

12 ekor

3
4

Formalin
Media TSA (trypcase soy
agar)
Media TSB (tryptone soya
borth)
Aquades
Larutan PBS (phosphate
buffer saline)
Isolat Aeromonas salmonicida
Minyak cengkeh
Artemia sp
Pellet
Tissue
Karet
Plastik tahan panas
Kertas buram
PBSTween

15%
Merck

1 liter
10 cawan

Merck

10 tabung

-

7 liter
2 liter

*
Sumber herbal INT
7.8.2
Passeo
Plastic 20cm x 15cm
0,13 ml tween dalam 250 PBS

1 isolat
40 gram
25 kg
3 gulung
200 gram
1 pak
1 pak (60 lembar)
20 ml

5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

* Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung
** Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Purbolinggo

2.3 Rancangan Penelitian
2.3.1

Persiapan Penelitian

a. Persiapan Alat dan Bahan
Peralatan laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan
petri, erlenmeyer, tabung reaksi, microtube, aquades, yang telah disterilisasi
dengan cara disusun rapi di dalam autoklaf dan disterilisasi pada suhu 121 ºC
selama 15 menit. Persiapan alat dan bahan lainnya berupa persiapan wadah
pemeliharaan induk dan larva. Wadah pemeliharaan induk betina berupa kolam
dengan ukuran 1x1 m sebanyak 12 kolam (4 perlakuan dan 3 ulangan). Proses
persiapan wadah terdiri dari pengeringan kolam, pemasangan hapa dan pengisian
air ± 60 cm. Wadah pemeliharaan larva yang baru menetas berupa akuarium
berukuran 80x40x60 cm. Proses persiapan wadah terdiri dari pencucian akuarium,
pengeringan, dan pengisian air setinggi ¾ dari total tinggi akuarium. Alat dan
bahan yang digunakan dalam penelitian secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 13.

7

b. Persiapan Induk
Induk yang digunakan adalah indukan ikan mas, sebanyak 12 pasang. Ciri-ciri
induk yang digunakan sesuai dengan (Suseno, 1996) untuk induk betina yang
digunakan adalah indukan yang sudah tahap matang gonad oosit primer ditandai
dengan perutnya akan mengeluarkan cairan kuning seperti feses saat diurut.
Indukan betina memiliki bobot ± 1100 g, panjang tubuh ± 30 cm, dan berumur ±
18 bulan. Induk jantan yang digunakan adalah indukan yang sudah matang gonad,
diitandai dengan sudah keluarnya sperma pada saat perut diurut. Induk jantan
yang dipakai yaitu memiliki bobot ± 1000 g, dan panjang badan ± 22 cm dan
berumur ± 18 bulan.
c. Persiapan Media Kultur dan Vaksin
Media kultur bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media TSA
(Trycase soy agar) dan media TSB (Tryptone soya borth). Media ditimbang
sesuai takaran pada kemasan lalu dimasukan ke dalam labu erlenmeyer,
ditambahkan

aquades

ke

dalam

erlenmeyer.

Kemudian

dihomogenisasi

menggunakan hot stirrer plate. Media yang telah homogen disterilisasi di dalam
autoklaf suhu 121 ºC selama 15 menit. Media TSB dituang ke dalam tabung
reaksi sebelum sterilisasi, sedangkan media TSA dituangkan ke dalam cawan petri
setelah sterilisasi. Proses penuangan dilakukan secara aseptis. Media disimpan
dalam refrigerator atau inkubator sampai saat digunakan.
Metode pembuatan vaksin inaktif whole cell A. salmonicida mengacu pada
Setyawan et al., (2012) menggunakan isolat murni A. salmonicida yang diinaktif
dengan formalin 1,5 %. Bakteri yang inaktif selanjutnya diuji Viabilitas untuk
mengetahui kelayakan vaksin, dengan mengkultur kembali bakteri inaktif pada
media TSA. Vaksin dikatakan layak ditandai dengan tidak adanya bakteri yang
tumbuh saat dikultur pada media TSA. Langkah-langkah pembuatan vaksin secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

8

2.3.2 Pelaksanaan Penelitian
a.

Vaksinasi Induk
Induk dianestesi menggunakan minyak cengkeh (0,3 ml/l) sebelum vaksin

diberikan (Hadie et al., 2010). Indukan divaksinasi dengan cara disuntik dibagian
Intra muscullar (IM) (Anderson, 1974) menggunakan vaksin inaktif whole cell A.
salmonicida dengan kepadatan 107 CFU/ml (Setyawan et al., 2012). Pemberian
vaksin diberikan sebanyak 2 kali, vaksinasi pertama dilakukan untuk membantu
limfosit B dalam mengenal antigen (Tatang, 2014), dan pemberian vaksin yang
kedua sebagai booster untuk meningkatkan limfosit B dalam pengenalaan
terhadap antigen (Kamiso, 1999; Nur et al., 2004). Indukan yang divaksinasi
diberi makan dengan FR 2%, untuk menekan perkembangan gonad (Bachtiar,
2002) (Lampiran 3).
b. Pemijahan dan Penetasan Telur
Indukan jantan dan betina diletakan ke dalam satu kolam yang telah berisi
kakaban. Indukan tidak diberi makan selama pemijahan. Indukan dibiarkan
sampai telur yang dibuahi menempel pada subtrat. Proses pemijahan berlangsung
selama satu malam setelah indukan disatukan.
Telur yang berada pada subtrat dipindah ke wadah pemeliharaan larva.
Penetasan telur mengacu pada Susanto (2007). Pakan yang diberikan yaitu berupa
pakan alami Artemia sp., Daphnia sp, dan cacing sutra secara adlibitum.
c.

Pengukuran Titer Antibodi
Pengukuran titer antibodi terdiri dari 2 pengukuran, yaitu titer antibodi pada

indukan dan juga pada larva. Persiapan serum merupakan langkah awal dari
proses pengukuran titer antibodi. Serum induk disiapkan dengan cara, indukan
dianestesi menggunakan minyak cengkeh 0,3 ml/l. Darah diambil dengan
menggunakan spuit 1 ml 26G pada vena caudal tidak terlalu dalam dengan sudut
kemiringan ± 45º. Darah disentrifuge dengan 3500 rpm (selama 15 menit).
Lapisan ke-2 diambil sebagai serum (Wintoko et al., 2012).
Serum larva disiapkan dengan larva berumur 10 hari pasca penetasan diambil
masing-masing 30 ekor/perlakuan. Larva dicuci dengan akuades secara terpisah,
dan dikeringkan dengan kertas saring. Larva dihomogenkan (dilarutkan) dalam

9

larutan PBStween (0,13 ml Tween dalam 250 PBS) dengan cara digerus dengan
perbandingan 1:4 (v/v). Hasil gerusan disentrifuge 6000 rpm selama 15 menit.
Hasil sentrifuge menghasilkan 3 lapisan ; lemak, koloid+PBS, pellet (jaringan
ikan). Supernatan pada lapisan ke-2 (Koloid+PBS) diambil sebagai serum
(Roberson, 1990; Nur et al., 2004). Proses titer antibodi secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 4.
d. Uji Tantang
Larva diuji tantang pada umur 5 hari pasca penetasan dan umur 13 hari pasca
penetesan. Metode yang digunakan dalam uji tantang ini adalah dengan
perendaman. Bakteri aktif A. salmonicida disiapkan pada wadah uji dengan
kepadatan 107 CFU/ml. Larva diambil 10% dari total populasi larva pada
akuarium penetasan, dan dipindah kan ke wadah uji untuk diuji tantang. Larva
direndam selama 30 menit. Larva dikembalikan lagi ke akuarium dan dipelihara
selama 7 hari. Kegiatan dilakukan selama pemeliharan pasca uji tantang adalah
menghitung SR dan RPS nya selain itu diamati perubahan abnormal yang terjadi.
Proses uji tantang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian dosis vaksin yang
berbeda (3 perlakuan dengan vaksinasi dan 1 perlakuan sebagai kontrol). Pada
setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dengan kepadatan vaksin 107 CFU/ml.
Penelitian ini memodifikasi, Nur et al., (2004); Nur et al., (2006); Hadie et al.,
(2010), sebagai berikut :
1. Perlakuan A : Kontrol (tanpa pemberian vaksin pada induk betina ikan
mas).
2. Perlakuan B : Pemberian vaksin induk betina ikan mas dengan dosis 0,3
ml/kg ikan.
3. Perlakuan C : Pemberian vaksin induk betina ikan mas dengan dosis 0,4
ml/kg ikan.

10

4. Perlakuan D : Pemberian vaksin induk betina ikan mas dengan dosis 0,5
ml/kg ikan.
Model Rancangan Acak Lengkap dengan uji ANOVA yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Yij = μ + τi + ɛij
Keterangan:
i

: Perlakuan A, B, C, dan D

j

: Ulangan 1, 2, 3

Yij : Nilai pengamatan dari pengaruh pemberian dosis vaksinasi induk ikan mas
yang berbeda ke-i terhadap SR dan RPS pada larva ikan mas kelompok ke-j
µ
i

: Nilai Tengah umum
: Pengaruh pemberian dosis vaksinasi induk ikan mas ke-i terhadap SR dan
RPS larva

ɛij : Pengaruh acak dari galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Tata letak rancangan penelitian disusun secara acak dengan semua perlakuan
mendapatkan peluang yang sama. Wadah pemeliharaan indukan disusun secara
acak di dalam kolam besar disekat dengan happa (Gambar 2), dan wadah
pemeliharaan larva menggunakan akuarium disusun seperti pada Gambar 3.

A3

B2

D3
C1

C2

C3

D2

D1

A1

A2
B3

B1

Gambar 2. Tata Letak Kolam Pemeliharaan Induk

11

BI

D3

D1

B2

AI

C3

CI

C2

A3

A2

B3

D2

Gambar 3. Tata Letak Pemeliharaan Larva
Keterangan : “A, B, C, D (Perlakuan)” “1,2,3 (Ulangan)”

2.3.4 Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini terdiri dari parameter utama dan
pendukung. Parameter utama terdiri dari dua parameter yaitu uji titer antibodi dan
uji tantang. Sedangkan parameter pendukungnya adalah kualitas air.
Parameter uji titer antibodi dilihat berdasarkan ada tidaknya reaksi aglutinasi,
yang ditandai dengan menyebarnya titik didasar sumuran, diberi keterangan (+),
sedangkan apabila tidak ada aglutinasi ditandai dengan berpusatnya titik di dasar
sumuran, diberi keterangan (-) (Hadie et al., 2010) .
Parameter uji tantang, dilihat berdasarkan tingkat kelangsungan hidup (SR)
dan tingkat kelangsungan hidup (RPS). Dihitung menggunakan rumus menurut
Effendi et al., (2006):
a. SR =
Nt = Jumlah ikan yang hidup pada awal pengujian.
N0 = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengujian.

b.

RPS =

Mv = Mortalitas larva denganperlakuan (%)
Mc = Mortalitas larva tanpa perlakuan (kontrol) (%)
Parameter uji tantang yang lain adalah gejala klinis yang disebabkan akbibat uji
tantang. Hal ini dilakukan agar memastikan larva yang mati benar disebabkan
oleh bakteri A. salmonicida.
Hasil yang baik menunjukan jika, nilai tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan
rata-rata yang berkisar 73,50 - 86,60 % (Gudkovs, 1988), sedangkan untuk RPS >
60% (Nur et al., 2004).

12

Pengukuran pendukung berupa kualitas air yang diukur yaitu, suhu, pH, dan
DO. Kualitas air yang baik untuk pemeliharaan induk dan larva ditandai dengan
nilai baku mutu, suhu (25 – 30 ºC) (Suseno, 1996), pH (6,5 - 9) (Afriyanto et al.,
1992), dan DO (>3 ppm) (Cholik et al., 1986).
2.3.5 Analisis Data
Data hasil uji titer antibodi dan uji tantang, dianalisis secara statistik. Analisis
data untuk uji titer antibodi menggunakan uji dua perbandingan (uji t). Analisis
data untuk SR dan RPS menggunakan ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95%.
Transformasi data menggunakan arcsin √

(Mattjik & Made, 2000), pengujian

normalitas data menggunakan metode lilifore, dan homogenitas menggunakan
Bartlet, untuk uji lanjut menggunakan BNT (Beda Nyata Terkecil) (Nazir, 2005).

13

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Vaksin dan PemberianVaksin
Vaksin Whole cell A. salmonicida yang diinaktivasi dengan menggunakan
formalin 1,5% dianggap aman untuk digunakan karena dari hasil uji viabilitas
menunjukan bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri A. salmonicida pada media
kultur TSA (Gambar 4a). Sebagai perbandingan bakteri A. salmonicida yang tidak
diinaktivasi akan menunjukan indikasi pertumbuhan pada media TSA (Gambar
4b).

a

b

Gambar 4. Hasil Uji Viabilitas
Keterangan : (a) Bakteri A. salmonicida yang telah diinaktivasi, pada media kultur TSA;
(b) Bakteri A. salmonicida yang tumbuh pada media TSA

Bakteri A. salmonicida yang sudah dikatakan inaktif setelah direndam dalam
formalin 1,5% selama 22 jam, dan tidak menunjukan tanda-tanda tumbuh pada
media TSA dalam waktu 22 jam, dengan ini bakteri sudah siap digunakan sebagai
vaksin. Buller (2004) menjelaskan bahwa bakteri aktif A. salmonicida akan
tumbuh optimal pada media kultur TSA dalam waktu 18 - 24 jam dengan koloni
yang tumbuh memiliki ciri-ciri berwarna putih, berbentuk bulat, dan permukaan
cembung. Vaksin yang telah siap selanjutnya diaplikasikan pada ikan uji yaitu
indukan ikan mas.
3.2 Uji Titer Antibodi
Hasil dari uji titer antibodi induk maupun larva menunjukan adanya reaksi
positif (+) aglutinasi ditandai dengan menyebarnya titik di dasar sumuran
(Gambar 5a). Sedangkan Gambar 5b menunjukan bahwa ada indukan dan larva
yang tidak memiliki respon imun spesifik (-) ditandai dengan berpusatnya titik di
dasar sumuran pada saat uji titer antibodi.
14

a

b

Gambar 5. Hasil Titer Antibodi
Keterangan: (a)Ada reaksi aglutinasi (b)Tidak ada reaksi aglutinasi

Kekebalan tubuh indukan akan terbentuk setelah pemberian vaksin inaktif A.
salmonicida. Respon imun yang terjadi merupakan respon imun spesifik terhadap
bakteri yang sama dengan bakteri vaksinasi, sehingga pada saat diuji titer antibodi
reaksi aglutinasi akan terbentuk (reaksi antigen dan antibodi). Hasil tersebut
sesuai dengan pernyataan Supriyadi (2011) yang menggambarkan bahwa saat
antigen dicampur pada serum yang mengandung antibodi, reaksi yang terjadi
adalah antibodi berikatan dengan antigen.
Larva yang dihasilkan dari indukan yang divaksinasi akan memiliki sifat yang
sama dengan induknya saat larva tersebut diuji titer antibodi. Hasil respon positif
pada larva menunjukan bahwa adanya respon antibodi terhadap antigen yang
membuktikan bahwa transfer imunitas induk pada larva berhasil.
Kondisi awal uji titer antibodi induk sebelum vaksinasi tidak ditemukan
reaksi aglutinasi, hal ini karena sebelumnya indukan belum terinfeksi (terpapar)
antigen yang sama (A. salmonicida), Nur (2006) menyatakan bahwa secara alami
ikan yang telah terinfeksi akan menunjukan reaksi aglutinasi saat dilakukan
pengujian titer antibodi (Tabel 3).
Hasil respon tertinggi dilihat berdasarkan banyaknya reaksi aglutinasi yang
muncul disetiap sumuran. Respon uji titer antibodi tertinggi pada indukan
didapatkan dari perlakuan pemberian dosis vaksinasi induk 0,3 ml/kg ikan, reaksi
aglutinasi terjadi hingga pengenceran 64x. Pemberian dosis vaksin 0,4 ml/kg ikan
hanya sampai pengenceran 32x. Namun pemberian vaksin 0,5ml dan kontrol tidak
terjadi reaksi aglutinasi (Tabel 3).

15

Sejalan dengan indukan, reaksi aglutinasi pada larva juga hanya terbentuk
pada perlakuan pemberian dosis vaksin indukan 0,3 ml/kg ikan dan 0,4 ml/kg
ikan. Namun reaksi aglutinasi tertinggi diperoleh dari dosis 0,4 ml/kg ikan hingga
pengenceran 32x (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai Kualitatif Titer Antibodi pada Indukan yang Divaksinasi dengan
Dosis Berbeda
Pengenceran
Perlakuan
Ikan Uji
(ml)
1
2
4
8
16
32
64
0
Indukan sebelum
0,3
divaksin
0,4
0,5
0
Indukan setelah
0,3
+
+
+
+
+
+
+
divaksin
0,4
+
+
+
+
+
+
0,5
0
Larva dari
0,3
+
+
+
+
indukan yang
0,4
+
+
+
+
+
+
divaksinasi
0,5
Keterangan : ( + ) Ada reaksi aglutinasi (pembentukan antibodi)
( - ) Tidak ada reaksi