IMUNOGENISITAS HEAT KILLED VAKSIN INAKTIF Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

  e- Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

  Volume II No 1 Oktober 2013

ISSN: 2302-3600

  

Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

† †

  • Fredi Wintoko , Agus Setyawan , Siti Hudaidah dan Mahrus Ali

  

ABSTRAK

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri penyebab penyakit furunculosis dan

carp erytrodermatitis. Saat ini sudah dikembangkan vaksin inaktif A. salmonicida

  dengan formalin yang memiliki imunogenisitas yang cukup tinggi. Vaksin inaktif dengan metode lain perlu dilakukan, salah satunya inaktivasi dengan pemanasan

  

(heat killed) . Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui imunogenisitas heat killed

  vaksin A. salmonicida pada ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2012, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara pemberian vaksin dan tanpa pemberian vaksin. Bakteri A. salmonicida diinaktifasi dengan pemanasan pada suhu 100ºC selama 1 jam. Uji viabilitas dilakukan pada media GSP (Glutamat Starch

  

Pseudomonas ) untuk memastikan bakteri sudah inaktif. Konsentrasi vaksin diukur

  dengan spektofotometer ( =625 nm) dan dibandingkan dengan standar Mc Farland. Vaksinasi dilakukan dua tahap secara injeksi intraperitoneal, vaksinasi I dilakukan

  7

  dengan konsentrasi 10 sel/ikan dengan volume 0,1 ml/ikan. Vaksinasi II dilakukan 8 hari setelahnya dengan konsentrasi yang sama. Pengambilan darah untuk pengamatan hematologi dilakukan sebelum vaksin, 7 hari setelah vaksinasi I, 7 hari setelah vaksinasi II. Ikan yang divaksinasi menunjukan adanya peningkatan imunogenisitas yang ditandai dengan peningkatan nilai titer antibodi, total leukosit, dan korelasi negatif antara total leukosit dengan hematokrit.

  Kata kunci: Aeromonas salmonicida, vaksin, titer antibodi, total leukosit, hematokrit. maupun air laut. Bakteri ini mampu

  Pendahuluan

  Bakteri Aeromonas salmonicida menginfeksi spesies ikan air tawar merupakan jenis bakteri Aeromonas sp., golongan cyprinid misalnya ikan mas yang diindikasi mampu menyerang (Cyprinus carpio) dan penyakit yang * semua spesies ikan baik air tawar ditimbulkan yaitu carp erytrodermatitis

  Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung †

  Dosen Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung ‡

  Alamat Korespondensi: agus.setyawan[at]fp.unila.ac.id

  206 Imunigenitas Heat Killed Vaksin Inaktif (Irianto, 2005). Dampak negatif serangan bakteri

  A. salmonicida

  terhadap sistem budidaya mengakibatkan menurunnya status kesehatan ikan sampai menyebabkan kematian. Kualitas dan kuantitas produk budidaya akan menurun serta berimbas kepada menurunnya produksi serta kerugian secara ekonomi. Pengendalian penyakit carp

  erytrodermatitis memerlukan

  pencegahan penyakit yang aman, baik bagi ikan, manusia dan lingkungan, salah satunya dengan penggunaan vaksin. Vaksinasi menjadi cara yang paling efektif untuk pencegahan penyakit. Keberhasilan vaksinasi pada ikan dapat dibuktikan pada tahun 1993 di Norwegia, vaksin A. salmonicida yang digunakan mampu menurunkan wabah penyakit furunculosis dan penggunaan antibiotik yang semula mencapai puluhan ton per tahun menjadi hanya beberapa ratus kilogram saja (Soeripto, 2002). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa vaksin A. salmonicida yang diinaktivasi menggunakan 1% formalin memiliki imunogenesitas yang cukup tinggi pada ikan mas (Cyprinus carpio) yang ditunjukan dengan reaksi titer antibodi mencapai 2

  7

  (Setyawan dkk., 2012). Belum diketahui imonogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan pemanasan (heat killed) pada ikan mas yang diperoleh dengan cara bakteri diinaktifasi melalui pemanasan air sampai 100ºC. Bakteri yang diinaktifasi dengan pemanasan hanya mengandung polisakarida (karbohidrat) karena saat pemanasan bagian lipid terhidrolisis yang disebut sebagai antigen O A.

  salmonicida . Antigen O merupakan

  penyusun senyawa lipopolisakarida yang mampu memunculkan respon kekebalan pada hewan. Beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan imunogenisitas vaksin yang diinaktivasi dengan pemanasan antara lain vaksin Streptococcus sp. pada ikan nila (Oreochromis niloticus) (Purwaningsih dan Taukhid, 2010), vaksin Ichthyophthirius multifiliis pada ikan jambal siam (Pangasius sutchi) (Syawal dan Siregar, 2010), dan vaksin

  Aeromonas hydrophila pada ikan lele

  dumbo (Clarias gariepinus) (Kamiso dkk., 1997). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian imunogenisitas

  heat killed vaksin inaktif A. salmonicida pada ikan mas.

  Bahan dan Metode

  Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2012 di Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Lampung. Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan, yakni kontrol (tanpa vaksin) dan perlakuan pemberian vaksin. Semua perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi: titer antibodi, jumlah total leukosit, nilai hematokrit, dan kualitas air meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut. Akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 6 buah dan ikan mas dengan berat ± 30 gram (10 ekor/ akuarium) digunakan dalam penelitian ini. Pengaruh perlakuan terhadap parameter pengamatan dianalisis dengan menggunakan t-tes dengan signifikasi 95%.

  Hasil dan Pembahasan

  Hasil uji titer antibodi (Ab) menunjukan bahwa ikan yang divaksinasi dengan antigen O A.salmonicida memiliki respon imun adatif yang lebih tinggi dibanding ikan yang tidak divaksinasi. Nilai rata-rata titer antibodi tertinggi setelah vaksinasi ke-2 sebesar 6, dan 2,33 pada ikan yang tidak divaksinasi

  Fredi Wintoko, Agus Setyawan, Siti Hudaidah, Mahrus Ali 207 (dan Gambar 1). Hasil t-tes pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa vaksin antigen O A.salmonicida memberikan pengaruh nyata terhadap titer antibodi. Hal ini menunjukan vaksin antigen O A. salmonicida yang diinduksi ke dalam tubuh ikan melalui injeksi mampu membentuk dan meningkatkan produksi antibodi pada ikan uji.

  Gambar 1. Nilai Rata-rata Titer Antibodi Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sebelum Vaksinasi, Satu Minggu Setelah Vaksinasi I, satu Minggu Setelah Vaksinasi II.

  Figure 1. The mean value of antibody titer of common carp before vaccination, one week after the vaccination I, one week after the vaccination II.

  Antibodi merupakan hasil respon dari sistem imunitas berupa pertahanan humoral, berupa protein yang bentuknya menyerupai Y (roughly Y-

  shape ) yang digunakan sebagai sistem

  imun untuk mengidentifikasi, menetralisasi dan membunuh benda asing ataupun patogen seperti bakteri dan virus (Thomas, 2004). Total leukosit yang meningkat pada ikan yang divaksinasi menunjukan bahwa vaksin yang masuk ke dalam tubuh ikan memberikan efek positif terhadap peningkatan jumlah total leukosit dalam darah. Nilai rata-rata tertinggi setelah vaksinasi ke-2 sebesar 74,5 x 10

  3

  sel/mm

  3

  pada ikan yang divaksinasi, dan 40,7 x 10

  3

  sel/mm

  3

  pada ikan yang tidak divaksin (Gambar 2). Hasil t-tes pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa vaksin antigen O A. salmonicida memberikan pengaruh nyata terhadap total leukosit. Peningkatan total leukosit mengindikasikan adanya respon perlawanan tubuh terhadap antigen penyebab penyakit (Alamanda dkk., 2007). Meningkatnya total leukosit memperlihatkan peningkatan kekebalan tubuh yang ditandai dengan peningkatan aktifitas sel fagosit yang berfungsi untuk melakukan fagositosis terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh ikan. Fagositosis merupakan langkah awal untuk mekanisme respon imunitas, berikutnya adalah terbentuknya respon spesifik yang berupa antibodi, sedangkan peningkatan proses fagositosis ini menunjukan adanya peningkatan kekebalan tubuh (Zainun, 2007). 1±1 2±1 2.33±0,58 1.33±0,58 3.67±0,58 6±1 1 2 3 4 5 6 7 SEBELUM VAKSIN 7 HARI SET ELAH VAKSIN I 7 HARI SET ELAH VAKSIN II PERLAKUAN H A S IL T IT E R A N T IB O D Y ( Y 2 L o g ) A B

  208 Imunigenitas Heat Killed Vaksin Inaktif Gambar 2. Nilai Rata-rata Total Leukosit Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sebelum

  Vaksin, Satu Minggu Setelah Vaksinasi I, Satu Minggu Setelah Vaksinasi II.

  Figure 2. The mean value of leucosite before vaccination I, one week after the vaccination II.

  Persentase rata-rata nilai hematokrit pada ikan yang divaksinasi sebesar 24,6% setelah vaksinasi ke-2, namun pada ikan yang tidak divaksin sebesar 34,7% (Gambar 3). Hasil t-tes pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa vaksin antigen O A. salmonicida memberikan pengaruh nyata terhadap persentase nilai hematokrit. Penurunan nilai hematokrit pada ikan yang divaksinasi menunjukan adanya perubahan fisiologis akibat vaksinasi dalam tubuh ikan. Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan indikator bahwa vaksin yang diberikan pada ikan memiliki hubungan korelasi positif dalam peningkatan total leukosit pada tubuh ikan. Dalam hal ini peningkatan total leukosit akibat pemberian vaksin, secara tidak langsung dapat meningkatkan respon imun alami yang ditandai dengan peningkatan sel fagosit berupa monosit dan limfosit. Sel

  J U M L A H T O T A L L E U K O S

  IT (1 ³ se l/ m m ³) A B

  • –sel fagosit tersebut memiliki hubungan korelasi terhadap uji titer antibodi yang telah dilakukan, yaitu sel fagosit berfungsi sebagai pengenalan antigen atau vaksin yang diberikan pada tubuh ikan. Dengan demikian sel fagosit yaitu limfosit dapat mengenali antigen, dan dapat merangsang sel memori, dan sel B untuk menghasilkan antibodi, yang peningkatannya terlihat pada reaksi aglutinasi dengan uji titer antibodi. Antibodi tidak saja meningkatkan pertahanan humoral tetapi juga pertahanan seluler sehingga hasil kerja masing-masing maupun hasil kerja antara pertahanan humoral dan seluler meningkat (Soeripto, 2002). 40.5±550.7 40.6±585.9 40.7±680.6 40.8±692.8 57.8±2608.3 74.5±3897.4
  • 10 20 30 40 50 60 70 80 90 SEBELUMVAKSIN 7 HARI SET ELAH VAKSIN I 7 HARI SET ELAH VAKSIN II PERLAKUAN

      Fredi Wintoko, Agus Setyawan, Siti Hudaidah, Mahrus Ali 209

      40 33.5±1.25 33.7±0.92 34.7±1.29 33.3±1.53 30.9±1.55

      35 N A 24.6±0.45

      %)

      30 T ( A

      IT M

      25 R A K G O

      20 N T E A P

      15 M

      IL E S

      10 A H H

      5 SEBELUM VAKSIN

      

    7 HARI SET ELAH

      7 HARI SET ELAH

      

    VAKSIN I

      VAKSIN II A B PERLAKUAN

      Gambar 3. Nilai Rata-rata Persentase Hematokrit Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sebelum Vaksin, Satu Minggu Setelah Vaksinasi I, Satu Minggu Setelah Vaksinasi II.

      

    Figure 3. The mean of the percentage hematocrit profile of the common carp

    before the vaccination, one week after the vaccination I, one week after the vaccination II.

      Parameter kualitas air pada media ikan kualitas air yang dinyatakan (Cholik penelitian masih sesuai dengan dkk., 2005) yaitu pada pagi dan sore hari kebutuhan optimum pada kehidupan kualitas air yang dibutuhkan untuk ikan mas, dengan rata-rata oksigen oksigen terlarut lebih dari tiga, suhu 25- terlarut 5,2 30 ºC, dan pH 7-8.

    • –6,8 ppm, suhu air berkisar 25-27 ºC, pH air berkisar 7,0 –7,5. Hal ini sesuai dengan kisaran parameter Tabel 4. Parameter Kualitas Air Dalam Penelitian Yang Dibandingkan Dengan Literature.

      Table 4. (The Parameter quality of the water in the research compared with the literature) Parameter Perlakuan Pagi Sore

      DO (ppm) Suhu (

      C) pH DO (ppm) Suhu (

      C) pH A : Kontrol 5.5 25 – 27

      7.3

      5.2 25 – 27

      7.0 B : Vaksin

      6.8

      25

      7.2

      6.5

      25

      7.5

    • – 26 – 27 Baku Mutu *) > 3

      25 7 > 3

      25

      7

    • – 30 – 8 – 30 – 8 *) Cholik, 2005.

      Penelitian ini menguatkan penelitian dengan heat killed untuk pencegahan sebelumnya yang dilakukan oleh penyakit pada ikan yang disebabkan Kamiso dkk., (1997); Purwaningsih dan bakteri, mampu menstimulasi Taukhid (2010); Syawal dan Siregar, kekebalan pada tubuh ikan sehingga (2010), bahwa vaksin yang diinaktivasi

      210 Imunigenitas Heat Killed Vaksin Inaktif dapat meningkatkan imonogenisitas pada ikan.

      901-904. Setyawan, A., Hudaidah, S., Ranopati, Z.,Z., dan Sumino. 2012.

      Lucent Library of Science and Technology. USA. p 225 –230. Zainun, Z. 2007. Pengamatan Parameter

      Thomas, P. 2004. Bacteria and Viruses.

      multifilis . FPIK 11 (3): 163-167.

      Imunisasi Ikan Jambal Siam dengan Vaksin Ichthyophthirius

      Syawal, H dan Siregar, Y.I. 2010.

      Kesehatan Hewan melalui Vaksinasi. Litbang Pertanian, 21(2): 48-55.

      (Cyprinus carpio). Aquasains 1(1): 17 –21. Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep

      salmonicida pada Ikan Mas

      Imunogenisitas Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas

      (Oreochromis niloticus). Prosiding: Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan Air Tawar. Sempur. Bogor. Hal.

      Daftar Pustaka

      Streptococcosis pada Ikan Nila

      Vaksin Anti Streptococus spp. Inaktivasi melalui Heat Killed untuk Pencegahan Penyakit

      1997. Uji Antigenisitas dan Efikasi Vaksin Aeromonas hydrophila pada Lele Dumbo. Jurnal Perikanan 1(2): 9-16. Purwaningsih, U, dan Taukhid 2010.

      Yogyakarta. 256 hlm. Kamiso, H. N, Triyanto dan Hartati, S.

      Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta. 415 hlm. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei . Universitas Gajah Mada.

      Akuakultur . Masyarakat Perikanan

      R.P., dan Jauzi, A. 2005.

      Surakarta. Hal: 34-38. Cholik, F., Jagatraya, A.G., Poernomo,

      Alamanda, I.E., Handajani, N.S., dan Budiharjo, A. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dombo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. FMIPA Universitas Sebelas Maret.

      Hematologis pada Ikan Mas yang Diberi Immunostimulan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi. Hal: 45-49

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124