Aljabar Matriks KAJIAN TEORI

9 Definisi 2. 7 Ruminta, 2009, hal. 7 Suatu matriks persegi dikatakan matriks non singular atau invertible dapat dibalik, jika nilai determinan matriks ≠ 0 dan dikatakan singular jika nilai determinan matriks = 0 sehingga tidak mempunyai invers. Definisi 2. 8 Anton Rorres, 2004, hal. 115 Jika � adalah matriks bujur sangkar, maka minor dari elemen � �� dinyatakan sebagai � �� dan didefinisikan sebagai determinan dari submatriks yang tersisa setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan dari �. Bilangan −1 �+� � �� dinyatakan sebagai � �� dan disebut sebagai kofaktor dari matriks . Jika dituliskan kofaktor � dari matriks � adalah sebagi berikut: � = � � 11 � 12 � 21 ⋮ � �1 � 22 ⋮ � �2 … � 1 � … ⋱ … � 2 � ⋮ � �� � dengan � �� = −1 �+� � �� Jika � = � � 11 � 12 � 13 � 21 � 22 � 23 � 31 � 32 � 33 � maka kofaktor dari � adalah : � 11 = −1 1+1 � 11 = −1 2 �� 22 � 23 � 32 � 33 � � 12 = −1 1+2 � 12 = −1 3 �� 21 � 23 � 31 � 33 � ⋮ � 33 = −1 3+3 � 33 = −1 6 �� 11 � 12 � 21 � 22 � Definisi 2. 9 Ruminta, 2009, hal. 131;146 � matriks berukuran � × � dan jika ada matriks � berukuran � × � sedemikian rupa sehingga : �� = �� = � 10 disebut non singular jika terdapat matriks B maka �� = �� = �. Dimana � adalah matriks identitas berukuran � × �, maka matriks � disebut non singular atau invertible dan matriks � disebut invers dari � atau matriks � disebut invers dari �. Jika matriks � tidak mempunyai invers, maka matriks � disebut singular. �� = �� = � ↔ � = � −1 ↔ � = � −1 �� −1 = � −1 � = � Matriks invers dapat ditentukan dari matriks Adjoint ���. Jika � adalah suatu matriks nxn dan det � ≠ 0,maka : � −1 = 1 det � ��� � Adjoint matriks � adalah suatu matriks yang elemen-elemennya terdiri dari semua elemen-elemen kofaktor matriks �, dengan � �� adalah kofaktor elemen- elemen � �� ; �, � = 1,2, … , �. Adjoint � adalah transpose dari matriks kofaktor, dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut : ���� = � ′ = � � 11 � 12 � 12 ⋮ � 1 � � 22 ⋮ � 2 � … � �1 … ⋱ … � �2 ⋮ � �� � Definisi 2. 10 Anton Rorres, 2004, hal. 37 Jika � dalah sebuah matriks bujur sangkar, maka trace dari A, yang dinyatakan sebagai ���, didefinisikan sebagai jumlah elemen pada diagonal utama �. Trace dari � tidak dapat didefinisikan jika � bukan matriks bujur sangkar. 11 � ��� = � � 11 � 12 � 21 ⋮ � �1 � 22 ⋮ � �2 … � 1 � … ⋱ … � 2 � ⋮ � �� � ��� = � 11 + � 22 + ⋯ + � �� = � � �� � �=1 ; � = � Definisi 2. 11Ruminta, 2009, hal. 9 Matriks orthogonal adalah matriks persegi A yang transposenya sama dengan inversnya, � −1 = �′ atau � ′ � = � Contoh : � = � 1 √2 1 √2 −1 √2 1 √2 � dan �′ = � 1 √2 −1 √2 1 √2 1 √2 � maka diperoleh : �� ′ = � 1 √2 1 √2 −1 √2 1 √2 � � 1 √2 −1 √2 1 √2 1 √2 � = � 1 1� = � Sehingga matriks A adalah matriks orthogonal.

B. Variansi dan Simpangan Baku Standard Deviation

Simpangan baku merupakan salah satu ukuran dispersi yang diperoleh dari akar kuadrat positif varians. Varians adalah rata-rata hitung dari kuadrat simpangan setiap amatan terhadap rata-rata hitungnya Supranto, 2008, hal. 139. Rumus varians � 2 dan simpangan baku � dari suatu populasi adalah sebagai berikut: � 2 = 1 � ∑ � � − � 2 � �=1 12 � = � ∑ � � −� � � �=� � 2. 2 Dengan � = 1 � ∑ � � � �=1 adalah rata-rata populasi, sehingga Persamaan 2.2 dapat ditulis sebagai berikut: � = � 1 � �∑ � � 2 � �=1 − �∑ � � � �=1 � 2 � � Rumus varians � 2 dan simpangan baku � sampel adalah sebagai berikut : � 2 = 1 �−1 ∑ � � − �� 2 � �=1 � = � ∑ � � −�� � � �=� �−� 2. 3 Dengan �� = 1 � ∑ � � � �=1 adalah rata-rata sampel, sehingga Persamaan 2.3 dapat ditulis sebagai berikut: � = � 1 �−1 �∑ � � 2 � �=1 − �∑ � � � �=1 � 2 � �

C. Standarisasi Data

Pemusatan dan penskalaan data merupakan bagian dari membakukan standardized variabel. Modifikasi sederhana dari pembakuan atau standarisasi variabel ini adalah transformasi korelasi correlation transformation. Pemusatan merupakan perbedaan antara masing-masing pengamatan dan rata-rata dari semua pengamatan untuk variabel. Sedangkan penskalaan meliputi gambaran pengamatan pada kesatuan unit standar 13 deviasi dari pengamatan untuk variabel Kutner, 2004, hal. 98. Berikut ini merupakan pembakuan variabel respon Y dan variabel prediktor X : � � − �� � � ; � � − �� � � dengan � adalah simpangan baku pada Persamaan 2.3. Dalam persamaan regresi linear berikut : � � = � + � 1 � 1 � + � 2 � 2 � + � � Persamaan dapat dituliskan dalam bentuk lain, yaitu : � � = � + � 1 �� 1 + � 1 � 1 � − �� 1 + � 2 �� 2 + � 2 � 2 � − �� 2 + � � = � + � 1 �� 1 + � 2 �� 2 + � 1 � 1 � − �� 1 + � 2 � 2 � − �� 2 + � � Maka berlaku : � � − � + � 1 �� 1 + � 2 �� 2 = � 1 � 1 � − �� 1 + � 2 � 2 � − �� 2 + � � Karena � = �� − � 1 �� 1 − � 2 �� 2 sehingga, � � − �� = � 1 � 1 � − �� 1 + � 2 � 2 � − �� 2 + � � Jika � � = � � − ��, ; � 1 � = � 1 � − �� 1 ; � 2 � = � 2 � − �� 2 maka diperoleh persamaan baru, yaitu : � � = � 1 � 1 � + � 2 � 2 � + � � Prosedur untuk membentuk persamaan menjadi persamaan disebut dengan prosedur centering pemusatan yang mengakibatkan hilangnya � sehingga perhitungan untuk mencari persamaan regresi lebih sederhana Draper Smith, 1992, hal. 249. Misalkan dibentuk suatu persamaan : � � ∗ = � 1 � 1 � + � 2 � 2 � + � � ′ 14 Dengan : � � ∗ : � � √�−1� � = � � −�� √�−1� � � 1 � : � 1 � √�−1� 1 = � 1 � −�� 1 √�−1� 1 � 2 � : � 2 � √�−1� 1 = � 2 � −�� 2 √�−1� 1 Maka prosedur ini disebut rescaling penskalaan. Keseluruhan prosedur disebut centering and rescaling.

D. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi, dinotasikan dengan r digunakan untuk mengukur eratnya hubungan antara dua variabel dalam analisis korelasi. Koefisien korelasi sampel antara X dan Y dinotasikan dengan � �� adalah : � �� = � �� �� �� �� �� = ∑ � � − ��� � − �� � �=1 [ ∑ � � − �� 2 � �=1 ∑ � � − �� 2 � �=1 ] 12 dengan � �� adalah kovariansi dari x dan y sedangkan � � dan � � adalah simpangan bakunya. Koefisien korelasi mengukur hubungan antara dua variableldengan nilai −1 ≤ � �� ≤ 1. Apabila r bernilai 1 atau -1 maka hubungan linear antara kedua variabel sempurna sangat kuat. Jika koefisien korelasi bernilai positif maka kedua variabel mempunyai hubungan searah, sedangkan nilai koefisien korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang berlawan arah Supranto, 2008, hal. 162.

Dokumen yang terkait

ANALISIS METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (KOMPONEN UTAMA) DAN REGRESI RIDGE DALAM MENGATASI DAMPAK MULTIKOLINEARITAS DALAM ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

13 88 144

Pengaruh asimetri informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)

0 2 18

Pengaruh intellectual capital dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan bank umum syariah (periode 2011 – 2014)

0 12 118

The intellectual capital effect on financial performances at islamic insurance

0 4 16

PERBANDINGAN MODEL NEURAL NETWORK DAN REGRESI LOGISTIK PADA KASUS MASA STUDI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNY

0 0 14

PEMILIHAN MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA TERBAIK PADA KASUS MULTIKOLINEARITAS BERDASARKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) DAN METODE STEPWISE -

1 10 72

PERBANDINGAN METODE PARTIAL LEAST SQUARE (PLS) DAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION (PCR) UNTUK MENGATASI MULTIKOLINEARITAS PADA MODEL REGRESI LINEAR BERGANDA -

2 5 64

PARTIAL LEAST SQUARE PLS SEBAGAI METODE

0 0 3

View of TI Analisis Faktor yang Mempengaruhi Safety Performance Dengan Menggunakan Metode Partial Component Regression (PCR) dan Non-Iterative Linear Partial Least Square (NIPALS)

0 0 7

Pengaruh Dan Pengelompokan Dimensi Pembangunan Manusia Terhadap Keterlantaran Lansia Di Indonesia Dengan Structural Equation Modeling Partial Least Square (SEM-PLS) Dan Prediction Oriented Segmentation Partial Least Square (POS-PLS) - ITS Repository

0 0 89