2.5 Pengertian Tenaga Kerja
Menurut BPS penduduk berumur sepuluh keatas terbagi sebagai tenaga kerja. Dikatakan tenaga kerja apabila mereka melakukan pekerjaan dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 satu jam secara kontinu selama seminggu
yang lalu.
Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro 2000 pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang
memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar
berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar.
2.6 Investasi
Musgrave dalam Mangkoesoebroto 1998 berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap GNP
semakin besar dan persentase investasi pemerintah terhadap GNP akan semakin kecil. Untuk dapat memulai pembangunan ekonomi dibutuhkan perencanaan
ekonomi. Melalui perencanaan pembangunan berbagai kegiatan dapat diselaraskan dan arah pembangunan ekonomi jangka panjang dapat ditentukan.
Melalui perencanaan dapat juga ditentukan sejauh mana investasi swasta dan pemerintah perlu dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pertumbuhan yang telah
ditentukan.
Investasi Swasta dan Infrastruktur Daerah
Dalam membiayai investasi infrastruktur daerah, perlu juga mengatur sumber daya dari sektor swasta. Hal ini membutuhkan pembentukan kelembagaan
dan peraturan lingkungan yang dapat menarik investasi swasta dalam bidang infrastruktur, merubah hukum dan peraturan; mengenalkan konsep pemberian
harga yang merefleksikan biaya cost-reflective pricing; dan menyediakan prosedur
dan proses
privatisasi atau
disinvestasi yang
transparan. Agustino,2005.
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh dana perimbangan, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Kusumadewi
2010 menyimpulkan bahwa dana perimbangan, investasi swasta, dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam
penelitian ini dinyatakan bahwa hubungan antara dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi provinsi tergolong kecil. Hal ini disebabkan karena
pemerintah daerah provinsi dirasa kurang tepat dalam menempatkan dana sehingga tidak menciptakan efek multiplier untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi. Investasi swasta dan tenaga kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi akan tetapi masih
dibutuhkan upaya-upaya dalam peningkatan kualitas dan kinerjanya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi.
Parhah 2002 dalam penelitiannya yang berjudul “Kontribusi
Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ” bertujuan
untuk mengetahui dampak desentralisasi fiskal yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kontribusi desentralisasi
fiskal di Indonesia belum mampu menunjukan hubungan yang positif antara kebijakan desentralisasi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dalam penelitian lainnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pujiati 2008
dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi di karasidenan Semarang era Desentralisasi Fiskal” dengan menggunakan beberapa variabel yaitu sumber
penerimaan daerah antara lain DAU, PAD, dan DBH , peneliti menemukan bahwa DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Temuan ini tidak mendukung teori pertumbuhan Neo Klasik yang beranggapan bahwa modal akan mempercepat pertumbuhan.
Sementara itu, penelitian Yulian Rinawaty dkk 2009 yang menganalisis pengaruh dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah provinsi
Sulawesi Tengah, menemukan bahwa dana perimbangan secara keseluruhan yang melibatkan komponen-komponenya yaitu antara lain DAU, DAK, DBH
berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui investasi swasta.
2.8 Hipotesis