PENDAHULUAN Kaur Kehumasan : Luthfi Syamsiar

BAB I - Pendahuluan Buku Pedoman Akademik 2012 - 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2 cakap dan bertanggung jawab serta mempersiapkan tunas-tunas muda guna menjadi ahli- ahli ekonomi yang berguna bagi nusa dan bangsa. Yayasan PTEM dipimpin oleh Mayor Polak yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Jurusan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Airlangga Unair yang ada di Malang. Dosen pengajar berasal dari APDN dan FKIP Unair. Sedangkan kampus tempat kuliah berpencaran dan tersebar di Jl. Ijen dan Jl. Guntur, SMA Tugu, Balai Kota Malang, SPMA Tanjung, Gedung PAAKRI Jl. Pahlawan Trip, dan sebagainya. Sebagian besar dosen dan mahasiswa adalah keturunan Tionghoa. Hanya beberapa dosen dan 10 orang mahasiswa, orang Indonesia Asli. Sejak tanggal 3 Oktober 1961, PTEM meleburkan diri menjadi bagian dari Universitas Brawijaya dan disebut Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya FEUB. Nama Universitas Brawijaya diberikan oleh Presiden Soekarno melalui kawat Presiden Republik Indonesia No. 258K1961 tertanggal 11 Juli 1961. Sebelum kawat Presiden tersebut, Universitas Brawijaya bernama Universitas Kotapraja Malang. Pada tanggal 5 Januari 1963 dengan Surat Keputusan Menteri PTIP No. 1 Tahun 1963, Universitas Brawijaya diresmikan sebagai salah satu universitas negeri di Indonesia. Sampai sekarang, FEB dengan usia hampir 46 tahun telah dipimpin oleh 12 orang dekan. Beberapa aspek penting selama masa kepemimpinan 12 Dekan tersebut adalah:

1. Drs. JBAF Mayor Polak Januari 1961 – Maret 1963

Masalah utama yang dihadapi pada periode ini selain rendahnya minat menjadi mahasiswa, apalagi di kalangan pribumi, juga masih langkanya tenaga-tenaga ahli yang bersedia dan mampu menjadi dosen. Oleh sebab itu, periode ini ditandai dengan jumlah mahasiswa yang sangat kecil serta dosen-dosen yang berstatus pinjaman atau dosen luar biasa, bahkan dari mahasiswa yang ada sebagian besar di antaranya berstatus ganda, di satu sisi sebagai mahasiswa di FKIP Universitas Airlangga yang ada di Malang dan pada sisi lain terdaftar sebagai mahasiswa di PTEM embrio FEUB. Dosen-dosen pada masa kepemimpinan Mayor Polak terdiri dari dosen APDN dan dosen-dosen Unair. Sebagian besar dosen adalah keturunan Tionghoa. Sementara itu gedung kuliah masih menyewa dan berpindah-pindah, antara lain di Jl. Ijen dan Jl. Guntur, SMA Tugu, Balaikota Malang, SPMA Tanjung, dan Gedung PAAKRI. BAB I - Pendahuluan Buku Pedoman Akademik 2012 - 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 3

2. Drs. Abdul Madjid Notoatmojo 1963 – 1966

Pada periode kedua ini masalah kelengkapan fasilitas belajar masih sangat jauh dari sempurna, misalnya gedung untuk keperluan kuliah belum menyatu dengan kantor administrasi. Oleh karena itu mahasiswa harus kuliah di berbagai tempat yang tentu saja jika dibandingkan dengan kondisi sekarang dapat dianggap kurang efektif. Menjabat sebagai Sekretaris Fakultas pada periode ini adalah Dra. O.S. Hastoeti Harsono. Pada tahun 1965 FEUB untuk pertama kalinya menghasilkan sarjana lengkap. Gedung kuliah tidak ada perubahan, masih tetap sebagaimana periode Mayor Polak, walaupun untuk urusan administrasi fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Brawijaya dilaksanakan di Kotalama. Dosen yang ada ketika itu adalah Dra. O.S. Hastoeti Harsono, Drs. Rustam Effendy MBA alm, Dra. S.M. Kiptiyah, Drs. Mohammad Saleh, Dra. Muryati, dan Drs. M. Saleh Sjafradji.

3. Drs. Daniel EOH April 1966 – Oktober 1966

Periode yang sangat pendek ini merupakan periode yang sangat kritis dari segi kelangsungan hidup organisasi FEUB. Hal ini akibat situasi politik dalam negeri yang penuh gejolak terutama dengan terpolarisasinya mahasiswa ke dalam berbagai kelompok politik yang saling bertentangan satu dengan yang lain, bahkan untuk kegiatan perkuliahan seringkali dosen sulit mendapatkan mahasiswanya. Puncak dari pergolakan politik tersebut adalah peristiwa G30SPKI.

4. Drs. Robertus Suharno 1966 – 1970

Periode ini bersamaan dengan dimulainya Orde Baru. Berbeda dengan periode sebelumnya, pemerintahan baru Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto menempatkan stabilitas politik sebagai prioritas utama. Sebagai hasil dari kondisi politik yang mulai stabil, FEUB berhasil menyatukan kegiatan perkuliahannya dengan kegiatan administrasi. Hal ini ditandai dengan berpindahnya lokasi perkuliahan dan administrasi dari Kotalama sekarang Jl. Laks. Martadinata Malang ke Dinoyo Sekarang Jl. MT. Haryono 165 Malang. Pada lokasi baru ini FEUB mempunyai tiga ruang kuliah, satu ruang perpustakaan, dan satu aula yang dipakai secara bersama-sama dengan Fakultas Teknik. Pada periode ini PD I dijabat oleh Drs. Baharuddin Tamin, PD II merangkap sekretaris dijabat oleh Dra. O.S. Hastoeti Harsono, dan PD III dijabat oleh Drs. Kasmiran Wuryo dosen tetap IKIP Malang.