Klasifikasi Tanah Inseptisol pada Ketiggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasudutan

(1)

KLASIFIKASI TANAH INSEPTISOL PADA KETIGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUDUTAN

SKRIPSI

OLEH

SAMUEL EVANS KETAREN 080303040

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KLASIFIKASI TANAH INSEPTISOL PADA KETIGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA

KABUPATEN HUMBANG HASUDUTAN

SKRIPSI

OLEH

SAMUEL EVANS KETAREN 080303040

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Klasifikasi Tanah Inseptisol pada Ketiggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasudutan

Nama : Samuel Evans Ketaren

Nim : 080303040

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tanah Inseptisol di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada ketinggian tempat yang berbeda. Pada ketinggiam tempat 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 dan diatas 1500 mdpl. Pengambian sampel dilakukan dengan cara pembukaan lubang profil pada setiap SPL yang telah ditentukan dengan menggunakan acuan buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang dan Key to Soil Taxonomy 2010.

Dari hasil penelitian ini diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 dengan kategori Ordo Inseptisol. Pada kategori Sub Ordo diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 adalah Udept. . Pada kategori Great Group diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 adalah Dystrudept. . Pada kategori Sub Group diperoleh Klasifikasi profil 1 adalah Psammentic Dystrudept, profil 2 adalah Pachic Dystrudept, profil 3 adalah Fluventic Dystrudept.


(5)

ABSTRACT

This study aims to classify land Inseptisol in District Lintong District Nihuta Humbang Hasundutan at a different altitude. In place ketinggiam 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 and above 1500 meters above sea level. Pengambian samples done by opening holes on each SPL profile that has been determined by using a reference book on Field Soil Observation Guidelines and Key to Soil Taxonomy 2010.

From these results obtained profiles classification categories 1,2 and 3 with the Order Inseptisol. In Order Sub category classification obtained are profiles 1,2 and 3 Udept. . In the category of Great Group gained 1.2 Classification and profile 3 is Dystrudept. . In Sub categories Group 1 was obtained Classification Psammentic Dystrudept profile, the profile is Pachic Dystrudept 2, profile 3 is Fluventic Dystrudept


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Klasifikasi Tanah Inseptisol Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasudutan” sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Ir. Posma Marbun, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Purba Marpaung, SU., selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan usulan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak.

Medan, Januari 2014


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... ... iv

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 1

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanah Inseptisol ... 3

Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Inseptisol ... 6

Pengaruh Relief/Kemiringan Lereng ... 7

Taksonomi Tanah ... 9

Taksonomi Tanah 2010 ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

Bahan dan Alat ... 35

Metode Penelitian ... 36

Pelaksanaan Penelitian ... 36

Parameter yang Diamati ... 37

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 39

Deskripsi Profil ... 39

Deskripsi Profil 1 ... 39

Deskripsi Profil 2 ... 41

Deskripsi Profil 3 ... 43


(8)

Sifat Kimia Tanah ... 45

Pembahasan ... 24

Klasifikasi Tanah ... 47

Penentuan Horison Atas Penciri... 48

Penentuan Horison Bawah Penciri ... 49

Penetuan Ordo ... 51

Penentuan Sub Ordo ... 53

Penentuan Great Group ... 54

Penentuan Sub Group ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 62

Saran ... 62


(9)

DAFTAR TABEL

No Hal.

1. Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada Profil 1, 2 dan 3 ... 45 2. Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil 1, 2, dan 3 ... 46


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi tanah Inseptisol di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada ketinggian tempat yang berbeda. Pada ketinggiam tempat 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 dan diatas 1500 mdpl. Pengambian sampel dilakukan dengan cara pembukaan lubang profil pada setiap SPL yang telah ditentukan dengan menggunakan acuan buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang dan Key to Soil Taxonomy 2010.

Dari hasil penelitian ini diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 dengan kategori Ordo Inseptisol. Pada kategori Sub Ordo diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 adalah Udept. . Pada kategori Great Group diperoleh Klasifikasi profil 1,2 dan 3 adalah Dystrudept. . Pada kategori Sub Group diperoleh Klasifikasi profil 1 adalah Psammentic Dystrudept, profil 2 adalah Pachic Dystrudept, profil 3 adalah Fluventic Dystrudept.


(12)

ABSTRACT

This study aims to classify land Inseptisol in District Lintong District Nihuta Humbang Hasundutan at a different altitude. In place ketinggiam 1200-1300, 1300-1400, 1400-1500 and above 1500 meters above sea level. Pengambian samples done by opening holes on each SPL profile that has been determined by using a reference book on Field Soil Observation Guidelines and Key to Soil Taxonomy 2010.

From these results obtained profiles classification categories 1,2 and 3 with the Order Inseptisol. In Order Sub category classification obtained are profiles 1,2 and 3 Udept. . In the category of Great Group gained 1.2 Classification and profile 3 is Dystrudept. . In Sub categories Group 1 was obtained Classification Psammentic Dystrudept profile, the profile is Pachic Dystrudept 2, profile 3 is Fluventic Dystrudept


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Inseptisol (inceptum atau permulaan) dapat disebut tanah muda karena pembentukannya agak cepat sebagai hasil pelapukan bahan induk. Inceptisol mempunyai kandungan liat yang rendah, yaitu < 8% pada kedalaman 20-50 cm. Tanah inseptisol, digolongkan ke dalam tanah yg mengalami lapuk sedang dan tercuci Sanchez, (1992). Tanah jenis ini menempati hampir 4% dari luas keseluruhan wilayah tropika atau 207 juta hektar. Oleh karena itu sebagian besar jenis tanah ini mengalami pelapukan sedang dan tercuci karena pengaruh musim basah dan kering yang sangat mempengaruhi tingkat pelapukan dan pencucian.

Desa Lintong Ni Huta merupakan salah satu desa di Kabupaten Humbang Hasundutan yang terletak di daerah dataran tinggi dengan berbagai pada ketinggian tempat yang berbeda. Di daerah ini terdapat tiga jenis tanah yang salah satunya adalah tanah Inseptisol. Berbagai budidaya pertanian yang dominan pada umumnya adalah budidaya kopi. Namun sebagian besar tanah Inseptisol adalah sebagai hutan. Penelitian perubahan karakteristik tanah Inseptisol pada ketinggian yang berbeda belum pernah ada. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui klasifikasi tanah inseptisol pada kategori sub ordo, great group, dan sub group.

Tujuan Penelitian

Untuk mengklasifikasi Inseptisol di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan pada ketinggian tempat yang berbeda dengan sistem


(14)

klasifikasi Taksonomi Tanah USDA, 2012 pada kategori sub ordo, great group dan sub group.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk penelitian di program studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Tanah Inseptisol

Karakteristik tanah Inseptisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2 meter, warna hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur pasir, debu, dan lempung, struktur tanah remah konsistensi gembur, pH 5,0 sampai 7,0, bahan organik cukup tinggi (10% sampai 31%), kandungan unsur hara yang sedang sampai tinggi, produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi

(Nuryani dkk, 2003).

Inseptisol (di daerah rawa-rawa dan pantai) tidak boleh mengandung bahan sulfidik pada kedalaman ≤ 50 cm dan harus matang (n -value < 0.7) atau kadar liat < 8% terutama pada kedalaman 20-50 cm serta mempunyai salah satu horison berikut; salik, histik, molik, plagen; atau bila kadar garam tinggi, lapisan-lapisan pada kedalaman ≤ 50 cm harus mempunyai kejenuhan Na (ESP) > 15% atau nisbah jerapan Na (SAR) > 13 dan menurun dengan meningkatnya kedalaman di bawah 50 cm.

Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P, dan K) maupun masukan organik (pencampuran sisa panen kedalam tanah saat pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar C-Organik dan kapasitas tukar kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika


(16)

Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)

Inceptisol adalah tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan albik seperti tanah Entisol, juga dapat memiliki beberapa sifat penciri lain yaitu horison kambik (Hardjowigeno, 1993).

Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah Inseptisol adalah adalah sebagai berikut:

1. Bahan induk yang sangat resisten.

2. Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah. 3. Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum

lanjut

Inseptisol adalah tanah yang memiliki salah satu : 1. Satu atau lebih hak-hal berikut :

a. Horison kambik dengan batas atas di dlam 100 cm dari permukaan tanah mineral dan batas bawahnya pada kedalaman ≥ 25 di bawah permukaan tanah mineral; atau,


(17)

b. Horison kalsik, gipsik, petrokalsik, petrogipsik, plasik atau duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah atau mineral; atau, c. Fragipan atau horison oksik, sombrik, atau spodik, dengan batas atas

didalam 200 cm dari permukaan tanah mineral; atau,

d. Horison sulfurik, yang mempunyai batas atas di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral; atau,

e. Regim temperatur dan horison kriik kambik;atau,

2. Tidak mempunyai bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, dan kedua hal berikut:

a.Didalam satu atau lebih horison antara kedalaman 20-50 cm di bawah permukaan tanah mineral, memiliki nilai-n ≤ 0.7, atau kadar liat < 8 persen dalam fraksi tanah halus; dan,

b.Pada lapisan antara permukaan tanah mineral dan kedalaman 50 cm, Na-dd ≥ 15 persen ( atau SAR ≥ 13). Dan menurun dengan kedalaman di bawah 50 cm; dan juga kadang-kadang ada air tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral selama setahun ketika tanah tidak beku pada beberapa bagian. (Hardjowigeno, 1993).

Proses Pembentukan Tanah Inseptisol

Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. (Resman dkk., 2006).


(18)

Konsep sentral Inceptisol adalah tanah-tanah di daerah dingin atau sangat panas, lembab, sub lembab dan yang mempunyai horison kambik dan epipedon okrik. (Soil Survey Staff.,2010)

Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Resman dkk., 2006).

Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Inseptisol

Tanah Inseptisol dapat dibedakan berdasarkan great groupnya. Salah satu great group dari Inseptisol adalah Tropaquepts. Tropaquepts adalah great group dari ordo Inseptisol dengan subordo Aquept yang memiliki regim suhu tanah isomesik atau lebih panas. Aquept merupakan tanah-tanah yang mempunyai rasio natrium dapat tukar (ESP) sebesar 15 persen atau lebih (rasio adsorpsi natrium), (SAR) sebesar 13 persen atau lebih pada setengah atau lebih volume tanah di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, penurunan nilai ESP (SAR) mengikuti peningkatan kedalaman yang berada di bawah 50 cm, dan air tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral selama sebagian waktu dalam setahun (Soil survey staff, 1998).

Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE (Coefficient of Linear Extensibility) antara 0,07 dan


(19)

0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak pada 0,1 – 1 atm (Resman dkk., 2006).

Kandungan P potensial rendah sampai tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P potensial umumnya lebih tinggi daripada K potensial, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) sedang sampai tinggi disemua lapisan. Kejenuhan basa (KB) rendah sampai tinggi. Secara umum disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi (Damanik, dkk, 2010).

Sifat Biologi Masih terdapat bahan induk sehingga masih banyak mikroorganisme pendekomposisi sisa tumbuhan Tanah yang masih banyat terdapat bahan induk termasuk serasah tumbuhan. Masih terdapat bahan induk sehingga masih banyak mikroorganisme pendekomposisi sisa tumbuhan (Hardjowigeno,1989).

Pengaruh Relief/Kemiringan Lereng

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng, bentuk lereng, dan posisi lereng. Topografi merupakan salah satu factor pembentuk tanah. Topografi dalam proses pembentukan tanah mempengaruhi: (1) jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah; (2) dalamnya air tanah; (3) besarnya erosi; (4) arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu tempat ke tempat lain (Hardjowigeno, 1993).

Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di


(20)

setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah hujan dan temperatur (Salim, 1998).

Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, menyebabkan pergerakan air pada suatu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan partikel-partikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan mengangkut berbagai partikel-partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan bahan tanah lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi tumbuk butir-butir hujan, intensitas hujan, dan penggerusan oleh aliran air pada permukaan tanah yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah (Arsyad, 2000).

Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per satuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).

Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng pada suatu sekuen lereng. Lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak (crest) merupakan


(21)

daerah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah dibawahnya, demikian pula lereng tengah yang kadang cembung atau cekung mendapat gerusan aliran permukaan relatif lebih besar dari puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan (Salim, 1998).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan system klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id/Sistem Taksonomi Tanah).Sifat umum dari taksonomi tanah adalah :


(22)

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuanpenemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu landscape dimanapun ditemukan.

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah. Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah.

(Hardjowigeno, 1993).

Dalam cabang ilmu tanah (pedologi), taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah peubah yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari Soil Survey Staff Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menerbitkan suatu kesepakatan dalam taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama seperti : Ultisol-Podsolik Merah Kuning. Meskipun nama baru sudah diberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil Survey Staff

dianggap terlalu rinc Taksonomi tanah

terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.


(23)

2. Sub Ordo

Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik). 3. Great Group

Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plinthite, fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup Typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah).

5. Family

Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu > 8000 taksa. Faktor pembedanya adalah sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk family antara lain adalah : sebaran besar butir, susunan mineral(liat), regim temperatur pada kedalaman 50 cm.


(24)

6. Seri

Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison, sifat-sifat kimia dan mineral masing-masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah factor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi

(Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi Tanah 2010

Taksonomi tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti :

1. Deskripsi profil tanah.

2. Penentuan horison penciri (epipedon dan horizon bawah penciri). 3. Penentuan sifat-sifat lain.

4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo (ada 12 ordo), sub ordo, kelompok besar (great group), anak kelompok (sub group), keluarga (family) dan seri.

(Marpaung, 2008).

Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo. Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.


(25)

Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan horison bawah penciri (Darmawijaya, 1990).

Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.

A. Epipedon Mollik

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa > 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 > 250 ppm.

C. Epipedon Umbrik

Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna≤ 3.5 (lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik > 0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari


(26)

kumulatif dan tahun-tahun normal (dan tidak ada didrainase). Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik. E. Epipedon Histik

Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase). Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.

F. Epipedon Okrik

Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.

G. Epipedon Plagen

Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya. Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 18 horison bawah penciri yaitu horison Agrik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik, Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.


(27)

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.

B. Horison Argilik

Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Terdapat selaput liat terorientasi pada permukaan pori di mana pun dalam atau segera di bawah horison iluviasi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmo/kg).

C. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl.

D. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.

E. Horison Glosik

Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.


(28)

F. Horison Gipsik

Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.

G. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.

H. Horison Kandik

Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (<6 cmol/kg).

I. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

J. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh natrium.

K. Horison Orstein

Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih


(29)

L. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg) M. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

N. Horison Petrogipsik

Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

O. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

P. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.

Q. Horison Sombrik

Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.


(30)

R. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik.

Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo Yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.

B. Histosol

Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm. C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya

E. Oksisol

Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.


(31)

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih. G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan ataulebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.

H. Ultisol

Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

I. Mollisol

Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50% atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.

K. Inceptisol

Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak


(32)

terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison penciri lain.

(Soil Survey Staff, 2010).

Berdasarkan Taksonomi Tanah 2010, sub ordo, great group, dan sub group tanah Inseptisol dibagi atas :

1. Pada lapisan diatas kotak densik, titik, atau paralitik, atau lapisan diantara kedalaman 40 cm dan 50 cm dari permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki kondisi akuik selama bagian waktu pada tahun-tahun normal (atau telah didrainase), dan mempunyai satu atau lebih sifat berikut :

a. Epidon histik, atau

b. Harison sulfuric yang balas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan mineral atau

c. Suatu lapisan langsung dibawah epipedon atau di dalam 50 cm dari permukaan tanah minera pada 50 persen atau lebih permukaan ped atau didalam matriks apabila tidak terdapat ped, mempunyai satu atau lebih sifat berikut :

1. Kroma 2 atau kurang apabila terdapat konsentrasi rodos, atau


(33)

d. Di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, mengandung cukuo besi fero aktif untuk dapat memberikan reaksi positif terhadap alpha, alpha – dipyidil ketika tanah tidak sedang diirigasi atau

2. Mempunyai rasio natrium dapat – ukur (ESP) sebesar 15 persen atau lebih (atau rasio adsorpsi natrium, (SAR) sebesar 13 persen atau lebih) pada setengah atau lebih volume tanah didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, penurunan kedalamnya yang berada dibawah 50 cm, dan air tanah didalam 100 cm dari permukan tanah mineral selama sebagian waktu dalam setahun.

Aqucpts, hlm. 368 KB inceptisols lain yang mempunyai epidedon plagen atau anthropik

Abtrepts, hlm, 368 KC. Inceptisol lain yang mempunyai rejin suhu tanah eryik.

Cryepts, hlm. 380. KD. Incptisols lain yang mempunyai rejim kelembaban

KE. Inceptisols lain yang mempunyai rejim kelembaban kerik KF. Inceptisols lain yang mempunyai rejim kelembaban tanah udik Anthrepts

Kunci Subgrup

KBA. Anthreps yang mempunyai epipedon plagen Plagganthreps, hlm. 368


(34)

Haplanthreps, hlm. 368 Haplanthrepts

Kunci Subgrup

KBBA. Semua Haplantherpls ( untuk sementara waktu) Typie Haplanthrepts

Plagganthrepts Kunci Subgrup

KBAAA Semua Plagganthreps (untuk sementara waktu) Typic Plaggathrepts

Aquepts Kunci Grup

KAA. Aquepts yang mempunyai harison sulfuric yang batas atasnya didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

Sulfaquepts, hlm. 379

KAB. Aquepts lain yang mempunyai satu horizon atau lebih berupa plintil atau horisonn diagnostic tersemenlasi atau mengeras baik berupa fase atau menyusun setengah volumenya atau lebih didalam 10 cm dari permukaan tanah mineral.

Petraquepts, hlm. 379

KAC. Aquepts lain yang mempunyai salah satu sifat berikut : 1. Harison salik; atau

2. Pada satu horizon atau lebih dengan ketebalan total 25 cm lebih di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral memiliki persentase nnatrium dapat tukar (ESP) sebesar 15 persen atau


(35)

lebih (atau SAR sebesar 13 atau lebih), dan terdapat penurunan lebih),dan terdapat penurunan nilai ESP dibawah 50 cm seiring dengan bertambahnya kedalaman.

Halaquepts, hlm. 376

KAD. Aquepts lain yang mempunyai fragipan yang batas atasnya didalam 100 cm dari permukaan mineral.

Fraglaquepts, hlm. 376

KAE Aquepts lain yang mempunyai rejim suhu cryik Cryaquepts, hlm. 369

KAF. Aquepts lain yang didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, mempunyai satu atau lebih dengan ketebalan total paling sedikit 25 cm (secara kumulatif) yang mmempunyai 25 persen atau lebih berdasarkan volume) prosedur bioturbasi yang dapat diidentifikasi misalnya bekas lubang-lubang binatang yang telah terisi, lubang-lubang cacing, atau bekas sisa-sisa binatang,

Vermaquepts, hlm, 177

KAH. Aquepts lain yang mempunyai episaturasi Epiaqusepts hlm. 374

KAI Aquepts yang lain Epiaqusepts hlm. 371 Cryaqupts


(36)

KAEA. Cryaquepts yang didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral mempunyai satu atau lebih sifat berikut :

1. Horison sulfuric; atau

2. Horison setebal 15 cm atau lebih yang memiliki semua sifat horizon sulfirik, kecuali pH di antara 3,5 dan 4,0 atau 3. Bahan Sulfidik :

Sulfic Cryaquepts

KAEB Craquepts lain yang mempunyai epipedon histik dan kontak titik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral. Hisic Lithle Cryaquepts

Kaec. Cryaquepts lain yang mempunyai kontak litik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

Lithlc Cryaquepls.

KAED. Cryaquepts lain yang mempunyai satu atau kedua sifat berikut :

1. Rekahan-rekahan didalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, dan bidang kilir atau agregat berbentuk baji didalam lapisan setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya didalam 125 cm dari permukaan tanah mineral; atau

2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih diantara permukaan tanah mineral dan kedalaman 100 cm, atau


(37)

diantara permukaan tanah mineral dan kontak densik, titik atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Vertile Cyaquepts

KAEF. Cryaquepts lain yang pada keseluruhan atau horizon atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih, didaam 75 cm dari permukaan tanah mineral, memiliki satu atau lebih sifat berikut :

1. Fraksi tanah halus dengan berat isi 1,0 g/cm3 atau kurang, diukur pada retensi air 33 kPA, dan jumlah persentase Al dan ½ Fe (dengan ammonium, oksalat) sebesar lebih dari 1,0 atau

2. Fragmen berukuran lebih kasr dari 2,0 mm menyusun lebih dari 35 persen volumenya, lebih dari 66 persen fragmen tersebut berupa silinder, batuapung, dan fragmen serupa batuapung atau

3. Fraksi tanah halus mengandung 30 persen atau lebih butiran berdiameter 0,02 sapai 2,0 mm dan :

a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebihh gelas volkan; dan

b. Jumlah persentase (Al ditambah ½ Fe, hasil ekstraksi dengan ammonium oksalat) dikalikan 60) dan persentase gelas polkan sebesar 30 % atau lebih.


(38)

KAEG Cryaquepts lain yang mempunyai lereng kurang dari 25 persen; dan

1. Kandungan karbon organic ( berumur Holosen) sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm dibawah permukaan tanah mineral, an tidak terdapat kontak densik, litik atau paralitik dalam kedalaman tersebut, atau

2. Penurunan kandungan karbon organic (berumur Holosen) secara teratur diantara kedalaman 25 cm dan 125 cm dibawah permukaan tanah mineral, atau mencpai kontak densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Fluvaquentic Cryaquepts

KAEH. Cryaquepts lain yang mempunyai kedua sifat berikut:

1. Pada satu harison atau lebih diantara kedalaman 15 cm dan 50 cm dari permukaan tanah mineral, 40 persen atau lebih matriksnya berkroma 3 atau lebih dan

2. Epipedom molik atau umbrik. Aeric Humic Cryaquepts

KAEI Cryacuepts lain yang pada satu horizon atau lebih di antara kedalaman 15 cm dan 50 cm dari permukaan tanah mineral, 40 persen atau lebih matriksnya berkroma 3 atau lebih.


(39)

Endoaquepts Kunci Subgrup

KAIA. Endoaquepts yang didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral, mempunyai satu atau lebih sifat berikut :

1. Horison sulfuric, atau

2. Horison setebal 15 cm atau lebih yang memiliki semua sifat horizon sulfuric, kecuali pHdiantara 3,5 dan 4,0 atau

3. Bahan sulfidik Sulfic Endoaquepts

KAIB. Endoaquepts lain yang mempunyai kontak titik di dalam 50 cm dari permukan tanah mineral.

Lithicendoaquepts

KAIC, Endoaquepts lain yang mempunyai satu atau kedua sifat berikut : 1. Rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral

selebar 5 mm atau lebih, menapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal dan bidang kilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral;atau

2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih di antara permukaan tanah mineral dan kontak densik, litik atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.


(40)

KAID. Endoaquepts lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral, memilik satu atau lebih sifat berikut :

1. Fraksi tanah halus dengan berat isi 1,0 atau kurang, diukur

pada retensi air 33 , dan jumlah persentase AI dan Fe (dengan Amonium Oksalat) sebesar lebih dari 1,0; atau

2. Fragmen berukuran lebih kasar dari 2,0 mm menyusun lebih dari 35 persen volumenya, lebih dari 66 persen fragmen tersebut berupa sinder, batu apung, dan fragmen serupa batu apung; atau 3. Fraksi tanah halus mengandung 30 persen atau lebih butiran

berdiameter 0,02 sampai 2,0 mm; dan :

a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan

b. Jumlah [persentase (A1 ditambah Fe, hasil ekstraksi dengan amonium oksalat) dikalikan 60] dan persentase gelas volkan sebesar 30 persen atau lebih.

Aquandle Endoaquepts

KAIE Endoaquepts lain yang mempunyai lereng kurang dari 25 persen; dan

1. Kandungan karbon organik (berumur holosen) sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral, dan tidak terdapat kontak densik, litik atau paralitik di dalam kedalaman tersebut; atau


(41)

2. Penurunan kandungan karbon organik (berumur Holosen) secara tidak teratur di antara kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral, atau mencapai kontak densik, litik atau paralitik mana saja yang dangkal.

Fluvaquente Endoaquepts

KAIF, Endoaquepts lain yang mempunyai sifat tanah fragic;

1. Pada 30 persen atau lebih dari volume suatu lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral; atau

2. Pada 60 persen atau lebih dari volume suatu lapian tanah setebal 15 cm atau lebih.

Fragic Endoaquepts

KAIG, Endoaquepts lain yang pada satu horizon atau lebih diantara horizon A atau Ap dan kedalaman 75 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai satu dari warna-warna berikut:

1. Hue 7,5 YR atau lebih merah pada 50 persen matriks atau lebih; dan

a. Apabila terdapat ped, 50 persen atau lebih bagian luarnya, berkroma 2 atau lebih, atau apabila tidak terdapat deplesi redoks, bagian dalamnya berkroma 2 atau kurang; atau

b. Apabila tidak terdapat ped, 50 persen atau lebih matriksnya, berkroma 2 atau lebih; atau

2. Pada 50 persen atau lebih matriksnya mempunyai hue 10 YR atau lebih kuning dan salah satu sifat berikut:


(42)

a. Value warna lembab, 3 atau lebih dan kroma 3 atau lebih; atau b. Kroma 2 atau lebih, apabila tidak terdapat konsentrasi redoks. Aerle Endoaquepts

KAIH, Endoaquepts lain yang mempunyai :

1. Value warna lembab, 3 atau kurang dan value warna kering, 5 atau kurang (contoh dipecah dan dihaluskan), pada horizon Ap atau pada 15 cm tanah bagian atas setelah dicampur; dan

2. Kejenuhan basa (dengan NH4OAc) sebesar kurang dari 50 persen

pada sebagain tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

Humic Endoaquepts

KAII, Endoaquepts lain yang mempunyai Horison Ap dengan value warna, kering, 5 atau kurang (contoh dipecah dan dihaluskan), baik pada horizon Ap atau pada tanah bagian atas setebal 15 cm, setelah dicampur. Mollle Endoaquepts

KAIJ, Edoaquepts yang lain. Typle Endoaquepts

Eplaquepts Kunci Subgrup

KAHA, Eplaquepts yang mempunyai satu atau kedua sifat berikut:

1. Rekahan – rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral sebesar 5 mm atau lebih, mencapai ketebalan 30 cm atau lebih, selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal, dan bidang kilir atau agregat berbentuk baji di dalam lapisan setebal 15 cm atau


(43)

lebih yang batas atasnya di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral; atau

2. Pemuaian linier sebesar 6,0 cm atau lebih diantara permukaan tanah mineral dan kedalaman 100 cm, atau di antara permukaan tanah mineral dan kontak densik, litik, atau paralitik, mana saja yang lebih dangkal.

Vertic Aplaquepts

KAHB, Eplaquepts lain yang pada keseluruhan satu horizon atau lebih dengan ketebalan totl 18 cm atau lebih, di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral, memiliki satu atau lebih sifat berikut:

1. Fraksi tanah halus dengan berat isi1,0 atau kurang, diukur pada retensi air 33 kPa, dan jumlah persentase A1 dan Fe (dengan Amonium Oksalat) sebesar lebih dari 1,0; atau

2. Fragmen berukuran lebih kasar dari 2,0 mm menyusun lebih dari 35 persen volumenya, lebih dari 66 persen fragmen tersebut berupa sinder, batu apung, dan fragmen serupa batu apung; atau 3. Fraksi tanah halus mengandung 30 persen atau lebih butiran

berdiameter 0,02 sampai 2,0 mm; dan:

a. Pada fraksi 0,02-2,0 mm, terdapat 5 persen atau lebih gelas volkan; dan

b. Jumlah [persentase (A1 ditambah Fe, hasil ekstraksi dengan ammonium oksalat) dikalikan 60] dan persentase gelas volkan sebesar 30 persen atau lebih.


(44)

KAHC, Eplaquepts lain yang mempunyai lereng kurang dari 25 persen; dan

1. Kandungan karbon organik (berumur holosen) sebesar 0,2 persen atau lebih pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral, dan tidak terdapat kontak densik, litik, atau paraliti di dalam kedalaman tersebut; atau

2. Penurunan kandungan karbon organik (berumur holosen) secara tidak teratur di antara kedalaman 25 cm dan 125 cm di bawah permukaan tanah mineral, atau mencapai kontak densik, litik, atau para litik mana saja yang lebih dangkal.

Fluvaquentic Eplaquepts

KAHD, Eplaquepts lain yang mempunyai sifat tanah fragic:

1. Pada 30 persen atau lebih dari volume suatu lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral; atau

2. Pada 60 persen atau lebih dari volume suatu lapisan tanah setebal 15 cm atau lebih.

Fragic Eplaquepts

KAHE, Eplaquepts lain yang pada satu horizon atau lebih dianatar horizon A atau Ap dan kedalaman 75 cm di bawah permukaan tanah mineral, mempunyai satu dari warna-warna berikut:

1. Hue 7,5 YR atau lebih merah pada 50 persen matriks atau lebih; dan


(45)

a. Apabila terdapat ped, 50 persen atau lebih bagian luarnya, berkroma 2 atau lebih, atau apabila tidak terdapat deplesi redoks, bagian dalamnya berkroma 2 atau kurang; atau

b. Apabila tidak terdapat ped, 50 pereen atau lebih matriksnya, berkroma 2 atau lebih; atau

2. Pada 50 persen atau lebih matriksnya mempunyai hue 10 YR atau lebih kuning dan salah satu sifat berikut:

a. Value warna lembab, 3 atau lebih dan kroma 3 atau lebih; atau b. Kroma 2 atau lebih, apabil tidak terdapat konsentrasi redoks.

Aeric Eplaquepts

KAHF, Eplaquepts lain yang mempunyai kedua sifat berikut:

1. Value warna lembab, 3 atau kurang dan value warna kering, 5 atau kurang (contoh dipecah dan dihaluskan) pada horison Ap atau pada 15 cm tanah bagian atas setelah dicampur; dan

2. Kejenuhan basa (dengan NH4OAc) sebesar kurang dari 50 persen

pada sebgian tanah di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

Humic Eplaquepts

KAHG, Eplaquepts lain yang mempunyai horison Ap dengan value warna, lembab, 3 atau kurang dan value warna, kering, 5 atau kurang dari value warna, kering, 5 atau kurang (contoh dipecah dan dihaluskan), baik pada horizon Ap atau pada tanah bagian atas setebal 15 cm, setelah dicampur.


(46)

KAHH. Epiaquepts yang lain Typie Eplaquepts

Fragiaquepts Kunci Subgrup

KADA. Fragiaquepts yang pada satu horizon atau lebih diantara lapisan olah dan ketebalan 75 cm dibawah permukaan tanah mineral, atau apabila tidak terdapat lapisan matriksnya mempunyai salah satu sifat berikut :

1. Kroma 3 atau

2. Kroma 2 atau lebih, apabila tidak terdapat konsentrasi redoks Aerle Fraglaquepts

KABD. Fraqiaquepts lain yang mempunyai epipedonhistik, molik, atau rubric.

Humic Fraglaquepts

KADC. Fragiaqucpts yang lain Typle Fragiaquepts


(47)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan yang mempunyai luas wilayah 18.126,03 Ha dengan luas lahan kebun rakyat 1.185 Ha, dengan letak geografis 2o13’ – 2o20’LU dan 98o47 – 98o57’ BT pada ketinggian tempat 1200-1300 diatas permukaan laut, 1300-1400 diatas permukaan laut, 1400-1500 diatas permukaan laut, dan >1500 diatas permukaan laut. Yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan selesai. Analisis tanah di Laboratorium Kimia Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan .

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Lintong Nihuta skala 1:50.000 yang merupakan hasil overlay peta jenis tanah skala 1:250.000, peta ketinggian tempat skala 1:50000 dan peta kemiringan lereng skala 1:50000. Sampel tanah yang diambil dari setiap horison pada masing-masing profil tanah yang dibuat di setiap SPL, serta bahan-bahan yang akan digunakan untuk analisis di laboratorium.

Peralatan yang digunakan adalah: GPS, meteran, ring sampel, buku Munsell Soil Colour Chart, kantong plastik, kertas label, cangkul, parang, pisau pandu, spidol, alat tulis serta peralatan laboratorium untuk analisis kimia tanah.


(48)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey untuk mengetahui morfologi dan karakteristik tanah bagi pengklasifikasian tanah setiap SPL hingga pada kategori Sub Group.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan survey pendahuluan (Pra-survey) dengan melakukan kunjungan lapangan untuk menentukan lokasi penelitian jenis tanah Inceptisol berdasarkan Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Lintong Nihuta.

Selanjutnya dilakukan survey untuk pengamatan morfologi pada masing-masing profil yang dibuka di setiap SPL yang telah ditentukan dengan menggunakan acuan buku Pedoman Pengamatan Tanah di Lapang dan Key to Soil Taxonomy 2010. Data-data pengamatan bentang alam, topografi makro dan mikro serta lingkungan sekitarnya meliputi vegetasi, penggunaan lahan, drainase, ketinggian tempat, dan letak geografis dimasukkan ke dalam formulir isian profil, selanjutnya dideskripsikan.

Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis sifat kimia tanahnya di laboratorium sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sample. Kajian karakteristik fisik dan kimia tanah pada masing-masing profil di setiap SPL dilakukan untuk menentukan horison penciri atas dan horison penciri bawah guna pengklasifikasian tanah hingga tingkat Great Group.


(49)

Parameter yang Diamati

1. Sifat Fisika dan Kimia Tanah A. Sifat Fisik Tanah

1. Warna tanah, menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart 2. Struktur tanah, menggunakan sampel tanah utuh

3. Konsistensi tanah, metode Atterberg 4. Tekstur tanah, metode Hydrometer

5. Bulk Density (BD) tanah, menggunakan ring sampel

B. Sifat Kimia Tanah

1. pH (H2O), metode Elektrometri

2. pH (KCl), metode Elektrometri 3. C-organik, metode Walkley & Black 4. Retensi P (%), metode ekstrak HCl 25%

5. Basa-Basa Tukar (K, Na, Ca, Mg), metode ekstraksi NH4OAc

(pH 7)

6. CaCO3 (%), metode titrasi asam basa

7. Kapasitas Tukar Kation (KTK), metode ekstraksi NH4OAc

(pH 7)

8. Kejenuhan Basa (KB), diperoleh dari nisbah antara kation-kation basa (K, Na, Ca dan Mg) dengan KTK

9. Kawasan kelembaban 10.Kawasan suhu

11.Horison penciri 12.Ada tidaknya fragipan


(50)

13.Ada tidaknya duripan 14.Ada tidaknya sulfrit 15.Ada tidaknya plasik


(51)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Deskripsi Profil

Deskripsi profil pada daerah penelitian adalah sebagai berikut :

Deskripsi Profil 1

Lokasi : Desa Pearung Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten

Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 19.316’

E = 0980 52.752’

Fisiografi : datar

Ketinggian tempat : 1417 meter di atas permukaan laut

Cuaca : S = cerah

K = mendung Panjang lereng : 18 m

Tempat profil : Datar Penghanyutan/erosi : kecil

Drainase : baik


(52)

A 0 – 27 Coklat gelap (7,5YR 2,5/2), pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak, beralih nyata ke lurus.

AB 27 – 65 Coklat gelap (7,5YR 2,5/1) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

Bw 65 – 90 Coklat gelap (7,5YR 3/2) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

BC 90-110 Coklat gelap (7,5YR 3/3) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

C > 110 Coklat kekuningan (7,5YR 4/4) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.


(53)

Deskripsi Profil 2

Lokasi : Desa Lumban Sihite Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 17.796’ E = 0980 47.559’ Fisiografi : datar

Ketinggian tempat : 1433 meter di atas permukaan laut

Cuaca : S = cerah

K = cerah Panjang lereng : 18 m Tempat profil : landai Penghanyutan/erosi : kecil Drainase : terhambat


(54)

Ap1 0 – 10 Coklat gelap (10YR 2/1), pasir,

struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak, beralih nyata ke lurus.

Ap2 10 – 32 Coklat gelap (10YR 2/1) pasir,

struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

AB 32 – 65 Coklat kekuningan (10YR 3/3) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

Bw > 65 Coklat kekuningan (10YR 6/4) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.


(55)

Deskripsi Profil 3

Lokasi : Desa Dolok Saribu Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan

Koordinat : N = 020 12.017’ E = 0980 50.912’ Fisiografi : berbukit

Ketinggian tempat : 1364 meter di atas permukaan laut

Cuaca : S = hujan

K = mendung Panjang lereng : 37 m

Tempat profil : Lereng Penghanyutan/erosi : besar Drainase : terhambat Pemakaian tanah : hutan sekunder


(56)

A 0-10 cm Coklat (10YR 6/3), pasir, struktur remah, konsistensi lepas, perakaran halus banyak, beralih nyata ke lurus.

Bb 10-34 cm Coklat gelap (10YR 5/8) pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

C1 34-65 cm Coklat kekuningan (10YR 6/1)

pasir, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.

C2 >65 cm Kuning (2,5YR 6/4) pasir, struktur

gumpal bersudut, konsistensi teguh, perakaran halus tidak ada, beralih baur ke berombak.


(57)

Analisis Laboratorium Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tektur tanah) dan bulk density dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Hasil Analisis Sifat Fisik Tanah pada SPL 2, 3, 10

Profil Horison Kedalaman (cm) Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Tekstur 1 A 0 – 27 87,19 8,19 4,62 Lempung berpasir

AB 27 – 65 86,77 12,46 0,77 Lempung berpasir Bw 65 – 90 91,99 6,8 1,21 Lempung berpasir BC 90 – 110 90,12 8,67 1,21 Lempung berpasir C > 110 89,55 9,1 1,35 Lempung berpasir 2 Ap1 0 – 10 88,64 2,58 8,78 Lempung berpasir

Ap2 10 – 32 63,76 19,1 17,14 Lempung berpasir

AB 32 – 65 85,72 5,21 9,07 Lempung berpasir Bw > 65 84,72 12,26 3,02 Lempung berpasir 3 A 0-10 cm 62,56 16,4 21,04 Lempung berpasir Bh 10-32 cm 85,49 9,21 5,3 Lempung berpasir C1 32-65 cm 73,09 21,44 5,47 Lempung berpasir C2 >65 cm 59,31 15,37 25,32 Lempung berpasir

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH H2O dan KCl, basa-basa tukar, KTK, kandungan C-organik dan bahan organik dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :


(58)

Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah pada Profil 1, 2, dan 3 Profil Horison Kedalaman

(cm)

pH (H2O)

Al-dd me/100g Mg-dd me/100g K-dd me/100g Na-dd me/100g KTK me/100g H+ me/100g C-Org (%) N-Total (%) 1 A 0 – 27 5,05 Td 0,74 1,19 0,39 26,10 0,80 6,23 0,42 AB 27 – 65 5,31 Td 1,32 0,08 0,34 22,53 0,60 5,04 0,39 Bw 65 – 90 5,11 Td 1,48 0,07 0,37 17,66 0,60 3,97 0,29 BC 90 – 110 5,17 Td 1,46 0,08 0,34 18,92 0,40 3,92 0,30 C > 110 5,32 Td 1,50 0,05 0,26 14,22 0,60 1,85 0,16 2 Ap1 0 – 10 4,69 0,40 0,71 0,07 0,35 20,40 0,80 5,16 0,35

Ap2 10 – 32 4,87 0,40 1,58 0,19 0,28 13,22 1,00 0,99 0,08

AB 32 – 65 4,99 Td 1,51 0,03 0,31 11,27 0,80 1,96 0,19 Bw > 65 4,81 0,20 1,58 0,03 0,35 14,36 1,20 4,42 0,28 3 A 0-10 cm 5,11 0,40 2,68 0,26 0,31 12,44 0,80 2,00 0,11 Bh 10-32 cm 5,09 Td 1,74 0,23 0,32 7,53 0,40 1,30 0,11 C1 32-65 cm 5,06 Td 1,86 0,20 0,36 6,39 0,60 0,10 0,03 C2 >65 cm 4,69 0,60 1,94 0,23 0,36 6,74 1,10 0,34 0,03


(59)

Pembahasan Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh baik data laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Soil Taxonomy (USDA, 2010). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horison atas penciri (epipedon), horison bawah penciri (endopedon) serta sifat penciri lain. Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

Penentuan Horison Atas Penciri Profil 1

-Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu granular, warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab


(60)

kurang dari 3 yaitu sebesar 2.5, sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab kurang dari 3.5 yaitu sebesar 2. Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 6.23%. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil 2

-Tidak termasuk epipedon Anthropick karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histic, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Tidak termasuk epipedon Plaggen, karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

-Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu granular, warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab kurang dari 3 yaitu sebesar 2, sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab kurang dari 3.5 yaitu sebesar 1. Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 5,16%.. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.


(61)

Profil 3

-Tidak termasuk epipedon Anthropick karena tidak ada horison permukaan. -Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air

selama kurang dari 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk epipedon Histic, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm, kandungan c-organik 6% atau lebih, dan mempunyai sifat tanah andik.

-Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

-Tidak termasuk epipedon Plaggen, karena bukan suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih.

Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur tidak massive yaitu granular, warna tanah dengan nilai value dalam keadaan lembab kurang dari 3 yaitu sebesar 2, sedangkan nilai chroma dalam keadaan lembab kurang dari 3.5 yaitu sebesar 1. Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 2.00%.. Tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Penentuan Horison Bawah Penciri Profil 1

-Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.


(62)

ada horison A2 = E

-Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. -Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

-Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

Profil 2

-Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

-Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E

-Tidak termasuk horison Argilik, karena tidak terjadi iluviasi liat di horison B. -Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3.

-Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

Profil 3

-Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

-Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E


(63)

-Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak mengandung 15% CaCO3

-Termasuk horison Kambik, karena memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

Penentuan Ordo Profil 1

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.


(64)

Profil 2

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik.

Profil 3

-Tidak termasuk Gelisol, karena tidak terdapat lapisan permafrost.

-Tidak termasuk Histosol, karena bukan tanah organik dan tanpa bahan andik. -Tidak termasuk Spodosol, karena tidak memiliki horison spodik.

-Tidak termasuk Andisol, karena tidak memiliki bahan andik. -Tidak termasuk Oxisol, karena tidak memiliki horison oksik.

-Tidak termasuk Vertisol, karena tidak memiliki duripan dan horison petrokalsik. -Tidak termasuk Aridisol, karena tidak memiliki regim kelembaban arid dan


(65)

horison salik.

-Tidak termasuk Ultisol, karena tidak memiliki horizon argillik dan kandik. -Tidak termasuk Mollisol, karena tidak memiliki epipedon mollik dan KB >

50%.

-Tidak termasuk Alfisol, karena tidak memiliki horison argilik, kandik atau natrik.

-Termasuk Inceptisol, karena memiliki epipedon umbrik serta memiliki horison bawah penciri kambik

Penentuan Sub Ordo Profil 1

-Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Anthrept, karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik -Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik. -Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik. -Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik. -Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim

kelembaban tanah udik.

Profil 2

-Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Anthrept, karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik -Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik.


(66)

-Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik. -Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik. -Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim

kelembaban tanah udik.

Profil 3

-Tidak termasuk Aquept, karena tidak mengalami kondisi aquik pada kedalaman 40-50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Anthrept, karena tidak memiliki epipedon plagen atau anthropik -Tidak termasuk Gelept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah gelik. -Tidak termasuk Cryept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah cryik. -Tidak termasuk Ustept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah ustik. -Tidak termasuk Xerept, karena tidak memiliki regim kelembaban tanah xerik. -Termasuk Udept, karena memiliki ciri Inceptisol lain dengan regim kelembaban

tanah udik.

Penentuan Great Group Profil 1

-Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.


(67)

kedalaman antara 25 – 75 cm.

-Termasuk Dystrudept, karena memiliki epipedon umbrik.

Profil 2

-Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Eutrudept, karena tidak memiliki karbonat bebas pada kedalaman antara 25 – 75 cm.

-Termasuk Dystrudept, karena memiliki epipedon umbrik.

Profil 3

-Tidak termasuk Sulfudept, karena memiliki horison sulfurik yang batas atasnya di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Durudept, karena tidak memiliki duripan yang batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fragiudept, karena tidak memiliki fragipan yang pada batas atasnya di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Eutrudept, karena tidak memiliki karbonat bebas pada kedalaman antara 25 – 75 cm.


(68)

Penentuan Sub Group Profil 1

-Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral

-Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih

-Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept, karena tidak memiliki fragmen berukuran

lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.


(69)

berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Aquic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Termasuk Psammentic Dystrudept, karena memiliki ukuran kelas partikel kasar pada semua subhorison menyeluruh pada bagian ukuran partikel kontrol.

Profil 2

-Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral

-Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih

-Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih


(70)

dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept, karena tidak memiliki fragmen berukuran

lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Aquic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Psammentic Dystrudept, karena tidak memiliki ukuran kelas partikel kasar pada semua subhorison menyeluruh pada bagian ukuran partikel kontrol.


(71)

-Tidak termasuk Oxic Dystrudept, karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.

-Tidak termasuk Cumulic Dystrudept, karena tidak memiliki dan epipedon umbrik atau mollik setebal 60 cm.

-Tidak termasuk Fluventic Dystrudept, karena memiliki kandungan bahan organik 0.2% pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral.

-Termasuk Pachic Dystrudept, karena memiliki horison atas penciri umbrik dengan kedalaman 50 cm atau lebih tebal.

Profil 3

-Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral

-Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih

-Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif


(72)

atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept, karena tidak memiliki fragmen berukuran

lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Aquic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Psammentic Dystrudept, karena tidak memiliki ukuran kelas partikel kasar pada semua subhorison menyeluruh pada bagian ukuran partikel kontrol.

-Tidak termasuk Oxic Dystrudept, karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih dari volume tanah di antara


(73)

kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.

-Tidak termasuk Cumulic Dystrudept, karena tidak memiliki dan epipedon umbrik atau mollik setebal 60 cm.

-Termasuk Fluventic Dystrudept, karena memiliki lereng kurang dari 25% serta memiliki kandungan bahan organik 0.2% pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral.


(74)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Ordo Inceptisol. 2. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Sub Ordo Udept

3. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Great Group Dystrudept. 4. Klasifikasi kategori Sub Group

-Profi1 1 : Psammentic Dystrudept -Profil 2 : Pachic Dystrudept -Profil 3 : Fluventic Dystrudept

Saran

Perlu dilakukan analisis mineral liat dan pengklasifikasian lebih lanjut sampai tingkat family dan seri sehingga data yang diperoleh lebih lengkap guna untuk pengembangan sektor pertanian.


(75)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar – dasar Teori Bagi Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Penelitian. UGM Press, Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah (edisi revisi). Media Sarana Perkasa, Jakarta. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi dan Pedogenesis Tanah. Akademia Pressindo,

Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.

Nuryani dkk. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69.

Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi kabupaten sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 6 (2):101-108.

Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Soil Survey Laboratory Staff. 1998. Soil survey laboratory methods manual Soil Survey Staff, 1975. Soil Taxonomy A Basic System of Soil Classification for

Makiing and Interpreting Soil Surveys. Soil Conservation Service USDA. Washington, DC.

Soil Survey Staff. 2010. Keys to soil taxonomy. Ed ke-11. USDA, Natural resources conservation service. 161-196p


(76)

LAMPIRAN


(1)

-Tidak termasuk Oxic Dystrudept, karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih dari volume tanah di antara kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.

-Tidak termasuk Cumulic Dystrudept, karena tidak memiliki dan epipedon umbrik atau mollik setebal 60 cm.

-Tidak termasuk Fluventic Dystrudept, karena memiliki kandungan bahan organik 0.2% pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral.

-Termasuk Pachic Dystrudept, karena memiliki horison atas penciri umbrik dengan kedalaman 50 cm atau lebih tebal.

Profil 3

-Tidak termasuk Lithic Dystrudept, karena tidak memiliki kontak lithik pada kedalaman 50 cm di permukaan tanah mineral

-Tidak termasuk Vertic Dystrudept, karena tidak memiliki rekahan-rekahan di dalam 125 cm dari permukaan tanah mineral selebar 5 mm atau lebih dengan mencapai ketebalan 30 cm atau lebih

-Tidak termasuk Aquandic Dystrudept, karena tidak memiliki tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Andic Oxyaquic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif


(2)

atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Andic Dystrudept, karena tidak memiliki fraksi tanah halus dengan berat isi 1.0 g/cm3 pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral. -Tidak termasuk Vitrandic Dystrudept, karena tidak memiliki fragmen berukuran

lebih kasar dari 2.0 mm menyusun lebih dari 35% volumenya pada keseluruhan satu horison atau lebih dengan ketebalan total 18 cm atau lebih di dalam 75 cm dari permukaan tanah mineral.

-Tidak termasuk Fluvaquentic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Aquic Dystrudept, karena tidak memiliki deplesi redoks berkroma 2 atau kurang pada satu horison atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral serta tidak berada kondisi aquik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

-Tidak termasuk Oxyaquic Dystrudept, karena pada satu lapisan atau lebih di dalam 150 cm dari permukaan tanah mineral tidak jenuh air dalam tahun-tahun normal selama 20 hari konsekutif atau 30 hari kumulatif.

-Tidak termasuk Psammentic Dystrudept, karena tidak memiliki ukuran kelas partikel kasar pada semua subhorison menyeluruh pada bagian ukuran partikel kontrol.

-Tidak termasuk Oxic Dystrudept, karena tidak memiliki KTK sebesar kurang dari 24 cmol (+)/kg liat pada 50% atau lebih dari volume tanah di antara


(3)

kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral sampai kedalaman 100 cm atau kontak densik, lithik atau paralitik apabila lebih dangkal.

-Tidak termasuk Cumulic Dystrudept, karena tidak memiliki dan epipedon umbrik atau mollik setebal 60 cm.

-Termasuk Fluventic Dystrudept, karena memiliki lereng kurang dari 25% serta memiliki kandungan bahan organik 0.2% pada kedalaman 125 cm di bawah permukaan tanah mineral.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Ordo Inceptisol. 2. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Sub Ordo Udept

3. Klasifikasi profil 1, 2 dan 3 kategori Great Group Dystrudept. 4. Klasifikasi kategori Sub Group

-Profi1 1 : Psammentic Dystrudept -Profil 2 : Pachic Dystrudept -Profil 3 : Fluventic Dystrudept

Saran

Perlu dilakukan analisis mineral liat dan pengklasifikasian lebih lanjut sampai tingkat family dan seri sehingga data yang diperoleh lebih lengkap guna untuk pengembangan sektor pertanian.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.

Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah, Dasar – dasar Teori Bagi Penelitian Tanah dan Pelaksanaan Penelitian. UGM Press, Yogyakarta.

Hardjowigeno, S., 1989. Ilmu Tanah (edisi revisi). Media Sarana Perkasa, Jakarta. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi dan Pedogenesis Tanah. Akademia Pressindo,

Jakarta.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Pustaka Jaya. Jakarta.

Nuryani dkk. 2003. Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. 10 No. 2, 2003 : 63-69.

Resman, A.S. Syamsul, dan H.S. Bambang. 2006. Kajian beberapa sifat kimia dan fisika inceptisol pada toposekuen lereng selatan gunung merapi kabupaten sleman. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 6 (2):101-108.

Salim, E.H. 1998. Pengelolaan Tanah. Karya Tulis. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung.

Soil Survey Laboratory Staff. 1998. Soil survey laboratory methods manual Soil Survey Staff, 1975. Soil Taxonomy A Basic System of Soil Classification for

Makiing and Interpreting Soil Surveys. Soil Conservation Service USDA. Washington, DC.

Soil Survey Staff. 2010. Keys to soil taxonomy. Ed ke-11. USDA, Natural resources conservation service. 161-196p


(6)

LAMPIRAN