PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

(1)

i

PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

DISUSUN OLEH

NAMA : AFRAN LUTHFI ROSYADI NIM : 20120520032

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

i

PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

AFRAN LUTHFI ROSYADI 20120520032

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

(4)

iii

HALAMAN MOTTO

1.“Sungguh atas Kehendah Allah, Semua ini Terwujud, Tiada Kekuatan kecuali Dengan Pertolongan Allah”

(QS. AL Kahl : 39)

2. “Sesungguhnya Sesudah Kesulitan ada Kemudahan” (QS. Al Insyirah : 6)


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skrepsi ini, kupersembahkan Kepada:

Ibu dan Ayahku Serta Keluargaku


(6)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Pernyataan ……….. iii

Halaman Motto ... iv

Halaman Persembahan ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Dafar Bagan ... xiii

Abtraksi ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Kerangka Teori ... 8

F. Definisi Konsepsional ... 25

G. Definisi Operasinal ... 26

H. Metode Penelitian ... 27

I. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(7)

vi

BAB II. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DAN DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA

A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Yogyakarta

1. Keadaan Geografis ... 31

2. Demografi ... 32

3. Pemerintah Daerah ... 35

B. Gambaran Umum/Profil Dinas Perizinan Kota Yogyakarta 1. Latar Belakang Terbentuknya Dinas Perizina Kota Yogyakarta ... 40

2. Visi, Misi dan Tujuan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 44

3. Stuktur Organisasi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 45

4. Pelayanan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 47

5. Kepegawaian Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 48

6. Teknologi ... 51

7. Sarana dan Prasarana ... 51


(8)

vii

BAB III. PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA

A. Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota

Yogyakarta ... 56

1. Ketepatan Waktu Pelayanan Perizinan ... 57

2. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan ... 64

3. Akurasi Pelayanan, Bebas dari Kesalahan ... 72

4. Pendukung Pelayanan ... 78

B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Izin Gangguan . 83 1. Sumber Daya Manusia Pelaksana Pelayanan ... 84

2. Sarana dan Prasarana Kerja ... 89

3. Regulasi./Peraturan Perizinan ... 95

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 102


(9)

viii LAMPIRAN

1. Surat izin Penelitian

2. Peraturan Daerah Kota YogyakartaNomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan

3. Permendagri RI Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah

4. Lampiran II.E Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor 42/KEP/DINZIN/2012 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP), mengenai Pelayanan Permohonan Izin Gangguan

5. Lampiran I.E Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor 49/KEP/DINZIN/2012 Tentang Standar Pelayanan public (SPP), mengenai Pengurusan Izin Gangguan.

6. Keputusan Kepala Dinas Perizinan Nomor:109/KEP/DINZIN/2011 Tentang Penetapan Kode Etik Pegawai Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

7. Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor: 58/KEP/DINZIN/2014 Tentang Penetapan Tata Tertib Pegawai Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

8. Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor:

50/KEP/DINZIN/2014 Tentang Maklumat/Janji Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

9. Blanko Tanda Izin Gangfguan

10 .Format Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Tentang Pemberian Izin Gangguan


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 : Pembagian Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota

Yogyakarta ……… 32 Tabel II.2 : Luas Wilayah, Jumlah penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta……….. 34 Tabel II.3 : Nama Kecamatan dan Kelurahan di Kota Yogyakarta……… 38 Tabel II.4 : Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan/Status Pegawai …… 49 Tabel II.5 : Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… 49 Tabel II.6 : Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan ……….. 50 Tabel II.7 : Komposisi Pegawai Berdasarkan Masa Kerja ……… 50 Tabel II.8 : Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ……….…….. 51 Tabel II.9 : Daftar Investaris Barang ……….. . 52


(11)

x

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan II.1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Perizinan Kota


(12)

i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Dengan Judul

PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Oleh:

AFRAN LUTHFI ROSYADI 20120520032

Telah dipertahankan dan Disahkan di Depan Tim Penguji Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Pada

Hari/Tangga : Kamis, 25 Agustus 2016 Tempat : Ruang Sidang Fisipol Jam : 13.30 – 14.30 WIB

SUSUNAN TIM PENGUJI KETUA

Dr. Ulung Pribadi, M.Si.

PENGUJI I PENGUJI II

Awang Darumurti, S.IP., M.Si. Dr. Inu Kencana Syafiie, M.Si.

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Pelayanan publik menjadi perhatian serius Pemerintah, karena Pemerintah mempunyai keharusan dan kewajiban untuk meningkatkan kualitas berbagai pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Penyediaan pelayanan publik merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan pemerintah sebagai penyelenggara negara. Akan tetapi kewajiban penyediaan pelayanan tersebut masih belum dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat penggunanya. Kondisi pelayanan publik di Indonesia masih dinilai rendah oleh masyarakat penggunanya. Berbagai keluhan dari masyarakat tentang pelayanan publik yang dikelola pemerintah masih sering terdengar.1 Menurut Ismail Mohamad yang dikutip hardiyansyah dalam bukunya “Kualitas Pelayanan Publik”, Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya, bahwa permasalahan utama pelayanan publik pada dasarnya adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas pelayanan itu sendiri. Pelayanan yang berkualitas sangat tergantung pada berbagai aspek, yaitu bagaimana pola penyelenggaraannya (tata laksana), dukungan sumber daya manusia pelaksana pelayanan dan kelembagaannya.2

1

Lembaga Administrasi Negara, Penyusunan Standar Pelayanan Publik, Jakarta, 2003 2

Hardiyansyah, Kualitas Pelayanan Publik, konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2011, hal 86


(14)

2

Permasalahan yang timbul dalam pelayanan publik sering mengakibatkan kualitas produk layanan belum dapat memuaskan penggunanya. Selama ini masyarakat tidak diposisikan sebagai subyek dalam penyelenggaraan pelayanan publik, maka keluhan masyarakat tidak dianggap penting. Pada umumnya aparat pelayanan kurang.memiliki kemauan untuk mendengar keluhan, saran, aspirasi dari masyarakat pengguna layanan. Sehingga pelayanan dilaksanakan apa adanya tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu. Kelemahan lain dari penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia adalah kurang informatifnya penyelenggaraan pelayanan publik. Informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan publik yang seharusnya diterima oleh masyarakat kadang tersendat atau bahkan tidak diberikan sehingga masyarakat kurang paham adanya suatu pelayanan publik, standart pelayanan apa yang harus diberikan dan hak hak apa saja yang dimiliki oleh masyarakat. Selain itu permasalahan lain yaitu kurang koordinasi dalam pelayanan publik sehingga sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara instansi pelayanan yang satu dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

Melihat berbagai permasalahan pelayanan publik tersebut maka Pemerintah menerbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, yang selanjutnya disahkannya Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


(15)

3

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sedangkan organisasi penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut organisasi penyelenggara adalah satuan kerja penyelenggara pelayanan publik yang berada di lingkungan institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata mata untuk kegiatan pelayanan publik.3 Maka pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mempunyai kewajiban menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.

Dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik telah ditegaskan bahwa Negara berkewajiban untuk melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Namun dalam penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi penyelenggara pelayanan publik (SKPD) kebanyakan kualitas pelayanannya masih kurang memadahi. Hal ini disebabkan rendahnya profesionalisme petugas pelayanan dan terbatasnya Sumber Daya Manusia petugas pelayanan.

3


(16)

4

Pelayanan publik dibagi tiga, pertama Pelayanan Administrasi, Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan oleh publik seperti KTP, SIM, Akta Catatan Sipil, Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Gangguan, kedua Pelayanan Barang, Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik seperti air bersih, telpon, listrik, ketiga Pelayanan Jasa, Pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan oleh publik seperti pendidikan, kesehatan, jasa transportasi, perbankan.

Di Pemerintah Daerah, pelayanan publik dilaksanakan oleh Satuan Penyelenggara Pelayanan Publik (SKPD) yang dalam melayani masyarakat dilaksanakan oleh Pelaksana Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik. Dalam era reformasi dewasa ini, tuntutan masyarakat dan dunia usaha terhadap peningkatan kualitas pelayanan semakin kuat. Masyarakat mengharapkan pelayanan yang berkualitas, cepat, pasti, adil, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Adanya tuntutan masyarakat yang besar akan adanya suatu pelayanan yang berkualitas, pelayanan yang cepat, adil, pasti, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Dinas Perizinan Kota Yogyakarta pada tahun 2005, dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan Dan Tugas Pokok Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, yang mulai


(17)

5

operasional mulai 2 Januari 2006, sebagai wujud dari pengembangan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) yang telah ada sejak tahun 2000. Pembentukan Dinas Perizinan untuk mengurangi overlapping dalam proses pengurusan perizinan, agar semua pengurusan perizinan dapat dikelola dalam Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sehingga masyarakat yang akan mengurus izin cukup di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Dalam perkembangan Dinas Perizinan diperbaruhi dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan Dan Tugas Pokok Dinas Daerah.

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta melayani 31 jenis izin sesuai Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2014. Dari 31 izin yang 4 diserahkan ke DIY, sehingga tinggal 27 izin yang ditangani Dinas Perizinan. Dan yang menjadi obyek penelitian adalah Izin Gangguan atau HO (Hinder Ordonantie). Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah, Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketentraman dan/atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus menerus.4 Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa setiap kegiatan usaha baik usaha besar maupun kecil dipastikan menimbulkan gangguan baik gangguan besar maupun gangguan kecil.

4

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah


(18)

6

Di Pemerintah Kota Yogyakarta Izin Gangguan (HO) diatur dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan. Di Kota Yogyakarta sesuai pasal 2 ayat 1 Perda Nomor 2 Tahun 2005, “setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan tempat usaha di wilayah daerah wajib memiliki izin yang ditetapkan oleh walikota atau pejabat yang ditunjuk”. Pejabat yang ditunjuk dalam hal ini Kepala Dinas Perizinan, Izin Gangguan berlaku selama 5 tahun dan harus diperpanjang setiap 5 tahun, Izin diberikan dalam bentuk Surat Izin atas nama pemohon, Setiap pemberian Surat Izin disertai Tanda Izin Gangguan yang wajib ditempel di tempat usaha dan mudah dilihat umum, surat izin memuat ketentuan ketentuan yang wajib dipenuhi/dipatuhi oleh pemegang izin.5

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan DI Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang dilaksanakan oleh pejabat dan petugas pelayanan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain Sumber Daya Manusia Pelaksana Pelayanan, Sarana dan Prasarana Kerja, Regulasi /peraturan yang berlaku. Faktor faktor tersebut berpengaruh dalam pelaksanaan pelayanan izin gangguan dan saling mengkait. Sumber Daya Manusia nya bagus, Regulasi/ Peraturan lengkap tanpa didukung Sarana dan Prasarana yang baik, pelayanan tidak akan bagus. SDM baik, Sarana dan Prasana Kerja baik tanpa didukung Regulasi/Peraturan yang cukup, pelayanan juga kurang baik dan seterusnya.

5


(19)

7

Berdasarkan uraian di atas penulis mengambil judul:

“Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan Di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yang telah dikemukakan di atas, Maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Tahun 2016 ?

2. Apa Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Melihat dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memperoleh penjelasan pelaksanaan pelayanan izin gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.


(20)

8 D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menggambarkan bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

3. Bagi penulis dapat memberikan manfaat pengembangan wawasan dan menerapkan teori yang diperoleh di fakultas ke dalam praktek nyata 4. Bagi masyarakat/pihak lain dapat mengetahui pelaksanaan pelayanan

izin gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

E. Kerangka Teori

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan DI Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang dijadikan obyek penelitian ada beberapa indikator dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan yang dilaksanakan oleh pejabat, petugas pelayanan dan masyarakat pemohon izin gangguan. Untuk membahas penelitian tersebut dibutuhkan landasan/kerangka teori yang akan menjelaskan fenomena yang akan diteliti sesuai judul dan permasalahan yang telah dirumuskan. Maka dalam penelitian ini penulis akan menyampaikan serangkaian teori sebagai berikut :


(21)

9 1. Pelayanan Publik.

Dalam Ilmu Pemerintahan menurut Inu Kencana syafiie dalam bukunya Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia , Pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat, rasa puas masyarakat terpenuhi apabila apa yang diberikan sesuai yang diharapkan, seperti pembuatan KTP, SIM, IMB dan lain-lain, yang dikerjakan dalam waktu yang singkat, dengan biaya relatife murah serta mutu yang baik. Jadi pelayanan terdiri tiga unsur pokak sebagai berikut:

1. Biaya pelayanan relatif harus lebih rendah.

2. Waktu pelayanan untuk mengerjakan relatif cepat. 3. Mutu pelayanan yang diberikan relative lebih bagus 6

Maka pelayanan publik atau pelayanan kepada masyarakat diharapkan waktu pelayanan yang cepat , biaya pelayanan murah tidak ada pungutan liar dan mutu pelayanan harus dijaga dan ditingkatkan kualitasnya.

Menurut Gronroos sebagaimana yang dikutif Ratminto dan Winarsih dalam bukunya Manajemen Pelayanan, pengembangan model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan minimal, bahwa: Pelayanan publik adalah suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal hal lain yang

6

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI),Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal 116-117.


(22)

10

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.7

Sedangkan menurut Lijan Poltak Sinambela dkk, mengemukakan dalam bukunya Reformasi Pelayanan publik, Teori, Kebijakan dan Implementasinya, bahwa : Pelayanan Publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan yang menawarkan kepuasan, meskipun hasilnya tidak terkait dalam suatu produk secara fisik.8

Menurut Junianto ridwan dan Achmad sodik sudrajad dalam bukunya Hukum Administrasi Negara dan kebijakan Pelayanan Publik, mengatakan bahwa: Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan dari masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.9

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah maupun perusahaan/ swasta kepada pengguna pelayanan yang dalam pemberiannya tidak pandang bulu tidak pilih kasih, sehingga pengguna layanan tidak merasa dirugikan dan mendapatkan kepuasan.

7

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan:Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter danStandar Pelayanan Minimal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal 2

8

Sinambela Poltak lijan dkk, Reformasi Pelayanan Publik; Teori, Kebijakan dan implementasi, Bumi aksara, Jakarta, 2006

9

Juniarso Ridwan dan Achmatd Sodik sudrajat, Hukum administrasi negara dan Kebijakan Pelayanan public, Nuansa,Bandung, 2009


(23)

11

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara, Pelayanan Publik diartikan sebagai segala bentukkegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintahan di pusat dan daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerahdalam bentuk barang dan atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang undangan.10

Pelayanan Publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunan Aparatur Negara Nomor: 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik/ umum adalah: Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh Penyelenggara Pelayanan Publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan dengan disahkannya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik ,maka yang dipakai sebagai pedoman pelayanan publik adalah Undang Undang tersebut.

Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009. Pelayanan Publik adalah: Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa

10


(24)

12

dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.11

Dari Pengertian pengertian tentang Pelayanan Publik tersebut di atas, bahwa pelayanan publik diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik baik instansi pemerintah maupun swasta kepada masyarakat pengguna layanan sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat pengguna layanan merasa puas, baik pelayanan administrasi, barang dan jasa.

a. Jenis pelayanan publik.

Ada tiga jenis pelayanan publik atau pelayanan umum yang harus diberikan pemerintah kepada masyarakat. Dalam buku Kualitas Pelayanan Publik, Konsep, Dimensi, Indikator dalam Implementasinya, karangan Hardiyansyah, bahwa Pelayanan umum terbagi dalam tiga kelompok, yaitu pelayanan administrasi, pelayanan barang dan pelayanan jasa.

1) Pelayanan Administratif

Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk dokumen yang dibutuhkan oleh publik, misalnya Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB, Surat Nomor Kendaraan

11


(25)

13

Bermotor (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Gangguan, Paspor dan sebagainya.

2) Pelayanan Barang.

Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya jaringan telpon, penyediaan tenaga listrik, penyediaan air bersih.

3) Pelayanan Jasa.

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, sanitasi lingkungan, persampahan, drainase, jalan dan trotoar, penanggulangan bencana: banjir,gempa,gunung meletus dan kebakaran, pelayanan sosial (asuransi atau jaminan social).12

Sedangkan jenis jenis pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara ( LAN ) yang dimuat dalam SANKRI Buku III (2004:185) yang dikutip Hardiyansyah dalam bukunya Kualitas Pelayanan Publik, Konsep, Indikator dan Implementasinya ada 5 jenis pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan Pemerintahan adalah jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan tugas tugas umum

12


(26)

14

pemerintahan, seperti pelayanan KTP, SIM, pajak, perizinan dan keimigrasian.

2. Pelayanan Pembangunan adalah suatu jenis pelayanan masyarakat yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat dalam melakukan aktifitasnya sebagai warga negara. Pelayanan ini antara lain penyediaan jalan jalan, jembatan jembatan, pelabuhan pelabuhan 3. Pelayanan Utilitas adalah jenis pelayanan yang terkait

dengan utilitas bagi masyarakat seperti penyediaan listrik, air, telepon dan transportasi lokal.

4. Pelayanan Sandang, Pangan dan Papan adalah jenis pelayanan yang menyediakan bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan, seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah.

5. Pelayanan Kemasyarakatan adalah jenis pelayanan yang dilihat dari sifat dan kepentingannya lebih ditekankan pada kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatannya, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lainnya.13

13


(27)

15

Dari jenis pelayanan tersebut, jenis pelayanan yang menjadi obyek penelitian ini masuk kelompok pelayanan administrasi dan masuk kelompok pelayanan pemerintahan

2. Penyelenggara Pelayanan Publik dan Pelaksana Pelayanan Publik. Sesuai Undang Undang Nomor 25 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Publik, untuk dapat terselenggara pelayanan publik, dibutuhkan:

a. Penyelenggara Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Dalam Penelitian ini, sebagai penyelenggara pelayanan publik adalah Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, yang melayani 27 jenis perizinan termasuk Izin Gangguan.

b. Pelaksana Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

Untuk dapat terselenggara pelayanan publik dibutuhkan pelaksana atau petugas pelayanan publik. Di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, jumlah pegawai keseluruhan ada 84 orang, yang pekerjaannya saling mengkait, untuk Izin Gangguan dilaksanakan oleh petugas front


(28)

16

office, back office, petugas lapangan dan petugas administrasi, yang dilaksanakan bersama izin yang lain, yang serumpun (Izin Gangguan, Surat Izin Usaha Perdagangan , Izin Usaha Industri, Tanda Daftar Industri dan Tanda Daftar Perusahaan)

3. Izin Gangguan

Izin Gangguan atau Izin Undang Undang Gangguan sebagaimana diatur dalam Hinder ordonantie Staatblad Tahun 1926 Nomor 226 yang telah diubah dan ditambah terakhir dengan Staatblad Tahun 1940 Nomor 450, mewajibkan semua perusahaan untuk memiliki Izin Gangguan. Hal ini disebabkan hampir semua usaha betapapun kecilnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Izin Gangguan peninggalan belanda, yang sampai saat ini lebih dikenal izin HO (Hinder Ordonnantie).

Pemerintah Kota Yogyakarta sampai saat ini masih menggunakan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan, sebagai Pedoman dan acuan diterbitkannya Izin Gangguan, kendati saat ini telah diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah, yang pada prinsipnya ketentuan yang diatur masih sama dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor: 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan, perbedaannya pada masa berlaku, dalam Peraturan Daerah Izin Gangguan berlaku selama 5 tahun, dalam Peraturan Menteri Dalam


(29)

17

Negeri, dalam pasal 15, Izin Gangguan berlaku selama perusahaan melakukan usahanya. Pemerintah Kota Yogyakarta baru akan melaksanakan Perubahan Peraturan Daerah mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri.

a. Pengertian Gangguan, Izin Gangguan

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah Bab I, pasal 1 ayat 2, bahwa yang dimaksud Gangguan adalah: Segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, ketentraman dan atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus menerus.14 Sedangkan Izin Gangguan, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor: 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan, Bab I, pasal 1 ayat 5.

Izin Gangguan yang selanjutnya disebut Izin adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan.15 Dan berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 dalam Bab, pasal 1 ayat 3.

Izin Gangguan yang selanjutnya disebut izin adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian

14

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 27 Tahun 2009 15


(30)

18

dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.16

Setiap Usaha, betapapun kecilnya kegiatan usaha akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Di Pemerintah Kota Yogyakarta mulai diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 Tentang Izin Gangguan, tidak ada lagi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) karena dianggap setiap usaha akan menimbulkan gangguan, baik gangguan kecil, menengah dan besar. b. Perizinan

Perizinan/izin merupakan hal yang penting, yang merupakan legalitas suatu usaha/kegiatan yang harus dipunyai oleh pengusaha atau orang yang memiliki usaha, tanpa memiliki izin tidak akan berkembang usahanya, tidak akan mendapat kepercayaan dari masyarakat dan lembaga keuangan. Kegiatan usaha tanpa izin, melanggar Peraturan Daerah. Pengusaha atau orang yang berusaha tidak akan tenang, karena sewaktu waktu akan ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Projo sebagai Penegak Peraturan Daerah, Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor: 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan Bab II pasal 1, “Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan tempat usaha di wilayah daerah wajib memiliki izin yang ditetapkan oleh walikota atau pejabat yang

16


(31)

19

ditunjuk”. Di Pemerintah Kota Yogyakarta perizinan kewenangannya dilimpahkan ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Untuk Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Pemerintah Kota Yogyakarta, diatur dengan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan, antara lain menjelaskan nama jenis usaha, penggolongan jenis usaha, jenis dokumen untuk mengelola lingkungan bagi masing masing jenis usaha, mekanisme penutupan tempat usaha.

Izin Gangguan hanya berlaku untuk 1 (satu) jenis usaha, izin berlaku untuk jangka waktu 5 tahun dan harus diperpanjang setiap 5 tahun, Izin diberikan dalam bentuk Surat Izin atas nama pemohon, Setiap pemberian Surat Izin disertai Tanda Izin Gangguan yang wajib ditempel di tempat usaha dan mudah dilihat umum, surat izin memuat ketentuan ketentuan yang wajib dipenuhi/dipatuhi oleh pemegang izin.

Pemohon izin Gangguan, masyarakat yang akan mengajukan izin gangguan, harus mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk, di Kota Yogyakarta ditujukan kepada Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, dengan menggunakan formulir yang disediakan dan dilampiri:

a. Foto copy KTP pemohon


(32)

20

c. Foto copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

d. Denah tempat usaha dan gambar situasi (site plan) tempat usaha yang jelas

e. Fotocopy Akte Pendirian bagi perusahaan yang berbadan hokum f. Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat, jika

tempat usaha tersebut bukan miliknya sendiri

g. Persetujuan dari pemilik rumah/tanah dan tetangga sekitarnya terhadap usaha yang akan dilaksanakan dengan diketahui oleh pejabat wilayah setempat.17

c. Sistem dan Prosedur/Mekanisme Perizinan

Pelaksanaan Pelayanan perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakaarta, Sistem dan Prosedurnya di atur dengan Keputusan Kepala Dinas Perizinan kota Yogyakarta Nomor 47/KEP/DINZIN/2011 tentang Penetapan Sistem dan Prosedur Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan kota Yogyakarta.

Sistem dan Prosedur Pelayanan Perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta antara izin yang satu dan izin yang lain sama,hanya ada perbedaan antara izin yang memerlukan Penelitian lapangan dan tidak memerlukan penelitian lapangan. Izin Gangguan (HO) termasuk izin yang memerlukan penelitian lapangan.

17


(33)

21 d. Retribusi Izin Gangguan

Izin Gangguan yang diterbitkan ada retribusinya, yang semula diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 7 Tahun 1999 tentang Retribusi Izin Gangguan dan diperbaruhi dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 tahun 2012 tentang Perizinan tertentu ( Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Gangguan ).

Besarnya Retribusi izin Gangguan ditentukan oleh luasnya tempat usaha yang digunakan/pendukungnya, besarnya nilai faktor yang terdiri indeks lingkungan, indeks lokasi dan indeks gangguan, serta ditentukan tarif dasar, berdasarkan keluasan tempat usaha. e. Pengawasan

Izin Gangguan yang telah diterbitkan oleh Dinas Perizinan, diawasi operasionalnya, apa dilaksanakan sesuai izin yang diberikan atau tidak sesuai, antara lain keluasan izin yang diberikan, peruntukan kegiatan usaha apa sesuai izin yang diberikan, penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) sesuai izin yang diberikan.

4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan (HO)

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Publik, dapat dikemukakan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, disamping diperlukan berbagai kebijakan pemerintah berupa peraturan perundang


(34)

22

undangan/regulasi juga diperlukan dukungan SDM baik dari sisi aparatur maupun masyarakat secara umum, yang dapat memahami dan menyadari tentang berbagai aspek pelayanan publik.18 Menurut Mulyadi dalam bukunya Mengharapkan Pelayanan Publik yang optimal yang dikutip Hermansyah dalam bukunya Kualitas Pelayan Publik, bahwa pelayanan publik ditentukan oleh faktor internal seperti prilaku kepemimpinan birokrasi dan perlengkapan sarana dan prasarana kerja, dan faktor eksternal seperti persepsi, sikap nilai nilai organisasi dan sentimen masyarakat terhadap kinerja aparat birokrasi. 19

Dari teori tersebut penulis mengambil tiga unsur yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan yaitu SDM/ pelaksana pelayanan, Sarana dan prasarana kerja, Regulasi/Peraturan perundang-undangan. Ketiga unsur tersebut saling melengkapi, tanpa salah satu unsur tidak akan berjalan dengan lancar dan baik

Pelaksanaan Pelayanan Izin gangguan (HO) di Dinas Perizinan berdasarkan teori tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan, sebagai berikut:

1) Sumber Daya Manusia,

Petugas pelaksana pelayanan izin gangguan kemampuan, kompetensi dan kuantitas SDM mempengaruhi pelaksanaan pelayanan

18

LAN, Penyusunan Standar Pelayanan Publik, Op.cit hal 4

19


(35)

23

izin gangguan baik dari sisi waktu dan kualitas pelayanan ( mudah, pasti, adil, transparan dan akuntabel).

2) Sarana dan Prasarana Kerja

Pelaksanaan pelayanan izin gangguan dibutuhkan sarana dan prasarana kerja yang memadahi, komputer, printer dengan spesifikasi yang baik, sarana kendaraan dinas untuk peninjauan lapangan yang cukup, sarana komunikasi yang cukup dan peralatan lain yang mendukung proses perizinan akan mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan

3) Regulasi Perizinan

Dasar hukum, regulasi perizinan gangguan, untuk menerbitkan izin gangguan, dibutuhkan regulasi, aturan yang jelas, dari Undang Undang, Peraturan Menteri Dalam Negeri , Peraturan Daerah, Peraturan Walikota dan Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogykarta. Persyaratan Izin harus lengkap, jika tidak terpenuhi misal belum memiliki IMB, alas hak/sertifikat tanah belum jelas, akan mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan.

Menurut Tjiptono yang dikutif hardiyansyah dalam bukunya “Kualitas Pelayanan Publik”, Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya, ada beberapa indikator untuk mengukur kualitas pelayanan yaitu :

a) Ketepatan Waktu Pelayanan yang meliputi waktu tunggu dan waktu proses.


(36)

24

b) Akurasi Pelayanan yang meliputi bebas dari kesalahan. c) Kesopanan dan Keramahan dalam memberikan pelayanan.

d) Kemudahan Mendapatkan Pelayanan, misalnya banyaknya petugas yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer.

e) Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi.

f) Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber AC, kebersihan dan lain lain.20

Pelaksanan pelayanan izin gangguan berdasarkan teori tersebut, dipilih 4 (empat) indikator yang dipakai untuk mengukur kualitas dalam proses pelayanan izin gangguan, terdiri dari:

a) Ketepatan Waktu Pelayanan

b) Kemudahan Mendapatkan Pelayanan. c) Akurasi Pelayanan, bebas dari kesalahan d) Pendukung pelayanan.

Sedangkan 2 (dua) indikator:

1. Kesopanan dan keramahan dalam pelayanan 2. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan

Tidak dipakai dalam penelitian ini, karena kesulitan mengukurnya.

20


(37)

25 F. Definisi Konseptional

1. Pelayanan Publik.

Pelayanan Publik adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik baik instansi pemerintah maupun swasta yang dilaksanakan oleh pelaksana pelayanan publik kepada masyarakat pengguna layanan sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga masyarakat pengguna layanan merasa puas, baik pelayanan administrasi, barang dan jasa.

Dalam penelitian ini Pelayanan (izin gangguan) dapat diartikan sebagai pemberian pelayanan (melayani) kebutuhan/keperluan masyarakat pemohon izin gangguan sesuai ketentuan yang berlaku yang diselenggarakan organisasi penyelenggara pelayanan publik (Dinas Perizinan) dan ditujukan untuk memberikan kemudahan dan kepuasan kepada penerima pelayanan.

2. Penyelenggara Pelayanan Publik dan Pelaksana Pelayanan Publik. Penyelenggara pelayanan Publik adalah institusi/ instansi penyelenggara pelayanan publik berdasarkan peraturan perundang undangan, yang dibentuk semata mata untuk kegiatan pelayanan publik.

Pelaksana Pelayanan Publik yang selanjutnya disebut Pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.


(38)

26 3. Izin Gangguan

Izin Gangguan yang selanjutnya disebut Izin adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan

4. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan

Faktor faktor yang berpengaruh adalah faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan yang diselenggarakan penyelenggara pelayanan publik (Dinas Perizinan Kota Yogyakarta)

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan Di Dinas Perizinan. Ada beberapa Indikator Pelayanan Izin Gangguan :

a. Ketepatan Waktu Pelayanan.

b. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan. c. Akurasi Pelayanan, bebas dari kesalahan. d. Pendukung pelayanan


(39)

27

2. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan.

Faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan izin gangguan adalah:

a. Sumber Daya Manusia Pelaksana Pelayanan. b. Sarana dan Prasarana Kerja

c. Regulasi /Peraturan yang berlaku

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian empiris/keadaan nyata, penelitian untuk memperoleh data primer dari observasi dan wawancara dari pejabat, petugas pelayanan dan masyarakat pemohon izin gangguan, disamping data sekunder dan data pendukung lainnya.

2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan untuk memperoleh data data yang berkaitan dengan penelitian adalah pejabat , pelaksana/petugas yang berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan pelayanan izin gangguan dan masyarakat pemohon izin gangguan.


(40)

28 b. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan yang diselenggarakan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. 3. Sumber Data

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan baik melalui:

1) Observasi/pengamatan langsung ke obyek penelitian

2) Wawancara langsung dengan para pejabat dan petugas yang berhubungan dengan pelaksanaan pelayanan izin gangguan di Dinas Perizinan kota Yogyakarta dan masyarakat pemohon izin gangguan.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek yang diteliti, data ini dapat diperoleh dari buku, dokumen, laporan, arsip dari dinas,dan buku buku serta laporan-laporan dari Instansi yang terkait.

I. Teknik Pengumpulan Data

Untuk Teknik pengumpulan data ada beberapa cara yang dapat ditempuh. Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, maka Teknik Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan)


(41)

29

dan gabungan ketiganya.21 Dalam penelitian ini sesuai judul penelitian Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan:

a. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepala para pejabat, petugas pelaksana pelayanan izin gangguan dan pemohon izin gangguan dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu sehingga pertanyaan bersifat sistematis dan terarah pada pokok permasalahan.

b. Observasi

Observasi yaitu pengumpulan data di lapangan dengan cara mengamati secara langsung yang terjadi di lapangan kemudian mencatat prilaku dan apa yang terjadi di lapangan sesuai keadaan yang sebenarnya.

c. Dokumentasi

Teknik Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder yang sudah tersedia, berupa buku buku, dokumen dokomen, arsip arsip dan laporan laporan serta Profil Dinas Perizinan kota Yogyakarta.

J. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa Data yang digunakan adalah Analisa data secara deskriptif kualitatif.

21


(42)

30

Data data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pejabat, petugas pelayanan izin gangguan, dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan cara data yang terkumpul akan digambarkan dalam bentuk penguraian kalimat agar memperoleh kejelasan yang utuh dari data yang diteliti. Metode analisis data deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang menjelaskan obyek penelitian berdasarkan fakta fakta sebagimana adanya. Dari data data tersebut, penulis akan menganalisa dengan menggunakan data kualitatif, yaitu dengan menyeleksi data data yang diperoleh untuk dicari data yang bersifat khusus dan relevan dengan permasalahan yang dibahas. Dalam mengumpulkan dan menganalisa data, cara berfikir yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.


(43)

31 BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DAN DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA

A. GAMBARAN UMUM PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 1. Keadaan Geografis.

Kota Yogyakarta terletak antara 110°24’19” Bujur Timur dan antara

0715°’24” – 0749°’26” Lintang Selatan, dengan luas sekitar 32,5 Km2

atau 1,02 % dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5 Km dari Barat ke timur kurang lebih 5,6 Km.

Kota Yogyakarta yang terletak di daerah dataran lereng aliran Gunung Merapi memiliki kemiringan lahan yang relatif datar antara 0 – 2 % dan berada pada ketinggian rata rata 114 meter dari permukaan air laut, Sebagian wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya 1.593 hektar berada pada ketinggian antara 100-199 meter dari permukaan air laut.

Terdapat tiga sungai yang mengalir dari arah Utara ke Selatan, yaitu: - Sungai Gajahwong yang mengalir di bagian timur kota.

- Sungai Code yang mengalir di bagian tengah.


(44)

32

Secara administrasi Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Sleman

- Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman - Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul

- Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Tabel II.1

Pembagian Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta

No Kecamatan Luas Km2 Persentasi

1 2 3 4

1. 2 3. 4. 5. 6 7. 8. 9. 10. 11. 12. Mantrijeron Kraton Mergangsan Umbulharjo Kotagede Gondokusuman Danurejan Pakualaman Gondomanan Ngampilan Wirobrajan Gedontengen 2,61 1,40 2,31 8.12 3.07 3,99 1,10 0,63 1,12 0,82 1,76 0,96 8,0 4.3 7.1 25,0 9,4 12,3 3,4 1,9 3,4 2,5 5,4 3,0


(45)

33 13.

14.

Jetis Tegalrejo

1,70 2,91

5,2 9,0

Jumlah 32,50 100,00

Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2015

Dari tabel II.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 14 (empat belas) kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta, wilayah yang paling luas berada di Kecamatan Umbulharjo, dengan luas 8,12 Km2 atau 25 % dari luas wilayah Kota Yogyakaarta. Sedangkan kecamatan yang paling sempit adalah kecamatan Pakualaman dengan luas wilayah 0,63 Km2 atau sebesar 1,9 % dari luas wilayah Kota Yogyakarta.

2. Demografi.

Berdasarkan data dalam “Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun

2015” Jumlah penduduk Kota Yogyakarta pada tahun 2014 sebanyak

400.467 jiwa dengan rincian sebanyak 194.828 jiwa penduduk laki-laki dan 205.639 jiwa penduduk perempuan . Dengan luas wilayah 32,5 Km2, kepadatan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2014 sebesar 12,322 jiwa per Km2, kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang paling padat berada di Kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 20.035 jiwa per Km2, dan yang jarang penduduknya di Kecamatan Umbulharjo yakni 10.225 jiwa per Km2. Untuk mengetahui luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan


(46)

34

penduduk, menurut kecamatan di Kota Yogyakarta, dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel II.2.

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk, Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta

No Kecamatan Luas Km2

% Penduduk % Kepadatan

Penduduk

1 2 3 4 5 6 7

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 14 Mantrijeron Kraton Mergangsan Umbulharjo Kotagede Gondokusuman Danurejan Pakualaman Gondomanan Ngampilan Wirobrajan Gedongtengen Jetis Tegalrejo 2,61 1,40 2,31 8,12 3.07 3.99 1.10 0,63 1.12 0,82 1,76 0.96 1.70 2.91 8,03 4,31 7,11 24,98 9,45 12.28 3,38 1,94 3,45 2,52 5,42 2,95 5,23 8.95 31.901 17.217 29,537 83,031 33.811 45.697 18.454 9.164 13.171 16.429 25.039 17.449 23.331 36.136 7,97 4,30 7,38 20,73 8,44 11,41 4,61 2,29 3,29 4.10 6,25 4,38 5,83 9,02 12.223 12.298 12.787 10.225 11.013 11.453 16.776 14,546 11.760 20.035 14.227 18,280 13.724 12.418


(47)

35 Kota

Yogyakarta

32,50 100,00 400.467 100 12.322

Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2015

Dari tabel II.2 tersebut di atas, luas wilayah yang terluas Kecamatan Umbulharjo 8,12 Km2 dengan jumlah penduduk paling banyak 83.031 jiwa, namun kepadatan penduduknya paling kecil di antara 14 Kecamatan yaitu 10.225 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan Kepadatan penduduk yang paling padat di Kecamatan Ngampilan dengan luas wilayah 0,82 Km2, jumlah penduduknya 16.429 dengan kepadatan penduduknya 20.035 jiwa per kilometer persegi.

3. Pemerintah Daerah.

Pemerintah Kota Yogyakarta, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menyesuaikan kelembagaannya sesuai kewenangan daerah.

Adapun kelembagaan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut: a. Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD.


(48)

36 1). Sekretariat Daerah;

2). Asisten Pemerintahan;.

3). Asisten Perekonomian dan Pembangunan; 4). Asisten Administrasi umum;

5). Bagian Tata Pemerintahan; 6), Bagian Hukum;

7). Bagian Organisasi;

8). Bagian Perekonomian, Pengembangan Pendapatan Asli Daerah dan Kerjasama ( Bagian P3ADK);

9). Bagian Pengendalian Pembangunan;

10).Bagian Teknologi Informassi dan Telematika; 11).Bagian Hubungan Masyarakat dan Informasi; 12).Bagian Umum;

13).Bagian Protokol.

b. Dinas Daerah, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah.

1). Dinas Pendidikan; 2). Dinas Kesehatan;.

3). Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah; 4). Dinas Pariwisata dan Kebudayaan;

5). Dinas Perhubungan; 6), Dinas Ketertiban;


(49)

37 7). Dinas Perizinan;

8). Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 9). Dinas Pengelolaan Pasar;

10).Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan; 11).Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 12).Dinas Bangunan Gedung dan Aset Daerah;

13).Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian.

c. Lembaga Teknis Daerah, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah.

1) Inspektorat;

2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;. 3) Badan Kepegawaian Daerah;

4) Badan Lingkungan Hidup; 5) RSUD;

6) Kantor Kesatuan Bangsa;

7). Kantor Penanggulangan Kebakaran, Bencana dan Perlindungan Masyarakat;

8) .Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah;

9). Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan; 10).Kantor Keluarga Berencana;

d. Kecamatan dan Kelurahan, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan,


(50)

38

Kedudukan, Tugas Pokok Kecamatan dan Kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel II.3

Nama Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta

No Nama Kecamatan Nama Kelurahan

1. Kecamatan Mantrijeron 1. Kelurahan Mantrijeron 2. Kelurahan Suryowijayan 3. Kelurahan Gedongkiwo 2 Kecamatan Kraton 1. Kelurahan Kadipaten

2. Kelurahan Patehan 3. Kelurahan Panembahan 3. Kecamatan Mergangsan 1. Kelurahan Wirogunan

2. Kelurahan Keparakan 3. Kelurahan Brontokusuman 4. Kecamatan Ngampilan 1. Kelurahan Ngampilan

2. Kelurahan Notoprajan 5. Kecamatan Pakualaman 1. Kelurahan Gunungketur

2. Kelurahan Purwokinanti 6 Kecamatan Gondokusuman 1. Kelurahan Baciro

2. Kelurahan Demangan 3. Kelurahan Kotabaru


(51)

39

4. Kelurahan Klitren 5. Kelurahan Terban 7. Kecamatan Wirobrajan 1. Kelurahan Wirobrajan

2. Kelurahan Patangpuluhan 3. Kelurahan Pakuncen 8. Kecamatan Gondomanan 1. Kelurahan Prawirodirjan

2. Kelurahan Ngupasan 9 Kecamatan Tegalrejo 1. Kelurahan Kricak

2. Kelurahan Karangwaru 3. Kelurahan Tegalrejo 4. Kelurahan Bener 10. Kecamatan Jetis 1. Kelurahan Bumijo

2. Kelurahan Gowongan 3. Kelurahan Cokrodiningratan 11. Kecamatan Umbulharjo 1. Kelurahan Semaki

2. Kelurahan Warungboto 3. Kelurahan Pandeyan 4. Kelurahan Sorosutan 5. Kelurahan Giwangan 6. Kelurahan Muja Muju 7. Kelurahan Tahunan 13 Kecamatan Kotagede 1. Kelurahan Rejowinangun


(52)

40

3. Kelurahan Purbayan

14 Kecamatan Getongtengen 1. Kelurahan Pringgokusuman 2. Kelurahan Sosromenduran

Sumber : Perda Kota Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2008

Dari tabel II.3 di atas, bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta yang luasnya 32, 5 Km2 mempunyai 14 Kecamatan dan 45 kelurahan, 615 RW dan 2.529 RT. Wilayah Kota Yogyakarta sangat kecil dibandingkan luas wilayah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta ( 1,02% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ). Namun dengan wilayah yang sempit dengan tingkat kepadatan penduduk yang besar, menjadi persoalan sendiri bagi Pemerintah Kota Yogyakarta, Salah satu permasalahannya adalah semakin banyak tuntutan akan pelayanan publik yang lebih cepat, mudah dan transparan. Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyusun Peraturan Daerah tentang Kelembagaan sesuai regulasi/aturan dan tuntutan masyarakat.

B. GAMBARAN UMUM / PROFIL DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA

1. Latar Belakang Terbentuknya Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Pemerintah Kota Yogyakarta, berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 503/125/PUOD Tahun 1997 perihal Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Perizinan di Daerah, membentuk Unit Pelayanan


(53)

41

Terpadu Satu Atap (UPTSA) dengan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 01 Tahun 2000 tentang Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Kota Yogyakarta. Lembaga UPTSA hanya merupakan front office, berkas permohonan izin diterima di UPTSA, kemudian diproses di Instansi teknis. Setelah izin selesai diproses dikembalikan ke UPTSA, Masyarakat pemohon izin, tahunya di UPTSA, Namun dalam pelaksanaannya tidak efektif, adanya keterlambatan proses izin, adanya KKN masih mungkin terjadi.

Untuk mewujudkan pelayanan masyarakat yang prima khususnya di bidang perizinan, Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk lembaga pelayanan perizinan yang definitif berupa Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, yang disahkan tanggal 1 November 2005, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta secara resmi beroperasi sejak tanggal 2 Januari 2006. Setelah operasional selama 2 tahun, dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan di Daerah, Pemerintah Kota Yogyakarta dalam kelembagaan baru, tetap bertahan dengan nomenklatur Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sesuai Perda Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan dan Tugas Pokok Dinas Daerah.


(54)

42

Terbentuknya Dinas Perizinan Kota Yogyakarta adalah karena suatu desakan atau kondisi dimana tidak adanya kepuasan masyarakat terhadap suatu pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau pejabat yang berwenang, yaitu:

1. Tidak efektif dan efisien/pelayanan lamban dan berbelit kurang professional karena rendahnya kualitas SDM dan tidak jelasnya prosedur;

2. Tidak adanya kepastian waktu dan biaya; 3. Pelayanan izin yang tersebar;

4. Overlapping layanan izin; 5. Lemahnya data base;

6. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi; 7. Rentan KKN;

8. Tidak adanya reward and punishment; 9. Partisipasi masyarakat kurang;

Maka dengan dibentuknya Dinas Perizinan kota Yogyakarta, untuk memperbaiki suatu pelayanan yang kurang baik dan memberikan kepuasan masyarakat pemohon izin.

Adapun Tujuan dibentuknya Dinas Perizinan adalah:

1. Tidak adanya overlapping pelayanan izin yang sama dari beberapa Instansi;


(55)

43

3. Percepatan waktu proses penyelesaian izin tidak melebihi standar waktu yang ditetapkan dalam peraturan daerah;

4. Kepastian biaya pelayanan izin tidak melebihi dari ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

5. Kejelasan prosedur pelayanan dapat ditelusuri dan diketahui setiap tahapan proses pemberian perizinan sesuai dengan urutan prosedurnya;

6. Mengurangi berkas kelengkapan permohonan perizinan yang sama untuk dua atau lebih permohonan izin;

7. Pemberian hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pelayanan perizinan. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, mempunyai kewenangan, meliputi:

1. Pemberian Izin; 2. Penolakan Izin; 3. Pencabutan Izin; 4. Legalisasi izin; 5. Duplikat Izin; 6. Pengawasan Izin.

2. Visi, Misi dan Tujuan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perizinan, yang bertujuan untuk mewujudkan


(56)

44

peningkatan pelayanan di bidang perizinan dan mensinergikan berbagai macam perizinan dalam wadah pelayanan satu pintu, sehingga terwujud pelayanan perizinan yang cepat, mudah, transparan dan pasti kepada masyarakat, sesuai

Visi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yaitu:

Terwujudnya Pelayanan Yang Pasti Dalam Biaya, Waktu, Persyaratan dan Akuntabel di Bidang Perizinan”

Untuk mewujudkan visi tersebut yang telah dirumuskan di atas, maka Misi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, yaitu:

1. Melaksanakan Pelayanan Internal.; 2. Meningkatkan SDM yang berkualitas;

3. Melaksanakan Pelayanan Perizinan sesuai dengan kewenangannya; 4. Melaksanakan Pengawasan dan Penyelesaian Pengaduan Perizinan

dan Advokasi;

5. Melaksanakan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi;

6. Melaksanakan Pengkajian Perizinan/Regulasi dan Pengembangan Kinerja.


(57)

45

3. Struktur Organisasi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang perizinan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang perizinan. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta mempunyai Struktur Organisasi sebaagai berikut:

1. Kepala Dinas;

2. Sekretaris, yang membawahi:

- Kasubbag Umum dan Kepegawaian - Kasubbag Keuangan

- Kasubbag Administrasi Data dan Pelaporan 3. Kepala Bidang Pelayanan, yang membawahi:

- Kasie Advice Planing dan Administrasi Perizinan - Kasie Koordinasi Lapangan dan Penelitian

4. Kepala Bidang Data dan Sistem Informassi, yang membawahi: - Kasie Data

- Kasie Sistem Informasi

5. Kepala bidang Pengawasan dan Pengaduan Perizinan, yang membawahi:

- Kasie Pengawasan


(58)

46

6. Kepala Bidang Regulasi dan Pengembangan Kinerja, yang membawahi:

- Kasie Regulasi

- Kasie Pengembangan Kinerja

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi sebagai berikut:

Bagan II.1

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS

PERIZINAN ( Perda No 10 Th 2008)

KEPALA SEKRETARIAT SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN ADMINISTRASI DATA DAN PELAPORAN

BIDANG DATA DAN SISTEM

INFORMASI BIDANG PELAYANAN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGADUAN PERIZINAN BIDANG REGULASI DAN PENGEMBANGAN

KINERJA

SEKSI ADVIS PLANNING DAN

ADMINISTRASI PERIZINAN SEKSI KOORDINASI LAPANGAN DAN PENELITIAN SEKSI DATA SEKSI SISTEM INFORMASI SEKSI PENGAWASAN SEKSI PENGADUAN PERIZINAN DAN ADVOKASI SEKSI REGULASI SEKSI PENGEMBANGAN KINERJA

UNIT PELAKSANAAN TEKNIS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(59)

47

4. Pelayanan Di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang perizinan, yang bertujuan untuk mewujudkan peningkatan pelayanan di bidang perizinan dan mensinergikan berbagai macam perizinan dalam wadah pelayanan terpadu satu pintu, sehingga terwujud pelayanan perizinan yang pasti dalam persyaratan, waktu, biaya dan akuntabel.

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, menangani 27 Jenis pelayanan yang meliputi:

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 2. Izin In Gang/jalan masuk

3. Izin Penyambungan Saluran Air Limbah; 4. Izin Penyambungan Saluran Air Hujan; 5. Izin Gangguan (HO)

6. Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri (TDI); 7. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

8. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP MB); 9. Izin Usaha Angkutan ;

10.Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK);

11.Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T); 12.Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP);

13.Izin Usaha Toko Modern (IUTM); 14.Tanda Daftar Usaha Pariwisata;


(60)

48 15.Izin Pemakaman;

16.Izin Salon Kecantikan;

17.Izin Pendirian Lembaga Pendidikan Formal; 18.Izin Pendirian Lembaga Pendidikan Non Formal; 19.Izin Penjual Daging;

20.Izin Pengusaha Penggilingan Daging; 21.Izin Pengusaha Penyimpanan Daging; 22.Izin Penelitian;

23.Izin Praktek Kerja Lapangan (PKL); 24.Izin Kuliah Kerja Nyata;

25.Tanda Daftar Gudang (TDG) 26.Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

27.Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW)

5. Kepegawaian Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta memiliki 84 orang pegawai terdiri: 64 orang PNS, dan 20 orang NABAN ( Tenaga Bantuan ), dengan rincian sebagai berikut:


(61)

49 Tabel II.4

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan/status pegawai

Tabel II.5

Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO PENDIDIKAN JUMLAH

PEGAWAI KETERANGAN 1. 2. 3. 4. 5. SLTP SLTA SARMUD /D3 STRATA 1 STRATA 2 0 28 22 31 3 -

9 orang NABAN 8 orang NABAN 3 orang NABAN

-

Jumlah 84 + 5 orang tenaga teknis

NO JABATAN JUMLAH PEGAWAI KETERANGAN

1. 2. 3. 4. 5.

Eselon II Eselon III Eselon IV Staf PNS Staf/Naban 1 orang 5 orang 11 orang 47 orang 20 orang Kepala Dinas

Ka. Bid & Sekretaris Ka. Sie & Sub Bagian

Jumlah 84 orang + 5 orang tenaga


(62)

50 Tabel II.6

Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan

NO GOLONGAN JUMLAH KETERANGAN

1. 2. 3. 4. 5. Golongan IV Golongan III Golongan II Golongan I NABAN 6 44 14 0 20

Jumlah 84 + 5 orang tenaga teknis

Tabel II.7

Komposisi Pegawai Berdasarkan Masa Kerja

NO MASA KERJA JUMLAH KETERANGAN

1. 2. 3. 4. 5. 6.

0 tahun s/d 10 tahun 11 tahun s/d 15 tahun 16 tahun s/d 20 tahun 21 tahun s/d 25 tahun 26 tahun s/d 30 tahun 31 tahun s/d 40 tahun

38 22 19 5 0 0

Termasuk 20 NABAN

Jumlah 84 + 5 orang tenaga


(63)

51 Tabel II.8

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis kelamin JUMLAH KETERANGAN

1. 2.

Laki-laki Perempuan

47 37

5 NABAN 15 NABAN Jumlah 84 + 5 orang tenaga teknis

6. Teknologi

Teknologi yang digunakan untuk mendukung pelayanan perizinan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta , dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis Web berupa SIM perizinan yang digunakan untuk:

- Informasi Pelayanan Perizinan, - Antrian Pendaftaran,

- Pendaftaran Permohonan;, - Pencetakan Surat Keputusan Izin, - Pengendalian proses (routing slip); - Informasi status proses (SMS Gateway).

7. Sarana dan Prasarana.

Dinas Peizinan Kota Yogyakarta menempati Gedung Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Gedung tersebut disamping ditempati Dinas Perizinan juga ditempati SKPD lain yang buka counter pelayanan, seperti


(64)

52

izin reklame dan pajak yang dikelola Dinas Pajak Daerah dan Pengelola Keuangan (DPDPK), UPT Jamkesda yang dikelola Dinas Kesehatan, ada bank BPD, ada bank Jogja, yang menempati lantai 1, untuk lantai 2 untuk bidang pajak DPDPK, lantai 3 untuk ruang ruang rapat. Untuk Dinas Perizinan Kota Yogyakata, Sarana dan Prasarana yang dijadikan inventaris Dinas Perizinan Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Tabel II.9

Daftar Inventaris Barang SPESIFIKASI BARANG

No. JENIS BARANG KET.

1. Gedung Dinas Perijinan 1 Unit

2. Genset 1 Unit

3. Mobil Toyota Kijang STD KF 70 1 Unit

4. Mobil Toyota Kijang Kapsul STD KF 90 1 Unit

5. Mobil Suzuki APV 1 Unit

6. Mobil Toyota Inova Type G 1.3 1 Unit

7 Sepeda Motor 13 Unit

8 Sepeda Polygon sirro 1 Unit

9. Trolly Barang 1 buah

10. Alat ukur jarak laser/rol meter 1/3 buah

11. Mesin Ketik 18 manual 8 Unit

12. Mesin Presensi Sidik Jari 1 Unit


(65)

53

14. Almari Besi/kayu kecil-besar /Kitchen Set 66 buah

15. Rak Arsip/Kayu/besi 57 buah

16. Rak Sepatu 2 buah

17. Filling Cabinet 48 buah

18. Cash Box 2 buah

19. Papan Loket 19 Unit

20. White board Elektric /biasa 1/3 buah

21. Meja Kerja Kayu/besi 129 buah

22. Meja Komputer 26 buah

23. Meja sidang/rapat 17 buah

24. Kursi susun/lipat 110 unit

25. Kursi tunggu/ duduk Pemohon 32 buah

26 Kursi Kerja/komputer 109 buah

27. Jam dinding 12 buah

28. Mesin penghisap debu 1 Unit

29. Kulkas 1 Pintu 1 Unit

30 AC 41 buah

31 Kipas angin/ Exhouse Fan 10 unit

32 Televisi /LCD 7 unit

33. Tape Recorder/ Amplifier 1/2 unit

34. Wireless 1 unit


(66)

54

36 Kamera fotoDigita/Vidio 3 Unit

37. Aquarium 1 buah

38. Dispenser 11 Unit

39 Tempat Sampah Kayu 20 buah

40 Tabung pemadam /Yamato YA-20L 14 buah

41 PC Unit Komputer 42 Unit

42 Note Book/laptop /Komputer Tablet 10/1 Unit

43 Monitor 15 Unit

44 Layar LCD New Mark/- 1 Unit

45 Printer Laser/inkjet / Scanner 31/5 Unit

46 LCD Proyektor 2 Unit

47 Workstation Lenovo 10 Unit

48 CCTV 8 Unit

49 Mesin Faximile 1 Unit

50 Telp/Ponsel CDMA/ GSM 10 Unit

8. Fasilitas pendukung pelayanan, antara lain: - Ruang Pelayanan Advice Palnning Loket I – VI; - Loket Khusus difabel;

- Ruang tunggu yang representatif; - Tempat parkir pengunjung; - Ruang konsultasi/Sekretariat ISO;


(67)

55 - Ruang Laktasi;

- Mushola;

- Ruang bermain Anak; - Bank BPD;

- Bank Jogja - Foto copy;

- Toilet untuk laki-laki, Perempuan dan difabel terpisah; - TV cabel;

- CCTV;

- Touch Screen antrian dan informasi; - Papan Informasi pelayanan perizinan; - Kotak saran;

- Akses Difabel;

- Air Minum untuk Tamu/pemohon (Dispenser) ; - Papan petunjuk arah;

- APAR;


(68)

56 BAB III.

PELAKSANAAN PELAYANAN IZIN GANGGUAN DI DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA

A. Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan Di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Dalam Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan Di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta diambil 4 (empat) Indikator yang mempengaruhi Proses Pelayanan Izin Gangguan. Berdasarkan data data hasil penelitian dari hasil wawancara dengan pejabat, petugas pelayanan dan pemohon izin gangguan berkaitan 4 indikator yang mempengaruhi proses izin gangguan yang terdiri dari:

- Kepala Bidang Pelayanan

- Kepala Bidang Regulasi dan Pengembangan Kinerja - Kepala Bidang Data dan Sistem informasi

- Kepala Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian - Petugas Front Office/petugas di depan

- Petugas Back Office yang menangani penelitian lapangan - Petugas Back Office yang menangani administrasi perizinan - Masyarakat pemohon izin gangguan

Dari data hasil wawancara dengan pejabat dan petugas pelayanan izin gangguan, dianalisa secara deskriptif kualitatif adalah sebagai berikut:


(69)

57

1. Ketepatan Waktu Pelayanan Perizinan.

Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, Ketepatan Waktu Pelayanan Perizinan, dilihat dari Ketepatan Jam Pelayanan dan Ketepatan Waktu Proses Perizinan Gangguan.

Dalam Standar Pelayanan Izin Gangguan, sesuai lampiran 1.E Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor: 49/KEP/DINZIN/2013 Tentang Penetapan Standar Pelayanan Publik (SPP) Penyelenggaran Perizinan pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, disebutkan bahwa waktu pelayanan Izin Gangguan sebagai berikut:

Hari Senin – Kamis : Jam 08.00 – 14.30 WIB Hari Jumat : Jam 08.00 – 11.00 WIB : Jam 13.00 – 14.00 WIB.

Sedangkan Jam Kerja Pegawai Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, ditetapkan dalam Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor: 58/KEP/DINZIN/2014 Tentang Penetapan Tata Tertib Pegawai Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, disebutkan bahwa “ Setiap pegawai wajib mentaati ketentuan jam kerja yang telah ditetapkan, yaitu:

Hari Senin – Kamis : Jam 07.30 – 15.30 WIB Hari Jumat : Jam 07.30 - 11.30 WIB : Jam 13.00 – 14.30 WIB.


(70)

58

Pelaksana Pelayanan Izin Gangguan baik pejabat maupun petugas, jam 07.30 WIB apel pagi, diteruskan menyiapkan segala sesuatu untuk pelayanan izin gangguan, mulai jam 08.00 WIB loket izin gangguan baru dibuka, di loket 2, dan tutup loket satu jam sebelum jam kerja berakhir.

Untuk waktu proses penyelesaian izin di atur dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor: 20 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaran Perizinan pada Pemerintah Kota Yogyakarta, pada lampiran II, dan pada Standar Pelayanan Izin Gangguan, disebutkan:

Izin Gangguan Kecil dan Sedang : 8 hari Izin Gaangguan besar : 11 hari

Sedangkan untuk Pentahapan Izin Gangguan, pentahapan waktu diatur dalam Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor: 42/KEP/DINZIN/2012 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyelenggaraan Perizinan pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, yang dikendalikan lewat Routing Slip, sebagai berikut:

- Pendaftaran di loket 2

- Cek Lapangan oleh Seksi Koordinasi Lapangan dan Penelitian membuat berita pemeriksaan dan menghitung retribusi

- Pembuatan rancangan SK izin gangguan dan cetak SK dan Tanda Izin Gangguan oleh Seksi Advice Planning dan Administrasi Perizinan


(71)

59

- Penandatangan Izin oleh Kepala Dinas Perizinan - Penomoran SK Izin Gangguan

- Pengambilan izin di loket 5.

Dengan cek list pada berkas permohonan izin, dan dirouting dalam aplikasi yang telah dibangun, maka ketepatan waktu pelayanan izin gangguan akan terkontrol. Ketepatan waktu pelayanan izin gangguan, menurut Kepala Bidang Regulasi dan Pengembangan Kinerja:

Bahwa proses penyelesaian izin gangguan memerlukan waktu 8 hari kerja untuk gangguan kecil dan sedang dan 11 hari untuk gangguan besar, sebagai pelaksana sudah berusaha melayani sesuai jam pelayanan yang telah ditentukan. Pentahapan izin dimulai pendaftaran melalui front office diteruskan ke Seksi korlap dan dilakukan cek lapangan, kemudian diteruskan ke kepala Seksi Admintrasi Perizinan untuk cetak SK dan diparaf Ka Bid. Pelayanan dan terakhir ditandatangani Kepala Dinas, waktu penyelesaian izin terus diupayakan sesuai waktu yang ditentukan dan bahkan kurang dari waktu yang ditentukan (wawancara dengan Ka. Bid Regulasi dan Pengembangan, tanggal 2 Maret 2016.)

Menurut Kabid Regulasi dan Pengembangan Kinerja, Dinas Perizinan telah berusaha semaksimal mungkin, bahwa ketepatan waktu pelayanan menjadi hal yang penting, karena merupakan citra pelayanan.

Namun dalam kenyataannya masih ada beberapa keterlambatan dan ketidaktepatan waktu pelayanan. Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pelayanan yang menangani langsung proses perizinan pada wawancara tanggal 2 maret 2016, Kepala Bidang Pelayanan mengemukakan untuk ketepatan waktu pelayanan sebagai berikut:


(1)

xix

penyelenggara pelayanan izin gangguan dan masyarakat pemohon izin gangguan merasa puas.

3. Regulasi/ Peraturan Perizinan.

a. Regulasi/Peraturan Izin Gangguan yang berlaku sebagai dasar pelaksanaan pelayanan izin gangguan selalu meng update/menyesuaikan regulasinya sesuai peraturan dari pemerintah dan dikaji untuk disesuaikan pelaksanaannya di daerah, misal untuk mengajukan izin disediakan ruang terbuka hijau, adanya penyederhanaan persyaratan dan waktu penyelesaian izin.

b. Regulasi/Peraturan Izin Gangguan yang berlaku masih menggunakan Perda Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan, Perda Nomor 3 Tahun 2012 Tentang retribusi Daerah dan Perwal Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2005, dan segera akan disusun Perda disesuaikan dengan Permendagri Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Izin Gangguan di Daerah. Ini merupakan kelemahan Pemerintah Kota Yogyakarta, karena pemohon yang mengajukan perpanjangan izin gangguan sering menanyakan, mengapa harus diperpanjang, tidak disesuaikan Permendagri Nomor 27 Tahun 2009 yang berlaku selama masih berusaha.

c. Pemohon izin gangguan sebagian besar yang sudah tahu Permendagri Nomor 27 Tahun 2009, menghendaki izin gangguan berlaku selamanya sepanjang masih berusaha, sehingga tidak perlu memperpanjang setiap 5 tahun sekali.

d. Regulasi/Peraturan Izin Gangguan yang masih berlaku merupakan faktor untuk menentukan izin diterima atau ditolak. Jika persyaratan lengkap dan benar dan sesuai regulasi yang berlaku akan diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Izin Gangguan dan Tanda Izin Gangguan. Jadi tidak ada toleransi meskipun pemohon seorang pejabat, setiap menerbitkan izin harus sesuai dengan Regulasi/Peraturan yang berlaku


(2)

xx

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dalam melaksanakan pelayanan perizinan termasuk izin gangguan, sudah didukung Regulasi/Peraturan yang memadahi , meskipun masih ada regulasi/ peraturan yang belum sesuai dengan aturan dari pusat. Namun regulasi/peraturan selalu dikaji dan disesuaikan dengan dinamika yang berkembang di masyarakat, contohnya penyederhanaan persyaratan izin gangguan dan mempersingkat proses pelayanan izin gangguan.

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta secara berkala mengevaluasi dan mengkaji Regulasi/peraturan yang ada, karena regulasi/peraturan sangat berpengaruh pada pelaksanaan pelayanan izin gangguan. Regulasi/Peraturan lengkap, persyaratan izin dari pemohon lengkap, proses izin mudah, cepat sesuai yang diharapkan pemerintah dan masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan, dengan Indikator yang mempengaruhi Proses Pelayanan Izin Gangguan

a. Ketepatan Waktu Pelayanan Izin Gangguan, telah dilaksanakan sesuai SOP dan SPP. Pelayanan mulai jam O8.00 WIB berakhir jam 14.30 WIB, waktu proses izin gangguan 8 hari untuk izin gangguan kecil dan sedang, 11 hari untuk izin gangguan besar. Pentahapan proses izin sudah dilaksanakan dengan sistem manual cek list dan routing slip, sehingga ketepatan waktu bisa terkontrol, masih ada beberapa yang tidak tepat waktu, ke depan terus dievaluasi agar lebih baik lagi.

b. Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Izin Gangguan. Pelayanan Izin Gangguan sangat mudah dan sederhana, asalkan persyaratan lengkap dan benar, yang dilaksanakan sesuai SOP yang mengatur pentahapan pengurusan izin gangguan, Pemohon izin yang persyaratannya lengkap dan benar diberi bukti penerimaan berkas, disepakati kapan diadakan


(3)

xxi

peninjauan lapangan, pemohon dapat mengetahui proses izin gangguan melalui SMS Gateway, website, dan petugas penghubung.

c. Akurasi Pelayanan, Bebas dari Kesalahan untuk Izin Gangguan, Pelaksana Pelayanan Izin Gangguan berusaha dengan cermat, rapi, teliti agar produk layanan akurat, tidak ada kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan dari draf Surat Keputusan, Tanda Izin Gangguan, Surat Keputusan Retribusi Daerah diparaf dan dikoreksi secara berjenjang untuk dinaikkan ke Kepala Dinas.

d. Pendukung Pelayanan Izin Gangguan, Dinas Perizinan dalam melayani pemohon izin termasuk izin gangguan, disamping tersedia sarana dan prasarana yang cukup, juga tersedia pendukung pelayanan yang memadahi, seperti ruang tunggu yang representative ber AC, Televisi kabel , Bank BPD, tersedia Wi-Fi/Hotspot, Website, SMS Gateway.

2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Izin Gangguan

a. Sumber Daya Manusia (SDM), Pelaksanaan Pelayanan Izin Gangguan dilaksanakan oleh petugas yang mempunyai kompetensi, Meskipun sesuai anjab masih ada kekurangan SDM, dapat diatasi dengan rangkap jabatan, Untuk meningkatkan kualitas SDM diadakan In House Training dengan materi/topik sesuai dinamika yang terjadi . Karena SDM pelaksana pelayanan izin gangguan sangat berpengaruh terhadap pelayanan perizinan, SDM pelaksana pelayanan selalu dievaluasi kinerjanya sehingga pelayanan izin gangguan sesuai yang diharapkan. b. Sarana dan Prasarana Kerja, Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

mempunyai sarana dan prasarana kerja yang cukup memadahi, ditambah fasilitas pendukung pelayanan, Namun masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dan ditambah, karena sarana dan prasarana kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan perizinan termasuk izin gangguan.


(4)

xxii

c. Regulasi/Peraturan Perizinan, Dinas Perizinan dalam melayani izin gangguan masih menggunakan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan. Dalam pelaksanaanya diatur dalam Perwal Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Nomor 2 Tahun 2005 tentang izin Gangguan dan Perda Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Tertentu. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta secara berkala mengevaluasi dan mengkaji Regulasi/peraturan yang ada, karena regulasi/peraturan perizinan sangat berpengaruh pada pelaksanaan pelayanan izin gangguan.

B. Saran

1. Ketepatan waktu pelayanan perizinan gangguan, telah dilaksanakan sesuai regulasi/peraturan yang telah ditetapkan baik dalam SOP dan SPP Izin Gangguan, Namun masih ada beberapa permohonan izin gangguan yang tidak tepat waktu penyelesaiannya, maka perlu penyederhanaan persyaratan izin dan waktu pelayanan izin .

2. Kemudahan mendapatkan pelayanan izin gangguan, sangat mudah asalkan syarat lengkap dan benar, ada kepastian kapan izin selesai diproses, pemohon dapat memantau lewat website, SMS Gateway dan petugas penghubung, untuk ke depan disarankan ada penyederhanaan persyaratan dan diperpendek waktu proses izin gangguan.

3. Akurasi Pelayanan, Bebas dari Kesalahan. Produk layanan izin gangguan yang berupa Surat Keputusan Pemberian Izin Gangguan dan Tanda Izin Gangguan dikerjakan secara cermat, rapi, teliti kemudian dikoreksi dan diparaf secara berjenjang, Namun dalam pelaksanaannya masih adanya kesalahan produk, maka perlu ditekankan petugas pelayanan agar lebih cermat dan teliti lagi, sehingga kalau ada kesalahan seminimal mungkin.

4. Pendukung pelayanan. Pedukung pelayanan sudah memadahi, namun ada beberapa pendukung pelayanan yang perlu diperbaruhi dan diganti


(5)

xxiii

yang sudah tidak sesuai contoh touch screen antrian dan informasi terlalu kecil perlu diganti yang besar sehingga lebih jelas.

5. SDM menurut anjab masih kekurangan personil, maka perlu penambahan personil ke BKD, sehingga tidak terjadi rangkap jabatan yang dapat memeparuhi kinerja pelayanan izin gangguan,

6. Sarana dan Prasarana Kerja, Dinas Perizinan sudah didukung sarana dan prasarana kerja yang memadahi, namun masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi dan ditambah, karena sarana dan prasarana kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pelayanan perizinan termasuk izin gangguan.

7. Regulasi Perizinan, Dinas Perizinan dalam melayani izin gangguan masih menggunakan Perda Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan, sebaiknya segera menyesuaikan Permendagri nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan Di Daerah. .

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyansyah, Kualitas Pelayanan Publik, konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya, Penerbit Gava Media, Yogyakarta, 2011.

Inu Kencana Syafiie, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI),Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2003

Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor 47/KEP/DINZIN/2011 Tentang Penetapan Sistem dan Prosedur Pelayanan Perizinan Pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta.

Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakaarta Nomor: 42/KEP/DINZIN/2012 Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyelenggaraan Perizinan pada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta; Keputusan Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Nomor:

49/KEP/DINZIN/2013 Tentang Standar Pelayanan Publik (SPP) Penyelenggaraan Perizinan pada Dinas perizinan Kota Yogyakarta; Lembaga Administrasi Negara, Penyusunan Standar Pelayanan Publik, Jakarta, 2003.


(6)

xxiv

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Izin Gangguan di Derah

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Izin Gangguan.

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah. Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 41 Tahun 2006 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Izin Gangguan.

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Tertentu.

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta;

Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan: Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter danStandar Pelayanan Minimal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2014

Undang Undang Gangguan (Hinder Ordonanntie) Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Staatsblad Tahun 1940 Nomor 450.

Undang Undang Rebublik Indonesia Nomor: 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.