Analisis pengelolaan perikanan tangkap secara optimal dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUK-UNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Oleh:
FARADIBA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul Penelitian

: Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal

Dalam
Upaya
Berkelanjutan.

Mendukung


Pembangunan

Yang

Nama

: Faradiba

NRP

: PO53020191

Program Studi

: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

1

,
'

Dr. 1r.Akhmad Fauzi Syam. M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Affendi Anwar,Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi
Ilnlu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Perdesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof.Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D

Tanggal Ujian : 10 Agustus 2006


~~~~~~l~

~

':

1 lSEF 20616
~

~

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP SECARA
OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PEMBANGUANAN
BERKELANJUTAN

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

sebelumnya. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenaranya.

Bogor,

September 2006

ABSTRAK

FARADIBA. Analisis Pengelolaan Perikanan Tangkap Secara Optimal Dalam Upaya
FAUZI
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. (AKsebagai ~ e & a
dan AFFENDI ANWAR sebagai Anggota Komisi Pembimbing ).
Jumlah hasil tangkapan ikan para nelayan di wilayah Teluk Palu dari waktu ke waktu
tidak mengalami peningkatan jumlah yang berarti, bahkan yang cendemng terjadi
adalah h a i l tangkapan mereka lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang mereka
keluarkan, sehingga ha1 tersebut secara langsung berpengamh terhadap tingkat
kesejahteraan nelayan. Tingkat kesejahteraan yang rendah mendorong para nelayan
melakukan pencurian karang guna menambah penghasilan mereka, tindakan tersebut
mengakibatkan keseimbangan eko-sistem menjadi terganggu dan ironisnya

pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir Teluk Palu tidak memperhatikan ha1
ini. Tujuan penelitian ini untuk rnenganalisis tingkat kelestarian sumberdaya
perikanan Teluk Paly dampaknya terhadap kesejahteraan nelayan, daya dukung
dimensi bio-ekologis, dan arah pengembangannya serta peranan kelembagaan
Pemerintah dan masyarakat. Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif (bioekonomi, kesejahteraan, dan prime analysis). Hasil analisis menunjukkan bahwa
tejadi economic ove$shing dalam pengolahan perikanan Teluk Palu oleh nelayan,
disamping itu tingkat kesejahteraan nelayan rendah, dan pembangunan perikanan
diarahkan pada economic driven, dan peranan lembaga masyarakat yang ada sangat
kecil dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di
wilayah ini.
Kata kunci: Sumberdaya perikanan, kesejahteraan, keberlanjutan.

ANALISIS PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
SECARA OPTIMAL DALAM UPAYA MENDUKUNG
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

OLEH:
FARADIBA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAW PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah, SWT atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga tesis dengan judul "Analisis Pengelolaan Perikanan
Tangkap

Secara

Optimal

Dalam

Upaya

Mendukung


Pembangnnan

Berkelanjutan" ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Ir
Akhmad Fauzi Syam, MSc dan Prof. Dr. Ir. AfEendi Anwar, M.Sc selaku Komisi
Pembimbing, untuk segala arahan, bimbingan dan perhatian pada pelaksanaan
penelitian hingga penulisan tesis ini, serta kepada Bapak. Ir. Sahat Simandjuntak,
MSc selaku dosen penguji, untuk semua masukan dan sarannya. Selanjutnya, terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah selaku Ketua Program Studi PWD
Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan dukungan dan saran dalam
penyelesaian tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
institusi-institusi yang telah membantu selama pengumpulan data, seperti Dinas
Perikanan Sulawesi tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan, BPS dan BAPPEDA
Kota Palu, Nelayan Responden dan ternan-teman mahasiswa PWD-IPB 2002.
Ungkapan terima kasih kepada ayahanda Abdeli 1.A (Alm) dan Ibunda Nafisa
tercinta, Suamiku Jusri Jusuf dan Anakku Sarah Julia tersayang beserta kakak dan
Adik-adiku atas segala pengorbanan, curahan kasih sayang dan perhatian serta do'a
bagi penulis selama ini, serta kepada seluruh keluarga besar suamiku di Bogor atas
segala do'a dan dukungannya. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua guruguruku yang telah mengantarkanku pada cakrawala ilmu yang luas. Terakhir,

terima kasih untuk Elis, Andre dan seluruh teman- teman kos UGM atas segala
bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Semoga kebaikan semuanya dijadikan ibadah dan diberikan balasan yang berlipat
ganda oleh Allah, SWT. Amin.
Penulis menyadari besarnya keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis
sehingga tesis ini menjadi banyak kekurangan. Semoga karya kecil ini dapat
memberikan manfaat dan kegunaan bagi yang membacanya

Bogor, September 2006

Faradiba

Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 24 Agustus !975 , sebagai anak kelima
dari delapan bersaudara dari pasangan Abdeli Inayat Ali (alm) dan Nafisah.
Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1982 sampai 1987 di SD
Negeri 12 Palu Barat. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 3
Palu dan lulus tahun 1990, selanjutnya pada tahun yang sama penulis diterima di
SMANegeri 4 Palu dan lulus pada tahun 1993.
Pendidikan Strata satu penulis tempuh di Jurusan Ekonomi Manajemen,

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Tadulako Palu. dari tahun 1994 sampai dengan
tahun 2000. Pada bulan September 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke Program
Magister Sains Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.

DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR

I

..

DAFTAR IS1 .......

11

DAFTAR TABE

vii


DAFTAR GAMB

Vlll

...

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Pennasalahan ....................................................................................

7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

8

1.3.1 Tujuan Penelitian


..

1.3.2 Manfaat Penelltlan ............................................ .......... .

8
.

11. TINJAUAN PUSTAKA

8
9

2.1 Konsep Pembangunan Wilayah .................................................... . .

10

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wilayah

11

2.3 Kondisi Perikanan Indonesia

13

2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Berkelanjutan .................. 14
2.4.1 Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan....................

15

2.5. Kelembagaan ...................................................................................

18

2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. ......

19

2.5.2 Kendala dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ............. ......

20

111. KERANGKA PEMZKIRAN DAN HlPOTESIS ..................... ............... ....... .. 23
3.1 Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Pembangunan Wilayah ................

25

3.2 Kelembagaan dalam Pengeloiaan Sumberdaya Perikanan .....................
3.2.1 Hak Kepemilikan
1.3 Pola Keterkaitan Sosial Ekonomi dalam Pengelolaan Sumberdaya
Perikana
3.4 Nilai Ekonomi dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan ......................
3.5 Hipotesis ..............................................................................................

IV. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
4.2.1 Studi Data Prime
4.2.2 Studi Data Sekunder
4.3 Metoda Analisis

. . .

4.3.1 Analls~sB~oekonomi..................................................................
4.3.2 Analisis Keuntungan Ekonomi....................................................
4.3.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan ...................................................

..

4.3.4 Analisis Prime...............................................................
4.3.5 Analisis Keiembagaan....................................................

V . HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................
5.2 Gambaran Umum Perikanan Teluk Palu .................................
5.2.1. Karateristik Perikanan Teluk Palu ......................................
5.3 . Analisis Ekonomi.................
5.3.1. Biaya Penangkapa
5.3.2. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan Fungsi
Produksi Lestari..............................................................................

5.3.3. Keterkaitan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Dengan
Kesejahteraa
5.3.4. Prime Analysis

54
55

5.3.5. Daya Dukung Dimensi Bio-Ekologis dan Ekonomi Terbadap
Kelestarian Sumberdaya Teluk Palu............................................ 57
5.3.6. Peranan Kelembagaan Pemerintah dan Kelembagaan Tradisional
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap........ ..........

59

Kesimpulan

64

Sara

66

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

67

LAMPIRAN

69

DAFTAR TABEL

Hal
Distribusi Persentase PDRB atas dasar harga konstan
Tahun 1993 Menumt Lapangan Usaha ...................
Produksi Perikanan Laut di Teluk Palu ...............................
Produksi Perikanan Indonesia Tahun 1989-1998...
Matriks Pengambilan Keputusan........................................
Luas Wilayah Kota Palu ......................................................
Jenis Alat Tangkap Nelayan Teluk Palu .............................
Jenis Armada Penangkapan................................................
Stmktur Biaya dalam Kegiatan Penangkapan...................
Hasil Olahan Optimasi Bio-Ekonomi................................
Luas Temmbu Karang ......................

DAFTAR GAMBAR
Hal

Kerangka Berpikir Tentang Keberlanjutan
Stmktur Kepengumsan Lembaga Perikanan ..............
Kerangka Pemikiran
Luas Wilayah Kota Palu ......................
Tingkat Pendidikan Nelayan ...... ................
Tingkat Umur Nelayan
Hubungan Kuadratik Antara Effort dengan Hasil
anmapan ...........................................................

- .

Hubungan Kuadratik antara Effort, Produksi,
Penerimaan dan Biava ...........................................
Value Tree
Value Intervals .................................................... ......
Weights Ekonomi .....................................................

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.

Berbagai aktifitas pembangunan di suatu wilayah secara signifikan memang
telah rnemberi kontribusi terhadap proses pembangunan namun perkembangan ini juga
turut memberikan dampak terhadap kelestarian dan daya dukung iingkungan maupun
perubahan-perubahan terhadap kondisi sosial ekonomi di wilayah tersebut yang pada
gilirannya akan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang hidup
didalamnya.
Negara indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang sebagian besar wilayahnya
merupakan wilayah pantai dan mayoritas penduduknya bermata pencaharian utama dari
sub sektor perikanan. Dengan demikian sumberdaya perikanan secara potensial dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk wilayah
pantai. Disamping itu sumberdaya perikanan dapat di ekspor untuk meningkatkan
sumber devisa

maupun

peluang

baru

di bidang

ketenagakerjaan.

Dengan

memperhatikan kenyataan ini sudah seyogyannya apabila potensi sumberdaya perikanan
tersebut dikembangkan sejalan dengan tujuan-tujuan pembangunan.
Dennan oerairan laut seluas total 5.8 iuta krn2 (berdasarkan konvensi PBB tahun
1982), Indonesia menyimpan sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah

Apabila dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan potensi sumberdaya laut
indonesia dapat menjadi modal utama pembangunan nasional terutama sumberdaya
perikanan yang jenis dan jumlahnya sangat melimpah. Namun pengembangan dan
pembangunan bidang perikanan ini mempunyai batasan, yaitu:

1. Mempertahankan Sustainability.

Sudah sejak lama diketahui bahwa sumberdaya alam laut dapat terkuras dan
species sasaran dapat punah. Hal ini menimbulkan pemikiran perlunya peluang
usaha yang menjamin kelestarian sumberdaya alam perikanan. Konsep
sustainability sendiri agak sulit didefenisikan secara tepat. Berbagai defenisi
diajukan oleh berbagai pihak (UNESCO, Ciriacy-Wantrup 1952, Pearce et al,
1989, Barbier dan Markandya ;1990, Pezzey ; 1992) sesuai dengan kepentingan
dan batasan wewenagnya masing-masing. Akan tetapi dasar konsepnya adalah
sama yaitu, "Penggunaan suatu sumberdaya alam sedemikian rupa sehingga
tidak terkuras atau rusak atau secara pemanen". Untuk itu kita hams
mengetahui batas kekuatan sumberdaya alam tersebut sampai seberapa jauh bisa
digunakan tanpa terkuras atau rusak secara permanen.
,

.

2. Meningkatkan pendapatn nelayan dan petani ikan.
Perikanan tangkap dan budidaya merupakan suatu sektor ekonomi dunia yan
cukup besar. Termasuk bagi Indonesia sekarang dan dimasa depan.
Pembangunan suatu sektor ekonomi mengbaruskan peningkatan pendapatan di
sektor tersebut sehingga pendapatan pelaku ekonomi dapat memenuhi biaya
operasi, biaya peningkatan usaha dan biaya peningkatan konsumsinya. Akan
tetapi pertumbuhan ini harus tetap dalam koridor sustainability tersebut diatas
sehingga peningkatan pendapatan dapat terus berkesinambungan.
3. Menghasilkan Pemasukan Negara.

Suatu pemerintahan dimana sumberdaya alam cukup besar, memerlukan
pemasukan dan penganggaran dari dan untuk sektor perikanan tersebut,
pemasukan dari sektor perikanan tersebut diperlukan untuk biaya:
a. Membantu membangun dengan penelitian dan pengaturan sehingga
penggunaan sumberdaya alarn perikanan dapat berkesinambungan dan
lestari (sustainable)
b. Membantu mernbangun dengan penyediaan jasa, prasarana, dan permodalan
(tennasuk peningkatan teknologi) yang tidak dapat dilakukan secara sendirisendiri oleh para pelaku ekonomi di sektor perikanan.
c. Pemerintah juga hams mempunyai biaya yang dapat digunakan untuk
cadangan dalam membiayai kegiatan-kegiatan penyelamatan sumberdaya
alam perikanan yang telah mulai rusak (resource revovery activity).
d. Melaksanakan pengawasan dan penegakan aturan (monitoring, surveilance,
dan enforcement) yang menjamin terlaksananya batasan penibangunan
perikanan di atas.
Pada dasarnya tujuan pembangunan perikanan adalah mendapatkan manfaat
yang sebesar-besarnya dari sumberdaya perikanan bagi masyarakat terutarna masyarakat
perikanan secara berkesinambungan. Didalam pola urnum pembangunan tersirat bahwa
peningkatan produksi perikanan dilaksakan dengan sekaligus memperbaiki kehidupan
nelayan dan memajukan desa-desa pantai.
Wilayah desa pantai dengan berbagai macam karateristiknya dewasa ini masih
dihadapkan pada berbagai

dalam upaya-upaya

pengembangannya. Meskipun

permintaan terhadap hasil-hasil perikanan cukup tinggi akan tetapi lemahnya

bargaining position para nelayan didalam penentuan tingkat harga, ditambah resiko
usaha ynga relatif tinggi akibat sumberdaya perikana yang bersifat "open access"
khususnya yang menyangkut kegiatan sub sektor perikanan laut (Anwar,1985)
Kegiatan pengelolaan perikanan pada perairan laut wilayah Teluk Palu adalah
kegiatan penagkapan dan pemeliharaan. Namun umumnya kegiatan yang dilakukan
adalah penagkapan. Kegiatan penangkapan tersebut dilakukan dengan menggunakan
alat dan armada yang cukup sederhana.
Luas perairan laut di kawasan Teluk Palu berkisar 245,836 hektar dengan
produksi perikanan sebesar 39.253,9 ton pada tahun 2001 atau mengalami peningkatan
sebesar 6,28 persen dibanding produksi perikanan pada tahun 2000 yang hanya sebesar
36.369,30 ton adapun alat dan armada yang digunakan alat pancing, pukat pantai, pukat
cincin, jaring insang hanyut, jaring insang tetap dan jaring angkat. Sedangkan armada
yang digunakan adalah perahu tak bermotor (jukung dan papan), perahu motor tempel
dan kapal motor.
Hasil perikanan tangkap tersebut dijual dalam bentuk ikan segar karena jumlah
tangkapan nelayan lebih rendah dari pada jumlah permintaan pasar sehingga ikan hasil
tangkapan mereka selalu tejual habis dalam bentuk ikan segar. Usaha pengolahan
sumberdaya perikanan memegang peranan penting dalam upaya menyediakan gizi
masyarakat dan sumbangan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Madya Palu.
Dari sektor pertanian, perikanan merupakan sub sektor urutan ketiga yang memberikan
sumbangan terhadap PAD sebesar 3.95 persen berdasarkan harga konstan tahun 1993
(data PDRB).

Tabel. 1 Distribusi Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut

Sumber : Katalog BPS, 2001
Adapun produksi perikanan laut pada wilayah Teluk Palu kumn w a h 1997 2001 dapat dilihat pada tabel berikut :

Sulnber : Katalog BPS, 2001
Dengan potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar dapat memberikan
sumber pendapatan yang cukup besar bagi para nelayan, namun pada kenyataannya
sebagaian besar kehidupan ekonomi mmah tangga nelayan berada pada garis
kerniskinan. Penduduk dengan kemapuan yang rendah disertai dengan sifat "common
access" sumberdaya perikanan yang ada tampaknya semakin mengarah pada terjadinya
pengurasan sumberdaya perikanan sebagai akibat pengeksploitasian berlebihan.
Terlebih lagi rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan penguasaan modallkapital,

rendahnya tingkat teknologi yang digunakan serta kurangnya mobilitas yang ada makin
mendorong kearah keadaan yang pada hakekatnya sudah memprihatinkan. Demikian
juga kelembagaan ekonomi sering tidak memberi peluang untuk dapat memperbaiki
situasi ini.
Menurut Anwar (2000) dari sudut ekonomi meskipun pertumbuhan ekonomi
secara potensial dapat mendorong suatu wilayah guna mampu untuk mengatasi
permasalahan yang menyangkut pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
secara lebih efektif, tetapi kenyataannya yang tejadi menunjukkan lebih banyak
pengalaman yang memenuhi kegagalan dari pada yang mengalami keberhasilan.
Adanya bukti-bukti ini menimbulkan beberapa implikasi antara lain :
1) Diperkirakan ada akar yang menjadi penyebab dari permasalahan yang timbul,

meskipun adat dan kebudayaan antar daerah berbeda, tetapi dapat clisaksikan
adanya kesamaan-kesamaan terjadinya kegagalan dalam mengelola sumberdaya
alam dan lingkungan hidup
2) Pertumbuhan ekonomi sendiri sebenarnya bukan merupakan penyebab atau
akibat dari terjadinya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Tetapi
menjadi hubungan-hubungan yang sangat kompleks.
Berdasarkan fenomena di atas maka diperlukan suatu kajian ilmiah untuk dapat
mengungkap berbagai permasalahan yang cukup kompleks yang menyangkut
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan agar konsep kelestariamya dapat
terjaga dengan baik.
Sebenarnya pengertian kelestarian masih diperdebatkan dan belum terdapat satu
defenisi tentang kelestarian yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Akan tetapi

dalam beberapa pandangan terdapat pengertian umum yang mengartikan sebagai konsep
multidisiplin sehingga hams memasukan dimensi social dan ekonomi (Hatfield and
Evans, 1996; Alder et al.., 2002) dalam Taryono ( 2003). Mc Goodwin (1990) dalam
Alder et a1,(2000) dalam Taryono, (2003) rnenyatakan bahwa dalam peniliaian system
rnanajemen perikanan, konsekuensi ekologis, social dan ekonomi juga perlu
dipertimbangkan secara seimbang seperti halnya konsekuensi teknologi dan etika.
Berdasarkan karateristik perikanan Teluk Palu yang telah disebutkan serta
adanya konsep penilaian kelestarian sumberdaya perikanan yang lebih luas, rnaka perlu
untuk melihat bagaimana interalsi factor ekonomis serta factor bio- ekologis terhadap
kondisi kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu.
1.2 Permasalahan

Berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan membawa perubahan
terhadap sudut pandang pembangunan secara luas, termas.uk didalamnya pola
pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan. Konsep tersebut juga berimplikasi pada
perubahan penilian kelestarian sumberdaya perikanan. Oleh karena itu perlu dilakukan
penilian terhadap pola penangkapan yang ada. Kondisi tersebut dapat dinilai melalui
pendekatan beberapa indikator yang telah dikembangkan oleh FA0 untuk dijadikan
acua karena telah diterima oleh masyarakat luas.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa Teluk Palu memiiiki potensi dan prospek di
bidang perikanan yang cukup besar. Hal tersebut didukung oleh kondisi alam dan letak
geografisnya yang cukup strategis, Teluk Palu memiliki kandungan berbagai jenis biota
laut, di samping itu dimanfaatkan juga sebagai objek wisata.

Sebagian besar masyarakat menggantungkan mata pencahariaannya sehagai
nelayan, namun dilain pihak potensi sumberdaya tersebut akan terns berkurang baik
kualitas maupun kuantitasnya jika pemanfaatannya dilakukan secara berlebihan tanpa
adanya upaya pelestarian yang berakibat terancamnya persediaan pangan segenap
penduduk, distribusi pendapatan serta potensi pertumbuhan ekonomi dimasa yang akan
datang.
Oleh karena itu maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana
status kelestarian sumberdaya perikanan diwilayah Teluk Palu berdasarkan dimensi
ekonomi dan bio- ekologis
Berdasarkan analisis diatas, maka permasalahan kelestarian sumberdaya
perikanan di Teluk Palu dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi tingkat kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu
sebagai akibat dari adanya kegiatan penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya
perikanan.tersebut serta dampaknya terhadap kesejabteraan nelayan?
2. Bagaiman daya dukung dimensi bio- ekologis dan ekonomi terhadap kelestarian
sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah kebijakan pengembangannya?
3 . Bagaimana peranan kelembagaan Pemerintah dan kelembagaan tradisional

dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya Perikanan?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.3.1 Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisis tingkat kelestarian sumberdaya
perikanan di Teluk Palu serta dampaknya terhadap kesejahteraan nelayan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis daya dukung dimensi bio-ekologis dan
ekonomi terhadap kelestarian sumberdaya perikanan di Teluk Palu serta arah
kebijakan pengembangannya.
3 . Untuk mengetahui peran lembaga Pemerintah dan lembaga tradisional dalam

pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perencana maupun

pengambil keputusan khususnya dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
dan upaya menjaga kelestariannya.
2. Dapat memberikan pencerahan terhadap perbaikan kehidupan ekonomi rumah
tangga nelayan.
3. Bagi Peneliti sebagai bahan kajian tentang sumberdaya perikanan dan

mengembangkan wawasan berpikir serta merupakan tambahan pengalaman
berinteraksi dalam masyarakat.

II. TEVJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pembangunan Wilayah.

Wilayah merupakan suatu kondisi geografis yang mempunyai ciri-ciri tertentu dan
merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Berdasarkan ha1
ini wilayah didefenisikan, dibatasi dan digambarkan berdasarkan ciri atau kandungan
area geografis tersebut. Oleh karena itu para ahli ekonomi dan pengembangan wilayah
sepakat bahwa ciri-ciri dan kandungan area geografis yang digunakan untuk
mendefinisikan suatu masalah haruslah mencerminkan tujuan analisis atau tujuan
penyusunan pengembnga wilayah (Winoto, 2000).
Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang
menggambarkan hubungan ekonomis, administrasi, formulasi dan implementasi dari
pembuatan perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan diwilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan wilayah
merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan ekonomi sosial masyarkat tersebut,
unsur spasial merupakan dasar dan pedoman bagi seorang perencana wilayah dalam
membuat suatu rencana sektoral, daerah serta program-program pembanguna wilayah.
Secara konseptual wilayah dapat dibedakan menjadi:
a. wilayah Homogen yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesamaan ciri-ciri 'baik yang
bersifat geografis, ekonomi, sosial maupun politik, sehingga apabila terjadi
perubahan dari suatu bagian wilayah akan mendorong tejadi perubahan
keseluruhan aspek wilayah.

b. Wilayah Nodal yaitu wilayah yang dilandasi oleh adanya faktor heterogenitas akan
tetapi satu sama lain saling berhubungan erat secara fungsional. Struktur wilayah ini
dapat digambarkan sebagai suatu sel hidup yang memiliki satu wilayah inti (pusat
metropolis) dan beberapa wilayah plasma/pinggiran (periferi, hinterland) yang
merupakan bagian sekelilingnya yang bersifat komplementer terhadap intinya dan
dihubungkan oleh pertukaran informasi secara intern.
c. Wilayah Administrasi yaitu wilayah yang dibatasi oleh kesatuan administrasi politis
penduduk dari suatu wilayah, jadi batas wilayah ini tidak ditentukan oleh derajat
interaksi ataupun homogenitas antar komponen wilayah.
d. Wilayah perencana yaitu wilayah yang mempunyai keterkaitan fungsional antar
bagian-bagian penyusunnya (yang membentuk suatu sistim), baik keterkaitan dalam
bentuk fisik-ekologis (ekosistim) maupun sosial ekonomi. Pada wilayah ini terdapat
sifat-sifat tertentu yang alamiah sehingga perlu perencana secara integral dalam
pengembangan dan pembangunan sehingga dapat memberikan solusi dari
permasalahan regional yang dihadapi. Wilayah ini dapat mencakup lebih dari satu
wilayah administrasi.

2.2 Teori Pembangunan Ekonomi Wiiayah

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu
negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan halitas masyarakatnya. Dengan
adanya batasan tersebut menurut Arsyad, 1999 dalam Muhsin B, mendefinisikan bahwa
pembanguna ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil

perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
sistim kelembagaan.
Selanjutnya menurut Anwar (1999) bahwa pembangunan ekonomi pada dasarnya
dicerminkan oleh tejadinya pembahan-perubahan aliran baru yang menyangkut arus
pendapatan dan manfaat (benefit) kepada masyarakat lokal, reginal bahkan sampai
tingkat nasional. Implikasinya adalah bahwa berbagai proyek dan kegiatan
pembangunan hams mengundang inisiatif masyarakat lokai, karena mereka yang lebih
mengetahui secara baik kondisi wilayah yang berpengamh terhadap kegiatan
pembangunan tersebut.
Dari sudut pandang yang berbeda Todaro (1998) menggambarkan bahwa
pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan
proses sosial ekonomi dan institusional yang mencakup usaha-usaha untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat mencapai 3 sasaran penting
yaitu: (1) Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi bahan-bahan pokok
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan keamanan, (2) meningkatkan taraf
hidup, penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik, serta perhatian yang
lebih besar terhadap nilai-nilai sosial budaya.
Jhingan(l999), mencirikan perkembangan ekonomi suatu wilayah dalam 3 cara.
Pertama, perkembangan ekonomi suatu wilayah hams diukur dengan kenaikan
Pendapatn Domestik Regional Bruto (PDRB) yang nyata dalam suatu jangka waktu
yang panjang; kedua, berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam
jangka panjang; dan ketiga, perkembangan ekonomi dipandang sebagai suatu proses
diamana PDRB perkapita naik dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan

dan pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan. Dalam ha1 ini menurut
Dornbush dan Fischer (1977), kegunaan dari PDRB adalah sebagai suatu ukuran
kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare) atau kesejahteraan penduduk,
dimana pada saat PDRB perkapita naik diasumsikan bahwa masyarakat secara materi
bertambah baik posisi kesejahteraannya. Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan
tertentu tetapi menurut Todaro(1999), PDRB perkaipta tetap relevan digunakan untuk
mengukur tingkat kesejahteraan di suatu wilayah.

2.3.Kondisi Perikanan Indonesia
Selama PIP I produksi ikan nasional tumbuh rata-rata 3.5 % pertahun.
Penyumbang utama terhadap pertumbuhan tersebut adalah dari sektor perikanan laut
yakni sekitar 75% pertahun. Sisanya dari perikanan perairan umum dan budidaya.
Sektor perikanan terakhir tumbuh sekitar 5.6% pertahun. Pada akhir PJP

[

struktur

perikanan Indonesia telah mulai bergeser ke arah budidaya, yaitu dari komposisi 90%
hasil tangkapan dan 10% produksi budidaya pada tahun 1968 menjadi 84.5% hasil
tangkapan dan 15.5% produksi budidaya pada akhir tahun 1991. Berikut tabel produksi
perikanan kurun waktu 1989-1998.

Tabel 3 Produksi Perikanan tallun 1989 - 1998
-Tahnn
Perikanan Laut
Perairrn U n ~ r ~ m Budidaya
Total
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
1989
2.272.179
296.389
446.704
3.035.268
1990
2.370.107
292.537
499.825
3.162.469
1991
2.537.612
294.477
3.349.601
517 512
1992
2.692.068
300.896
3.543.332
550.368
1993
2.886289
308.469
600.384
3.795.322
1994
3.080 168
336.141
597.522
4.013.831
1995
3 292 930
3'29 710
640 947
4 263 587
1996
3 383.457
335.706
733.095
4.452.258
1997
3 612 961
304.258
662.547
4.579.766
1998
3.723.748
288.666
629.797
4.642.209
Sumbe1 - Stat~stlkPerikanan Itldones~aNo 28 tahun 1998
- Produks~ bud~da>alaut mas111 kec~l. s e l u ~ ~ ~d~gabungkan
ga
dala111 produks~
penkatlan laut

Pada tahun 1998 produksi ikan nasional telah mencapai 4.645.209 ton,
perikanan laut menimbang sebesar 80.21%. Dibanding dengan potensi yang besarnya
7.1 juta ton ikan pertahun, angka produksi perikanan laut nasional yang pada tahun
1998 dilaporkan telah mencapai 3.7 juta ton, ha1 ini menunjukkan bahwa pemanfaatan

kekayaan ikan dan hasil laut Indonesia masih tergolong rendah. Namun dari kenyataan
di lapangan di dapatkan bahwa banyak ikan yang tertangkap yang tidak tercatat dalam
buku statistik seperti ikan yang dikonsumsi langsung oleh nelayan, yang terbuang dan
yang dicuri nelayan asin. Sehingga jumlah ikan yang telah tertangkap diduga telah
mencapai 5 juta ton.
Pengembangan usaha perikanan laut sebaiknya dilaksanakan dengan pendekatan
prinsip kehati-hatian dengan menerapkan strategi :
1. Membatasi dan pengalokasian hak pengguna.
2. Tetapkan sasaran yang lebih rendah dari MSY
3 Kembangkan kelembagaan penelitian dan sistem monitoring yang tepat.

2.4 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Seeara berkelanjutan

Sumberdaya perikanan termasuk jenis sumberdaya alam yang dapat pulih
kembali(renewable), karena kemampuan populasinya. Sumberdaya perikanan meliputi
perikanan darat dan perikanan laut. Sumberdaya perikanan laut mempunyai
keanekaragaman biota yang sangat besar baik dilihat dari segi jumlah spesies maupun
dari masing-masing jenis spesies.
Sesungguhnya terdapat dua pendekatan dalam pengelolaansumberdaya perikanan,
yaitu dari aspek ekonomi dan biologi. Aspek biologi berkaitan dengan keinampuan
sumberdaya perikanan untuk berpopulasi dan berproduksi. Kemampuan berpopulasi ini
dikaitkan dengan penagkapan ikan yang diarahkan pada tangkapan lestari (Maximzinz
Szistainable Yield). Pendekatan tangkapan maximum lestari mengasumsikan bahwa
setiap spesis memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi (Surplus) kapasitas
produksinya. Sehingga apabila surplus tersebut dipanen secara seimbang (tidak lebih
dan tidak kurang) maka stok akan bertahan secara berkelanjutan (Sustainable).
Akan tetapi pendekatan diatas banyak dikritik, yang didasarkan pada asumsi bahwa:
(1) perkiraan stok yang meleset sedikit saja bisa mengarah pada pengmsakan stok (stok
depletion); (2) tidak memperhitungkan nilai ekonomi apabila stok ikan tidak dipanen
(impzited values) dan (3) sulit diterapkan pada kondisi dimana sumberdaya perikanan
memiliki ciri keragaman jenis (multy-species), (Fauzi; 2000).
Evaluasi terhadap keberlanjutan (sustainability) adalah dengan mempertimbangkan
dampak dari aktivitas manajemen asset sumberdaya yang berimbang dengan
mempertimbangkan pentingnya aspek-aspek tingkat kesejahteraan manusia termasuk
aspek ekonomi, aspek sosial, adan aspek lingkungan hidup. Kriteria-kriteria ini bukan

hanya secara lokan untuk skala waktu masa kini saja, akan tetapi dalam sistim hirarki
yang lebih luas melalui lintas skala management (internasional, nasional, &an daerah
atau regional) dan temporal (tahunan, jangka menengah dan jangka panjang) (Anwar;
2001).

Ketiga dimensi keberlanjutan dengan karateristiknya masing-masing dapat dilihat
pada gambar 1 berikut:

Skala spaliat Fang panlel
)ang k r l ~ ~ ~ b u dengal1
n~an
lkarI.5. a d ~ ~ ~ u s t r a s i .
ekologi)

i

Pailda~lganjauhke del~auille~l~erluho
tejaduiya proses 1-angkrkembang
secara evolutil'?-allgdapat ~ l ~ e ~ l i p e ~ ~ g a m l t i
kebeda~!iutan atall (sustaumbilih) Skala

Lob1

pertimbangan uta~na.agar
kebiiahn kebijal;sa~man

Gambar 1 Kerangka berfikir tiga di~nensitentang keberlanjutan (.sustui/rahilin;)
2.4.1. Nilai Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya perikanan.

Pendekatan ekonomi sumberdaya perikanan beranjak dari fungsi produksi yang
didasarkan pada kebutuhan akan sarana tangkapan yang merupakan faktor input yang

dikenal dalam istilah biologi upaya penagkapan fishing effort). Effort didefenisikan
sebagai indeks dari berbagai input seperti; tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap
lainnya yamh dibutuhkan dalam aktivitas penagkapan ikan, (Fauzi; 2002).
Pendekatan biologi dan ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
keduanya tetap mempertahankan keberlanjutannya. Menurut Hicks yang dikutip Anwar
dan Rustiadi, bahwa pemanfaatan sumberdaya alam yang menghasilkan pendapatan dan
kemudian dipergunakan untuk barang-barang konsumsi masa kini, jangan mengganggu
potensi pendapatan (dari sumberdaya modal) generasi mendatang terutama yang
menurunkan kapasitas sumberdaya tersebut perlu dihindari, (Anwar dan Rustiadi,2001).
Perolehan pendapatan melalui pengurasan modal seperti natural capital,
depletion, dan melemahnya social capital, tidak menciptakan pembangunan
berkelanjutan. Sedangkan modal dan pertumbuhan merupakan cara untuk menyediakan
kebutuhan generasi mendatang dengan menyediakan kesempatan yang sama atau lebih
besar dibandingkan masyarakat sekarang.
Terdapat beberapa karateristik yang membedakan antara usaha komersial besar
dengan nelayan kecil. Menurut Anwar, perbedaan kedua kelompok tersebut yaitu, (1)
berbentuk perusahaan joint ventura dengan perusahaan asing, (2) menggunakan kapalkapal pengakap ikan dan (3) menggunakan alat pemantau gelombang iakan melauyi
radar. Kedua; nelaya kecil adalah: (1)menjadi pemilik sekaligus operator; (2) tenaga
kerja dalam bentuk padat karya; (3) bermodal kecil; dan (4) jarang menggunakan
tehnologi modem. (Anwar, 1994).
Dalam perspektif ekonomi kelembagaan merupakan suatu sistim pengambilan
keputusan yang dianut oleh suatu masyarakat dan melahirkan aturan main yang

menyangkut alokasi sumberdaya serta w a pemanfaatannya guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Anwar (2001) bahwa dalam dunia nyata pada
dasrnya ada dua bentuk koordinasi yang utama, yaitu; (1) transaksi melalui pasar,
dimana harga menjadi panduan dalam mengkoordinasikan alokasi sumberdaya, dan (2)
transaksi melaui sistim organisasi berhirarki diluar sistim pasar, dimana otoritas dan
kewenangan berperan sebagai alat koordinasi dalam mengatur alokasi sumberdaya.
2.5 Kelembagaan

Kelembagaan secara umum diartikan sebagai aturan yang dianut dan ditaati atau
organisasi yang dibentuk oleh masyarakat total atau setempat yang menjadi pegangan
oleh masyarakat bersangkutan dalam melakukan transaksi satu sama lain (Hayami dan
Ruttan, 1984).
Pengertian lainnya mengenai kelembagaan yaitu organisasi atau kaidah-kaidah
baik formal maupun informal yang mengatur prilaku dan tindakan anggota masyarakat
tertentu, baik dalam kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai
tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang bersifat asli dari adat
kebiasaan yang diperoleh secara turun-temurun dan ada juga yang baru diciptakan.
Suatu organisasi merupakan suatu susunan hirarki yang mempunyai aturan
kelembagaan dalam pengambilan keputusan yang dapat memakai sistem vooting atau
musyawarah untuk mufakat. Kelancaran kegiatan transaksi dalam organisasi ditentukan
siapa pemegang kekuasaan dalam setiap pengambilan keputusan (Anwar, 2001).
Dijelaskan kembali oleh Anwar bahwa institusi atau kelembagaan merupakan
aturan main dalam masyarakat yang secara lebih formal dapat dikatakan sebagai alat

manusia guna mengatur prilaku invidual anggotanya yang membangun interkasi antar
anggota-anggota dalam masyarakat tersebut.
2.5.1 Kelembagaan dan Hak Pengetolaan Sumberdaya Perikanan

Menurut Anwar (2002), masyarakat nelayan yang bermukim di wilayah pesisir
mempunyai institusi tradisional yang telah lama dianut dan dipegang secara turuntemurun hingga sekarang dalam ha1 pengelolaan perairan secara berkelanjutan,
sebagaimana kelembagaan adat pada kehutanan maupun perladangan.
Praktek institusi yang berdasarkan tradisi lokal tingkat desa ini terhegemoni
oleh pemerintah melalui peran kepala desanya yang melaksanakan campuran
kekuasaan. Kekuasaan ini merupakan perwakilan sebagai kepala desa yang mana tugastugas diemban sering tidak konsisten dan bahkan selalu bersebrangan dengan peranan
institusi lokal yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya guna
peningkatan kesejahteraan anggota masyarakat sebagai upaya menuju pembangunan
berkelanjutan.
Sumberdaya perikanan mempunyai sifat yang spesifik yang dikenal dengan
akses terbuka (open acses) yang setiap orang atau individu merasa memiliki
sumberdaya tersebut secara bersama (commen proverty). Anggapan kepemilikan
bersama itulah yang menjadi aiasan semua pihak akan merasa mempunyai hak untuk
mengelolanya bahkan mengeksploitasinya sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki hingga nilai rent dari sumberdaya tersebut terbagi habis. Tetapi sebaliknya tidak
ada satupun pihak yang merasa bertanggung jawab akan kelestarian nilai dai
sumberdaya perikanan tersebut.

Terdapat kesulitan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan pesisir pantai
di daerah tropis karena berkaitan dengan persoalan ekologi, ekonomi, sosial antropologi
dan kultural. Kesulitan tersebut antara lain disebabkan karena: (1) para nelayan kecil
menangkap berbagai jenis ikan, binatang lunak, Vegetasi, mangrove, ganggang, rumput
laut dan sebagainnya; (2) penggunaan alat tangkap yang berbeda-beda, sehir~ggasulit
menilai fungsi hasil (yield function); (3) wilayah komunal pantai yang tersebar dan
terisolasi sehingga sulit menyediakan jasa-jasa pelayanan bagi mereka dan mereka
sering merana baik sosial maupun kultural; (4) sumberdaya perikanan dan pantai
mengalami penyusutan dan pengurasan, karena sifat akses terbuka yang juga
disebabkan tindakan para nelayan sendiri dan; (5) pengelolaan sumberdaya perikanan
yang terpusat sehingga biaya enforceme?zbzya mahal.
Menyadari berbagai kesulitan diatas, maka dalam pengelolaan su~nberdaya
perikanan diperlukan penyerahan kewenangan pengelolan yang dapat diberikan kepada
masyarakat komunal nelayan kecil (conzmonz properv right) atau kepada pemerintah
desa guna dapat melanjutkan keberlanjutan pernungutan dan pemanfaatannya.
Sungguhpun demikian agar pengelolaan sumberdaya memberikan manfaat yang
sekaligus tercapainya keberlanjutan maka diperlukan kelembagaan yang jelas, terarah
dan terinci sehingga dapat diketahui batas kewenangan pengelolaannya.

KEPALA KIMPUNGIDESA

Gambar 2. Struktur Kepengumsan Lembaga Pedesaan.
Menurut Feder dan Feeny dalam M.Saleh Oesman (2002) terdapat tiga kategori
dasar kelembagaan, yaitu peraturan perundang-undangan, tatanan kelembagaan dan
perilaku normatif. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan mengorganisir
masyrakat. Tatanan kelembagaan merupakan pengaturan yang lebih spesifik, seperti
pengaturan kejasama, kontrak dan hak-hak milik (property right). Sedangkan perilaku
normatif adalah nilai budaya yang melegitimasi tatanan dan kendala tingkah laku
Penerapan kelembagaan tradisional menunjukan pentingnya peranan komunitas
yang berkaitan dengan usaha-usaha konservasi sumberdaya pesisir dan penggunanaan
sumberdaya bersama (common property resources) yang merupakan barang pubIik

lokal dalam pengertian sempit, seperti perairan perikanan yang biasa disebut "local
common". Komunitas merupakan sekelompok orang-orang yang dicirikan oleh interaksi
sosial yang intensif diantara mereka,(Anwar, 2000).
Guana memahami mengenai kelembagaan nelayan dapat didekati dari 3 aspek
yaitu: batas yuridiksi, hak kepemilikan, dan aturan representasi (Pakpahan, 1989). Batas
yuridiksi berkaitan dengan kewenangan atau motoritas suatu lembaga. Hak
kepemiliklan berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban. Sedangkan ahran representasi
berkaitan denagn ketenvakilan seseorang dalam suatu organisasi.

2.5.2

Kendala Dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.

Kesejahteraan Nelaym~
Kesejahteraan merupakan ukuran nilai tambah yang diperoleh nelayan dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan. Guna mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dapat didekati dari surplus produsen
(produsen's surplus), surplus konsumen (consumer's surplus), dan rente sumberdaya.
Pendekatan lain adalah dengan melihat optimasi kesejahteraan (walfare optimation)
yang ditinjau dari faktor output (yield).
Jika pengelolaan sumberdaya perikanan tidak memberikan kesejahteraan pada
masyarakat nelayan, maka memunculkan kondisi kemiskinan bagi mereka. Secara
filosofis, kemiskinan dapat dipandang sebagai "keadaan" yang menyebabkan seseorang
tidak mampu mentaati tata nilai dan norma-norma yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya, (Nasoetion: 1996, dalam M.Saleh 2002). Pengertian diatas menunjukan
kemiskinan mempunyai rentang dimensi yang luas dan fenomenannya bersufat relatif

Dengan demikian kemiskinan dapat didekati dari berbagai titik pandang, seperti dari
sudut ekonomi, sosial dan politik.
Menurur Anwar kemiskinan tejadi karena tindakan stratifikasi soaial yang
membedakan alokasi hak-hak (entitlement) secara menyolok dan terpusat pada
golongan-golongan

yang h a t , berupa terbatasnya akses kepada sumberdaya-

sumberdaya, (Anwar,2001). Kelompok ini sangat h a t dan dan dekat dengan pusat
kekuasaan baik ditingkat pusat maupun daerah.
Karena terbatasnya akses, diperdesaan akses tentang sumberdaya pembangunan
tidak sampai pada masyarakat yang membutuhkannya. Seperti fesilitas kredit melalui
lemaga perbankkan dan organisasi ekonomi perdesaan yang banyak dinikmati
kelompok kecil elite, (a small elite). Menurut Wertheim, kenyataan tersebut hanya akan
memprkaya yang kaya dan yang miskin tetap miskin, (the rich grow richer and poor
grow poorer), (werheim; 1984 dalam M Saleh Oesman, 2002). Denagn demikian gejala
kemiskinan yang ditanggung bersama (shared poverty) tidak lagi merata diseluruh
masyarkat pedesaan, melainkan hanya terbatas pada lapisan termiskin yang paling
bawah.
Kemiskinan absolut (absolut poverty) merupakan konsep yang dikaitkan dengan
standar bidup minimum yang dihitung dengan uang. Pengertian dan pemahan tentang
kemiskinan kultural didasarka pada norma-norma masyarakat (sociel norm) pada setiap
waktu dan tempat. Akan tetapi untuk mengukur kemiskinan kultural mengalami
kesulitan, apakah pendekatannya tingkat pendapatan masyarakat atau defenisi kuiturai
sebagai suatu kemiskinan. Sedangkan kemiskinan relatif mempunyai keterkaitan dengan
distribusi pendapatan. Secara konsepsional, pengukuran kemiskinan relatif memberikan

keuntungan karena dapat merefleksikan bahwa setiap individu cenderung merasa miskin
dibanding dengan yang lain,(Blair; 1998 dalam M Saleh 0,2002).
Terdapat beberapa faktor sebagai penyebab terjadinya kemiskinan, antara lain:
(1) fluktuasi agregat ekonomi (aggregat ecoi~ornic~zrctz~atio~i),
(2) Produktivitas yang

rendah (low productivity), (3) Hambatan dan ketidak sempurnaan pasar (barriers arid
iniperfect niarket) (4) Budaya dan perilaku bawaan (czrltzrral a ~ behavior
d
traits),
(Blair; 1998 dalam M.Saleh 0 , 2002).

III. KERANGKA PEMlKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dalam Pembangunan Wilayah

Kesalahan mengadopsi konsep pembangunan dari luar yang dilaksanakan di
masa Orde Baru terbukti telah menciptakan berbagai ketidak adilan. Model
pembangunan tersebut telah menyebabkan kesenjangan antar daerah, antar golongan
masyarakat dan antar sektor (zrt~balanceddevelopn~et~t).
Konsep pembangunan lebih
banyak mengadopsi konsep Lewis (Lewis fivo Sector Model) yang menekankan kepada
transformassi struktural (structural transfon?natiotz dari suatu perekonomian subsistem
menuju kepada ekonomi industri perKotaan. Paradigma pembangunan tersebut masih
bertumpu pada growth orientedpolicy dimana Growth Don~esticProduct (GDI') masih
dijadikan sebagai indikator utama kinerja @erformance) pertumbuhan suatu negara.
Padahal indikator GDP bukan merupakan satu-satunya tolok ukur yang dapat
mencerminkan kesejahteraan suatu negara, selain itu indikator GDP belum mampu
mengukur secara tepat kinerja sektor ekonomi berbasis sumberdaya alam secara
konferhensif.
Kinerja sektor perikanan selama ini telah mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Indikator kemajuan tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya
konstribusi sektor perikanan terhadap ekonomi nasional secara keseluruhan. Meskipun
dari proporsi GDP konstribusi perikanan masih relatif kecil (sekitar dua persen) namun
sektor ini telah memberikan sumbangan devisa yang cukup berarti bagi ekonomi
Indonesia melalui ekspor produk-produk perikanan.

Berubahnya politik di Indonesia yang ditandai dengan timbulnya era reformasi
telah memicu perubahan orientasi pembangunan di bidang perikanan, dimana
pembangunan pertanian secara orde baru lebih banyak bertumpu pada pertanian
tanaman pangan, secara tidak langsung membuat sektor perikanan kcrang banyak
berperan.

Dengan

lahirnya momentum reformasi tersebut

pemerintah

mulai

mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan sektor ini sebagai sektor unggulan
yang justru akan menjadiprime mover ekonomi khususnya di wilayah-wilayah pesisir.
Wilayah pesisir pantai memiliki keanekaragaman biota laut, disamping
kekayaan berupa hutan bakau (mangroove), pertambangan berupa minyak dan kekayaan
laut lainnya seperti mutiara, padang lamun, serta yang paling dominari adalab
sumberdaya perikanan. Termasuk pula sumberdaya alam yang berada di pesisir pantai
daratan, seperti tanaman perkebunan serta sumberdaya manusia yang bermukim dan
bermata pencaharian di pesisir pantai yaitu para nelayan kecil dan masyarakt pesisir.
Dalam pengembangan wilayah pesisir dan lautan ini masih menghadapi berbagai
kendala baik dari sumberdaya perikanan itu sendiri yang bersifat fugitive dan cenderung
berarah open access maupun yang ditimbulkan oleh pengembangan skala ekonomi
yang ditandai dengan lemahnya kapital di bidang perikanan dan sedikitnya investasi.
Secara spatial pengelolaan sumberdaya perikanan mempunyai keterkaitan mulai
dari persediaan stok (stock supply) sampai kepada wilayah pemasaran. Persediaan stok
yang dikelolah secara berkelanjutan akan memberikan kesejahteraan pada masyarakat
nelayan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (temporal). Jika pengelolaan
dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan dalam kondisi aktual, serta akses

terbuka (tidak terkendali), tidak akan menjamin dapat memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat nelayan bahkan menimbulkan degradasi terhadap sumberdaya tersebut.
Guna memahami

mengenai

keterkaitan pengelolaan

dan pemanfaatan

sumberdaya perikanan dengan dimensi keberlanjutan adalah dengan membandingkan
antara hasil tangkapan aktual dan akses terbuka dan tangkapan optimal. Jika tangkapan
optimal memberikan keuntungan yang lebih besar, maka pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya perikanan secara berkelanjutan akan memberikan manfaat yang lebih baik
untuk saat ini maupun dimasa datang.
Sifat dasar dari sumberdaya perikanan adalah sumberdaya milik bersama
(common property resource) yang berarti sumberdaya ini dapat di manfaatkan dalam
waktu yang bersamaan oleh siapa saja (terutama dengan tujuan ekonomi). Tak seorang
pun mempunyai hak khusus dalam menggunakan sumberdaya tersebut dan tak seorang
pun yang dapat melarang orang lain dalam memanfaatkannya (every one property is no
one's property). Salah satu argumen penting mengapa sumberdaya ini digolongkan
sebagai milik bersama adalah bahwa biaya untuk memperoleh dan mempertahankan hak
penggunaannya (enforcement) lebih tinggi daripada income ataupun resource rent yang
didapat dari pemilikan dari sumberdaya tersebut.
Sehubungan dengan sifat yang common property ini maka dikhawatirkan akan
tejadi pengurasan terhadap sumberdaya perikanan (tenrtama di laut) yarig akan
menimbulkan biaya eksternal (miss aliocation of resources) yang berimplikasi pada
bermunculnya berbagai permasalahan ekonomi dan biologi (biologi and economic
overfishing) yang mengakibatkan kepunahan spesies-spesies ikan dan biota lainnya,

inefisiensi dalam penggunaan faktor produksi, hasil manfaat (resources rent) yang
rendah dan kecendrungan pengelolaan ke arah deflesi.
Sumberdaya perikanan laut yang bersifat open access akan menyebabkan :
1. Kesulitan dalam pengontrolan dan estimasi jumlah stok dari ikan pada setiap

musim atau periode karena dipengaruhi oleh faktor biologi dan ekoiogi dari
sumberdaya perikanan sebagai faktor alami serta berbagai upaya eksploitasi
yang di lakukan manusia (bertujuan memaksimumkan resource rent untuk
meningkatkan kesejahteraan) sehagai faktor non alami.
2. Usaha penangkapan ikan di wilayah perairan mengandung resiko dan

ketidakpastian yang relatif besar. Dalam ha1 ini sumberdaya perikanan bersifat
mobil fugitive, sehingga resikonya adalah kehilangan sejumlah penangkapan
dan resiko-resiko lainnya.

3. Timbulnya pemanfaatan sumberdaya yang economic overfissing (total revenue

< total cost) dan biologi overfissing (laju penangkapan per catcha > potensi
pertumbuhan lestari (Marginal Sustainable Yield, MSY) yang akan mengarah
pada kelangkaan (scarcity) sumberdaya perikanan serta kepunahan beberapa
spesies tertentu.
3.2 Kelembagaa