Pengaruh Kestabilan Operasi Pot Pada Pabrik Reduksi Terhadap Kandungan Besi (Fe) Dan Silikon (Si) Di Dalam Aluminium Cair Yang Dihasilkan

(1)

PENGARUH KESTABILAN OPERASI POT PADA PABRIK

REDUKSI TERHADAP KANDUNGAN BESI (Fe) DAN

SILIKON (Si) DI DALAM ALUMINIUM CAIR YANG

DIHASILKAN

TUGAS AKHIR

ANNONA CYNTHIA AYU

082409023

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH KESTABILAN OPERASI POT PADA PABRIK

REDUKSI TERHADAP KANDUNGAN BESI (Fe) DAN SILIKON

(Si) DI DALAM ALUMINIUM CAIR YANG DIHASILKAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya

ANNONA CYNTIA AYU 082409023

PROGRAM D-3 KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH KESETABILAN OPERASI POT PADA PABRIK REDUKSI TERHADAP KANDUNGAN BESI (Fe) DAN SILIKON (Si) DIDALAM ALUMINIUM CAIR YANG DIHASILKAN

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ANNONA CYNTHIA AYU Nomor Induk Mahasiswa : 082409023

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan , Juni 2011 Disetujui oleh :

Program Studi D3 Kimia

Ketua, Dosen Pembimbing,

Dra.Emma Zaidar Nasution,M.Si Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc NIP : 195512181987012001 NIP :195504051983031002

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nasution, Ms NIP : 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH KESETABILAN OPERASI POT PADA PABRIK

REDUKSI TERHADAP KANDUNGAN BESI (Fe) DAN SILIKON

(Si) DIDALAM ALUMINIUM CAIR YANG DIHASILKAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

ANNONA CYNTHIA AYU

082409023


(5)

PENGHARGAAN

Bismilahhirahmanirahim

Puji dan syukur, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga kemudahan dan kelencaran selalu mengiringi penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul PENGARUH KESTABILAN OPERASI POT TERHADAP KANDUNGAN Fe DAN Si DI DALAM ALUMINIUM CAIR.

Karya ilmiah ini disusun berdasarkan pengalaman yang dilakukan penulis selama ±38 hari yaitu mulai dari tanggal 23 Desember 2010 sampai 28 Januari 2011 yang ditempatkan pada seksi Operasi Tungku Reduksi Aluminium di PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisannya masih terdapat banyak kekurangan. Dalam penyusunan dan penyelesaian tugas akhir ini penulis banyak menemui kesulitan, namun dengan bimbingan dan bantuan serta Do’a dan dorongan/semangat dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang teristimewa kepada:

1. Ayahanda Saiful Siregar dan Ibunda Dra. Sri Ernidayani, Nenek saya, adik saya, Paman Dudi, Paman Diky, Paman Iwan, Ibu Elly, Ibu Yani, serta semua sanak keluarga yang tidak bisa disebut satu persatu.

2. Bapak Prof. Dr. Zul Alfian M.Sc, Selaku dosen pembimbing yang telah memberi petunjuk dan membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

4. Ibu Emma Zaidar Nasution M.Si selaku Ketua Program Studi kimia industri FMIPA USU MEDAN.

5. Bapak Faisal Hidayat,Bapak Faisal Amri sebagai pembimbing lapangan di PT.Inalum, yang telah membantu saya selama PKL di PT. Inalum

6. Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.sc sebagai Dekan FMIPA USU. 7. Seluruh dosen dan staf pengajar FMIPA USU.

8. Kakanda Rahmad Hidayat yang telah membantu dan memotivasi penulis selama penyelesaian tugas akhir.

9. Teman-teman satu PKL Ayu Karmila, Denie Pohan, Munawir, yang sama-sama membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir.

10.Teman-teman dekat saya selama PKL di PT. Inalum yaitu Tami, Dina, Lisa, Liza Hesti, Icut, Bang Edo, Bang Darwis, dan Bang Bambang. 11.Teman-teman kuliah saya, Rahmi, April, Nella, Sufi, Delvi, Riky, Novi,


(6)

12.Teman dekat saya Mirfat, Jannah, Dedek, Wirda, Arifin, Asty, dan Yericho.

13.Seluruh teman - teman satu angkatan 2008 di Kimia Industri yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Karya Ilmiah.

Hanya doa yang dapat penulis sampaikan kepada Allah SWT. Mudah-mudahan kebaikan yang diterima penulis dari semua pihak yang telah membantu, kiranya Allah SWT membalas kebaikan tersebut. Penulis dengan segala kemampuan beusaha menyelesaikan karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya. Apabila ada kekurangan kritik dan saran penulis terima dengan senang hati.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca.

Medan, juni 2011 Penulis,

ANONA CYNTIA AYU


(7)

ABSTRAK

Aluminium yang dihasilkan banyak mengandung unsur-unsur zat pengotor seperti : Fe, Si, Cu, Ti, Mg, Mn, V, Ga, Na, Ni, Zn, Cr, B dan Pb. Tetapi zat pengotor yang paling berpengaruh dalam kualitas aluminium yaitu: Fe dan Si. Karena dapat menyebabkan ketidakstabilan di dalam pot reduksi, ketidakstabilan pot itu disebut dengan noise. Noise merupakan ketidakstabilan arus antara anoda yang menimbulkan goncangan metal jika berada di atas 100 mv. Saat noise berada di bawah 100 mv tidak akan mempengaruhi kadar Besi (Fe) dan silikon (Si). Dengan mengendalikan noise diharapkan pot stabil dan kenaikan Fe tidak signifikan. Pada pabrik reduksi, noise tidak terlalu sering terjadi, karena semakin seringnya noise terjadi maka persen zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) semakin tinggi. Kandungan Fe dan Si diketahui dengan cara pengambilan sampel metal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan alat OES (Optical Emission Spectrofotometer) dibagian SQA. Pengambilan sampel metal dilakukan untuk mengetahui kualitas metal cair dan terjadinya kebocoran pada pot. Kebocoran pot yang terjadi karena zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) yang tinggi.


(8)

EFFECT OF STABILITY OPERATIONS IN POT PLANT

CONTENT ON REDUCTION OF IRON (Fe) AND SILICON (Si)

GENERATED IN ALUMINIUM LIQUID

ABSTRACT

Aluminium is produced contains many elements of impurities such as Fe, Si, Cu, Ti, Mg, Mn, V, Ga, Na, Ni, Zn, Cr, B and Pb. But the impurities of the most influential in the quality of aluminum, namely: Fe and Si. Because it can cause instability in the reduction pots, pots instability is called the noise. Noise is an instability that causes the flow between the anode metal shock if it is above 100 mV. When the noise is below 100 mV will not affect the levels of iron (Fe) and silicon (Si). By controlling the noise is expected to stabilize and increase Fe and si in pot is not significant. At the reduction plant, noise is not too often, because the more frequent noise occurs then the percent impurities Iron (Fe) and Silicon (Si) increases. The content of Fe and Si was determined by taking samples of metal which is then analyzed by using OES (Optical Emission spectrophotometer) in the SQA. Metal sampling was conducted to determine the quality and the occurrence of leakage of liquid metal in the pot. Pot leaks that occur due to impurities of Iron (Fe) and Silicon (Si) is high.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan ... 3

1.4. Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Aluminium ... 4

2.1.1 Alumina ... 5

2.1.2. Sifat – Sifat dan Kegunaan Alumina ... 8

2.2. Besi (Fe) ... 9

2.3. Silika (Si) ... 10

2.4. Aluminium Murni ... 11

2.4.1. aluminium Paduan (Alloy) ... 13

2.5. Pengaruh Pengotor Silikon (Si) dan Besi (Fe) didalam Produk Aluminium ... 14

2.5.1. Sumber – Sumber Zat Pengotor.Silikon (Si) Didalam Aluminium Cair yang dihasilkan ... 15 2.6. Pengendalian Kadar Silikon (Si) dan Besi (Fe) dalam


(10)

Bahan Baku Alumina Terhadap Produk Aluminium ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN... 18

3.1. Alat ... 18

3.2. Bahan ... 18

3.3. Prosedur Kerja ... 19

3.3.1. Penganalisaan ... 19

3.3.2. Pengukuran CB dan CBT ... 20

3.3.3. Pengukuran PDT dan SWT ... 23

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Data ... 25

4.1.1. Data Perbandingan Kenaikan Noise (mV) Terhadap Kenaikan % Fe dan Si Pada POT 102 ... 25

4.1.2. Data Perbandingan Kenaikan Noise (mV) Terhadap Kenaikan % Fe dan Si Pada POT 103 ... 26

4.2. Pembahasan ... 27

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

5.1. Kesimpulan ... 29

5.2. Saran ... 30


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Spesifikasi Alumina daari ALCOA ... 6

Tabel 2.1. Sifat – Sifat Fisik Alumina ... 8

Tabel 3.1 Sifat – Sifat Fisik Aluminium ... 12

Tabel 4.1. Sifat Mekanik Aluminium ... 12

Tabel 4.1.1. Data Perbandingan Kenaikan Noise (mV) Terhadap Kenaikan % Fe dan Si pada pot 102 ... 25

Tabel 4.1.3. Data Perbandingan Kenaikan Noise (mV) Terhadap Kenaikan % Fe dan Si pada pot 103 ... 26


(12)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1.1. Perbandingan Kenaikan Noise (mV)

Terhadap Kenaikan % Fe dan Si pada pot 102 ... 26 Grafik 4.1.3. Perbandingan Kenaikan Noise (mV)


(13)

ABSTRAK

Aluminium yang dihasilkan banyak mengandung unsur-unsur zat pengotor seperti : Fe, Si, Cu, Ti, Mg, Mn, V, Ga, Na, Ni, Zn, Cr, B dan Pb. Tetapi zat pengotor yang paling berpengaruh dalam kualitas aluminium yaitu: Fe dan Si. Karena dapat menyebabkan ketidakstabilan di dalam pot reduksi, ketidakstabilan pot itu disebut dengan noise. Noise merupakan ketidakstabilan arus antara anoda yang menimbulkan goncangan metal jika berada di atas 100 mv. Saat noise berada di bawah 100 mv tidak akan mempengaruhi kadar Besi (Fe) dan silikon (Si). Dengan mengendalikan noise diharapkan pot stabil dan kenaikan Fe tidak signifikan. Pada pabrik reduksi, noise tidak terlalu sering terjadi, karena semakin seringnya noise terjadi maka persen zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) semakin tinggi. Kandungan Fe dan Si diketahui dengan cara pengambilan sampel metal yang kemudian dianalisis dengan menggunakan alat OES (Optical Emission Spectrofotometer) dibagian SQA. Pengambilan sampel metal dilakukan untuk mengetahui kualitas metal cair dan terjadinya kebocoran pada pot. Kebocoran pot yang terjadi karena zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) yang tinggi.


(14)

EFFECT OF STABILITY OPERATIONS IN POT PLANT

CONTENT ON REDUCTION OF IRON (Fe) AND SILICON (Si)

GENERATED IN ALUMINIUM LIQUID

ABSTRACT

Aluminium is produced contains many elements of impurities such as Fe, Si, Cu, Ti, Mg, Mn, V, Ga, Na, Ni, Zn, Cr, B and Pb. But the impurities of the most influential in the quality of aluminum, namely: Fe and Si. Because it can cause instability in the reduction pots, pots instability is called the noise. Noise is an instability that causes the flow between the anode metal shock if it is above 100 mV. When the noise is below 100 mV will not affect the levels of iron (Fe) and silicon (Si). By controlling the noise is expected to stabilize and increase Fe and si in pot is not significant. At the reduction plant, noise is not too often, because the more frequent noise occurs then the percent impurities Iron (Fe) and Silicon (Si) increases. The content of Fe and Si was determined by taking samples of metal which is then analyzed by using OES (Optical Emission spectrophotometer) in the SQA. Metal sampling was conducted to determine the quality and the occurrence of leakage of liquid metal in the pot. Pot leaks that occur due to impurities of Iron (Fe) and Silicon (Si) is high.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Indonesia Asahan Inalum (PT. Inalum) adalah merupakan satu-satunya Industri peleburan aluminium di Indonesia yang menggunakan proses elektrolisa terhadap alumina dengan memakai metode Hall - Heroult yang berlangsung di dalam tungku reduksi (pot).

Indonesia Asahan Inalum (PT. Inalum) yang berlokasi menghadap selat malaka tepatnya di daerah Kuala Tanjung, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Adapun aluminium yang dihasilkan adalah aluminium primer berbentuk batangan (ingot) dengan berat perbatangnya 22,7 kg yang merupakan bahan baku industri hilir aluminium yang menghasilkan barang-barang jadi seperti : bahan bangunan, industri pesawat terbang,alat-alat rumah tangga dan sebagainya.

Pabrik peleburan aluminium PT. inalum ini mulai memproduksi aluminium untuk dipasarkan tanggal 19 maret 1982 yang sebagian besar dipasarkan di indonesia dan sebagian lagi diekspor ke luar negeri.

Aluminium berasal dari bijih aluminium alam, yang dijumpai sebagai tambang bauksit yang mengandung kandungan aluminium oksida. Bauksit terdiri dari 60% Alumina ( Aℓ2O3 ), 30% Iron Oksida (Fe2O3),dan sejumlah SiO dan


(16)

Aluminium dihasilkan dari bahan baku alumina (Aℓ2O3) dengan proses

elektrolisa. Anoda karbon digunakan sebagi elektroda di pabrik peleburan (Reduction Plant), bahan dasar untuk pembuatan elektroda ini adalah kokas minyak (Oil Cokes) yang di datangkan dari Amerika Serikat serta pitch keras (Hard Pitch) yang di datangkan dari Jepang. Sementara sebagi bahan elektroloit dalam elektrolisa digunakan kriolit (Na3AIF6).

Untuk terus bersaing di dunia usaha dan untuk menghasilkan aluminium yang mempunyai kualitas yang baik perlu dilakukan analisa, salah satunya dilakukan pada aluminium cair. Dimana untuk memperoleh mutu aluminium cair yang akan dicetak, karena semua zat pengotor yang terdapat di dalamnya secara otomatis akan terdapat pula aluminium ingot yang dihasilkan. Adapun jenis pengotor yang sering terkandung di dalam aluminium adalah : Fe, Si, Cu, Na, Ti, Mn, Ga, Mg, Ni, Zn, Cr, B dan Pb. Akan tetapi dari sekian banyak zat pengotor diatas paling besar dan paling berperan dalam menentukan aluminium yaitu: besi (Fe) dan silikon (Si).

Dalam hal ini kenaikan persen kandungan dari Besi (Fe) dan Silikon (Si) dapat mengakibatkan noise. Noise merupakan naik turunnya voltase karena ketidakstabilan arus antara anoda yang menimbulkan goncangan metal bila berada di atas 100 mv.Jika noise semakin tinggi maka akan mempengaruhi persen kandungan dari Besi (Fe) dan Silikon (Si).

Dari uraian diatas, maka dapat dijadikan suatu alasan bagi penulis untuk memilih judul : PENGARUH KESETABILAN OPERASI POT PADA


(17)

PABRIK REDUKSI TERHADAP KANDUNGAN BESI ( Fe ) DAN SILIKON (Si) DI DALAM ALUMINIUM CAIR.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruhnya jika terjadi kenaikan persen dari zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) terhadap kenaikan noise pada proses di pot reduksi.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh kenaikan persen dari zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) terhadap kenaikan noise

1.4 Manfaat

1. Untuk mengetahui perbandingan kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) yang terkait pada ketidakstabilan pot (noise)

2. 1uuuUntuk mengetahui sumber-sumber zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) di dalam tungku reduksi


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aluminium

Aluminium merupakan salah satu logam yang ringan dan cukup penting perananya dalam kehidupan manusia. Diantaranya logam lain, aluminium adalah logam yang paling banyak ditemukan dan tersebar di alam ini yang merupakan unsur kimia golongan III A dalam sitem periodekunsur dengan nomor atom 13 dan berat atom 26.98.

Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempah dan bubuknya berwarna abu-abu. Aluminium melebur pada temperatur 660oC. Dalam udara bebas, logam aluminium mudah teroksidasi membentuk lapisan tipis oksida (Aℓ2O3) yang tahan terhadap karat karena lapisan tipis oksida yang bebenrtuk

bertindak sebagai pelindung logam dan korosi selanjutnya. Aluminium mempunyai sifat-sifat fisis.

Aluminium ditemukan oleh Sir Humhprey Davy pada tahun 1809 sebagai suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted. Tahun 1825. Secara industri tahun 1886, Paul Lowis Taussaint Heroult di Perancis dan Charless Martin Hall di Amerika Serikat. Secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium. Penggunaan aluminium sebagai logam setiap tahunnya adalah pada urutan yang kedua setelah besi dan baja, yang tertinggi diantara logam non fero.


(19)

Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat logam. (Surdia, T. 2005).

Aluminium adalah logam yang sangat ringan, berat jenis aluminium yaitu: 2,56 kg/cm3 atau 1/3 berat jenis tembaga (8,93 kg/cm3). Tahanan jenis 2,8 x 10-8 atau 1,25 x tahanan jenis tembaga. Titik cair aluminium 660oC dan titik didihnya 1800oC, untuk bahan pengantar kemurniaanya mencapai 99,5% dan sisanya terdiri dari unsur-unsur besi, silicon dan tembaga. Aluminium murni sangat lemah dan lemah (tembaga lebih kuat dibanding aluminium). Untuk menambah kekuatan biasanya dibuat dengan logam campuran.

Logam ini sangat diperlikan dalam pembuatan kapal terbang, mobil, motor dan dalam teknik listrik. Aluminium diperoleh dari bauksit, yang didapat di Suriname, di Amerika utara dan negara-negara lain. Selain itu dari bauksit, aluminium juga diperoleh dari kriolit yang berasal dari Greenland dan batu labrador, yang di temukan di Norwegia. (Sumanto,M.A. 1994)

2.1.1 Alumina

Alumina merupakan persenyawaan kimia antara logam aluminium dengan oksigen (Aℓ2O3). Alumina di alam ditemukan dalam bentuk bauksit. Alumina

merupakan bahan baku utama dalam proses elektrolisa aluminium. Aluminia mempunyai morfologi sebagai bubuk berwarna putih denagn berat molekul 102., titik leleh pada 2050oC, dan spesifikasi gravity 3,5 - 4,0.


(20)

Dalam industri peleburan alumina memegang 3 fungsi penting yaitu: 1. Sebagai bahan baku utama dalam memproduksi aluminium

2. Sebagai insulasi ternal untuk mengurangi kehilangan panas dari atas tungku reduksi, dan untuk mempertahankan temperatu operasi

3. Melindungi anoda dari oksidasi udara.

Alumina yang digunakan PT inalum diimport dari ALCOA (Australia) yang bejenis sandy, yang cocok untuk tungku reduksi tipe Prebaked Anoda Furnance. Tabel 1.1 Spesifikasi Alumina dari ALCOA

NO Item Unit Spesifikasi

1 AI2O3 % 98,40 min

2 SiO2 % 0,025 max

3 Fe2O3 % 0,020 max

4 Na2O % 0,55 max

5 TiO2 % 0,005 max

6 CaO % 0,55 max


(21)

Proses pembuatan alumina (Aℓ2O3) dari biji bauksit dengan proses bayer, yaitu:

a. Proses penggilingan bauksit sampai ukuran tertentu

b. Proses melarutkan alumina (Aℓ2O3) dengan NaOH (soda api) dengan

konsentrasi 35-45%.

c. Pemisahan pengotor yang mengendap dengan cara penyaringan sehingga Diperoleh larutan Natrium Aluminat yang bening

d. Proses selanjutnya Natrium Aluminat dilarutkan dalam air dan kemudian pengendapan Natrium Aluminat dengan cara penambahan seed (bubuk halus alumina) yang ditaburkan pada larutan alumina dan endapan alumina, sehingga diperoleh endapan alumina dengan ukuran besar sebagai hasil produksi alumina dan endapan alumina halus akan dipakai sebagai seed yang digunakan untuk pengendapan.

2NaAℓO2 + 4H2O → 2 NaOH + Aℓ2O3 .3H2O

e. Endapan alumina selanjutnya dikalsinasi (dipanggang) untuk menguapkan Air.

Aℓ2O3 .H2O→ Aℓ2O3 + 3H2O

f. Alumina kering siap untuk bahan baku peleburan aluminium Untuk menghasilkan aluminium dipergunakan alumina: a. Alumina Sandy ( Aℓ2O3 )


(22)

Adapun perbedaan dari jenis kedua alumina terletak pada temperatur peleburan alu min a San

dy lebi

h ren dah

dib and ingkan dengan alumina jenis sandy.Adapun sifat-sifat fisis alumina dapat dilhat pada tabel dibawah ini

2.1 Sifat - Sifat Fisik Alumina

No Sifat Fisis Satuan Jenis – Jenis alumina

Catatan

Sandy Floury

1 Aℓ2O3 % 5 90 Sinar x

2 Berat jenis g/ cm3 3,5 3,9

3 Sudut Letak Derajat 30 40 1100o


(23)

(Burkin, A.R. 1987)

2.1.1 Sifat-sifat dan kegunaan aluminium

1) Aluminum adalah logam lunak dan liat. Oleh karena itu aluminium berguna untuk pengolahan perubahan bentuk dan dipergunakan antara lain untu cincin packing.

2) Aluminium mempunyai massa jenis rendah (2,7.103kg/m3). Oleh karena itu aluminium merupakan bahan penting dalam bangunan kapal udara, bangunan kapal, teknik mobil dan bangunan karoseri. Oleh karena itu massa jenisnya rendah aluminium mndapat tempat yang penting dalam teknik listrik, bangunan mesin dan teknik proses. Untuk meningkatkan kekuatan tariknya aluminium pada umumnya harus dipadukan.

Letak

5 Densitas Bebas g / cm3 1,1 0,8 6 Densitas Terikat g / cm3 1,3 1,0 7 Kehilangan

dalam pemijaran


(24)

3) Aluminium tahan korosi berkarat lapisan kuat oksida-aluminium. Oleh karena itu aluminium digunakan untuk penutup baja dan logam lain.

4) Aluminium adalah tahan kimia, oleh karena itu digunakan dalam teknik kimia.

5) Sama halnya dengan tembaga, aluminium mempunyai daya hantar panas yang baik dan mempunyai refleksi panas yang besar. Oleh karena refleksi panas yang besar aluminium dapat digunakan sebagai bahan sosial.

6) Aluminium mempunyai daya-antar listrik yang baik, sehingga aluminium banyak digunakan sebagai bahan pengantar listrik.

Untuk keperluan itu, maka alumiium yang digunakan harus semurni mungkin. Aluminium sukar dapat dituang, oleh karena aluminium cair-kental dan mempunyai susutan besar. Oleh karena daya-antar yang baik daya oksidasi yang besar aluminium sukar untuk dilas dan sukar untuk dipatri. (Beumer, B.J.M. 1994)

2.2 Besi (Fe)

Logam ferro adalah suatu logam paduan yang terdiri dari campuran unsur karbon dengan besi. Untuk menghasilkan suatu logam paduan yang mempunyai sifat yang bebeda dengan besi dan karbon maka dicampur dengan bermacam logam lainnya.

Bijih besi merupakan bahan baku dalam pembuatan besi yang dapat berupa senyawa oksida, karbonat, dan sulfida serta tercampur dengan unsur lain misalnya silikon. Bijih besi diolah dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi


(25)

kasar. Besi kasar adalah logam campuran besi dan karbon yang mengandung unsur-unsur campuran lainya diatas 10%. Besi tersebut dapat dikatakan logam murni dari besi tuang.

Baja adalah logam paduan antara besi dan karbon dengan kadar karbonnya secara teoritis maksimum 1,7%. Besi cor adalah logam paduan antara besi dan karbon yang kadarnya 1,7 – 3,5%. Besi tempa adalah baja yang mempunyai kadar karbon rendah.

Dilihat dari kegunaannya maka besi dan baja campuran merupakan tulang punggung peradaban modern sampai saat ini digunakan untuk peralatan transportasi, bangunan,pertanian dan peralatan mesin. Bahan dasar besi mentah ialah bijih besi yang jumlah persentase besinya haruslah sebesar mungkin. Besinya merupak besi oksida (Fe2O4 dan Fe2O3) atau besi karbonat (FeCO2) yang

dinamakan batu besi spat. Pengolahan besi mentah pada dapur tinggi dilakukan dengan cara mereduksi bijih besi menggunakan kokas, bahan tambahan, dan udara panas.

2.3 Silika (Si)

Silikon dioksida, atau silika adalah salah satu senyawa kimia yang paling umum. Kristal SiO2 murni ditemukan dalam alam, dalam bentuk polimorfis, yang paling

umum diantaranya adalah kuarsa. Pasir, agata (akik), oniks, opal, batu kecubung (aamatis), dan fint, adalah silikon dioksida dengan runutan bahan kotoran. Silika merupakan struktur kristal yang penting, bukan saja karena silika sendiri merupakan zat yang begitu melimpah dan berguna. Tetapi juga karena strukturnya


(26)

(SiO4) adalah unit yang mendasar dalam kebanyakan mineral. Senyawa silikon-oksigen adalah yang paling melimpah dari senyawaan dalam kerak bumi. Kebanyakan batuan dari mineral6 adalah silikata dengan kisi.

Kisi silikat ini dapat dianggap sebagai turunan dari SiO2, tetapi dengan

atom-atom umum lain kadang-kadang terkait pada atom silikon dan oksigen. Beberapa dari senyawa sintetik yang paling menarik yang paling berbeda dari apapun yang ditemukan dalam alam, adalah silikon (silicone). Dengan perubahan bobot molekulnya, sifatnya juga berubah. Suatu silikon yang terbentuk dari molekul-molekul rantai pendek merupakan cairan yang berminyak: silikon dengan rantai yang panjangnya sedang. Berperilaku seperti minyak yang kental, selai dan gemuk, dengan rantai sangat panjang mempunyai konsitensi seperti karet . (Keenan,W.C.1999)

Silikon dan oksigen merupakan penyusun sebagian besar kerak bumi, dengan oksign meliputi 47% dan silikon 28% dari masanya, ikatan silikon oksigen kuat dan berifat ionik parsial, ikatan ini membentuk dasar untuk golongan mineral yang disebut silikat, yang merupakan golongan terbesar dari batuan, lempung, pasir dan tanah pada kerak bumi. Silikat menyediakan berbagai macam bahan bangunan seperti batu bata, semen, beton dan kaca. (Oxtoby,W.D.2003)

2.4 Aluminum Murni

Aluminium murni di dapat dalam keadaan cair dengan proses elektrolisa. Umumnya mencapai kemurniaan 99,85% berat. Dengan mengektrolisa kembali


(27)

dapat dicapaii kemurniaan 99,99% yaitu dicapai bahan dengan sembilannya empat.

Tabel 3.1 Sifat – sifat Fisik Aluminium

No Sifat - sifat Kemurnian Aluminium (%) 99,996 > 99,0 1 2 3 4 5 6 7

Massa jenis (20oC) Titik Cair

Panas jenis (cal/g . oC) (100oC) Hantaran Listrik (%)

Tahanan listrik koefisien temperature (/0C)

Koefisien Pemuaian (20-1000C) Jenis kristal, konstanta kisi 2,6968 660,2 0,2226 64,94 0,00429 23,86 x 10-6 fcc,α=4,013 kX 2,71 653-657 0,2297 59(dianil) 0,0115 23,5x10-6 Fcc,a=4,04 kX No

Sifat – sifat

Kemurnian Aluminium (%)

99,996 >99,0


(28)

Tabel 4.1 Sifat mekanik aluminium

Tabel 2.3 menunjukan sifat-sifat fisik aluminium dan tablel 2.4 menunjukan sifat-sifat mekaniknya. Ketahanan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk kemurnian 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu bertahun-tahun. Hantaran listrik aluminium kira 65% dari hantaran listrik tembaga, tetapi masa jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk memperluas penampangnya. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel tenaga dan dalam berbagai bentuk, misalnya sebagai lembaran tipis (foil) dalam hal ini dapat dipergunakan aluminium dengan kemurnian 99,0%. Untuk reflektor yang memerlukan reflektifitas yang tinggi juga untuk kondensor elektrolitik dipergunakan aluminium dengan kemurnian 99,99%. (Surdia, T.2005).

2.4.1 Aluminium paduan (alloy)

dingin 1

2 3 4

Kekuatan tarik (kg/mm2) Kekuatan mulur (0,2%) (kg/mm2)

Perpanjangan (%) Kekerasaan Brinel 4,9 1,3 48,8 17 11,6 11,0 5,5 27 9,3 3,5 35 23 16,9 14,8 5 44


(29)

Aluminium berasal dari bijih aluminium alam, yang dijumpai sebagai tambang bauksit yang mengandung kandungan utama aluminium oksida. Bauksit diolah dalam dapur listrik yang menghasilkan ingot aluminium (alluminium virgin ingot). Bila dibandingkan dengan baja maka aluminium 1/3 berat baja, harganya 6 x > dari harga baja, ½ x kekuatan baja. Tetapi bila aluminium dibuat paduan maka kekuatannya akan dapat melebihi kekuatan baja, aluminium paduan ini mempunyai sebutan high strenght aluminium. Aluminium alloy (paduan aluminium) ini mempunyai sifat :

1) Mudah dibentuk

2) Tahan gempa (untuk konstruksi rangka untuk pemasangan kaca).

3) Tahan pengaruh lengkung, ketahanan ini diperbaiki dengan proses anodisasi.

Dari bentuk ingot aluminium (balok aluminium) dapat dibuat aluminium paduan (aluminium alloy) berbagai produk aluminium seperti:

a. pipa dalam bentuk bulat (pipes), berbentuk empat persegi (square pipes) b. berbentuk profil, antara lain, bentuk siku, bentuk I, bentuk H, bentuk U,

dll.

c. Berbentuk plat (sheet) untuk penutup lantai/atap

d. Bentuk lembaran sangat tipis (aluminium foil), untuk pelapis penahan panas yang dipasang dibawah genteng.


(30)

1. aluminium foil tanpa penguat, hanya satu lapis dan mudah robek. untuk jenis ini sebelum dipasang aluminium foil harus dipasang plywood terlebih dahulu

2. jenis ini terdiri dari tiga lapis, yang tersusun sebagai berikut, aluminium foil lembaran plastik busa dan lembaran penguat.

Plywood adalah salah satu jenis produk fabrikasi dari material kayu, yang terbentuk dari beberapa layer lumber dan vineer yang dilem secara bersamaan baik secara pengeleman panas (hot glueing) maupun pengeleman dingin (could giueing) yang sering disebut juga sebagai kayu lapis atau multiplex. (Wargadinata,S.A.2002)

2.5 Pengaruh Pengotor Silikon dan Besi di dalam Produk Aluminium

Mutu aluminium yang di produksi sangat ditentukan oleh unsur-unsur kimia yang terkandung dalam aluminium itu sendiri. Aluminium itu sendiri. Aluminium yang dihasilkan masih mengandung zat-zat pengotor dalam jumlah renik (sangat kecil), seperti besi (Fe), silikon (Si), dan pengotor logam lainnnya yang berasal dari bahan baku. Disamping dari bahan baku, pengotor besi dan silikom juga berasal dari prosesnya sendiri, dimana besi dan silikon dalam aluminium yang dihasilkan dalam sel elektrolisa (pot), dapat bertambah apabila terdapat kondisi pot yang kurang baik (pot abnormal), misalnya temperatur yang selalu tinggi, sehingga terjadi pengikisan atau pelarutan dari dinding sel elektrolisa (pot).

Kondisi operasi yang berbeda tersebut dapat membuat kandungan besi (Fe) dan silikon (Si) dari logam yang dihasilkan akan bervariasi. Pada potoperasi


(31)

normal kandungan pengotor terutama berasal dari bahan baku (Raw Material).

Dengan demikian semua pengotor (oksidasi logam-logam) yang ada dalam alumina juga ikut terlarut. Secara teoritis oksida-oksida pengotor tersebut larut dalam bath dalam bentuk flourida dan okiflourida dan kemudian tereduksi menjadi logam-logamnya antar muka bath dengan aluminium metal, dimana akhirnya menjadi pengotor (dalam bentuk alloy) bagi aluminium metal yang dihasilkan. Misalnya oksida silikon (SiO2) dalam alumina akan tereduksi menjadi

Si dan larut dalam bentuk alloy dengan A1 metal cair. Jika kadar besi dalam alumina terlalu tinggi , maka aluminium yang dihasilkan menjadi rapuh dan susah dibentuk, itulah pengaruhnya dalam produk aluminium yang dihasilkan.

2.5.1 Sumber-sumber zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) didalam Alumnium cair yang dihasilkan.

Kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) dapat mempengaruhi kenaikan noise. Noise adalah voltase yang naik turun yang menyebabkan ketidakstabilan arus antara anoda yang menyebabkan timbulnya goncangan metal.

Sumber-sumber zat pengotor Besi (Fe) berasal dari: 1. collecto bar


(32)

3. teeth blade

sedangkan sumber-sumber zat pengotor Silikon (Si) berasal dari side wall dan material alumina itu sendiri. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya noise antara lain:

1.kurangnya alumina di dalam pot reduksi.

2. terdapatnya banyak lumpur di dalam pot reduksi

3. terdapatnya kerak di dalam pot reduksi yang mengganggu kestabilan operasi pot.

2.6 Pengendalian Kadar Silikon dan Besi dalam Bahan Baku Alumina Terhadap

Mutu Produk Aluminium

Pengaruh silikon dan besi dalam alumina terhadap produk aluminium secara khusus akan di amati melalui penelusuran data kandungan silikon dalam alumina yang kemudian dibandingkan/dievaluasi terhadap persentase pengotor yang sama dalam poduk aluminium ingot.

Setelah mengetahui pengaruh kadar silikon dan besi, akan diamati bagaimana PT Inalum melalkukan proses pengendalian kualitas alumina terutama dalam hal pengotor silikon dan besi. Pengamatan terhadap pengendalian tersebut dilakukan mulai saat kedatangan alumina dengan kapal sampai dengan analisisnya secara kimia di laboratorium PT. Inalum.


(33)

Alumina yang datang dari kapal dimasukkan ke dalam silo (gudang) alumina melalui belt conveyer sebanyak 20.000 ton. Bahan baku alumina tadi ada yang lansung diperoses untuk menghasilkan produk (aluminium), dan ada juga yang dianalisis di laboratorium untuk diinspeksi (dikonfirmasi)

Inspeksi alumina ini dilakuakan dengan 3 cara yaitu : a. Visual

Cara visual ini adalah menganalisa apakah alumina basah/lembab dan kotor.

b. C/A ( Certivicate Of Anssurance ) c. Analisa Kimia

Cara ini dilakukan terhadap alumina Suppiler, inalum untuk Spee Contrak.

Jika aluminium yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya kadar besinya terlalu tinggi, Maka akan ditambahkan (dicampurkan) adalah dalam bentuk serbuk.

Jika tidak dapat terpenuhi, maka salah satunya tindakan dengan menurunkan grade alumina yang akan dihasilkan. (George L. Harun A.R.1986)


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Optikal emisi spektofotometer (OES) - sendok metal

- cetakan untuk contoh metal - talam untuk contoh metal - bar pipih atau batang besi - kereta alat

3.1.2 Bahan


(35)

3.3 Prosedur Kerja

1. Buka pintu pot bagian Tab

2. Bebaskan permukaan bath dari kerak/alumina atau lumpur dengan blade atau batang besi (bar pipih)

3. Panaskan sendok metal, agar tidak lembab

4. Ambil contoh metal dari dalam pot, dengan sendok metal

5. Pisahkan antara metal cair dan bath,dengan menggoyang sendok perlahan-lahan

6. Tuangkan metal cair ke cetakan contoh pot metal

(Permukaan metal harus rata dengan cetakan,jika metal lebih kembali kedalam pot)

7. Setelah membeku, masukan contoh metal tersebut ketempat yang telah ditentukan

8. Tutup pintu pot bagian Tap, dan rapikan alat-alat seperti semula.

9. Setelah selesai pengambilan contoh metal, bawa ke stasiun untuk diberi nomor sesuai dengn nomor potnya (penulisan dilakukan dengan spidol)

3.3.1 Penganalisaan Sampel

Dalam pelaksanaan penganalisaan sampel aluminium ini dibagi menjadi 3 pengerjaan yaitu :

1. Pembububutan Cara kerja :


(36)

Sampel yang telah dicetak dibawa ke laboratorium untuk dianalisa. Sampel tersebut kemudian dibubut dengan menggunakan mesin bubut hingga kedalaman 3 mm dengan tujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel.

2. Analisa sampel untuk penentuan kadar logam aluminium cair dari sel reduksi

( pot ). Cara kerja:

a. Sampel terlebih dahulu dibubut, supaya permukaan rata, halus dan bersih

b. Setelah selesai dibubut kemudian dibawa ke ruang Optikal Emisi Spektrofotometer (OES)

c. Buka pintu ruang eksitasi, dan letakkan sampel di atas meja eksitasi yang terdapat didalam alat OES tersebut.

d. Tutup pintu ruang eksitasi, dan tekan Enter pada tombol keyboard komputer, maka alat OES akan bekerja dengan sendirinya.(setelah emisi selesai,maka nilai pengukuran akan terlihat pada layar komputer).

e. Setelah selesai, buka pintu ruang eksitasi,dan keluarkan sampel dari ruang eksitasi.


(37)

3.3.2 Jika diketahui Fe naik maka dilakukan pengukuran terhadap Cathode Balance (CB) dan pengukuran terhadap cathode bar temperatur (CBT)

1) Pengukuran Cathode Balance Peralatan : - Digital Thermometer - Alat Pengukur

Cara Kerja:

1. Lengketkan alat pengukur pada fleksibel bar katoda melalui antara kisi-kisi dan plate deck

2. Baca voltasenya dan catat

3. Ulangi pengukuran bila datanya janggal

4. Lakukan hal yang sama pada fleksibel bar katoda lainnya (32 bar).

Jika pada pengukuran CB di dapat arus yang tinggi maka dilakukan pendinginan

• Prosedur Kerja :

1. Masukkan alat pendingin ke bawah pot yang akan didinginkan (alat pendingin tipe F)

2. Pasangkan Holder (cooling pipe clamp) di cradle dinding bawah pot (Sesuai dengan nomor dinding bawah pot hasil pengukuran atau permintaan dari pot operasi).


(38)

3. Pasangkan attachment (tipe F) ke holder yang telah terpasang di cradle

4. Pasangkan alat pendingin (main coupling) ke sumber udara 5. Buka kran (valve) sumber udara yang telah terpasang kea lat

pendingin (sampai terbuka penuh)

6. Buka kran (valve) di distribusi alat pendingin (Perlahan-lahan sampai terbuka penuh).

2) Pengukuran CBT (cathode bar temperature ) Peralatan : - Digital Thermometer

- Thermosensor Cara Kerja :

1. Tempelkan alat pengukur (Thermosensor) pada permukaan bar katoda

2. Baca temperaturnya dan catat di kertas laporan

3. Ulangi pengukuran untuk data yang akurat Jika pada pengukuran CBT didapat temperatur yang tinggi maka harus dilakuakan pendinginan.

• Prosedur kerja

1. Masukkan alat pendingin ke bawah pot yang akan didinginkan (Alat pendingin tipe B)


(39)

2. Pasangkan attachment ke collector bar yang akan didinginkan (Sesuai dengan nomor bar hasil pengukuran atau permintaan pot operasi)

3. Pasangkan alat pendingin (main coupling) ke sumber udara

4. Buka kran (valve) sumber udara yang telah terpasang ke alat pendingin (sampai terbuka penuh)

5. Buka kran (valve) di distribusi alat pendingin (Perlahan-lahan sampai terbuka penuh).

3.3.3 Jika diketahui Si naik maka dilakukan pengukuran terhadap Plate Deck Temperatur (PDT) dan pengukuran Side Wall Temperatur (SWT)

1. Pengukuran Plate Deck Temperature (PDT) Peralatan : - thermo hunter

Prosedur kerja:

1. Bersihkan permukaan plate ceck pot yang akan diukur 2. Tekan tombol ON pada alat Thermo Hunter

3. Lakukan awal titik pengukuran dari nomor: 15, pada sisi arus masuk atau dari nomr: 16, pada sisi arus keluar

4. Arahkan infa-red pada titik pengukuran dengan posisi badan regak lurus , pastikan kaki diatas plate deck,.


(40)

5. Baca temperatur dan catat pada kertas laporan sesuai nomor titik pengukuran

6. Lakukan hal yang sama pada titik pengukuran berikutnya

7. Bila temperatur pengukuran ≥ dari standar, lakukan pengaturan temperatur dinding samping pot ( Side Wall Temperature )

8. Bila ada data yang janggal, ulangi lagi pengukuran Lanjutkan pengukuran pada pot berikutnya sampai pengukuran selesai

2. Pengukuran Side Wall Temperature (SWT) Peralatan : - digital thermometer,

- thermosensor Cara Kerja:

1. Tempelkan alat pengukur ( Thermosensor) pada permukaan bawah pot di titik-titik yang telah ditentukan 2. Baca temperaturnya dan catat di kertas laporan

3. Ulangi pengukuran untuk data yang aneh

Jika pada pengukuran SWT diperoleh temperature yang tinggi,maka dilakukan pendinginan pada side wall.


(41)

1. Masukkan alat pendingin ke bawah pot yang akan didinginkan (Alat pendingin tipe F)

2. Pasangkan Holder (cooling pipe clamp) di cradle dinding samping pot (Sesuai dengan nomor dinding sampingpot hasil pengukuran atau permintaan dari pot operasi)

3. Pasangkan attachment (tipe F) ke holder yang telah terpasang di cradle (± 40 CM dari plate deck)

4. Pasangkan alat pendingin (main coupling) ke sumber udara

5. Buka kran (valve) sumber udara yang telah terpasang ke alat pendingin ( sampai terbuak penuh )

6. Buka kran (valve) di distribusi alat pendingin (Perlahan-lahan sampai terbuka penuh).


(42)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Tabel.4.1.Data perbandingan kenaikan noise (mV) terhadap kenaikan % Fe dan Si pada pot 102

No POT NOISE

(mV)

Fe (%) Si (%)

1 102 `102 0,078 0,032

2 102 103 0,085 0,035

3 102 105 0,085 0,041

4 102 107 0,087 0,055

5 102 108 0,091 0,065

6 102 110 0,094 0,08

7 102 112 0,104 0,085

8 102 114 0,141 0,095

9 102 115 0,146 0,109


(43)

Gambar 4.1. Grafik perbandingan kenaikan noise (mV) terhadap kenaikan % Fe dan Si pada pot 102

Tabel 4.2.Data perbandingan kenaikan noise(mV) terhadap kenaikan % Fe dan Si pada pot 103

No POT NOISE(mV) Fe(%) Si(%)

1 103 102 0,085 0,034

2 103 104 0,094 0,036

3 103 105 0,104 0,039

4 103 107 0,106 0,048

5 103 108 0,109 0,061

6 103 110 0,112 0,082

7 103 113 0,146 0,109

8 103 115 0,205 0,184

9 103 118 0,304 0,186


(44)

Gambar 4.2. Grafik perbandingan kenaikan noise terhadap kenaikan % Fe dan Si pada pot 103

4.2 Pembahasan

Proses pengolahan yang dilakukan untuk menghasilkan aluminium adalah dengan cara mengeelektrolisa alumina cair di dalam tungku reduksi atas dasar penemuan Hall – Heroult.

Aluminium cair yang dihasilkan masih mengandung unsur – unsur zat pengotor seperti Fe, Si, Cu, dan lain – lain. Tetapi kadar Besi (Fe) dan Silikon (Si) merupakan unsur yang dominan yang terdapat pada aluminium, dimana kadar Si dan Fe menentukan mutu kualitas aluminium yang diproduksi.

Noise merupakan suatu keadaan terjadinya ketidakstabilan arus antara anoda maka, akan menimbulkan goncangan metal jika sudah berada diatas batas 100 mv.


(45)

Noise yang terjadi di pot dapat mengakibatkan ketidakstabilan operasi didalam pot.

Kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si),dapat mempengaruhi kenaikan dari noise.

Noise biasanya terjadi karena :

1. Kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) 2. Terlalu banyak lumpur yang mengendap di dalam pot 3. . Kurangnya konsentrasi alumina yang terdapat di

dalam pot 4.

Jadi noise dapat dikendalikan dengan cara reset anoda, atau pengaturan distribusi arus kemudian dengan cara menaikan voltase pada ACD agar sistem kimia bekerja sehingga kerak larut menjadi lumpur.


(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulanan

Noise yang berada di atas 100 mv akan mempengaruhi kenaikan kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) yang dapat mempengaruhi kualitas dari aluminium cair,tetapi noise yang masih berada di bawah 100 mv tidak akan mempengaruhi kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si)

Cara pengendalian kadar silikon dan besi yang selalu tinggi adalah : dengan menambahkan aluminium master ke dalam pot reduksi dan dengan cara pengendalian noise pada pot reduksi agar kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) semakin meningkat juga.

5.2 Saran

1..Agar diperoleh hasil produksi batangan ( ingot ), yang berkualitas baik sesuai dengan standart PT. Inalum, maka harus adanya konfirmasi dan komunikasi yang

baik dan jelas antara seksi-seksi terkait, terutama antara sekali penuangan (SCA), reduksi (SCA), dan seksi quality ansurance (SQA).


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Beumer, B.J.M. 1994. Ilmu Bahan Logam. Jilid 1. Jakarta : Bharatara.

Burkin, A.R. 1987. Production of Aluminium and Alumina. London : John Willey Keenan, W.C. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam, Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, W.D. 2003. kimia modern. Edisi keempat. Jilid 11. Jakarta : Erlangga Sumanto, M.A. 1994. Pengetahuan Bahan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Andi Offset.

Surdia, T. Dan Saito, S.2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Wargadinata, S.A. 2002. Pengetahuan Bahan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.


(48)

(49)

ja


(50)

(1)

Noise yang terjadi di pot dapat mengakibatkan ketidakstabilan operasi didalam pot.

Kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si),dapat mempengaruhi kenaikan dari noise.

Noise biasanya terjadi karena :

1. Kenaikan zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si)

2. Terlalu banyak lumpur yang mengendap di dalam pot

3. . Kurangnya konsentrasi alumina yang terdapat di dalam pot

4.

Jadi noise dapat dikendalikan dengan cara reset anoda, atau pengaturan distribusi arus kemudian dengan cara menaikan voltase pada ACD agar sistem kimia bekerja sehingga kerak larut menjadi lumpur.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulanan

Noise yang berada di atas 100 mv akan mempengaruhi kenaikan kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) yang dapat mempengaruhi kualitas dari aluminium cair,tetapi noise yang masih berada di bawah 100 mv tidak akan mempengaruhi kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si)

Cara pengendalian kadar silikon dan besi yang selalu tinggi adalah : dengan menambahkan aluminium master ke dalam pot reduksi dan dengan cara pengendalian noise pada pot reduksi agar kadar zat pengotor Besi (Fe) dan Silikon (Si) semakin meningkat juga.

5.2 Saran

1..Agar diperoleh hasil produksi batangan ( ingot ), yang berkualitas baik sesuai

dengan standart PT. Inalum, maka harus adanya konfirmasi dan komunikasi yang

baik dan jelas antara seksi-seksi terkait, terutama antara sekali penuangan (SCA),


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Beumer, B.J.M. 1994. Ilmu Bahan Logam. Jilid 1. Jakarta : Bharatara.

Burkin, A.R. 1987. Production of Aluminium and Alumina. London : John Willey Keenan, W.C. 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Edisi Keenam, Jilid 2.

Jakarta: Erlangga.

Oxtoby, W.D. 2003. kimia modern. Edisi keempat. Jilid 11. Jakarta : Erlangga Sumanto, M.A. 1994. Pengetahuan Bahan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Andi Offset.

Surdia, T. Dan Saito, S.2005. Pengetahuan Bahan Teknik. Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Wargadinata, S.A. 2002. Pengetahuan Bahan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.


(4)

(5)

ja


(6)