Konsepsi Budaya Patriarki di Mesir

BAB 2 BUDAYA PATRIARKI

2.1 Konsepsi Budaya Patriarki di Mesir

Mesir merupakan negara yang mengunakan sistem Republik. Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, merupakan sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut. Mesir juga digolongkan negara maju di Afrika. Pada saat bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Mesir merupakan negara pertama di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia http:id.wikipedia.orgwikiMesir. Sebagian besar daratan di Mesir merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni. Mayoritas penduduk negara Mesir adalah Islam. Masyarakat Mesir menganut budaya patriarki, budaya yang menomerduakan perempuan. Bayu 2010 dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa masyarakat Mesir tradisional sangat kental dengan belengu kekuasaan patriarki. Konsep budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat Mesir menjadikan laki-laki sebagai penguasa dalam suatu keluarga. Kekuasaan mutlak dalam keluarga yang diserahkan kepada kaum laki-laki, serta laki-laki tersebut tidak memahami konsep gender dan feminisme dalam keluarga, apalagi melihat sosial kultur kebudayaan arab yang patriarikat serta pemahaman mereka terhadap tafsir teologi agama yang kurang akan melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan terhadap kaum perempuaan. Kaum perempuan berada pada pihak yang termarginalkan, tertindas, terkekang. Sementara kaum laki-laki memanfaatkan kekuasaan mereka dengan dasar patriarki untuk menindas kaum perempuan. Mesir merupakan negara yang masyarakatnya menganut budaya patriarki. Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi merupakan gambaran dari budaya patriarki masyarakat Mesir. Budaya yang memposisikan laki-laki sebagai penguasa mutlak. Pada budaya masyarakat tersebut, laki-laki diposisikan lebih berkuasa atau superior terhadap perempuan di berbagai sektor kehidupan, baik domestik maupun publik Kadarusman 2005:23. Budaya patriarki merupakan budaya yang dapat dijadikan alasan oleh kaum laki-laki untuk melakukan ketidakadilan, penyiksaan, penindasan, serta eksploitasi terhadap kaum perempuan. Hal tersebut yang mengakibatkan terjadinya perlawanan dari kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Budaya patriarki berhubungan erat dengan persoalan konsep kepemimpinan dalam keluarga. Kepemimpinan keluarga yang diserahkan kepada kaum laki-laki secara mutlak, ditambah kaum lelaki tersebut tidak memahami konsep gender dan feminis dalam keluarga. Melihat kebudayaan masyarakat Mesir yang sangat patriarki juga pemahaman mereka terhadap ilmu agama yang kurang akan melahirkan ketimpangan dan ketidakadilan terhadap kaum perempuaan. Kaum perempuan berada pada pihak yang termarginalkan, tertindas, terkekang sementara kaum laki-laki tetap melakukan penindasan. Menurut laki-laki, lembaga perkawinan adalah lembaga formal untuk menindas perempuan.

2.2 Budaya Patriarki dalam Novel