Hubungan Tingkat Maturitas Vertebra Servikalis Dan Kalsifikasi Gigi Pada Pasien Di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

(1)

HUBUNGAN TINGKAT MATURITAS VERTEBRA

SERVIKALIS DAN KALSIFIKASI GIGI PADA

PASIEN DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

T E S I S

OLEH

SITI BAHIRRAH

Nim : 057028004

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HUBUNGAN TINGKAT MATURITAS VERTEBRA

SERVIKALIS DAN KALSIFIKASI GIGI PADA

PASIEN DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG USU

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti (Sp Ort) dalam Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia

pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

OLEH

SITI BAHIRRAH

057028004

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERSETUJUAN TESIS

Judul Tesis : HUBUNGAN TINGKAT MATURITAS VERTEBRA

SERVIKALIS DAN KALSIFIKASI GIGI PADA PASIEN DI KLINIK ORTODONTI RSGMP FKG

USU

Nama Mahasiswa : SITI BAHIRRAH

Nomor Induk Mahasiswa : 057028004

Program Spesialis : PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

ORTODONSIA

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing anggota

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) MuslimYusuf,drg.,Sp.Ort(K)

Ketua Program PPDGS-1 Ortodonti

Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K)


(4)

Telah diuji

Pada tanggal : 24 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Penguji I : Nurhayati Harahap,drg., Sp.Ort(K) Penguji II : Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort(K)

Penguji III : Prof.H.Nazruddin,drg.,Cert.Ort.,PhD.,Sp.Ort Penguji IV : Amalia Oeripto,drg.,MS.,Sp.Ort(K)


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis di Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof.H.Nazruddin.drg.,Cert.Ort.,PhD.,Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji yang turut menyempurnakan tesis ini.

2. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing sekaligus tim penguji yang telah menyediakan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Muslim Yusuf,drg.,Sp.Ort(K) selaku dosen pembimbing anggota yang

telah mencurahkan fikiran dan tenaga untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Amalia Oeripto, drg.,MS., Sp.Ort(K) selaku penguji yang turut menyempurnakan tesis ini.


(6)

5. Erna Sulistyawati,drg.,Sp.Ort (K) yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini.

6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, atas bimbingannya dalam analisa statistik hasil penelitian.

7. Orang tuaku : Drs H.OK Huzaili dan (Alm) Hj Nia Hartati serta mertuaku : Mansyur Tanjung,drg dan Dra Dahlia Hafni Lubis atas doa dan dukungannya.

8. Suamiku : Indra Wahyudi Tanjung,dr.,Sp.A dan anak-anakku : Zhafirah Nailatul Izzah Tanjung dan Afifah Khairinniswah Tanjung yang tercinta atas dukungan dan kasih sayangnya.

9. Teman-teman terbaik yang telah memberikan support, Kak Romy, Bang Yerzi, Mimi, Kak Lusi.

10. Kakak dan abang senior, adik-adik yunior yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon maaf

apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan tesis ini.

Medan, Januari 2011 Penulis

( Siti Bahirrah ) NIM: 057028004


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN

ABSTRAK--- i

ABSTRACT---.--- ii

DAFTAR ISI --- iii

DAFTAR GAMBAR --- v

DAFTAR TABEL --- vi

DAFTAR LAMPIRAN --- vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang --- 1

1.2.Permasalahan --- 3

1.3.Hipotesis --- 3

1.4.Tujuan Penelitian --- 4

1.5.Manfaat Penelitian --- 4

BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indikator Pertumbuhan Wajah --- 5

2.2 Maturitas Vertebra Servikalis --- 6

2.2.1 Maturitas pergelangan tangan --- 6

2.2.2 Maturitas vertebra servikalis --- 7

2.3 Maturitas Gigi Geligi --- 13

2.4 Kerangka Teori --- 16

2.5 Kerangka Konsep --- 17

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian --- 18

3.2 Tempat dan Waktu --- 18

3.3 Populasi,Sampel Dan Besar Sampel --- 18

3.4 Bahan dan Alat --- 19

3.5 Cara Kerja --- 20

3.6 Identifikasi Variabel --- 21

3.7 Definisi Operasional --- 22

3.8 Metode Analisis Data --- 25

3.9 Masalah Etika --- 25

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil dan Analisis Data --- 26

BAB 5. PEMBAHASAN --- 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan --- 37


(8)

6.2 Saran --- 38

DAFTAR KEPUSTAKAAN --- 39


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi usia kronologis seluruh sampel berdasarkan maturitas vertebra servikalis…... 26

Tabel 2. Koefisien korelasi antara tahap maturitas vertebra servikalis dan

kalsifikasi gigi pada sampel………... 27

Tabel 3.Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua... 28

Tabel 4. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus terhadap maturitas vertebra servikalis... 29

Tabel 5. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar pertama

Terrhadap maturitas vertebra servikalis... 30

Tabel 6. Persentase distribusi tahap klasifikasi gigi premolar kedua terrhadap maturitas vertebra servikalis ... 31


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pembagian dan anatomi vertebra servikalis ... 7

Gambar 2. Tingkat maturasi vertebra servikalis manurut analisa Hassel dan Farman ... 10

Gambar 3. Tahap initiation ... 10

Gambar 4. Tahap acceleration ... 11

Gambar 5. Tahap transition ... 11

Gambar 6. Tahap deceleration ...,... 12

Gambar 7.Tahap maturation ... 12

Gambar 8. Tahap completion ... 13

Gambar 9. Tahapan kalsifikasi gigi geligi (Demirjian dkk) ... 15

Gambar 10. Bahan dan alat penelitian ... 20

Gambar 11. Tahapan kalsifikasi gigi geligi (Demirjian dkk) ... 23

Gambar 12.Tingkat maturasi vertebra servikalis manurut analisa Hassel dan Farman ... 2


(11)

ABSTRAK

Pendahuluan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tahap kalsifikasi gigi dengan maturitas vertebra servikalis. Metode : Desain penelitian adalah retrospective cross- sectional. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 70 orang (rata-rata usia kronologis adalah 10,63 + 1,83 tahun). Data dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS windows 98. Spearman rank order test untuk mengetahui koefisien korelasi antara pengukuran maturasi vertebra servikalis dan gigi geligi. Pada penelitian ini diperhitungkan persentase distribusi tahap maturitas gigi geligi terhadap maturitas vertebra servikalis.

Hasil : Korelasi yang sangat kuat antara tahap maturitas gigi geligi dengan servikal vertebra (p< 0,01 ). Pada laki-laki, koefisien korelasi tahapan kalsifikasi gigi mulai dari yang paling kecil adalah gigi premolar pertama (r = 0,888), premolar kedua ( r = 0,888) dan kaninus ( r = 0,923) . Pada perempuan, koefisien korelasi tahapan kalsifikasi gigi mulai dari yang paling kecil adalah gigi premolar kedua ( r = 0,766), premolar pertama (r= 0,767) dan kaninus (r = 0,774).

Kesimpulan : Secara statistik diperoleh hubungan yang signifikan antara tahapan maturitas vertebra servikalis dengan kalsifikasi gigi geligi. Hal ini memperlihatkan bahwa tahapan kalsifikasi gigi geligi ataupun maturitas vertebra servikalis dapat digunakan di klinik untuk penentuan umur biologis.

Kata kunci : maturitas vertebra servikalis, kalsifikasi gigi geligi, penelitian cross-


(12)

ABSTRACT

Introduction : The aim of this study was to know the relationship between the stages of calcification of teeth and the cervical vertebral maturity stage. Methods : A retrospective cross sectional study was designed. The final study population consisted of 70 subjects (mean age chronologis 10,63 + 1,83 years). Statistical analysis of the data was performed with SPSS windows 98. Spearman rank order test correlation coefficients were used to assess the relationship between cervical vertebral and dental maturation. For a better understanding of the relationship between cervical vertebral and dental maturation, percentage distribusions of the studied teeth were also calculated. Result : Strict correlation between dental and cervical vertebral maturation (p< 0,01 ). For males, the sequence from lowest to the highest was first premolar (r = 0,888), second premolar ( r = 0,888) and canine ( r = 0,923). For females, the sequence from lowest to the highest was second premolar ( r = 0,766), first premolar (r= 0,767) and canine (r = 0,774).

Conclusion : There is a statistically significant relationship between cervical vertebral maturation and dental calcification stage. This suggest that tooth calcification stages or cervical vertebral maturation stages might be used clinical tool to determine biological age.

Key word : cervical vertebral maturity, calcification of teeth, cross-sectional study


(13)

ABSTRAK

Pendahuluan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tahap kalsifikasi gigi dengan maturitas vertebra servikalis. Metode : Desain penelitian adalah retrospective cross- sectional. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 70 orang (rata-rata usia kronologis adalah 10,63 + 1,83 tahun). Data dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS windows 98. Spearman rank order test untuk mengetahui koefisien korelasi antara pengukuran maturasi vertebra servikalis dan gigi geligi. Pada penelitian ini diperhitungkan persentase distribusi tahap maturitas gigi geligi terhadap maturitas vertebra servikalis.

Hasil : Korelasi yang sangat kuat antara tahap maturitas gigi geligi dengan servikal vertebra (p< 0,01 ). Pada laki-laki, koefisien korelasi tahapan kalsifikasi gigi mulai dari yang paling kecil adalah gigi premolar pertama (r = 0,888), premolar kedua ( r = 0,888) dan kaninus ( r = 0,923) . Pada perempuan, koefisien korelasi tahapan kalsifikasi gigi mulai dari yang paling kecil adalah gigi premolar kedua ( r = 0,766), premolar pertama (r= 0,767) dan kaninus (r = 0,774).

Kesimpulan : Secara statistik diperoleh hubungan yang signifikan antara tahapan maturitas vertebra servikalis dengan kalsifikasi gigi geligi. Hal ini memperlihatkan bahwa tahapan kalsifikasi gigi geligi ataupun maturitas vertebra servikalis dapat digunakan di klinik untuk penentuan umur biologis.

Kata kunci : maturitas vertebra servikalis, kalsifikasi gigi geligi, penelitian cross-


(14)

ABSTRACT

Introduction : The aim of this study was to know the relationship between the stages of calcification of teeth and the cervical vertebral maturity stage. Methods : A retrospective cross sectional study was designed. The final study population consisted of 70 subjects (mean age chronologis 10,63 + 1,83 years). Statistical analysis of the data was performed with SPSS windows 98. Spearman rank order test correlation coefficients were used to assess the relationship between cervical vertebral and dental maturation. For a better understanding of the relationship between cervical vertebral and dental maturation, percentage distribusions of the studied teeth were also calculated. Result : Strict correlation between dental and cervical vertebral maturation (p< 0,01 ). For males, the sequence from lowest to the highest was first premolar (r = 0,888), second premolar ( r = 0,888) and canine ( r = 0,923). For females, the sequence from lowest to the highest was second premolar ( r = 0,766), first premolar (r= 0,767) and canine (r = 0,774).

Conclusion : There is a statistically significant relationship between cervical vertebral maturation and dental calcification stage. This suggest that tooth calcification stages or cervical vertebral maturation stages might be used clinical tool to determine biological age.

Key word : cervical vertebral maturity, calcification of teeth, cross-sectional study


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tahap pertumbuhan dan perkembangan pasien sangatlah penting dipahami oleh setiap Ortodontis. Hal tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan diagnosis, rencana, tujuan dan hasil perawatan yang ingin dicapai pada bidang ortodonti. Prediksi antara waktu dan tahapan dari pertumbuhan yang aktif pada kraniofasial berguna bagi para ortodontis dalam mempertimbangkan perawatan yang akan mengintervensi pertumbuhan wajah misalnya dengan penggunaan pesawat fungsional, ekstraoral, dan bedah ortognatik.1

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa umur kronologis tidak dapat memberikan informasi yang cukup tentang pertumbuhan seseorang secara tepat.2 Umur kronologis saja adakalanya tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan dan maturasi seorang pasien, sehingga perlu ditentukan umur biologisnya. Umur biologis atau umur fisiologis ada tiga macam, yaitu berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan tulang (skeletal age), gigi-geligi (dental age), dan perkembangan seksual (sexual age).3,4

Para klinisi sangat penting untuk mengetahui tahapan penentuan maturasi dengan akurasi yang tepat. Waktu perawatan ortodonti harus dihubungkan dengan waktu dari berbagai tahap pertumbuhan seseorang, karena pertumbuhan fasial yang diukur pada maksila dan mandibula menunjukkan hubungan yang erat dengan tahap pertumbuhan dan maturasi skeletal secara umum. Banyak metode untuk mengetahui maturasi skeletal yang membantu pasien untuk mengurangi


(16)

eksposur radiasi khususnya jika metode tersebut tidak memerlukan radiografi tambahan.5,6

Radiografi pergelangan tangan sering digunakan untuk menentukan perkembangan maturasi skeletal. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan maturasi pergelangan tangan dengan pertumbuhan kraniofasial. Akan tetapi metode ini memerlukan radiografi tambahan selain pemeriksaan radiografi yang rutin.7,8

Maturasi vertebra servikalis adalah salah satu alat yang efektif untuk menentukan puncak pertumbuhan dalam perawatan ortodonti. Beberapa tahun terakhir penilaian vertebra servikalis dengan sefalogram lateral sering digunakan untuk menentukan maturasi skeletal. Lamparski (1972) menggunakan tulang vertebra servikalis untuk mengidentifikasi maturasi tulang . Ia menemukan bahwa secara statistik dan klinik identifikasi maturasi vertebra servikalis ini tidak berbeda dengan teknik mengevaluasi tahapan maturasi pergelangan tangan..6,9,10

Menurut Fernandes dkk (1998) tahap-tahap maturasi skeletal pada perempuan terjadi lebih awal dari laki-laki. Lamparski (1972) telah menentukan kriteria tahap-tahap maturasi vertebra servikalis yaitu pada vertebra servikalis kedua,ketiga dan keempat yang terdiri dari 6 tahapan Cervical Vertebrae Maturation Index (CVMIs). 11Metode maturasi vertebra servikalis dapat mengurangi eksposure radiografi pada pasien ortodonti karena penggunaan sefalogram lateral merupakan radiografi yang rutin digunakan untuk diagnosis dan rencana perawatan ortodonti.6,9,10

Parameter penilaian usia gigi geligi dapat ditentukan dari tahap maturasi dan waktu erupsi gigi geligi. Beberapa peneliti menyatakan bahwa tahap maturasi


(17)

gigi geligi merupakan metode yang lebih baik dibandingkan dengan waktu erupsi gigi geligi. Maturasi gigi geligi dapat ditentukan dari tahapan erupsi atau kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi merupakan gambaran yang sangat jelas dalam menentukan maturasi gigi geligi. Gambaran kalsifikasi gigi dapat diobservasi melalui radiografi. Cara ini akan memberikan estimasi usia gigi geligi yang lebih akurat.12

Kalsifikasi gigi mempunyai korelasi posistif dengan maturasi pergelangan tangan dan vertebra servikalis. Beberapa penelitian mengemukakan adanya korelasi yang signifikan antara maturasi skeletal dan gigi. Krailassiri et al (2002) dan Basaran et al (2007) mengemukakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara maturasi skeletal dengan gigi geligi.13,14 Penelitian yang dilakukan oleh Green (1961) dan So (1997) memperoleh hasil bahwa korelasi antara maturasi skeletal dengan gigi tidak signifikan.15,16 Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang korelasi maturasi skeletal dan dental pada pasien di klinik Ortodonti RSGMP FKG USU.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah ada hubungan antara tingkat maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi ?

1.2.2. Seberapa besar proporsi distribusi antara tingkat maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi pada laki-laki dan perempuan?

1.3 Hipotesis

1.3.1. Tingkat maturitas vertebra servikalis berhubungan dengan tingkat kalsifikasi gigi


(18)

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi

1.4.2. Untuk mengetahui besar proporsi distribusi antara tingkat maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi pada laki-laki dan perempuan

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Sebagai masukan dalam membantu menegakkan diagnosa dan menetapkan rencana perawatan ortodonti sehingga diperoleh hasil perawatan yang lebih tepat.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Indikator Pertumbuhan Wajah

Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi. Maturitas merupakan karakteristik dari percepatan pertumbuhan hingga masa remaja sekitar usia 20 tahun. Pertumbuhan wajah berhubungan dengan pertumbuhan tubuh secara keseluruhan. Penelitian secara sefalometri menyatakan bahwa pertumbuhan wajah tidaklah konstan selama periode perkembangan. Intensitas, permulaan dan lamanya dari masa pubertas perkembangan wajah memberikan berbagai variasi pada tiap individu.17

Indikator untuk mengevaluasi perkembangan wajah pada pasien ortodonti yang dapat digunakan adalah maturitas dari tubuh, sexual, skeletal dan gigi geligi. Data tentang waktu puncak kecepatan pertumbuhan pada wajah dapat digunakan untuk melengkapi prosedur perawatan. Sebuah tanda, apakah puncak pertumbuhan wajah sebentar lagi atau sudah komplit dapat menentukan bentuk perawatan. Untuk pergerakan gigi aktif maka tahap pertumbuhan paling cepat merupakan saat yang paling menguntungkan. Tahap pertumbuhan yang paling cepat sesudah masa kanak – kanak merupakan periode pertumbuhan pubertas dan beberapa operator menggunakan periode ini semaksimal mungkin sebagai bagian utama dari perawatan ortodonti korektif.9,18 Periode pertumbuhan pubertas yang maksimal merupakan waktu yang tepat untuk melakukan terapi dentofasial ortopedi.19


(20)

2.2. Maturitas Skeletal

Maturitas skeletal adalah bagian yang menyeluruh dari pola pertumbuhan dan perkembangan individu.1 Proses tumbuh kembang manusia dikontrol oleh sistem endokrin. Sekresi hormon pertumbuhan oleh kelenjar pituitari akan mengontrol pertumbuhan fisiologis dan perkembangan tubuh manusia secara normal. Pada keadaan terjadi gangguan atau ketidakseimbangan hormonal maka dapat terjadi keterlambatan atau percepatan pertumbuhan. Pada keadaan - keadaan seperti ini maka umur kronologis tidak dapat memberikan informasi yang cukup tentang pertumbuhan seseorang secara tepat. Umur kronologis saja adakalanya tidak dapat digunakan untuk menilai tingkat perkembangan dan maturasi seorang pasien, sehingga perlu ditentukan umur biologisnya. Maturitas skeletal dapat diketahui dengan menggunakan radiografi pergelangan tangan dan vertebra servikalis.1,19,20

2.2.1. Maturitas Pergelangan Tangan

Penentuan umur skeletal dapat dilihat berdasarkan tanda - tanda status maturitas dalam sistem skeletal. Tanda - tanda maturitas dapat dilihat dari ossifikasi pada tulang - tulang pergelangan tangan dengan menggunakan radiografi pergelangan tangan yang memberi petunjuk mengenai status pertumbuhan seseorang. Pada pergelangan tangan ini terdapat beberapa pusat pertumbuhan skeletal yang mengalami perubahan pada waktu dan tingkat yang berbeda, sehingga dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat maturasi seseorang.20


(21)

Ada beberapa pendapat mengenai penentuan tingkat maturitas dengan menggunakan radiografi pergelangan tangan, antara lain analisa menurut Fishman, Bjork, Grave, dan Brown, Julian Singer, dan Peter Loh.20,21

2.2.2. Maturitas Vertebra Servikalis

Tulang vertebra servikalis merupakan salah satu bagian dari tulang vertebra (tulang belakang). Tulang vertebra terdiri dari 33 buah yakni 7 tulang vertebra servikalis, 12 tulang vertebra torakalis, 5 tulang vertebra lumbal, 5 vertebra yang menyatu tulang sacrum dan 4 vertebra yang menyatu menjadi coccygeus/ tulang ekor (Gambar 1). Tulang vertebra servikalis berfungsi untuk pergerakan kepala dan leher, dimana pergerakan ini diperankan oleh beberapa tulang, mencakup tulang occipitalis, tulang vertebra servikalis pertama (atlas), tulang vertebra servikalis kedua (axis), dan lengkung tulang vertebra servikalis. Tulang vertebra servikalis mulai terbentuk pada minggu keempat pada masa kandungan. 22


(22)

Bentuk pertama dari tulang vertebra servikalis adalah kartilago (tulang rawan). Proses chondrification atau penghancuran tulang rawan terjadi pada minggu keenam, diikuti oleh proses ossifikasi atau pembentukan tulang keras pada minggu kesembilan. Proses ossifikasi tulang vertebra servikalis berbeda-beda satu sama lainnya.22,23

Semua tulang vertebra mempunyai ciri-ciri tertentu.24 Keseluruhan tulang vertebra servikalis berbentuk cembung. Tulang vertebra servikalis adalah vertebra yang terkecil di antara vertebra lainnya.25 Tulang vertebra sevikalis ketujuh menunjukkan perbedaan di antara vertebra servikalis lainnya. Perbedaan yang khas dari vertebra servikalis yang ketujuh yakni terletak pada prosessus spinosusnya yang tidak bercabang. Selain itu, tulang vertebra servikalis pertama (atlas) dan tulang vertebra servikalis kedua (axis) juga memiliki perbedaan di antara vertebra servikalis lainnya. Perbedaan tulang atlas dengan vertebra servikalis lainnya yakni tulang atlas memiliki dua buah lengkung, sedangkan perbedaan tulang axis dengan tulang vertebra servikalis lainnya yakni tulang axis memiliki prosessus odontoid. Tulang vertebra servikalis merupakan bagian dari tulang vertebra yang paling lentur sehingga banyak gerakan yang dapat dilakukan oleh tulang vertebra servikalis.26

Penggunaan vertebra servikalis pada sefalometri lateral untuk memprediksi umur skeletal telah dilakukan sejak dua dekade yang lalu. Beberapa percobaan dan penelitian telah menghasilkan suatu rumusan penentuan umur dengan bantuan vertebra servikalis. Pertumbuhan vertebra servikalis secara horizontal dan vertikal mengalami percepatan hingga kurang lebih 2 tahun dan mengalami perlambatan setelah pubertal grwoth spurt baik pada laki-laki dan


(23)

perempuan. Dengan memperhatikan bentuk perubahan pertumbuhan sebagai indikator yang terjadi pada tulang vertebra servikalis maka dapat membantu penentuan umur skeletal. Indikator yang digunakan pada analisa radiografi vertebra servikalis dapat dilihat dari kecekungan tepi bawah korpus, ketinggian korpus dan bentuk vertebra servikalis.6,9,10

Ada berbagai pendapat mengenai penentuan tingkat maturasi dengan menggunakan radiografi vertebra servikalis. Lamparski (1972) menganalisa perubahan ukuran dan bentuk korpus ke-lima tulang vertebra servikalis (mulai dari tulang vertebra servikalis kedua sampai keenam). 27

Hassel dan Farman (1995) menggunakan vertebra servikalis kedua, ketiga dan keempat dalam menentukan pengukuran maturasi vertebra servikalis. Hal ini disebabkan ketiga vertebra servikalis tersebut terlihat jelas ketika dilakukan prosedur Rontgen foto walaupun ditutupi perisai kelenjar tiroid. 27 Bacceti (2002) mengemukakan ada 5 tahap maturasi vertebra servikalis dengan menggunakan vertebra kedua,ketiga dan keempat.11

2.2.2.1. Analisa Hassel dan Farman

Analisa ini menggunakan vertebra servikalis kedua, ketiga dan keempat dalam menentukan pengukuran maturasi vertebra servikalis. Hal ini disebabkan, ketiga vertebra servikalis tersebut terlihat jelas ketika dilakukan prosedur Roentgen foto walaupun ditutupi perisai pelindung kelenjar tiroid.18,28 Analisa Hassel dan Farman ada enam tingkatan maturasi vertebra servikalis (Gambar 2).11,18


(24)

Gambar 2. Tingkat maturasi vertebra servikalis manurut analisa Hassel dan Farman.11,18

Enam tingkatan maturasi vertebra servikalis menurut Hassel dan Farman adalah sebagai berikut: 11,18

Kategori pertama disebut Initiation (tahap awal). Pada tahap ini, pertumbuhan baru saja dimulai dan 80 % sampai 100 % dari proses pertumbuhan masih diharapkan. Sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua (axis), vertebra servikalis ketiga dan vertebra servikalis keempat masih berbentuk datar. Sisi atas korpus vertebra meruncing mulai dari belakang sampai depan (Gambar 3) . 11,18


(25)

Kategori kedua disebut Acceleration (tahap percepatan). Percepatan pertumbuhan terjadi dan 65 % sampai 85 % dari proses pertumbuhan masih diharapkan. Kecekungan sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua dan ketiga telah terbentuk. Sisi bawah korpus vertebra servikalis keempat masih datar. Korpus vertebra servikalis ketiga dan keempat hampir berbentuk empat persegi panjang(Gambar 4) .11,18

Gambar 4. Tahap acceleration.11,18

Kategori ketiga disebut Transition (tahap peralihan). Pada tahap ini, fase percepatan masih berlangsung menuju fase puncak pertumbuhan dan 25 % sampai 65 % dari proses pertumbuhan masih diharapkan. Kecekungan terlihat jelas pada sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua (axis) dan vertebra servikalis ketiga. Perkembangan kecekungan sisi bawah korpus vertebra servikalis keempat dimulai pada tahap ini. Korpus vertebra servikalis ketiga dan vertebra servikalis keempat sudah berbentuk empat persegi panjang (Gambar 5) .11,18


(26)

Kategori keempat disebut Deceleration (tahap perlambatan). Pada tahap ini, pertumbuhan mengalami perlambatan dan 10 % sampai 25 % dari proses pertumbuhan masih diharapkan. Kecekungan telah terjadi pada sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua, ketiga dan keempat. Korpus vertebra servikalis kedua, ketiga dan vertebra servikalis keempat menjadi lebih berbentuk persegi (Gambar 6) .11,18

Gambar 6. Tahap deceleration.11,18

Kategori kelima disebut Maturation (tahap maturasi). Maturasi akhir vertebra terjadi dan 5 % sampai 10 % dari proses pertumbuhan masih diharapkan. Kecekungan terlihat lebih jelas pada sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua, ketiga dan vertebra servikalis keempat. Korpus vertebra servikalis ketiga dan keempat telah berbentuk persegi (Gambar 7) .11,18


(27)

Kategori keenam disebut Completion (tahap komplit). Pertumbuhan telah terjadi secara sempurna pada tahap ini. Hanya sedikit proses pertumbuhan terjadi. Kecekungan yang dalam terlihat jelas pada sisi bawah korpus vertebra servikalis kedua, ketiga dan vertebra servikalis keempat. Korpus vertebra servikalis ketiga dan keempat berbentuk persegi, dengan dimensi vertikal lebih besar daripada dimensi horizontal (Gambar 8) .11,18

Gambar 8. Tahap completion.11,18

2.3. Maturitas Gigi Geligi

Usia gigi geligi diprediksi dengan menggunakan dua metode yaitu waktu erupsi dan maturasi gigi. Erupsi gigi adalah gerakan gigi menuju ke dataran oklusal, dimulai sejak pembentukan akar gigi. Waktu erupsi merupakan indeks maturasi klinis. Gigi pada rahang bawah biasanya erupsi terlebih dahulu daripada rahang atas dan pada umumnya pada anak perempuan lebih cepat erupsi daripada anak laki-laki.12

Metode waktu erupsi gigi memiliki kekurangan antara lain : sulit menentukan waktu erupsi yang sebenarnya karena kejadiannya berlangsung cepat, penilaiannya secara klinis dan dipengaruhi faktor lokal, penyakit sistemik serta pola makan sehingga reliabilitasnya masih dipertanyakan.


(28)

Maturasi gigi geligi dapat ditentukan dari tahapan erupsi atau kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi merupakan gambaran yang sangat jelas dalam menentukan maturasi gigi geligi. Gambaran kalsifikasi gigi dapat diobservasi melalui radiografi. Cara ini akan memberikan estimasi usia gigi geligi yang lebih akurat.12

Tahap kalsifikasi gigi geligi berdasarkan radiografis yang secara luas digunakan dalam pemeriksaan adalah metode Demirjian (Gambar 9) yaitu :28 Tahap A : Kalsifikasi titik-titik oklusal tanpa disertai fusi dari kalsifikasi pada

bagian lain

Tahap B : Fusi dari titik-titik mineralisasi, kontur permukaan oklusal sudah terlihat

Tahap C : Kalsifikasi mahkota gigi selesai dan dimulai proses deposisi dentin. Tahap D : Pembentukan mahkota sudah selesai

Tahap E : Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya. Tahap F : Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota

Tahap G : Pembentukan akar telah selesai , tetapi foramen apikalnya masih terbuka


(29)

A B C

D E F

H G

Gambar 9. Tahapan kalsifikasi gigi geligi (Demirjian dkk).28

Metode Demirjiyan dkk dipilih pada penelitian ini karena kriteria tiap tahapnya jelas berdasarkan bentuk dan proporsi panjang akar,menggunakan nilai relatif terhadap tinggi mahkota daripada panjang sebenarnya. Elongasi tidak akan mempengaruhi reliabilitas pemeriksaan.28


(30)

2.4. Kerangka Teori

Waktu dan tahapan pertumbuhan aktif

Umur Kronologis

Hand wrist

Servikal vertebralis

Kalsifikasi Gigi geligi

 Laki-laki  Perempuan Umur biologis/tingkat


(31)

2.5. Kerangka Konsep

Pasien Ortodonti

Usia 8-15 tahun

Laki-laki dan perempuan

Maturasi gigi Maturasi

Vertebra Kalsifikasi

gigi

Premolar 2 Kalsifikasi

gigi Kaninus

Kalsifikasi gigi Premolar 1

Roentgen Panoramik

Roentgen Foto Sefalometri Lateral

Vertebra servikalis


(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptik dengan pendekatan retrospective cross-sectional karena pengukuran variabel dilakukan pada satu saat atau setiap subyek hanya diobservasi pada saat pemeriksaan.

3.2. Tempat dan Waktu

Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

Waktu : 5 bulan

3.3. Populasi, Sampel penelitian dan Besar Sampel

3.3.1. Populasi dan Sampel

Foto rontgenologi panoramik dan sefalometri pasien yang datang ke klinik Ortodonti FKG USU usia 8-15 tahun

Kriteria inklusi :

 Subyek penelitian tidak menderita sakit sistemik yang serius  Belum pernah mendapat perawatan ortodonti

 Tidak ada gigi permanen yang dicabut

 Subyek tidak pernah mengalami trauma pada daerah wajah dan kepala  Tidak ada agenese gigi C,P1 dan P2 kiri rahang bawah

Kriteria Eksklusi :


(33)

 Kualitas foto Roentgen yang tidak baik 3.3.2. Besar Sampel

Perkiraan besar sampel dilakukan dengan rumus sebagai berikut: ( zα + zβ) s 2

n1 = n2 = 2

( x1 – x2 )2

n 1 = Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I n 2 = Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II α = tingkat kemaknaan

β = power

Pada penelitian ini ditetapkan α = 0,05 ( tingkat kepercayaan 95% ), dan β = 0,1 (power = 0,842). Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah minimum sampel untuk masing-masing kelompok adalah 61. Pada penelitian ini jumlah sampel adalah 70.

3.4. Bahan dan alat

3.4.1. Bahan

- Sefalogram lateral - Panoramik

- Kertas acetat tracing (tebal 0.003 inci, 8 x10 inchi) merek Ortho Organizer

- Box tracing

3.4.2. Alat

- Pensil 4 H merek Faber Castel


(34)

A B C

D E

Gambar 10. Bahan dan alat penelitian.

A.Box tracing

B.Pinsil dan penghapus

C.Kertas acetat tracing

D.Foto sefalometri lateral E.Foto panoramik

3.5. Cara Kerja Penelitian

Foto roentgenologi yang digunakan sebagai sampel adalah foto roentgenologi yang berasal dari Klinik Pramita. Foto roentgenologi diberi kode 1 hingga 70.Setiap foto panoramik diberi kode A, sedangkan sefalometri diberi kode B. Penapakan dilakukan pada foto panoramik dan sefalometri lateral di atas meja tracing pada ruangan yang gelap dengan menggunakan pinsil 4H. Penapakan


(35)

dilakukan oleh 1 peneliti dengan jumlah sampel yang diukur setiap hari sebanyak 5 sampel.

Penentuan maturasi pada gigi geligi berdasarkan metode Demirjian dkk. Penentuan maturasi servikal vertebra berdasarkan analisa Hassel dan Farman.

3.6 Identifikasi variabel

Variabel bebas

 Foto sefalometri lateral  Foto panoramik

Variabel tergantung

 Perkembangan vertebra servikalis 3

 Kalsifikasi gigi kaninus, premolar pertama dan kedua mandibula kiri Variabel terkendali

 Usia 8-15 tahun

 Tidak menderita sakit sistemik

 Belum pernah mendapat perawatan ortodonti  Tidak ada gigi permanen yang dicabut

 Subyek tidak pernah mengalami trauma pada daerah wajah dan kepala  Tidak ada agenese gigi C,P1 dan P2 mandibula kiri

Variabel tidak terkendali  Ras


(36)

3.7. Definisi Operasional

 Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal kelahiran

 Maturasi gigi adalah tahapan kalsifikasi gigi geligi berdasarkan metode Demirjian yaitu :

Tahap A : Kalsifikasi titik-titik oklusal tanpa disertai fusi dari kalsifikasi

pada bagian lain

Tahap B : Fusi dari titik-titik mineralisasi,kontur permukaan oklusal

sudah terlihat

Tahap C : Kalsifikasi mahkota gigi selesai dan sekarang mulai proses deposisi dentin.

Tahap D : Pembentukan mahkota sudah selesai

Tahap E : Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya.

Tahap F : Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota

Tahap G : Pembentukan akar telah selesai , tetapi foramen apikalnya masih terbuka


(37)

A B C

D E F

H G

Gambar 11. Tahapan kalsifikasi gigi geligi (Demirjian dkk).28

 Maturasi servikal vertebra adalah kematangan skeletal yang dilihat dari tulang servikal vertebra berdasarkan analisa Hassel dan Farman yaitu ( Gambar 11) :


(38)

o Initiation (Tahap awal). Sisi bawah korpus vertebra servikalis ketiga masih berbentuk datar. Sisi atas korpus vertebra meruncing mulai dari belakang sampai depan. 11,18

o Acceleration (Tahap percepatan). Kecekungan sisi bawah korpus vertebra servikalis ketiga telah terbentuk. Korpus vertebra servikalis ketiga hampir berbentuk empat persegi panjang.11,18 o Transtition (Tahap peralihan). Kecekungan terlihat jelas pada sisi

bawah korpus vertebra servikalis ketiga. Korpus vertebra servikalis ketiga sudah berbentuk empat persegi panjang.11,18

o Deceleration (Tahap perlambatan). Kecekungan telah terjadi pada sisi bawah korpus vertebra servikalis ketiga. Korpus vertebra servikalis ketiga menjadi lebih berbentuk persegi.11,18

o Maturation (Tahap maturasi). Kecekungan terlihat lebih jelas pada sisi bawah korpus vertebra servikalis ketiga. Korpus vertebra servikalis ketiga telah berbentuk persegi.11,18

o Completion (Tahap komplit). Kecekungan yang dalam terlihat jelas pada sisi bawah korpus vertebra servikalis ketiga. Korpus vertebra servikalis ketiga berbentuk persegi, dengan dimensi vertikal lebih besar daripada dimensi horizontal.11,18


(39)

Gambar 12. Tingkat maturasi vertebra servikalis manurut analisa Hassel dan Farman.11,18

3.8. Metode Analisis Data

Seluruh data dianalisis dengan menggunakan program SPSS windows 98. Uji Spearman rank order untuk mengetahui koefisien korelasi antara pengukuran maturasi skeletal dengan maturasi gigi geligi.

3.9. Masalah Etika

Permintaan etika (ethical clearance) berguna sebagai pengawasan terhadap penelitian bahwa penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari norma-norma etik yang berlaku. Sehingga hasil penelitian dapat dipublikasikan.


(40)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Dan Analisis Data

Penelitian ini terdiri dari 70 sampel yang memenuhi kriteria penelitian. Terdiri dari 54 anak perempuan dan 16 anak laki-laki. Distribusi usia kronologis terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi usia kronologis seluruh sampel berdasarkan maturitas vertebra servikalis

Tahap maturitas vertebra servikalis

Jumlah sampel

Mean + SD (tahun)

Tahap Initiation (CVMS1) 1 8 + 0

Tahap Acceleration (CVMS2) 17 8,99 + 1.029 Tahap Transition (CVMS3) 13 9,69 + 1.032 Tahap Deceleretion (CVMS4) 19 10,68 + 1,204

Tahap Maturation (CVMS5) 12 11,75 + 0,754 Tahap Completion (CVMS6) 8 14,00 + 0,756

Total 70 10,63 + 1,835

Tabel 1 menunjukkan distribusi sampel berdasarkan usia kronologis. Usia kronologis yang paling banyak pada sampel adalah usia 10,68 + 1,204 tahun. Rata rata usia kronologis pada keseluruhan sampel adalah berusia 10,63 + 1,835 tahun.


(41)

Tabel 2. Koefisien korelasi antara tahap maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi pada sampel

Gigi Rahang Bawah Koefisien Korelasi (r)

Laki-laki Perempuan Kaninus 0,923 ** 0,774 **

Premolar Pertama 0,888 ** 0,767 **

Premolar Kedua 0,888 ** 0,766 ** ** r > 0,6 korelasi kuat

Pada Tabel 2 menunjukkan koefisien korelasi berdasarkan Uji Spearmen rank order antara maturitas vertebra servikalis dan kalsifikasi gigi pada sampel. Ada korelasi yang signifikan antara maturitas vertebra servikalis dengan kalsifikasi gigi pada laki-laki maupun perempuan. Korelasi yang sangat signifikan kalsifikasi gigi premolar dua pada laki-laki (p=0,766) maupun perempuan (p=0,888).

Pada tabel 3 menunjukkan bahwa persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap E (37,5%) pada laki-laki sedangkan perempuan pada tahap F (3,3%). Tahap kalsifikasi gigi premolar pertama persentase distribusi yang paling banyak berada di tahap D (31,8%) pada laki-laki sedangkan pada perempuan di tahap E (25,9%). Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar kedua yang paling banyak berada di tahap D (31,3%) pada laki-laki,sedangkan pada perempuan di tahap F (29,6).


(42)

Tabel 3. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus,premolar pertama dan kedua

C P 1 P 2

Tahap Kalsifikasi

n % N % n % n % n % n %

D 0 0 0 0 5 31,8 4 7,4 5 31,3 6 11,1

E 6 37,5 5 7,1 3 18,8 14 25,9 3 18,8 10 18,5

F 4 25,0 18 33,3 2 12,5 13 24,1 2 12,5 16 29,6

G 2 12,5 17 31,5 2 12,5 13 24,1 2 12,5 13 24,1

H 4 25 14 25,1 4 25 10 18,5 4 25 9 16,7

Total 1 6

100 54 100 16 100 54 100 16 100 54 100

Berdasarkan hasil penelitian ini Tabel 4 menunjukkan bahwa presentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus seluruhnya berada pada tahap E (100%) terhadap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1). Pada tahap CVMS 2 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap E (47,1%) dan F (47,1%). Pada tahap CVMS3 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap F (69,2%). Pada tahap CVMS4 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap G (47,4%). Pada tahap CVMS5 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap G (50%) dan H (50%). Pada tahap


(43)

CVMS6 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap H (100%).

Tabel 4. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus terhadap maturitas vertebra servikalis

Tahap kalsifikasi

gigi kaninus

Tahap maturitas vertebra servikal

1 2 3 4 5 6 n % n % n % n % n % N %

E 1 100 8 47,1 1 7,7 1 5,3 0 0 0 0

F 0 0 8 47,1 9 69,2 5 26,3 0 0 0 0

G 0 0 1 5,8 3 23,1 9 47,4 6 50 0 0

H 0 0 0 0 0 0 4 21,1 6 50 8 100

Total 1 100 17 100 13 100 19 100 12 100 8 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa presentase distribusi kalsifikasi gigi premolar pertama seluruhnya berada pada tahap D (100%) terhadap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1). Pada tahap CVMS 2 persentase distribusi kalsifikasi gigi premolar pertama yang paling banyak berada di tahap D (41,2%). Pada tahap CVMS3 persentase distribusi kalsifikasi gigi premolar pertama yang paling banyak berada di tahap E (53,8%). Pada tahap CVMS4 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap F (36,8%).


(44)

Pada tahap CVMS5 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap G (58,3%). Pada tahap CVMS6 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap H (100%).

Tabel 5. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar pertama terhadap maturitas vertebra servikalis

Tahap kalsifikasi

gigi premolar

pertama

Tahap maturitas vertebra servikal

1 2 3 4 5 6 n % n % n % n % n % N %

D 1 100 7 41,2 1 7,7 0 0 0 0 0 0

E 0 0 6 35,3 7 53,8 4 21,1 0 0 0 0

F 0 0 3 17,6 4 30,8 7 36,8 1 8,3 0 0

G 0 0 1 5,9 1 7,7 6 31,6 7 58,3 0 0

H 0 0 0 0 0 0 2 10,5 4 33,3 8 100

Total 1 100 17 100 13 100 19 100 12 100 8 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa presentase distribusi kalsifikasi gigi premolar kedua seluruhnya berada pada tahap D (100%) terhadap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1). Pada tahap CVMS 2 persentase distribusi kalsifikasi gigi premolar kedua yang paling banyak berada di tahap D (47,1%). Pada tahap CVMS3 persentase distribusi kalsifikasi gigi premolar kedua yang


(45)

distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap F (52,6%). Pada tahap CVMS5 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap G (58,3%). Pada tahap CVMS6 persentase distribusi kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap H (87,5%).

Tabel 6. Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar kedua terhadap maturitas vertebra servikalis

Tahap kalsifikasi

gigi premolar

kedua

Tahap maturitas vertebra servikal

1 2 3 4 5 6 n % N % n % n % n % N %

D 1 100 8 47,1 2 15,4 0 0 0 0 0 0

E 0 0 5 29,4 6 46,2 2 10,5 0 0 0 0

F 0 0 2 11,8 5 38,5 10 52,6 1 8,3 0 0

G 0 0 2 11,8 0 0 5 26,3 7 58,3 1 12,5

H 0 0 0 0 0 0 2 10,5 4 33,3 7 87,5


(46)

BAB 5 PEMBAHASAN

Anak dengan usia kronologis yang sama tidak selalu menunjukkan tahap tumbuh sistem biologis yang sama.Usia kronologis hanya memberi gambaran tumbuh kembang anak secara garis besar. Hal ini menimbulkan konsep usia biologis untuk menentukan tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Usia biologis dinilai berdasarkan maturasi sistem jaringan tubuh, antara lain skeletal dan gigi.1,2 Pada penelitian ini dilakukan evaluasi hubungan antara tingkat maturasi skeletal vertebra servikalis dan maturasi gigi geligi yang dinilai secara radiografis, serta untuk mengetahui korelasi antara kedua tahap tersebut.

Klasifikasi vertebra servikalis merupakan pengembangan dari klasifikasi Lamparski dan klasifikasi Hassel dan Farman. Klasifikasi Lamparski lebih reliabel digunakan pada anak perempuan dibandingkan laki-laki. Hassel dan Farman mengevaluasi ulang radiografis sefalometri lateral dan telapak tangan tanpa membedakan jenis kelamin. Indeks yang dihasilkan memiliki reliabilitas dan validitas yang sebanding dengan analisis tulang telapak tangan pada pemeriksaan maturasi skeletal individual. Tiap tahap dalam kasifikasi servikal vertebra menggambarkan secara jelas maturasi vertebra servikalis dari tahapan awal dengan sisa pertumbuhan 80-100 % yang semakin meningkat tiap tahapnya sampai pertumbuhan selesai pada tahap komplit. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan klasifikasi servikal vertebra untuk menilai tahap maturasi vertebra servikalis secara radiografi.6,9,10


(47)

Usia gigi geligi diprediksi dengan menggunakan dua metode yaitu waktu erupsi dan maturasi gigi. Metode waktu erupsi gigi memiliki kekurangan antara lain : sulit menentukan waktu erupsi yang sebenarnya karena kejadiannya berlangsung cepat, penilaiannya secara klinis dan dipengaruhi faktor lokal, penyakit sistemik serta pola makan sehingga reliabilitasnya masih dipertanyakan.12 Metode tahapan maturasi gigi merupakan proses yang berlangsung secara bertahap dan dapat dinilai secara radiografis. Metode Demirjiyan dkk dipilih pada penelitian ini karena kriteria tiap tahapnya jelas berdasarkan bentuk dan proporsi panjang akar,menggunakan nilai relatif terhadap tinggi mahkota daripada panjang sebenarnya. Elongasi tidak akan mempengaruhi reliabilitas pemeriksaan.28

Penilaian usia skeletal untuk menilai tumbuh kembang anak melalui tahap maturasi vertebra servikalis dapat diperoleh dari radiografi sefalometri lateral. Walaupun beberapa penelitian sebelumnya menggunakan radiografi tulang karpal, maturasi vertebra servikal menunjukkan korelasi terhadap pertumbuhan skeletal selama masa pubertas. Penggunaan analisa radiografi sefalometri tidak membutuhkan radiografi tambahan,karena radiografi sefalometri merupakan pemeriksaan yang rutin dalam perawatan ortodonti.7,8

Distribusi usia kronologis terhadap tahap maturasi servikal vertebra dapat dilihat pada Tabel 1, bahwa rata-rata usia kronologis pada keseluruhan sampel adalah berusia 10,63 + 1,835 tahun. Berdasarkan hasil uji Spearman rank order dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini diperoleh hubungan yang kuat antara maturasi servikal vertebra dengan maturasi dental. Hasil penelitian hubungan maturasi gigi geligi dengan servikal vertebra menunjukkan yang kuat pada


(48)

kaninus (r=0,923), premolar pertama (r=0,888), premolar kedua(r=0,888) pada laki-laki. Pada perempuan juga diperoleh hubungan maturasi dental dengan servikal vertebra menunjukkan yang kuat pada kaninus (r=0,774), premolar pertama (r=0,767), premolar kedua(r=0,766).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Engstrom (1983) yang menyatakan ada korelasi yang signifikan antara maturasi servikal vertebra dengan kalsifikasi gigi.29 Chartkow dkk (1980) dan Cautinho (1993) juga menyatakan adanya korelasi yang sangat tinggi antara kalsifikasi gigi kaninus mandibula dengan maturitas skeletal.30 Berbeda dengan hasil penelitian Krailassiri dkk,Uysal dkk dan Gran dkk (2004) bahwa tidak ada korelasi yang tinggi antara tahap maturasi servikal vertebra dengan kalsifikasi gigi.

Hasil penelitian pada anak Thailand menunjukkan bahwa premolar kedua bawah mempunyai hubungan yang paling kuat terhadap maturasi servikal vertebra. Penelitian pada anak Yunani menunjukkan hubungan yang kuat antara tahap maturasi premolar dan skeletal. Hasil penelitian pada anak perempuan Turki menunjukkan hubungan yang kuat antara tahap maturasi tulang karpal dengan premolar pertama ( r=0,797) dan premolar kedua ( r=0,804), sedangkan pada anak laki-laki menunjukkan hubungan yang kuat dengan premolar pertama ( r=0,634) dan premolar kedua (r=0,659).

Pada penelitian ini secara khusus meneliti kalsifikasi gigi kaninus dan premolar rahang bawah. Pembentukan mahkota kaninus selesai pada usia 6-8 tahun dan erupsi pada usia 11-13 tahun. Pembentukan mahkota premolar selesai pada usia 5-7 tahun dan erupsi pada usia 10-12 tahun. Rentang usia 8- 15 tahun dipilih pada penelitian ini karena pada usia tersebut dimulainya percepatan


(49)

pertumbuhan maksimum sirkum pubertal. Pada anak perempuan usia 10-12 tahun sedangkan laki-laki pada usia 12-14 tahun

Data tentang waktu puncak kecepatan pertumbuhan pada wajah dapat digunakan untuk melengkapi prosedur perawatan. Sebuah tanda, apakah

puncak pertumbuhan wajah sebentar lagi atau sudah komplit dapat menentukan bentuk perawatan. Untuk pergerakan gigi aktif maka tahap pertumbuhan paling cepat merupakan saat yang paling menguntungkan. Tahap pertumbuhan yang paling cepat sesudah masa kanak – kanak merupakan periode pertumbuhan pubertas dan beberapa operator menggunakan periode ini semaksimal mungkin sebagai bagian utama dari perawatan ortodonti korektif.9,27 Periode

pertumbuhan pubertas yang maksimal ini juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan terapi dentofasial ortopedi.6

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap E (37,5%) pada laki-laki sedangkan perempuan pada tahap F (3,3%). Tahap kalsifikasi gigi premolar pertama persentase distribusi yang paling banyak berada di tahap D (31,8%) pada laki-laki sedangkan pada perempuan di tahap E (25,9%). Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar kedua yang paling banyak berada di tahap D (31,3%) pada laki-laki,sedangkan pada perempuan di tahap F (29,6%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tahap kalsifikasi gigi lebih cepat terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Krailassiri dkk (2002),Uysal dkk (2004) bahwa tahap kalsifikasi gigi pada laki-laki lebih cepat daripada perempuan.


(50)

Distribusi terbanyak kalsifikasi gigi kaninus terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada tabel 4. Pada tahap maturitas vertebra servikalis tahap

initiation (CVMS1) gigi kaninus seluruhnya berada pada tahap E (100%). Pada tahap CVMS 2 berada pada tahap E dan F (47,1%). Pada tahap CVMS 3 berada pada tahap F (69,2%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap G (47,4%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (50%) dan H (50%). Pada tahap CVMS6 berada di tahap H (100%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Uysal dkk (2004) dan Basaran dkk (2007) pada masyarakat Turki.

Persentase distribusi terbanyak kalsifikasi gigi premolar pertama terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tahap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1) seluruhnya berada pada tahap D (100%). Pada tahap CVMS 2 berada di tahap D (41,2%). Pada tahap CVMS3 berada di tahap E (53,8%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap F (36,8%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (58,3%). Pada tahap CVMS6 berada di tahap H (100%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lila dkk (2009) serta Uysal dkk (2004) dan Basaran dkk (2007) pada masyarakat Turki.

Persentase distribusi terbanyak kalsifikasi gigi premolar kedua terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tahap initiation

(CVMS1) seluruhnya berada pada tahap D (100%). Pada tahap CVMS 2 berada di tahap D (47,1%). Pada tahap CVMS3 berada di tahap E (46,2%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap F (52,6%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (58,3%). Pada tahap CVMS6 berada di tahap H (87,5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lila dkk (2009) serta Uysal dkk (2004) dan Basaran dkk (2007) pada masyarakat Turki.


(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan maturasi vertebra servikalis terhadap tahap kalsifikasi gigi pada pasien di Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU adalah :

 Rata- rata usia kronologis pada keseluruhan sampel adalah 10,63 + 1,835 tahun.

 Ada korelasi yang signifikan antara maturitas vertebra servikalis dengan kalsifikasi gigi pada laki-laki maupun perempuan. Korelasi yang sangat signifikan kalsifikasi gigi premolar dua pada laki-laki (p=0,766) maupun perempuan (p=0,888).

 Adanya signifikansi antara maturitas vertebra servikalis dengan kalsifikasi gigi maka salah satu diantara kedua penentuan umur biologis tersebut dapat digunakan.

 Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi kaninus yang paling banyak berada di tahap E (37,5%) pada laki-laki sedangkan perempuan pada tahap F (3,3%). Tahap kalsifikasi gigi premolar pertama persentase distribusi yang paling banyak berada di tahap D (31,8%) pada laki-laki sedangkan pada perempuan di tahap E (25,9%). Persentase distribusi tahap kalsifikasi gigi premolar kedua yang paling banyak berada di tahap D (31,3%) pada laki-laki,sedangkan pada perempuan di tahap F (29,6).


(52)

 Distribusi terbanyak kalsifikasi gigi kaninus terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 4. Pada tahap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1) gigi kaninus seluruhnya berada pada tahap E (100%). Pada tahap CVMS 2 berada pada tahap E dan F (47,1%). Pada tahap CVMS 3 berada pada tahap F (69,2%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap G (47,4%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (50%) dan H (50%). Pada tahap CVMS6 berada di tahap H (100%).

 Persentase distribusi terbanyak kalsifikasi gigi premolar pertama terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tahap maturitas vertebra servikalis tahap initiation (CVMS1) seluruhnya berada pada tahap D (100%). Pada tahap CVMS 2 berada di tahap D (41,2%). Pada tahap CVMS3 berada di tahap E (53,8%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap F (36,8%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (58,3%). Pada tahap CVMS6 berada di tahap H (100%).

 Persentase distribusi terbanyak kalsifikasi gigi premolar kedua terhadap maturitas vertebra servikalis dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tahap

initiation (CVMS1) seluruhnya berada pada tahap D (100%). Pada tahap CVMS 2 berada di tahap D (47,1%). Pada tahap CVMS3 berada di tahap E (46,2%). Pada tahap CVMS4 berada di tahap F (52,6%). Pada tahap CVMS5 berada di tahap G (58,3%).

6.2. Saran

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan pengelompokkan usia agar diperoleh tingkat validitas yang tinggi


(53)

DAFTAR PUSTAKA

1. Moore RN, Moyer BA, Dubois LM. Skeletal maturation and craniofacial growth. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1990; 98: 33-40

2. Fishman LS. Maturational patterns and prediction during adolescence. Angle Orthod 1987; 57: 178-193.

3. Demirjian A, Buschang PH, Tanguay R, Patterson DK. Interrelationship among measure of somatic, skeletal, dental, and sexual maturity. Am J Orthod 1985; 88 : 433-8

4. Fishman LS. Radiographic evaluation of skeletal maturation. A clinically oriented method based on hand-wrist film. Angle Orthod 1982; 52 : 88-112. 5. Flores-Mir C, Nebbe Brian, Major PW. Use of skeletal maturation based on

hand-wrist radiographic analysis as a predictor of facial growth: a systematic review. Angle Orthod 2004; 74: 118-24.

6. Mundiyah Mokhtar. Dasar-dasar ortodonti pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Medan : Bina Insani Pustaka, 2002 : 37-65.

7. O’Reilly MT, Yanniello GJ. Mandibular growth changes and maturation of cervical vertebrae-A longitudinal cephalometric study. Angle Orthod 1998: 179-84.

8. Roman PS, Palma JC, Oteo D, Nevado E. Skeletal maturation determined by cervical vertebrae development. Eur J Orthod 2002 ; 24 : 303-11.

9. Hassel B, Farman AG. Skeletal maturation evaluation using cervical vertebra. Am J Orthod. Dentofacial Othop 1995;107:58-66.


(54)

10.Flores C, Burgess CA, Champney M, Jensen RJ. Correlation of skeletal maturation stages determined by cervical vertebrae and hand wrist evaluations. Angle Orthod 2006; 76: 1-5.

11.Mito T, Sato K, Mitani H. Cervical vertebral bone age in girls. Am J Orthod Dentofac Orthop 2002; 122: 380-5.

12.Chen F, Terada K, Hanada K. A new method of predicting mandibular length increment on the basis of cervical vertebra. Angle Orthod 2004; 74(5): 630-4. 13.Krailassiri S, Anuwongnukroh N, Dechkunakorn S. Relationships between

dental calcification stages and skeletal maturity indicators in Thai individuals. Angle Orthod 2002; 72: 55-66

14.Baccetti T, Franchii L, McNamara JA. Mandibular growth as related to cervical vertebral maturation and body height. Am J Orthod Dentofac Orthop 2000; 118: 335-40.

15.Uysal T, Sari Z, Ramoglu SI, Basciftci FA. Relationships between dental and skeletal maturity in Turkish subjects. Angle Orthod 2004; 74: 657-64

16.So LLY. Skeletal maturation of the hand and wrist and its correlation with dental development. Aust Orthod J. 1997: 15: 1-9

17.Green LJ. Interrelationship among height, weight and chronological, dental and skeletal age. Angle Orthod. 1961; 31: 189-93

18.Baccetti T, Franchii L, McNamara JA. An improved of the cervical vertebral maturation (CVM) method for the assessment of mandibular growth. Angle Othod. 2002; 72: 316-23.

19.Björk A, Helm S. Prediction of the age of maximum puberal growth in the body height. Angle Orthod 1967; 37(2): 134-43.


(55)

20.Cantu G, Buschang PH, Gonzalez JL. Differential growth and maturation in idiopathic growth hormone deficient children. Eur J Orthod 1997; 19: 131-9. 21.Grave KC, Brown T. Skeletal ossification and the adolescent growth spurt.

Am J Orthod 1976; 69 : 611-9.

22.Leite HR, O’Reilly MT, Close JM. Skeletal age assessment using the first, second, and third fingers of the hand. Am J Orthod Dentofac Orthop 1987; 92: 492-8.

23.Baccetti T, Franchi L, Cameron CG, McNamara JA. Treatment timing for rapid maxillary expansion. Angle Orthod 2001; 71(5): 343-50.

24.Mark UK. Age related morphological changes in fifth cervical vertebra. Alberta, Department of oral health sciences University of Alberta, 1999. 25.Jean O, Alison M. Functional anatomy of the spine. Oxford : Clays Ltd, 1991:

4 -54, 261- 86.

26.Loh P. Basic guides in orthodontic diagnosis. San Juan, Metro Manila, 1999; 52-60.

27.Nanda RS. The contributions of craniofacial growth to clinical orthodontics. Am J Orthod Dentofac Orthop 2000; 117:553-5.

28.Chen F, Terada K, Hanada K. A special method of predicting mandibular growth potential for Class III malocclusion. Angle Orthod 2005; 75: 187-91. 29.Mito T, Sato K, Mitani H. Predicting mandibular growth potential with


(56)

Lampiran 1 Skema Variabel

Variabel bebas

 Foto sefalometri lateral

 Foto panoramik

Variabel tergantung

 Vertebra servikalis 2,3,4

 Kalsifikasi gigi kaninus, premolar pertama dan kedua mandibula kiri

3.8 Definisi operasional

3.8.1 Dimensi lidah:

Variabel terkendali

 - Usia 9-15 tahun

 Tidak menderita sakit sistemik yang serius

 Belum pernah mendapat perawatan ortodonti

 Tidak ada gigi permanen yang dicabut  Kondisi gigi geligi normal tidak ada

yang impaksi dan transposisi

 Subyek tidak pernah mengalami trauma

Variabel tidak terkendali

 Ras

 Waktu pengambilan foto


(57)

Lampiran 2 Alur penelitian

Sefalogram

lateral Panoramik

Tingkatan maturasi

Vertebra servikalis Tingkatan kalsifikasi gigi geligi

Vertebra servikalis

ketiga

Gigi Kaninus

Gigi Premolar 1 Sampel : 70 orang

Usia : 8-15 tahun Jenis kelamin: Perempuan, laki-laki

Gigi Premolar 2


(58)

Lampiran 3

Jadwal Penelitian

Waktu Pelaksanaan No Kegiatan

1 2 3 4 5

1 Penelusuran kepustakaan xxxx xx

2 Pembuatan proposal

xx xxx

3 Seminar proposal x

4 Pengambilan data di

lapangan

xxxx

5 Penulisan laporan tesis xx

6 Seminar hasil x

7 Perbaikan dan penyerahan laporan


(59)

Lampiran 4

Hasil Pengukuran Sampel

Oneway

Descriptives

Umur kronologis

1 10,00 . . . . 10 10

17 8,94 1,029 ,250 8,41 9,47 7 11

13 9,69 1,032 ,286 9,07 10,32 8 11

19 10,68 1,204 ,276 10,10 11,26 9 13

12 11,75 ,754 ,218 11,27 12,23 11 13

8 14,00 ,756 ,267 13,37 14,63 13 15

70 10,63 1,835 ,219 10,19 11,07 7 15

1 2 3 4 5 6 Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

Umur kronologis

1,160a 4 64 ,337

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for Umur kronologis. a.

ANOVA Umur kronologis

166,277 5 33,255 32,216 ,000 66,066 64 1,032

232,343 69 Between Groups

Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.


(60)

Maturitas skaletal 6 5 4 3 2 1 M ean o f Umu r kr on ol og is 14 13 12 11 10 9 8

Nonparametric Correlations (all)

Correlations

1,000 ,814** ,808** ,806**

. ,000 ,000 ,000

70 70 70 70

,814** 1,000 ,928** ,910**

,000 . ,000 ,000

70 70 70 70

,808** ,928** 1,000 ,960**

,000 ,000 . ,000

70 70 70 70

,806** ,910** ,960** 1,000

,000 ,000 ,000 .

70 70 70 70

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus Kalsifikasi premolar 1 Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

USE ALL.

COMPUTE filter_$=(sex = 1).

VARIABLE LABEL filter_$ 'sex = 1 (FILTER)'. VALUE LABELS filter_$ 0 'Not Selected' 1 'Selected'. FORMAT filter_$ (f1.0).

FILTER BY filter_$. EXECUTE .

NONPAR CORR

/VARIABLES=cv3 kkan kpre1 kpre2 /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .


(61)

Nonparametric Correlations (perempuan)

Correlations

1,000 ,774** ,767** ,766**

. ,000 ,000 ,000

54 54 54 54

,774** 1,000 ,905** ,881**

,000 . ,000 ,000

54 54 54 54

,767** ,905** 1,000 ,938**

,000 ,000 . ,000

54 54 54 54

,766** ,881** ,938** 1,000

,000 ,000 ,000 .

54 54 54 54

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus Kalsifikasi premolar 1 Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

USE ALL.

COMPUTE filter_$=(sex = 2).

VARIABLE LABEL filter_$ 'sex = 2 (FILTER)'. VALUE LABELS filter_$ 0 'Not Selected' 1 'Selected'. FORMAT filter_$ (f1.0).

FILTER BY filter_$. EXECUTE .

NONPAR CORR

/VARIABLES=cv3 kkan kpre1 kpre2 /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE .


(62)

Nonparametric Correlations (Laki-laki)

Correlations

1,000 ,923** ,888** ,888**

. ,000 ,000 ,000

16 16 16 16

,923** 1,000 ,969** ,969**

,000 . ,000 ,000

16 16 16 16

,888** ,969** 1,000 1,000**

,000 ,000 . .

16 16 16 16

,888** ,969** 1,000** 1,000

,000 ,000 . .

16 16 16 16

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho Maturitas skaletal Kalsifikasi Kaninus Kalsifikasi premolar 1 Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

CROSSTABS

/TABLES=kkan kpre1 kpre2 BY sex /FORMAT= AVALUE TABLES

/CELLS= COUNT ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Kalsifikasi Kaninus * Jenis kelamin Kalsifikasi premolar 1 * Jenis kelamin Kalsifikasi premolar 2 * Jenis kelamin

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(63)

Kalsifikasi Kaninus * Jenis kelamin Crosstabulation

5 6 11

45,5% 54,5% 100,0%

9,3% 37,5% 15,7%

7,1% 8,6% 15,7%

18 4 22

81,8% 18,2% 100,0%

33,3% 25,0% 31,4%

25,7% 5,7% 31,4%

17 2 19

89,5% 10,5% 100,0%

31,5% 12,5% 27,1%

24,3% 2,9% 27,1%

14 4 18

77,8% 22,2% 100,0%

25,9% 25,0% 25,7%

20,0% 5,7% 25,7%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

e f g h Kalsifikasi Kaninus Total Prempuan Laki-laki Jenis kelamin Total


(64)

Kalsifikasi premolar 1 * Jenis kelamin Crosstabulation

4 5 9

44,4% 55,6% 100,0%

7,4% 31,3% 12,9%

5,7% 7,1% 12,9%

14 3 17

82,4% 17,6% 100,0%

25,9% 18,8% 24,3%

20,0% 4,3% 24,3%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

10 4 14

71,4% 28,6% 100,0%

18,5% 25,0% 20,0%

14,3% 5,7% 20,0%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

d e f g h Kalsifikasi premolar 1 Total Prempuan Laki-laki Jenis kelamin Total


(65)

Kalsifikasi premolar 2 * Jenis kelamin Crosstabulation

6 5 11

54,5% 45,5% 100,0%

11,1% 31,3% 15,7%

8,6% 7,1% 15,7%

10 3 13

76,9% 23,1% 100,0%

18,5% 18,8% 18,6%

14,3% 4,3% 18,6%

16 2 18

88,9% 11,1% 100,0%

29,6% 12,5% 25,7%

22,9% 2,9% 25,7%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

9 4 13

69,2% 30,8% 100,0%

16,7% 25,0% 18,6%

12,9% 5,7% 18,6%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

d e f g h Kalsifikasi premolar 2 Total Prempuan Laki-laki Jenis kelamin Total CROSSTABS

/TABLES=kkan kpre1 kpre2 BY cv3 /FORMAT= AVALUE TABLES

/CELLS= COUNT ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

[DataSet0] E:\ABDUL JALIL A A\DATAPPDS07\Ira Orto\Data Ira Orto 12-10-10.sav


(1)

Maturitas skaletal

6 5 4

3 2 1

M

ean

o

f Umu

r

kr

on

ol

og

is

14

13

12

11

10

9

8

Nonparametric Correlations (all)

Correlations

1,000 ,814** ,808** ,806** . ,000 ,000 ,000

70 70 70 70

,814** 1,000 ,928** ,910**

,000 . ,000 ,000

70 70 70 70

,808** ,928** 1,000 ,960**

,000 ,000 . ,000

70 70 70 70

,806** ,910** ,960** 1,000

,000 ,000 ,000 .

70 70 70 70

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho

Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

USE ALL.

COMPUTE filter_$=(sex = 1).

VARIABLE LABEL filter_$ 'sex = 1 (FILTER)'.

VALUE LABELS filter_$ 0 'Not Selected' 1 'Selected'.

FORMAT filter_$ (f1.0).

FILTER BY filter_$.

EXECUTE .

NONPAR CORR

/VARIABLES=cv3 kkan kpre1 kpre2

/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE .


(2)

Nonparametric Correlations (perempuan)

Correlations

1,000 ,774** ,767** ,766**

. ,000 ,000 ,000

54 54 54 54

,774** 1,000 ,905** ,881**

,000 . ,000 ,000

54 54 54 54

,767** ,905** 1,000 ,938**

,000 ,000 . ,000

54 54 54 54

,766** ,881** ,938** 1,000

,000 ,000 ,000 .

54 54 54 54

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho

Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

USE ALL.

COMPUTE filter_$=(sex = 2).

VARIABLE LABEL filter_$ 'sex = 2 (FILTER)'.

VALUE LABELS filter_$ 0 'Not Selected' 1 'Selected'.

FORMAT filter_$ (f1.0).

FILTER BY filter_$.

EXECUTE .

NONPAR CORR

/VARIABLES=cv3 kkan kpre1 kpre2

/PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG

/MISSING=PAIRWISE .


(3)

Nonparametric Correlations (Laki-laki)

Correlations

1,000 ,923** ,888** ,888**

. ,000 ,000 ,000

16 16 16 16

,923** 1,000 ,969** ,969**

,000 . ,000 ,000

16 16 16 16

,888** ,969** 1,000 1,000**

,000 ,000 . .

16 16 16 16

,888** ,969** 1,000** 1,000

,000 ,000 . .

16 16 16 16

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2 Spearman's rho

Maturitas skaletal

Kalsifikasi Kaninus

Kalsifikasi premolar 1

Kalsifikasi premolar 2

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

CROSSTABS

/TABLES=kkan kpre1 kpre2 BY sex

/FORMAT= AVALUE TABLES

/CELLS= COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL .

Crosstabs

Case Processing Summary

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

70 100,0% 0 ,0% 70 100,0%

Kalsifikasi Kaninus * Jenis kelamin Kalsifikasi premolar 1 * Jenis kelamin Kalsifikasi premolar 2 * Jenis kelamin

N Percent N Percent N Percent

Valid Missing Total


(4)

Kalsifikasi Kaninus * Jenis kelamin Crosstabulation

5 6 11

45,5% 54,5% 100,0%

9,3% 37,5% 15,7%

7,1% 8,6% 15,7%

18 4 22

81,8% 18,2% 100,0%

33,3% 25,0% 31,4%

25,7% 5,7% 31,4%

17 2 19

89,5% 10,5% 100,0%

31,5% 12,5% 27,1%

24,3% 2,9% 27,1%

14 4 18

77,8% 22,2% 100,0%

25,9% 25,0% 25,7%

20,0% 5,7% 25,7%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi Kaninus

% within Jenis kelamin % of Total

e

f

g

h Kalsifikasi Kaninus

Total

Prempuan Laki-laki

Jenis kelamin


(5)

Kalsifikasi premolar 1 * Jenis kelamin Crosstabulation

4 5 9

44,4% 55,6% 100,0%

7,4% 31,3% 12,9%

5,7% 7,1% 12,9%

14 3 17

82,4% 17,6% 100,0%

25,9% 18,8% 24,3%

20,0% 4,3% 24,3%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

10 4 14

71,4% 28,6% 100,0%

18,5% 25,0% 20,0%

14,3% 5,7% 20,0%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 1

% within Jenis kelamin % of Total

d

e

f

g

h Kalsifikasi premolar 1

Total

Prempuan Laki-laki

Jenis kelamin


(6)

Kalsifikasi premolar 2 * Jenis kelamin Crosstabulation

6 5 11

54,5% 45,5% 100,0%

11,1% 31,3% 15,7%

8,6% 7,1% 15,7%

10 3 13

76,9% 23,1% 100,0%

18,5% 18,8% 18,6%

14,3% 4,3% 18,6%

16 2 18

88,9% 11,1% 100,0%

29,6% 12,5% 25,7%

22,9% 2,9% 25,7%

13 2 15

86,7% 13,3% 100,0%

24,1% 12,5% 21,4%

18,6% 2,9% 21,4%

9 4 13

69,2% 30,8% 100,0%

16,7% 25,0% 18,6%

12,9% 5,7% 18,6%

54 16 70

77,1% 22,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

77,1% 22,9% 100,0%

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

Count

% within Kalsifikasi premolar 2

% within Jenis kelamin % of Total

d

e

f

g

h Kalsifikasi premolar 2

Total

Prempuan Laki-laki

Jenis kelamin

Total

CROSSTABS

/TABLES=kkan kpre1 kpre2 BY cv3

/FORMAT= AVALUE TABLES

/CELLS= COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL .