Hubungan Antara Simetrisitas Kondilus Dan Pola Pertumbuhan Vertikal Wajah Pada Pasien Ortodonsia Di RSGMP FKG USU

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah asimetri wajah mengacu pada gangguan keseimbangan ukuran, bentuk dan
susunan jaringan wajah antara dua sisi yang berlawanan. Pertumbuhan dan
perkembangan dentokraniofasial harus sama untuk mencapai kesimetrisan.1-6 Pada
umumnya, bagian tubuh manusia mengalami perkembangan bilateral simetri, artinya
sisi kanan dan kiri merupakan gambaran cermin yang identik, namun karena faktor
biologis yang memengaruhi proses perkembangan serta gangguan lingkungan, maka
simetri wajah yang bilateral jarang ditemukan pada mahkluk hidup.4,7-10 Wajah pada
umumnya memiliki derajat asimetri yang ringan. Setiap derajat asimetri bertambah
parah, maka tampilan wajah yang miring pada saat diam dan tersenyum akan semakin
jelas.7,9,11,12
Asimetri wajah lebih sering memengaruhi sepertiga bagian wajah bawah
dibandingkan bagian atas, dan dikenal dengan istilah asimetri mandibula.2,7,8 Hasil
penelitian Severt dan Proffit., (1977), terhadap 1460 pasien yang dirawat di klinik
dentofasial University of North Carolina menunjukkan 34% (n=495) pasien memiliki
asimetri wajah secara klinis. Dari 34% (n=495) pasien asimetri wajah, 5% (n=23)
asimetri terdapat pada 1/3 wajah atas, 36% (n=178) pada 1/3 wajah tengah (terutama

pada hidung), dan 74% (n=365) pada 1/3 wajah bawah.13 Deviasi sepertiga wajah bawah
lebih sering terjadi dibandingkan bagian atas dan tengah karena masa pertumbuhan
mandibula lebih lama.7,8,14
Asimetri antara kedua sisi mandibula terjadi karena respon adaptif dari deviasi
mandibula saat berfungsi sehingga menyebabkan gangguan fungsi pertumbuhan
kembali tulang kondilus, glenoid fossa dan mandibula. Hal ini mengakibatkan
perbedaan dimensi dalam ukuran atau bentuk antara sisi kiri dan kanan mandibula.
Apabila selisih perbedaan dimensi lebih dari 2 mm antara kedua sisi mandibula, maka
dianggap sebagai kondisi asimetri,1,7,15,16 sedangkan beberapa peneliti yang lain

Universitas Sumatera Utara

2

menyatakan selisih perbedaan dimensi harus sama dengan atau lebih besar dari 4 mm
untuk dianggap sebagai asimetri mandibula.7
Etiologi asimetri mandibula adalah kombinasi dari pengaruh genetik dan
lingkungan. Penyebab umum asimetri mandibula termasuk trauma seperti fraktur
kondilus, gangguan perkembangan misalnya elongasi hemimandibula, hiperplasia
hemimandibula, mikrosomia hemifasial, akondroplasia, hipertopi hemifasial, keadaan

patologis yaitu tumor dan kista, infeksi, resorpsi kondilus serta gangguan fungsional
seperti pergeseran mandibula.8,10,17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramirez-Yanez dkk., (2011), untuk
menentukan prevalensi asimetri mandibula selama periode gigi bercampur pada anakanak. Penelitian ini dirancang secara retrospektif dengan variasi pengukuran dilakukan
pada sisi kanan dan kiri mandibula dari radiografi panoramik pada 327 anak-anak (lakilaki: 169; perempuan: 158), berusia antara 8 hingga 12 tahun. Empat pengukuran linear
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi ramus mandibula, lebar ramus, tinggi
korpus, panjang korpus, dua pengukuran angular yaitu gonial mandibula (Go) dan
kondilus mandibula (Co). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% (n=163) sampel
mempunyai asimetri mandibula yang sedang hingga berat. Hal ini berkaitan dengan
perbedaan indeks kesimetrisan sudut gonial dan sudut kondilus mandibula antara sisi
kanan dan kiri.1
Regio yang memiliki potensi pertumbuhan tertinggi di mandibula adalah tulang
rawan kondilus.2,15,16 Cedera pada tulang rawan kondilus selama periode pertumbuhan
dapat mengganggu potensi pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan sehingga
terjadinya deviasi mandibula ke sisi yang terkena, oleh karena itu, asimetri kondilus
dianggap salah satu penyebab terjadinya asimetri mandibula.2,16 Asimetri mandibula
harus dikoreksi karena berpengaruh langsung pada penampilan. Asimetri mandibula
tidak hanya memengaruhi estetika wajah tetapi juga secara fungsional karena perannya
dalam sistem stomatognasi.2,6
Asimetri mandibula dapat didiagnosis melalui pemeriksaan klinis, fotografi dan

pemeriksaan radiografi yang meliputi pandangan frontal dan lateral, misalnya radiografi
sefalometri lateral (SL), sefalometri Postero-Anterior (PA), radiografi panoramik (OPG),

Universitas Sumatera Utara

3

cone-beamed computed tomography (CBCT), submento-vertex dan single-positron
emission computed tomography (SPECT).10,18-20 OPG paling sering digunakan untuk
melihat keadaan sendi, gigi, dan bagian lain dari rahang dalam satu pengambilan serta
mengevaluasi asimetri mandibula.4,10,19,20 OPG digunakan untuk menganalisis struktur
mandibula secara terpisah pada sisi kiri dan kanan misalnya kondilus, ramus, korpus
mandibula dan gonion.4,20 Radiografi OPG telah dilaporkan dapat memberikan
informasi dalam dimensi vertikal dan sagital antara kedua rahang dengan catatan tidak
ada kelainan yang parah, asimetri yang signifikan, anomali kraniofasial, sindrom, dan
agenesis gigi yang multipel.21,22 Tronje dkk., (cit. Agrawal dkk., 2015), menyatakan
OPG dapat digunakan untuk melakukan pengukuran secara vertikal di klinik jika pasien
diposisikan dengan benar namun dimensi horizontal kurang akurat.2,10,22
Beberapa penulis menyatakan bahwa struktur yang paling penting dalam
menentukan asimetri mandibula adalah kondilus dan ramus.23 Habets dkk., (1988),

menemukan metode dan formula untuk mengevaluasi asimetri mandibula dalam arah
vertikal dengan menggunakan OPG pada 152 pasien di Academic Centre of Dentistry,
Amsterdam yaitu dengan menghitung tinggi kondilus dan ramus pada kedua sisi
mandibula lalu dibandingkan dengan formula (R-L)/(R+L) X 100%. Tinggi kondilus
diukur dari permukaan yang paling superior pada kondilus mandibula ke permukaan
yang paling lateral pada kondilus mandibula.24 Perubahan posisi kepala sebesar 1 cm
saat pengambilan OPG menghasilkan perbedaan nilai dimensi vertikal sebesar 6% dan
dianggap mandibula dalam keadaan simetris, sebaliknya indeks asimetri (IA) lebih dari
6% dianggap sebagai asimetri mandibula.18,19,24 Kjellberg dkk., (1994), memodifikasi
metode Habets dkk., yaitu dengan mengukur tinggi kondilus dari permukaan yang
paling superior pada kondilus mandibula ke insisura mandibula. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kesalahan dari perbedaan hasil pengukuran yang dihasilkan dari setiap
mesin OPG, pembesaran hasil radiografi dan kesalahan dalam penempatan posisi
kepala.25,26
SL banyak digunakan dalam penelitian untuk menganalisis perubahan dimensi
vertikal dan sagital terhadap maksila dan mandibula. Besar derajat inklinasi bidang
mandibula terhadap basis kranium menunjukkan rotasi mandibula dan menentukan

Universitas Sumatera Utara


4

dimensi vertikal wajah seseorang apakah panjang, normal atau pendek.27 Dalam analisis
dimensi vertikal, sudut MP:SN menurut Steiner digunakan untuk melihat pola
pertumbuhan wajah. Nilai normal rata-rata sudut MP:SN adalah 32o+5o. Tipe vertikal
wajah menurut Steiner dibagi menjadi 3 yaitu hipodivergent dengan MP:SN kurang dari
27o, normal 27o-37o, dan hiperdivergen lebih dari 37o. Steiner interpretasi sudut MP:SN
yang lebih kecil dari nilai normal mengindikasikan pola pertumbuhan wajah ke arah
depan dan berlawanan arah jarum jam sedangkan nilai sudut MP:SN yang lebih besar
mengindikasikan pola pertumbuhan wajah ke arah bawah dan searah jarum jam
menyebabkan wajah panjang.27-32
Maloklusi dalam arah vertikal terjadi dari interaksi antara beberapa faktor etiologi
yang berbeda termasuk pertumbuhan rahang, fungsi bibir dan lidah serta perkembangan
dentoalveolar. Terdapat tiga jenis dasar pola pertumbuhan vertikal skeletal, yaitu besar
(hyper),

kecil

(hypo)


dan

normo-angle

(normo-divergent).

Pada

kelompok

hiperdivergen umumnya terjadi peningkatan pertumbuhan vertikal wajah, sudut MP:SN,
sudut gonial dan sudut bidang maksila-mandibula serta penurunan rasio antara tinggi
wajah posterior-anterior. Pada kelompok hipodivergen ditandai dengan berkurangnya
pertumbuhan vertikal wajah, sudut MP:SN, sudut gonial dan sudut bidang maksilamandibula serta peningkatan rasio antara tinggi wajah posterior-anterior. Karakteristik
wajah normal terletak antara karakteristik wajah hiperdivergen dan hipodivergen.19,31
Celik dkk., (2016), melakukan suatu penelitian untuk mengevaluasi asimetri
kondilus dan ramus dalam arah vertikal pada pasien ortodonsia dewasa dengan pola
pertumbuhan vertikal yang berbeda dan pola skeletal sagital normal menggunakan
CBCT. Penelitian dilakukan pada 101 pasien dewasa (laki-laki: 48; perempuan: 53)
yang dibagi kepada tiga kelompok menurut pola pertumbuhan vertikal: high (33 pasien;

rata-rata usia: 25.06 + 6.05 tahun), low (34 pasien; rata- rata usia: 24.88 + 5.22 tahun)
dan normal-angle (34 pasien; rata-rata usia: 21.14 + 4.26 tahun). Pengukuran IA, tinggi
kondilus, tinggi ramus dan tinggi total kondilus serta ramus dilakukan dengan
menggunakan CBCT. Hasil penelitian menunjukkan kelompok hiperdivergen memiliki
nilai tinggi ramus dan tinggi total kondilus dan ramus yang kecil secara signifikan

Universitas Sumatera Utara

5

namun indeks asimetri kondilus (IAK) yang tinggi secara tidak signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok hipodivegen dan normal.19
Diagnosis pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial seperti
asimetri mandibula telah dilaporkan dapat ditegakkan dengan kajian radiografi. Pola
pertumbuhan juga dilaporkan berkaitan dengan kestabilan otot-otot wajah untuk
mencapai oklusi yang harmonis. Beberapa studi juga melaporkan remodelling skeletal
dari sendi temporomandibula dapat menyebabkan deviasi permanen garis median
bawah dan asimetri wajah. Perawatan yang terlambat biasanya lebih kompleks, mahal,
menyita waktu serta melibatkan prosedur pembedahan rahang untuk koreksi asimetri.4,33
Upaya pencegahan asimetri mandibula menjadi perhatian World Health

Organization (WHO) yang mengintegrasikan ke dalam sistem kesehatan.34 Peneliti
menyadari bahwa simetrisitas kondilus dapat dideteksi berdasarkan OPG yang lazim
digunakan dalam kedokteran gigi dan dari SL dapat dinilai pola pertumbuhan vertikal
wajah yang berkaitan dengan pertumbuhan kondilus. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara simetrisitas kondilus dan
pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proporsi simetrisitas kondilus pada pasien ortodonsia di RSGMP
FKG USU?
2. Bagaimana pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di
RSGMP FKG USU?
3. Bagaimana hubungan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan
vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan
vertikal wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.

Universitas Sumatera Utara

6


1.4 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan antara simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan vertikal
wajah pada pasien ortodonsia di RSGMP FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis:
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi informasi mengenai hubungan antara
simetrisitas kondilus dan pola pertumbuhan vertikal wajah pada pasien ortodonsia di
RSGMP FKG USU.
2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pertimbangan dalam penyusunan
rencana perawatan.
3. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai penelitian daasr untuk mengkaji tentang
kompleksnya gangguan sistem stomatognasi.
Manfaat praktis:
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap diagnosis, rencana
perawatan dan perawatan pada pasien ortodonsia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencegah perawatan yang kompleks pada
pasien ortodonsia.

Universitas Sumatera Utara