2.4 Penggunaan Agen Hayati Dalam Mengendalikan Nematoda
Di dalam tanah terdapat berbagai macam agen hayati yang saling bersinergi, di antaranya jamur, bakteri dan actinomycetes. Penelitian yang
dilakukan oleh Devrajan et al. 2011 membuktikan bahwa sampel tanah di daerah rizosfer kentang terdapat 328 jamur, 178 bakteri dan 15 actinomycetes. Jamur dan
bakteri yang telah diisolasi berpotensi untuk mengendalikan NSK G. rostochiensis dan G. pallida berdasarkan reaksi positif pada aktivitas kitin, produksi antibiotik
dan menghambat penetasan telur. PGPR menginduksi ketahanan sistemik melawan nematoda pengganggu.
P. fluorescens telah menginduksi ketahanan sistemik dan menghambat penetrasi akar oleh Heterodera schachtii, nematoda sista pada gula bit. Dengan cara yang
sama, B. subtilis telah menginduksi Meloidogyne incognita dan M. arenaria pada kapas. Penggunaan PGPR sebagai agen pengendalian hayati untuk mengontrol
nematoda sista kentang telah dilaporkan sebagai strategi yang sukses Ramamoorthy, et al., 2011.
Menurut Ramamoorthy, et al. 2001, salah satu Rizobakter Penghasil Zat Pengatur Tumbuh Plant Growth Promoting Rhizobacteria yaitu Pseudomonas
spp. sudah digunakan secara komersial sebagai pelindung tanaman melalui induksi resistensi sistemik terhadap berbagai hama dan penyakit. Campuran dari
strain PGPR yang berbeda telah meningkatkan efektivitas dengan menginduksi resistensi sistemik yang melawan beberapa patogen yang menyerang tanaman
yang sama. Salah satu Pseudomonas spp. yang termasuk dalam PGPR adalah P. mallei. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriatin, et.al ,2009 menemukan bahwa
P. mallei termasuk salah satu bakteri pelarut fosfat sekaligus PGPR karena menghasilkan ZPT. Kemampuan P. mallei sebagai PGPR kemungkinan bisa
menghambat NSK sebagaimana P. diminuta. Bakteri terbukti mempengaruhi penetasan telur nematoda oleh berbagai
mekanisme termasuk produksi racun, dan lipolitik, proteolitik, atau enzim kitinolitik. Misalnya, Bacillus thuringiensis menghasilkan sejumlah eksotoksin
yang telah terbukti dapat membunuh telur nematoda ruminansia Meloidogyne spp. Mekanisme kontrol lainnya meliputi produksi senyawa yang umumnya beracun
untuk nematoda, seperti amonia, sianida, hidrogen sulfida, atau asam lemak volatile. Selain itu, salah satu dari berbagai macam antibiotik yang dihasilkan oleh
P. flourescens, 2,4- diacetylphloroglucinol, telah terbukti mengurangi mobilitas juvenil dan meningkatkan penetasan telur nematoda sista kentang, G.
rostochiensis Kluepfel, et al., 2002.
2.5 Formula Bakteri Sebagai Bionematisida