Interpretasi Tanda Dalam Simbol Tato
INTERPRETASI TANDA DALAM SIMBOL TATO SKRIPSI
OLEH
Rusliana R. P. 050701029
DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
INTERPRETASI TANDA DALAM SIMBOL TATO Oleh
RUSLIANA R. PASARIBU NIM 050701029
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh
Pembimbing I, PembimbingII,
Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si. Dra.Mascahaya, M. Hum. NIP. 19620925 198903 1 017 NIP. 19590819 198601 2 001
Departemen Sastra Indonesia Ketua,
Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum. NIP. 19620419 198703 2 001
(3)
ABSTRAK
Kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh diberi tanda dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit. Tato yang umum digunakan pemakai tato adalah tato berbentuk eleng, salib, tengkorak, naga, dan bunga. Interpretasi makna tato meliputi,makna sekuler, makna estetis, makna tato sebagai ekspresi diri, makna tato sebagai filosofis, makna tato sebagai makna konotasi.
(4)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menuangkannya dalam bentuk skripsi sebagai syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Bapak Edison Pasaribu dan Ibunda Sinurmani Heldina Sianipar atas segala dukungan moral, material, kasih sayang dan doa yang selalu dilimpahkan kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M. A. sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah mengesahkan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum. sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Pembimbing II, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
(5)
4. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M. Si. sebagai dosen Pembimbing I yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum. selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan nasihat akademik.
6. Bapak Drs. Hariadi Susilo, M. Si. yang telah membantu penulis dalam penentuan judul skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Kakak Fitri dan Kakak Dedek yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan masalah administrasi.
9. Tulang dan nantulang penulis, Agustinus Sianipar dan Netty Tampubolon atas doa serta dukungan moral dan material yang telah diberikan kepada penulis.
10.Abang, kakak, adik dan keponakan penulis, Ericson Rudolf Pandapotan Pasaribu, Megawati Pasaribu-Tampil Sirait, Rita Pasaribu-Jonto Simamora, Jojor Trisna Pasaribu-Hasudungan Gultom, Rosmawati Pasaribu-Rianto Marpaung, Siti Pasaribu, Cemma Pasaribu yang selalu mengasihi dan memberikan semangat kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
(6)
11.Teman-teman alumni 2005 SMA YAPIM, khususnya Roles, Dina, Bertha, Jeni, Sian dan Roni.
12.Teman-teman sejawat di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara stambuk 2005, khususnya Fani, Sintauli, Remince, Fitriah, Sofi, Elpi.
13.Rekan-rekan tentor yang ada di BT/BS BIMA, kakak Nella, Dasa, Della, Dosmina, Marito, Rosita, Posan dan rekan lainnya yang tidak bisa disebut satu persatu.
14.Terakhir, Edo Putra, terima kasih karena telah menjadi sahabat terbaik, penyemangat yang luar biasa dan menjadi segalanya bagi penulis.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Agustus 2010 Penulis,
Rusliana. R. Pasaribu ii
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Tato dengan bentuk elang yang sedang terbang……….. 23
Gambar 4.2 Tato naga tanpa sayap………. 24
Gambar 4.3 Tato naga menggunakan sayap……… 24
Gambar 4.4 Tato salib dengan hiasan mahkota……… 25
Gambar 4.5 Tato salib biasa………. 25
Gambar 4.6 Tato tengkorak dihiasi ular……….. 26
Gambar 4.7 Tato tengkorak bertulang leher……… 26
Gambar 4.8 Tato dengan bentuk bunga yang memiliki daun………. 27
Gambar 4.9 Tato dengan bentuk bunga tanpa daun……… 27
Gambar 4.10 Tato elang……….. 33
Gambar 4.11 Salah satu jenis tato elang………. 34
Gambar 4.12 Salah satu jenis tato salib……….. 35
Gambar 4.13 Salah satu jenis tato tengkorak………. 35
Gambar 4.14 Jenis tato naga……….. 36
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK
PRAKATA……….. ... i
DAFTAR GAMBAR………... iv
DAFTAR ISI……… v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1
1.1.1 Latar Belakang ... 1
1.1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.1.3 Batasan Masalah ... 7
1.1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1.1.4.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.1.4.2 Manfaat Penelitian... 8
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA... 9
2. 1 Konsep ... 9
2.1.1 Interpretasi……….... 9
2.1.2 Tanda ... 9
2.1.3 Simbol………... 10
2.1.4 Tato ……… 11
2. 2 Landasan Teori………... 11
2. 3 Tinjauan Pustaka ………. 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.1.1 Lokasi Penelitian... 19
3.1.2 Waktu Penelitian ... 19
3. 2 Populasi dan Sampel ... 19
3.2.1 Populasi ... 19
3.2.2Sampel ... 20
3. 3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20
3. 4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 21
(9)
4. 1 Interpretasi Tanda dalam Simbol Tato………. 23
4. 1. 1 Interpretasi Bentuk Tanda dalam Simbol Tato…………. 23
4. 1. 1. 1 Interpretasi Bentuk Elang bagi Pemakai Simbol Tato Elang……… 33
4. 1. 1. 2 Interpretasi Bentuk Salib bagi Pemakai Tato Salib……….. 34
4. 1. 1. 3 Interpretasi Bentuk Tengkorak bagi Pemakai Tato Tengkorak……… 35
4. 1. 1. 4 Interpretasi Bentuk Naga bagi Pemakai Tato Naga……... 36
4. 1. 1. 5 Interpretasi Bentuk Bunga bagi Pemakai Tato Bunga……. 36
4. 2 Interpretasi Makna Tanda dalam Simbol Tato……….. 37
4. 2. 1 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Sekuler……… 38
4. 2. 2 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Estetis…….………. 39
4. 2. 3 Makna Simbol Tato Sebagai Ekspresi Diri……… 40
4. 2. 4 Makna Simbol Tato Sebagai Filosofis……….. 40
4. 2. 5 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Konotasi……… 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 42
5. 1 Simpulan……… 42
5. 2 Saran……….. 43 DAFTAR PUSTAKA
(10)
ABSTRAK
Kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh diberi tanda dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit. Tato yang umum digunakan pemakai tato adalah tato berbentuk eleng, salib, tengkorak, naga, dan bunga. Interpretasi makna tato meliputi,makna sekuler, makna estetis, makna tato sebagai ekspresi diri, makna tato sebagai filosofis, makna tato sebagai makna konotasi.
(11)
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sesuatu yang khas dimiliki oleh manusia. Manusia sebagai animal symbolicum, yaitu makhluk yang menggunakan media berupa simbol kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupan. Keberadaan manusia sebagai makhluk berpikir karena tanpa adanya simbol, manusia tidak akan mampu melangsungkan kegiatan berpikirnya. Simbol juga memungkinkan manusia bukan hanya untuk sekadar berpikir, melainkan juga mengadakan kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Simbol sangat penting bagi kehidupan manusia. Hanya dengan menggunakan simbol-simbol, manusia dapat mencapai potensi dan tujuan hidupnya yang tertinggi. Dalam setiap bidang hidup manusia, uangkapan simbolis merupakan jalan menuju kebebasan yang berdaya cipta (Cassirer 1987:10).
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti dikatakan Susanne K. Langer (dalam Sobur, 2004:164) adalah kebutuhan simbolis atau penggunaan lambang. Salah satu sifat dasar manusia adalah kemampuan menggunakan simbol (Wieman dan Walter dalam Sobur, 2004:164). Hidup senantiasa digerakkan oleh simbol-simbol dan dirayakan dengan simbol-simbol-simbol-simbol. Simbol itu muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan.
Secara etimologis, simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symballein yang berarti ‘ melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide’ (Hartoko dan B. Rahmanto, 1998:133). Simbol bersifat mewakili sesuatu yang lain. Simbol sering diistilahkan sebagai lambang. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Simbol meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama (Sobur, 2004:157)
(12)
Poerwadarminta (1989:490) mengatakan bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Misalnya, warna putih merupakan simbol kesucian.
A.N. Whitehead (dalam Dilistone, 2001:18) mengatakan bahwa simbol berfungsi apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan, perasaan, mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkat komponen terdahulu adalah simbol-simbol dan perangkat komponen demikian membentuk makna simbolik. Keberfungsian organis yang menyebabkan adanya peralihan simbol kepada makna itu akan disebut referensi.
Konsep Peirce (Sobur, 2004:156) tentang simbol diartikan sebagai tanda yang mengacu pada objek tertentu di luar tanda itu sendiri. Hubungan antara simbol dengan sesuatu ditandakan dengan sifatnya yang konvensional. Berdasarkan konvensi itu juga masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan maknanya.
Pendapat Saussure (dalam Sobur, 2004:46) tentang simbol adalah jenis tanda yang mempunyai hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer. Seperti simbol tato sebagai penanda yang merupakan aspek material, yaitu bunyi atau coretan yang bermakna. Sedangkan petanda adalah aspek mental yaitu gambaran mental, pikiran atau konsep dari identitas simbol tato itu sendiri. Penanda dan petanda merupakan satu kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas. Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan sebaliknya suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda.
(13)
Berger (2000:23) berpendapat bahwa salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tidak pernah benar-benar arbitrer (menghasilkan makna baru pada setiap konteks yang berbeda). Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti symbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kendaraan atau kereta.
Simbol tidak selalu diungkapkan melalui bahasa verbal. Menurut Eickelman dan Piscatori (dalam Sobur, 2004:176) simbol merupakan tanda yang menunjuk kepada nilai-nilai, dan seringkali-- meskipun tidak selalu -- simbol ini diungkapkan melalui bahasa. Salah satu simbol yang bukan berupa bahasa verbal adalah tato.
Hartoko dan B. Rahmanto (1998:133) membagi simbol dalam tiga bagian yaitu:
1. Simbol universal yang berkaitan dengan arketipos, misalnya tidur sebagai lambang kematian.
2. Simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh suatu kebudayaan tertentu, misalnya keris dalam budaya Jawa.
3. Simbol individual yang biasanya dapat ditafsir dalam konteks keseluruhan karya seorang pengarang.
Herusatoto (2000:10) berpendapat bahwa gagasan-gagasan, simbol- simbol, dan nilai-nilai merupakan hasil karya manusia. Tato adalah hasil karya manusia yang merupakan ungkapan perasaan atau pemikiran manusia.
(14)
Sebuah simbol dapat menjadi sarana untuk menegakkan tatanan sosial atau untuk menggugah kepatuhan-kepatuhan sosial. Selain itu ada kalanya sebuah simbol dapat memenuhi fungsi yang lebih bersifat privat dan individual, meskipun tidak mudah mengakui adanya nilai dalam sebuah simbol yang tidak mempunyai suatu acuan kepada pengalaman sosial yang lebih luas. Uang, rumah di kawasan tertentu, plat mobil bernomor rendah, gelar, tanda pangkat yang tersemat pada pakaian, model dan bahan pakaian, gaya rambut, tato, dan sebagainya dianggap sebagai keistimewaan sosial. Semua atribut itu digunakan untuk menunjukkan siapa manusia itu, bahwa manusia itu kaya, kuat, berkuasa dan sebagainya. ( Firth, dalam Dillistone 2001:103).
Tato dalam berbagai bentuk, berbagai kurun waktu, berbagai kondisi, dan berbagai tempat memiliki makna yang berbeda-beda. Ada kalanya tato merupakan sebuah seni religius yang hanya dimiliki oleh orang-orang dengan status tertentu, ada kalanya tato menjadi pelengkap berpakaian seseorang, dan lain-lain. Masyarakat bisa menerima tato sebagai fashion atau tato menjadi sesuatu yang tabu karena masalah religius tertentu. Tato sekarang dapat dikategorikan sebagai karya seni postmodern karena mampu menjadi entitas yang berdialektik. Mulai dari fungsi sakral menuju arah model ekspresi, pemberontakan, hingga seni kontemporer telah mendapat tempat di kalangan urban (Olong, 2006:292-293).
Dalam bahasa Indonesia, istilah tato merupakan adaptasi dari bahasa Tahiti ‘tattau’ yang berarti memberi torehan tanda atau simbol. Dalam bahasa Indonesia tato disebut dengan istilah “rajah”. Tato merupakan produk dari body decorating dengan menggambarkan sesuatu pada kulit tubuh menggunakan alat
(15)
tajam (berupa jarum, tulang, dan sebagainya), kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni.
Tato memiliki makna sebagai budaya tanding (counter culture) dan budaya pop (pop culture).Budaya tanding atau counter culture adalah budaya yang dikembangkan oleh generasi muda sebagai jalan perjuangan melawan pengawasan kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat, dan sebagainya). Perjuangan yang ditunjukkan antara lain dalam bentuk pakaian, sikap, bahasa, musik, hingga gaya. Dengan kata lain, tato secara ideal merupakan bentuk penantangan dan protes politis terhadap segala sesuatu yang berciri khas kemapanan. (Olong, 2006:27 dalam /javatattooclub).
Budaya tanding banyak menyebabkan perubahan sosial. Dalam suatu kejadian, beberapa perilaku budaya tanding yang tidak patut terjadi pada saat ini, akan berada di antara norma-norma kebudayaan masa mendatang (Horton, 1984:74, dalam kemudian dapat dilihat adalah terjadinya segregasi pandangan dan pemaknaan terhadap tato yang membawa kepermisivitasan. Komoditas tato akan mengakibatkan terjadinya gejala komersialisasi budaya populer yang mampu mengakibatkan matinya budaya tanding yang ada pada tato. Akibatnya, budaya tanding akan terjarah sendiri oleh pemaknaan baru. Komersialisasi inilah yang membawa tato sebagai sebuah budaya pop.
Budaya pop atau popular culture merupakan dialektika antara homogenisasi (penyeragaman) dan heterogenisasi (keragaman). Konsepsi keragaman (heterogenitas) dalam budaya pop juga diungkapkan bahwa terdapat dua
(16)
pembagian terpisah dalam budaya populer, yakni: Pertama budaya populer menawarkan keanekaragaman dan perbedaan ketika diinterpretasi ulang oleh masyarakat yang berbeda di lain tempat. Kedua budaya pop itu sendiri dipandang sebagai sekumpulan genre, teks, citra yang bermacam-macam dan bervariasi yang dapat dijumpai dalam berbagai media, sehingga budaya pop sulit dapat dipahami dalam kriteria homogenitas dan standardisasi baku (Strinati, 2003:44-45 dalam
Fenomena tato menjurus ke budaya pop karena mulai terikat oleh formula produksi yang telah diuji dan digunakan oleh berbagai kalangan. Misalnya, iklan celana jins dengan seorang model yang menggunakan tato, musikus terkenal yang menggunakan tindik. Dalam hal ini, tato maupun tindik merupakan unsur pendorong semaraknya budaya pop (Olong, 2006:21-22 dalam
Proses pengenalan seseorang pada tato bisa berasal dari berbagai macam sumber seperti : media baik cetak maupun elektronik dan dari teman yang kemudian menjadi acuan dalam memakai tato. Berbagai macam simbol tato yang banyak dipakai antara lain: simbol titik-titik/blok, simbol kepala singa, Dewa Krishna dan Trisula, tengkorak, tanda salib, simbol bunga serta motif treeball Ying Yang.
Makna yang muncul dari pemakaian tato sebagai akibat interaksinya antara lain : tato sebagai ungkapan perasaan, ekspresi seni, religi, dan sebagai identitas serta tato sebagai sebuah spirit. Berdasarkan konsep dan realitas di atas peneliti merasa tertarik untuk mengkaji interpretasi bentuk dan makna tanda
(17)
dalam simbol tato. Adapun judul penelitian ini adalah, “Interpretasi Tanda dalam Simbol Tato.”
1.1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari judul penelitian ini, penulis mengkaji makna simbolik tato pada tubuh pemakai tato. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah interpretasi bentuk tanda dalam simbol tato?
2. Bagaimanakah intrepretasi makna tanda dalam simbol tato bagi para pemakai tato?
1.1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini tato dikaji dalam bidang semiotika dengan menggambarkan bagaimana pemakai tato memaknai tato yang dipakai pada tubuhnya. Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan menempatkan penelitian lebih fokus, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Penelitian ini dikhususkan bagi pemakai tato yang berjenis kelamin pria dengan usia sekitar 35-45 tahun. Simbol tato yang menjadi objek penelitian dibatasi hanya pada beberapa gambar yaitu simbol elang, naga, salib, tengkorak dan bunga.
(18)
1.1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan interperetasi bentuk tanda dalam simbol tato.
2. Mendeskripsikan interpretasi makna tanda dalam simbol tato bagi pemakai tato.
1.1.4.2 Manfaat Penelitian
Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Menambah wawasan pembaca dalam memahami makna simbol tato bagi pemakai tato
2. Memberikan sumbangan pikiran dan memperkaya ilmu pengetahuan linguistik khususnya pada bidang antropolinguistik, dan
3. Menjadi bahan perbandingan kelak bagi peneliti-peneliti lain yang mengkaji makna tato tertentu dalam mengungkapkan suatu identitas budaya suatu etnis. Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat menjadi sumbangan pemikiran, bahan pertimbangan penentu langkah-langkah kebijakan pelestarian hasil budaya yang menjadi identitas karena identitas merupakan simbol dan lambang budaya bangsa.
(19)
BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep
2.1.1 Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicaraan yang tidak dapat menggunakan simbol-simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) maupun berurutan (interpretasi berurutan). Interpretasi hanya digunakan sebagai suatu metode jika dibutuhkan. Jika suatu objek (karya seni, ujaran, dll), cukup jelas maknanya, objek tersebut tidak akan mengundang suatu interpretasi. Istilah interpretasi sendiri dapat merujuk pada proses penafsiran yang sedang berlangsung atau hasilnya (Wikipedia bahasa Indonesia).
Suatu interpretasi dapat merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar maupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas (Wikipedia bahasa Indonesia).
2.1.2 Tanda
Tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia, dan bersama-sama manusia. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, untuk menghasilkan makna, dan
(20)
makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda (Littlejohn, dalam Sobur 2004:64).
2.1.3 Simbol
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan WJS Poerwadarminta disebutkan, simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Berbeda pula dengan tanda (sign), simbol merupakan kata atau sesuatu yang bisa dianalogikan sebagai kata yang telah terkait dengan :
1. Penafsiran pemakai
2. Kaidah pemakaian sesuai dengan jenis wacananya
3. Kreasi pemberian makna sesuai dengan intensi pemakainya.
Simbol yang ada dalam dan berkaitan dengan ketiga butir tanda tersebut berbentuk simbolik (Peirce dalam Sobur, 2004:52). Simbol atau lambang merupakan salah satu kategori tanda (sign). Dalam wawasan Peirce, tanda (sign) terdiri atas ikon (icon), indeks (index), dan simbol (symbol). Hubungan butir-butir tersebut oleh Peirce digambarkan sebagai berikut :
Icons
Signs Index (indices) Symbols
(21)
2.1.4 Tato
Ensiklopedia Indonesia (1984:241) menjelaskan bahwa tato merupakan lukisan permanen pada kulit tubuh. Tato merupakan produk dari body decorating dengan menggambarkan kulit tubuh dengan alat tajam berupa jarum, tulang dan sebagainya kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna- warni.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakandi Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari Yunani, semion yang berarti “tanda” atau sign dalam bahasa Inggris adalah ilmu yang mempelajari sistim tanda seperti, bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum semiotik, didefinisikan sebagai teori falsafah umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistim kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olvactori (semua tanda-tanda atau sinyal yang bisa diakses atau diterima oleh seluruh indra yang kita miliki) ketika tanda-tanda terbentuk, sistim kode yang secara sistematis akan menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure melalui dikotomi sistim tanda, signified dan signifier atau signified and
(22)
significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat assosiasi antara yang ditandai(signified) dengan yang menandai(signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna.” Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa, yaitu dari apa yang dikatakan atau yang didengar atau dari apa yang ditulis dan dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Barthes, dalam Sobur 2001:180). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa , karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda itu dapa-apat dapa-apat disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda. Petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik. Penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti kedua sisi dari sehelai kertas. Louis Hjelmslev, seorang penganut Saussuran, berpandangan bahwa sebuah tanda tidak hanya mengandung hubungan internal antara aspek material (penanda) dan konsep mental (petanda), namun juga mengandung hubungan antara dirinya dengan sebuah sistim yang lebih luas di luar dirinya. Bagi Hjelmslev, sebuah tanda lebih merupakan selfreflective dalam artian bahwa sebuah penanda dan sebuah petanda masing-masing harus secara berturut-turut menjadi kemampuan dari ekspresi dan persepsi. Sama seperti Louis Hjelmslev, Roland Barthes pun merupakan pengikut Saussurean yang berpandangan bahwa sebuah sistim tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
(23)
Definisi tanda Pierce adalah :
A sign, or representamen, is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. It addressed somebody, that is, creates in the mind of that person an equivalent sign which perhaps a more developed sign. That sign which it creates I call interpretant of the first sign. The sign stands for something, its objectit stands for that object not in all respects, but in reference to a sort of idea.
Suatu tanda atau representamen adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam kaitan atau kapasitas tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang yakni, menciptakan penafsiran dalam pikiran orang lain, suatu tanda lain yang setara atau suatu tanda atau suatu tanda yang lebih berkembang. Tanda yang tercipta itu disebut interpretant dari tanda yang pertama. Suatu tanda yang pertama mewakili suatu objek. Tanda yang pertama mewakili objeknya tidak dalam sembarang kaitan tetapi dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu.
Ada tiga komponen dalam tanda Peirce, yaitu: representament, interpretant, dan object. Karena itu definisi tanda Peirce dikenal sebagai triadic bersisi tiga. Berikut gambar segitiga tanda Peirce,
Interpretant
(24)
Sesuatu dapat disebut representament jika memenuhi dua syarat yaitu, • Bisa dipersepsi, baik dengan panca indera maupun dengan pikiran atau
perasaan
• Berfungsi sebagai tanda
Jadi representament bisa apa saja asalkan berfungsi sebagai tanda yang dapat mewakili sesuatu yang lain.
Object adalah komponen yang diwakili tanda, objek merupakan sesuatu yang lain. Komponen bisa berupa materi yang tertangkap pancaindra, bisa juga bersifat mental atau imajiner.
Interpretant artinya berupa istilah lain yang oleh Peirce disebut significance, signification, dan interpretation.
Charles Sanders Peirce mengembangkan filsafat pragmatis melalui kajian semiotik. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Konsekuensinya tanda selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce membuat hubungan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibagi menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Sedangkan legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.
Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu sintaksis semiotik, semantik semiotik dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistim yang sama, contoh teks dalam gambar wacana iklan merupakan dua sistim tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan
(25)
wacana iklan. Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotik. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan-hubungan tanda dalam iklan yang mendukung keutuhan wacana. Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda dan pemakai tanda.
Berdasarkan objek, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang berhubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab-akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan, misalnya asap sebagai tanda adanya api. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol.
Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbitrer, hubungan berdasarkan konvensi masyarakat. Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicentsign, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicentsign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek
(26)
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Kurniawan, dalam Sobur 2004:53).
Teori semiotika adalah teori yang relevan untuk penelitian ini. Semiotika berasal dari kata Yunani yaitu semion ‘tanda’. Haliday (dalam Sobur, 2004:16) mengatakan bahwa semiotika mulanya berasal dari konsep tanda yang berhubungan dalam ilmu bahasa Yunani Kuno. Lechte (2001:191) mengatakan bahwa semiotika adalah teori tentang tanda dan pertanda. Dalam perkembangan semiotika modern, sebelumnya telah ada dua ahli yang menjadi pelopor semiotika yaitu Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Peirce (1839-1914).
Saussure ( dalam Sobur, 2004:46) menyatakan dasar-dasar teori linguistik secara umum. Ia menganggap bahasa sebagai sistem tanda yang masing-masing
terdiri dari dua sisi yaitu significant (penanda atau sesuatu yang dapat dipersepsi sebagai tanda) dan signifier (petanda atau isi atau makna tanda itu).
Berbeda dengan Saussure, Peirce (dalam Sobur, 2004:46) memperkenalkan teori Ground Triadik yang mengemukakan tiga hubungan tanda dan tiga klasifikasi tanda. Adapun tiga hubungan tanda yang dimaksudkan adalah ground (dasar), representament (menghadirkan sesuatu atau mewakili sesuatu), dan interpretant (penerima, penafsir, dan pengguna tanda). Interpretasi tanda dalam simbol tato dapat dikaji dengan tiga hubungan tanda menurut teori Ground Triadic Peirce yaitu :
(27)
2. Representasi simbol tato yaitu makna yang terkandung dalam simbol tato. 3. Interpretasi tanda-tanda/simbolik tato yaitu penerima, penafsir atau pemakai tato itu sendiri.
Di samping teori semiotika, teori semantik juga merupakan salah satu teori yang digunakan dalam penelitian ini. Tidak ada semiotika tanpa semantik (Sobur, 2004:144). Semantik adalah bidang linguistik yang mempelajari antara tanda dengan yang ditandainya (Chaer, 1995:2). Kemudian, bila dilihat secara antropologis maka pemaknaan dan fungsi dari tato ini berkaitan dengan teori struktural fungsional. Secara struktural, penggunaan tato berpengaruh pada tingkat kelompok masyarakat tertentu.
Perubahan nilai terhadap tato sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Namun ada suatu masa ketika tato tersebut tidak lagi bersifat religius tetapi justru menyandang stigma yang negatif (David Chanay:2003).
2.3 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1198). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku primbon (KBBI, 2003:912).
(28)
M. Zainul Muttaqim, seorang alumnus Universitas Airlangga, dalam tesisnya yang berjudul, “Tato ; Studi Deskriptif Tentang Makna Tato bagi Pemakai dan Reaksi dari Pemakai Tato di kota Surabaya,” menyatakan bahwa pemakai tato memaknai tato yang dipakai pada tubuhnya. Makna yang muncul dari pemakai tato sebagai akibat interaksinya antara lain tato sebagai ungkapan perasaan, ekspresi seni, religi, dan sebagai identitas serta tato sebagai sebuah spirit.
Selain itu, Ady Rosa, seorang alumnus Universitas Negeri Padang, dalam tesis yang diberi judul “Eksistensi Tato Sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Tradisional Masyarakat Mentawai,” mempunyai tiga kajian masalah dalam mengkaji tato. Salah satunya yaitu, eksistensi tato tradisional Mentawai dikaji lewat bahasa rupa simbolik dan estetik. Lebih jauh motif tato tradisional Mentawai, memiliki tanda-tanda visual (sistem penandaan) yang dapat dikelompokkan sebagai, simbol, indeks, ikon, legisign, qualisign, dan sinsign.
Melalui makalahnya yang dibacakan pada Seminar Akhir RUKK II-nya yang berjudul “Analisis Semiotik: Fungsi dan Makna Tato serta Implikasinya pada Perilaku Masyarakat,” Ady Rosa juga mengungkapkan bagaimana tato itu merupakan salah satu bagian dari budaya bangsa Indonesia bahkan yang paling tua di dunia. Ady Rosa menjelaskan perbedaan goresan, makna serta norma adat yang mengikat dari setiap gambar tato yang dipercaya masing-masing daerah penganut seperti Mentawai, Dayak, dan Sumba.
Mengikuti M. Zainul Mutaqqim dan Ady Rosa, penulis tertarik untuk mengkaji tato. Adapun judul yang dipilih penulis dalam mengkaji tato yaitu, Interpretasi Tanda dalam Simbol Tato.
(29)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah letak atau tempat (KBBI, 2003:680). Yang menjadi lokasi penelitian penulis adalah Jalan Pandu, Sambu, Medan.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian terhadap interpretasi tanda dalam simbol tato terhitung 14 Juli s.d. 21 Juli 2010.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi sumber pengambilan sampel, suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (KBBI, 2003:889). Yang menjadi populasi penelitian ini adalah semua pemakai tato yang ada di terminal Sambu, Medan.
(30)
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sesuatu yang digunakan untuk sifat suatu kelompok yang lebih besar, bagian kecil yang mewakili kelompok atau yang lebih besar; percontoh. Penentuan sampel dilakukan dengan cara memilih beberapa gambar tato yang umum digunakan pemakai tato. Sampel terdiri dari sepuluh orang narasumber dan lima gambar tato.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2001:136). Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Dalam hal ini, Bogdan dan Taylor (dalam Maleong, 1983:3) mengatakan bahwa prosedur kualitatif menghasilkan penelitian yang mengungkapkan data kualitatif dengan pendekatan yang diarahkan pada latar dan individu secara holistic ‘utuh’ atau memandangnya sebagai suatu kesatuan. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dengan demikian, sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari lokasi penelitian melalui cara-cara di bawah ini:
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengenali dan menemukan beberapa data berkenaan dengan kondisi objektif yang ada di lokasi penelitian. Bersamaan dengan observasi diadakan pencatatan dan pemotretan.
(31)
2. Wawancara
Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara mendalam melalui narasumber yang memahami situasi dan kondisi objek penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara yang tidak terstruktur yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung dan sebagai instrumen adalah daftar pertanyaan. Kemudian dikembangkan dan diperdalam sesuai dengan data yang dibutuhkan. Informasi yang diperoleh selanjutnya dicatat dan direkam secara bersamaan.
Yang menjadi narasumber ditetapkan dengan persyaratan sebagai berikut : 1. Berjenis kelamin pria
2. Berusia 35-45 tahun (tidak pikun) 3. Sehat jasmani dan rohani
4. Memiliki gambar tato pada tubuh 5. Dapat berbahasa Indonesia
Data sekunder atau data tulis diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan bentuk dan makna tato. Selain itu data dari internet juga diakses untuk kepentingan penelitian ini.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Semua data yang telah terkumpul dianalisis untuk menyelesaikan permasalahan penelitian yang telah ditentukan. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode simak dan cakap, yang dilakukan selama proses
(32)
pengumpulan data, yaitu menyimak, mempelajari, dan memeriksa data yang telah terkumpul tersebut. Selanjutnya, data yang telah dianalisis disajikan berupa uraian kata-kata secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi.
(33)
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Interpretasi Tanda dalam Simbol Tato
4.1.1 Interpretasi Bentuk Tanda dalam Simbol Tato
• Interpretasi Tato Berbentuk Elang
Gambar 4.1
Tato dengan bentuk elang yang sedang terbang
Tato berbentuk elang yang sedang terbang seperti di atas melambangkan kebebasan, keberanian dan keindahan.
(34)
• Interpretasi Tato Berbentuk Naga
Gambar 4.2 Tato naga tanpa sayap
Tato berbentuk naga tanpa sayap melambangkan keberanian dan kekuatan.
Gambar 4.3
Tato naga menggunakan sayap
Tato berbentuk naga yang menggunakan sayap melambangkan keinginan (cita-cita) dan kepintaran ( biasanya untuk Japanese Dragon).
(35)
• Interpretasi Tato Berbentuk Salib
Gambar 4.4
Tato salib dengan hiasan mahkota
Tato salib dengan hiasan mahkota melambangkan cinta kasih dan pengorbanan dalam agama Kristiani yang diberikan oleh Sang Raja (Yesus) kepada umat manusia.
Gambar 4.5 Tato salib biasa
(36)
Tato bentuk salib seperti di atas juga melambangkan cinta kasih dan pengorbanan dalam agama Kristiani.
• Interpretasi Tato Berbentuk Tengkorak
Gambar 4.6
Tato tengkorak dihiasi ular
Tato dengan bentuk tengkorak dihiasi ular melambangkan sesuatu yang kelam atau gelap. Ular melambangkan iblis atau kejahatan yang berkaitan erat dengan tengkorak atau kematian.
Gambar 4.7
(37)
Sama halnya seperti tato tengkorak yang dihiasi ular, tato tengkorak bertulang leher juga melambangkan kematian dan ketakutan akan kematian itu sendiri.
• Interpretasi Tato Berbentuk Bunga
Gambar 4.8
Tato dengan bentuk bunga yang memiliki daun
Tato dengan bentuk bunga yang memiliki daun melambangkan kebahagiaan atau baru terlahir kembali.
Gambar 4.9
(38)
Tato dengan bentuk bunga tanpa daun melambangkan kekuatan dan ketegaran. Bentuk bunga ini juga menggambarkan penunjukan kasih sayang kepada seorang ibu.
Simbol adalah gambar, bentuk atau benda yang mewakili sesuatu berupa gagasan, benda ataupun jumlah sesuatu. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan, kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tidak hanya berupa benda kasat mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol juga dijadikan sebagai salah satu infrastruktur bahasa, yang dikenal dengan bahasa simbol.
Walaupun dulu tato dianggap sebagai sesuatu yang negatif atau tabu, sekarang ini tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Tato tahi lalat , tato untuk memerahkan bibir, tato alis sampai tato gambar yang memindahkan kanvas lukis ke seluruh tubuh. Bahkan para peminatnya kini bukan hanya pada kalangan biasa atau orang iseng yang ingin gagah-gagahan saja. Para kalangan atas seperti para artis juga sudah banyak yang menggunakan tato sebagai aksesoris. Hal ini menunjukkan bahwa tato dewasa ini sudah menjadi trend yang dianggap wajar dalam masyarakat. Selain dijadikan sebagai wahana ekspresi, untuk seni tatonya, banyak para seniman tato yang eksis dengan hasil karyanya. Menurut Kent-kent, seniman tato kota Bandung, tato mengenal berbagai macam aliran. Berdasarkan bentuk tato, tato diklasifikasikan menjadi lima bagian yaitu,
(39)
1. Natural, berbagai macam gambar tato berupa pemandangan alam atau bentuk wajah.
2. Treeball, merupakan serangkaian gambar yang dibuat menggunakan blok
warna, tato ini banyak digunakan suku Maori sebagai kebudayaan tradisional.
3. Outschool, tato yang dibuat berupa gambar-gambar zaman dahulu seperti , perahu, jangkar, atau symbol love yang tertusuk panah.
4. Newschool, berupa gambar yang cenderung mengarah ke bentuk grafiti
atau anime.
5. Biomekanik, berupa gambar aneh yang merupakan imajinasi dari teknologi seperti gambar, robot, mesin, dan lain-lain. (Olong, 2006:21-22 dalam
Nuansa tato yang kini beraneka ragam semakin menambah maraknya dunia tato dan penggemarnya yang secara tidak langsung akan membuat image masyarakat tentang tato menjadi lebih baik, tidak dipandang sebagai sesuatu yang tabu lagi. Ini sebagai gambaran kondisi keadaan zaman yang melahirkan konstruksi yang berbeda dari zaman ke zaman. Dulu tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk, sekarang tato dianggap sesuatu yang modern. Tato juga dapat dianggap sebagai penunjukan status kelas sosial (Robi Subardi, 2003:25).
Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang bernama modern dan perkotaan. Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional, bahkan dapat dikatakan kuno. Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa diantaranya adalah tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar,
(40)
tatuaje, tatoos, tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tatos dan tatu. Barthes (dalam Susilo, 2006:24) mengatakan bahwa, pada dasarnya semua anggota kebudayaan menggunakan bahasa yang sama, yakni tentang citra bunyi-bunyi yang berkembang menjadi tulisan yang berbentuk huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat, sekumpulan kalimat-kalimat, teks gambar, dan simbol sebagai ekspresi atau ungkapan berupa benda hidup atau benda mati.
Tato merupakan karya seni yang bermuatan simbol. Simbol secara terminologi memiliki pengertian bahasa rupa yang diwujudkan dalam bentuk materi gambar yang notabene telah disepakati secara bersama. Kesepakatan dan kemampuan manusia dalam memaknai simbol (khususnya simbolitas dalam tubuh tato ) merupakan modal awal yang terpenting. Pemaknaan terhadap simbol merupakan bagian integral dan interaksi dari berbagai pola pikiran dan tindakan komunikasi yang kemudian dijadikan kesepakatan.
Pada dasarnya, setiap individu adalah unik, karena masing-masing mempunyai pengalaman masa lalu yang menjadi pegangan dan ingatan yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada bagian luar yang tampak adalah keseragaman, meski jika dikaji lebih lanjut perbedaan pada setiap individu akan semakin tampak. Hal ini tercermin pada tato di mana rata-rata terdapat keseragaman gaya, desain dari yang sederhana dan umum seperti gambar naga, tengkorak, salib, elang dan bunga. Jika ditilik lebih jauh maka akan terdapat nuansa perbedaan, mulai dari motivasi tato berdasar pengalaman masa lalu, prosesi tato, hingga kesukaan warna yang dipilih.
Berbagai pilihan desain dan penempatannya pada tubuh mengungkapkan ketertarikan, nilai yang dianut, hingga tingkah laku. Dapat pula dilihat bahwa tato
(41)
merupakan indikasi pilihan rasa. Penciptaan simbol merupakan bukti manusia mempunyai akal budi yang kemudian menciptakan kebudayaan.
Desain atau motif tato dapat dibedakan dalam beberapa ragam. Pertama, abstractions, berbentuk ragam simbol tato primitive. Kedua, naturalistic, yaitu gambar-gambar tato yang diambil dari sesuatu yang natural dan ditatokan ke tubuh secara mendetail hingga terkesan realis. Ketiga, pledge of dedication, gambar tato ini banyak ditemukan pada para pelaut di Eropa ataupun para tentara yang menyiratkan dedikasi mereka terhadap kesatuannya maupun terhadap negara. Keempat, simplication atau stylized, yakni desain tato yang disesuaikan dengan situasi kekinian seperti gambar kartun, komik tiga dimensi, Kelima, complex structures atau combination, yakni struktur gambar yang rumit, tipikal gambar ini misalnya berupa motif pakaian tradisional yang kemudian ditranskipkan ke tubuh dalam bentuk tato.
Chris Miller mengungkapkan bahwa secara garis besar tato dibedakan ke dalam tiga karakteristik, yakni, flat tattoo, traditional tattoo dan fine line tattoo. Ciri dari flat tattoo berbentuk simbol tato sederhana yang didominasi warna hitam. Terkadang tato ini nyaris tanpa bentuk/detil yang rumit, dan hanya berbentuk outline. Rata-rata tato berbentuk simpel dengan satu warna (monokromatik) digunakan oleh kaum tradisional sebagai medium mempertinggi status sosial di lingkungannya, seperti di Maori. Desain flat tatoo ini juga bertujuan meningkatkan penampilan dan melindungi diri dari bahaya. Sementara, tribal tato terdiri dari dua bentuk, yakni geometrik yang berbentuk desain lingkaran, setengah lingkaran, segi tiga, atau perpaduan dari seluruh desain tersebut; dan organik, desain tato ini cenderung lebih natural karena mengikuti
(42)
bentuk tubuh/organ manusia. Kelemahan dari tato ini jika dilihat sekilas tampak seperti gumpalan noda hitam yang menempel pada kulit, berbentuk abstrak.
Desain traditional tatoo ini diambil dari berbagai kebudayaan masyarakat suku bangsa yang ada di seluruh dunia. Tipikal tato ini terletak pada desain dan cara pengerjaan yang sederhana. Desainnya berbentuk warna hitam yang tebal. Bagan tato diberi warna yang sangat mencolok, sedangkan tema yang diambil tidak jauh dari lingkungan, di mana subjek tato tinggal dan menetap, misalnya pada Suku Dayak, menyukai tato burung dan beberapa bagian pohon sebagai tanda pendukung kehidupan mereka. Bentuk yang lainnya seperti kupu-kupu, burung elang, panter, salib, dan jantung. Karena mempunyai desain yang cukup jelas dan tegas maka bentuk tato ini akan mudah dilihat dari jarak jauh tanpa harus mengamati secara mendetail.
Tipikal bentuk fine line tatoo dikerjakan secara sangat artistik dan penuh kerumitan. bagan dipertipis karena setiap sisi garis terdapat banyak fokus, sehingga dibutuhkan desain yang detail dan bentukan yang lebih seksama. Oleh karena itu, dibutuhkan perlengkapan seperangkat jarum berbagai ukuran agar dapat menjangkau kompleksitas bagan, meliputi mempolakan sesuatu yang rumit, proses mewarna, melunakkan, hingga menghaluskan. Ragam desain tato bersifat multiinterpretasi karena tato merupakan sesuatu yang sangat simbolik, apalagi jika suatu desain tercipta dengan latar inspirasi maknawi dari nuansa tradisional hingga nuansa sekuler. Motif tato yang umum ditemukan di kota Medan, khususnya di daerah Sambu adalah gambar berbentuk elang, salib, tengkorak, naga dan bunga.
(43)
4.1.1.1 Interpretasi Bentuk Elang bagi Pemakai Simbol Tato Elang
Tato berbentuk elang merupakan salah satu jenis tato yang sudah umum dipakai penggemar tato. Ada tato elang yang dibuat dari ujung paruh hingga ekor, namun ada pula yang hanya menggunakan kepala elang tanpa bagian tubuh lainnya. Tato elang biasanya digambar pada bagian tubuh di sekitar pundak atau bahu. Interpretasi bentuk elang diartikan dengan kekuatan dan kebebasan, bahwa pemakai tato ini umumnya menjunjung tinggi kebebasan dalam hal apapun tanpa perlu khawatir dengan segala resiko yang harus dihadapi.
Gambar 4.10 Tato elang
(44)
Gambar 4.11
Salah satu jenis tato elang
4.1.1.2 Interpretasi Bentuk Salib bagi Pemakai Simbol Tato Salib
Tato dengan bentuk salib memiliki motif atau desain yang berbeda-beda. Ukuran tato salib juga bervariasi, mulai dari ukuran kecil, sedang, hingga ukuran besar. Tato ini biasanya dibuat pada bagian tubuh sekitar bagian atas lengan, dada, pada bagian belakang leher, bagian belakang punggung, belakang telinga, telapak tangan, dan lain-lain. Warna yang dipakai dalam membuat tato salib hanya warna dasar, hitam dan putih. Pemakai tato ini menghasilkan interpretasi bahwa tato salib merupakan simbol dari agama Kristen yang menggambarkan pengorbanan dan cinta kasih. Pemakaian tato ini bertujuan untuk selalu ingat akan agama. Hal ini sangat kontras dengan agama yang justru melarang penggunaan tato.
(45)
Gambar 4.12
Salah satu jenis tato salib
4.1.1.3 Interpretasi Bentuk Tengkorak bagi Pemakai Simbol Tato Tengkorak
Tato tengkorak diinterpretasikan dengan kematian atau kegelapan. Tato tengkorak selalu dikaitkan dengan pandangan negatif dan berbahaya.
Gambar 4.13
(46)
4.1.1.4 Interpretasi Bentuk Naga bagi Pemakai Simbol Tato Naga Interpretasi dari tato berbentuk naga ada dua pengertian, untuk naga Amerika (American dragon), melambangkan kekuatan, sementara naga Jepang (Japanese dragon), melambangkan keinginan (cita-cita) dan kepintaran. Biasanya untuk tato Jepang dikombinasikan dengan gambar harimau untuk memvisualkan keinginan dan keindahan.
Gambar 4.14 Jenis tato naga
4.1.1.5 Interpretasi Bentuk Bunga bagi Pemakai Simbol Tato Bunga
Tato berbentuk bunga biasanya dibuat pada bagian tubuh sekitar dada dan belakang bahu. Tato bunga hamper selalu menggunakan pigmen berwarna-warni, seperti merah, hijau,kuning, dan lain-lain. Interpretasi bunga secara keseluruhan adalah kecantikan dan keindahan yang abadi, namun bunga mawar memiliki arti
(47)
kesuburan dan cinta. Tato bunga juga dianggap kaum adam sebagai symbol untuk menggambarkan wanita.
Gambar 4.15 Jenis tato bunga
4.2 Interpretasi Makna Tanda dalam Simbol Tato
Kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit. Perwujudan tato adalah sebagai karya seni yang memiliki makna dan tujuan tertentu dalam pembuatannya baik bagi para pemakai tato maupun yang membuat tato. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penafsiran yang beragam dan berbeda-beda terhadap keberadaan tato di masyarakat. Tato dalam wujud visualnya mempunyai makna tersendiri bila dikaji dari bentuk, dan memiliki
(48)
makna simbolis sesuai dengan bentuknya. Keberadaan tato merupakan ungkapan imajinasi yang muncul dari ide-ide dari segi bentuk yang merupakan simbol tersirat imajinasi.
Cooley (dalam Triguna, 2000:40) yang mengatakan bahwa imajinasi yang dimiliki manusia merupakan fakta masyarakat yang solid dan berfungsi sebagai suatu warisan realitas dunia subjektif. Makna dapat pula diartikan dari hasil interaksi antara satu individu dengan individu lain, sehingga memberikan suatu arti dalam bentuk simbol tertentu sebagai suatu kesepakatan bersama.
Blumer sebagai pengamat teori interaksi modern dalam karyanya Man and Society, meletakkan landasan teori interaksionalisme simbolik sebagai interaksi khas antarmanusia sebab dalam skala kecil hubungan antarpersonal terjadi melalui proses saling menerjemahkan, mengevaluasi dan mendefinisikan makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain. Penggunaan simbol, interpretasi, dan pemahaman maksud tindakan merupakan unsur penting yang harus diperhatikan. Inti dari Blumer, penafsiran bertindak berdasarkan simbol-simbol, sedangkan makna yang dikemukakan Weber, pentingnya arti subjektif melalui proses penafsiran dan pemahaman, jelas menempatkan dirinya sebagai pemerhati makna dan berbagai nilai serta gagasan yang ada di balik benda atau tindakan sosial. (Triguna, 2000:43:45).
4.2.1 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Sekuler
Makna sekuler adalah makna yang dimiliki oleh gambar tato yang sebelumnya memiliki makna religius dalam perkembangannya gambar tato memiliki beberapa makna sehingga dipandang sebagai makna dekorasi. Tukang
(49)
tato mempunyai pandangan yang sedikit berbeda yaitu mereka mempunyai pandangan ekonomis terhadap tato. Gambar tato dapat pula diberikan makna secara denotatif, denotatif adalah berkaitan dengan denotasi, denotasi adalah 1) arti harfiah, 2) indikasi, 3) lambang, tanda. Sedangkan denotatif adalah makna denotasi (Peter dan Yuni, 1991:338). Makna yang memberi arti atau makna dari gambar tato, secara langsung mampu diterjemahkan sesuai bentuk visual yang diinginkan, perwujudannya adalah sebagai pemenuhan secara langsung kebutuhan dan tujuan dari bentuk tato.
4.2.2 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Estetis
Estetis atau keindahan adalah tujuan utama yang ingin dicapai dalam penampilan gambar, penilaian diberikan atas bentuk visual secara langsung memberikan arti keindahan dan mempunyai makna hiasan atau dekorasi dalam bentuk lukisan tanpa menginginkan pencarian tujuan tertentu. Susilo (2006:138) mengatakan bahwa makna estetis ditunjukkan dengan pergeseran esensi kehidupan dalam rangka pengakuan identitasnya sendiri dan penguatan status identitas.
Dalam kajian atau pemberian arti atau makna, arti atau pesan diberikan terutama dari segi estetis, seperti bentuk-bentuk rajahan, aksara suci, serta bentuk yang lain menyimbolkan makna keindahan bentuk. Tujuan pembentukan gambar tato mencari makna yang ada dalam gambar itu sendiri berdasarkan arti yang diberikan oleh pemakai atau tukang tato, seperti bentuk bunga, dimana bentuk ini hanya dapat diberikan pemaknaan indah dalam arti keindahan bentuk.
(50)
4.2.3 Makna Simbol Tato Sebagai Ekspresi Diri
Ekspresi merupakan visual dari bentuk emosional dari perwujudan tato sehingga didapatkan gambar yang menjadi tujuan pemakai. Pengungkapan bentuk ini umumnya berdasarkan curahan perasaan si pencipta rasa keindahan yang dimilikinya muncul sehingga mampu mewujudkannya kedalam bentuk tato. Karya ini umumnya tanpa diperhitungkan terlebih dahulu karena munculnya ide secara tiba-tiba. Tato dapat diartikan sebagai makna ekpresi berdasarkan curahan dari perasaan pemakai tato. Curahan atau ekspresi perasaan pemakai yang muncul secara tiba-tiba yang mampu diterjemahkan dalam bentuk gambar, bisa saja memberikan makna yang lain sesuai sudut pandang yang dipergunakan pemakai tato tersebut.
4.2.4 Makna Simbol Tato Sebagai Filosofis
Makna ini muncul berdasarkan pandangan atau sejarah yang pernah dilalui atau dilakonkan oleh pemakai tato sehingga memunculkan filosofi tertentu sehingga muncul pandangan terhadap subjek tato (Triguna, 2000:13). Dalam hal ini pemakai tato senantiasa membandingkan keadaan yang dialami dengan bentuk tato sebagai filosofi hidupnya.
(51)
4.2.5 Makna Simbol Tato Sebagai Makna Konotasi
Konotasi mempunyai arti atau pengertian tambahan (Peter dan Yuni, 1991:764). Pemberian arti atau makna gambar ini berdasarkan pandangan orang atau komunitas tertentu terhadap sesuatu, dalam hal ini terhadap gambar tato, baik pandangan ke arah positif maupun negatif. Pandangan ini muncul baik dari bentuk tato, penempatan tato pada tubuh serta banyaknya tato yang ada dalam tubuh. Tato bisa dikonotasikan orang sakti, orang jahat, orang sinting, dan orang seni. Perlakuan ini berlaku pada orang yang memiliki gambar tato pada tubuhnya, yang penilaian ini dimunculkan oleh komunitas lain. Tato sendiri mempunyai makna konotasi yang berbeda seperti gambar yang dianggap sakral, gambar yang sarat makna indah, dan ada pula gambar yang dikonotasikan sebagai sesuatu yang diberi makna berbahaya atau makna jahat.
(52)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan
Kata “tato” berasal dari bahasa Tahiti, yakni “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh diberi tanda dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit. Tato yang umum digunakan pemakai tato adalah tato berbentuk elang, salib, tengkorak, naga, dan bunga.
Adapun interpretasi dari bentuk tato tersebut yaitu, bentuk elang diartikan dengan kekuatan dan kebebasan. Tato salib menghasilkan interpretasi bahwa tato salib merupakan simbol dari agama Kristen yang menggambarkan pengorbanan dan cinta kasih. Pemakaian tato ini bertujuan untuk selalu ingat akan agama. Hal ini sangat kontras dengan agama yang justru melarang penggunaan tato. Tato tengkorak diinterpretasikan dengan kematian atau kegelapan. Tato tengkorak selalu dikaitkan dengan pandangan negatif dan berbahaya.
Interpretasi dari tato berbentuk naga ada dua pengertian, untuk naga Amerika (American dragon), melambangkan kekuatan, sementara naga Jepang (Japanese dragon), melambangkan keinginan (cita-cita) dan kepintaran. Interpretasi bunga secara keseluruhan adalah kecantikan dan keindahan yang abadi. Tato bunga juga dianggap kaum adam sebagai simbol untuk menggambarkan wanita. Interpretasi makna tato meliputi, makna sekuler, makna estetis, sebagai ekspresi diri, sebagai filosofis, sebagai makna konotasi.
(53)
1.2Saran
Masyarakat mana pun di dunia pasti memiliki kebudayaan sebagai upaya memaknai kehidupannya. Raymond William menyebutkan budaya sebagai satu dari dua atau tiga kata yang paling rumit dalam bahasa Inggris. Untuk itu William menawarkan tiga definisi yang sangat luas.
Pertama, budaya dapat digunakan untuk mengacu pada suatu proses umum perkembangan intelektual, spiritual dan estetis. Misalnya, masyarakat bisa berbicara tentang perkembangan budaya Indonesia dengan merujuk pada faktor-faktor intelektual, spiritual, estetis para filsuf agung, seniman, dan penyair-penyair besar. Ini rumusan budaya yang paling mudah dipahami.
Kedua, budaya bisa berarti pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Jika kita membahas perkembangan Indonesia dengan menggunakan definisi ini, berarti kita tidak melulu memikirkan faktor intelektual dan upacara ritus religiusnya saja, tetapi juga perkembangan sastra, hiburan, olah raga, dan estetisnya.
Ketiga, William menyatakan bahwa budaya pun bisa merujuk pada karya dan praktik-praktik intelektual, terutama aktivitas artistik. Dengan kata lain, teks-teks dan praktik-praktik itu diandaikan memiliki fungsi utama untuk menunjukkan, menandakan (to signify), memproduksi, atau kadang menjadi peristiwa yang menciptakan makna tertentu. Budaya dalam definisi ketiga ini sinonim dengan apa yang disebut kaum strukturalis dan poststrukturalis sebagai praktik-praktik penandaan (sigsifying practices). Dengan menggunakan definisi ini, bisa dipikirkan untuk lebih memperhatikan dan memahami beberapa contoh budaya populer seperti puisi, novel, opera, lukisan, dan terpenting adalah tato.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,Hasan,dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna.Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Berger,A. Asa. 2000. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Penerjemah M. Dwi Marianto dan Sunarto. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Cassirer, Erns. 1987. Manusia dan Kebudayaan:Sebuah Esei Tentang Manusia. Penerjemah Alois A. Nugroho. Jakarta: Rineka Cipta
Dillistone, F.W. 2001. The Power of Symbols. Penerjemah A. Widyamartaya. Yogyakarta: Kanisius.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1998. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Kridalaksana, Harimurti. 2001.Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Maleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Strinati, Dominic. 2003. Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Yokyakarta: Bintang Budaya.
(55)
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Susilo, Hariadi. 2006. “T-Shirt Sebagai Representasi Gaya Hidup Remaja Kota Medan:Perspektif Kajian Budaya.”Tesis. Denpasar: Universitas Udayana. Triguna, Yudha Ida Bagus Gede. 2000. Teori tentang Simbol. Widya Darma.
Zoest, Aart Van.1993. Semiotika. Penerjemah: Ani Asokawati.Jakarta: Sumber Agung
(56)
Sumber internet :
Ady Rosa, 1994. Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Masyarakat Mentawai, Studi Kasus. Tato Tradisional Pulau Siberut Program Magister Seni Rupa dan Desain. Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Berman, Laine.-.Style and Lifestyle through Indonesian Tattoos:
Bezant, Holly.-.The Politics of Body Art:
Fullard-Leo, Betty.-. Body Art: http.//www.Sedona.net/fdetat2/history.html
Hanwerk, Brian. 2002. Tattoos – From Taboo to Mainstream:
Juliastuti, Nuraini.-. Tatto : Antara Politik dan Keindahan Tubuh:
Salim dan Yuni Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
Subardi, Robi.-. Spesial Tatoo
William, Raymond
Tato yang Lagi Ngetrend: http://www.satulelaki.com/peristiwa/0,736,00.html
Wikipedia Bahasa Indonesia
(57)
Lampiran
Daftar Pertanyaan
1. Apakah bentuk tato yang Bapak pakai saat ini ?
2. Mengapa Bapak memilih bentuk naga (pada pemakai tato naga) sebagai simbol tato ?
3. Mengapa Bapak memilih bentuk salib (pada pemakai tato salib) sebagai simbol tato ?
4. Mengapa Bapak memilih bentuk tengkorak (pada pemakai tato tengkorak) sebagai simbol tato ?
5. Mengapa Bapak memilih bentuk bunga (pada pemakai tato bunga) sebagai simbol tato ?
6. Mengapa Bapak memilih bentuk elang (pada pemakai tato elang) sebagai simbol tato ?
7. Apakah makna tato naga (pada pemakai tato naga) yang Bapak pakai ? 8. Apakah makna tato salib (pada pemakai tato salib) yang Bapak pakai ? 9. Apakah makna tato tengkorak (pada pemakai tato tengkorak) yang Bapak
pakai ?
10.Apakah makna tato bunga (pada pemakai tato bunga) yang Bapak pakai ? 11.Apakah makna tato elang (pada pemakai tato elang) yang Bapak pakai
(58)
Lampiran Data narasumber
1. Nama : B. Samosir Usia : 38 tahun
Alamat : Jl. Kenari, P. Mandala Suku : Batak Toba
2. Nama : Ucok Nainggolan Usia : 38 tahun
Alamat : Jl. Pelajar Teladan Suku : Batak Toba
3. Nama : Rian Dermawan Usia : 40 tahun
Alamat : Jl. Thamrin Suku : Tionghoa 4. Nama : Idris
Usia : 42 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Minang
5. Nama : Runggu Pardede Usia : 40 tahun
Alamat : Jl. Denai Gg. Langgar Suku : Batak Toba
(59)
Usia : 45 tahun
Alamat : Gg. Kasih, Simpang Limun Suku : Batak Toba
7. Nama : Yunus Gulo Usia : 43 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Nias
8. Nama : Poniran Usia : 35 tahun
Alamat : Jl.Air Bersih, Teladan Suku : Jawa
9. Nama : Berlin Nasution Usia : 35 tahun
Alamat : Jl. Gatot Subroto Suku : Mandailing 10.Nama : Halomoan Siregar
Usia : 37 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Batak Toba
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,Hasan,dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Aminuddin. 2001. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna.Bandung:Sinar Baru Algesindo.
Berger,A. Asa. 2000. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Penerjemah M. Dwi Marianto dan Sunarto. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Cassirer, Erns. 1987. Manusia dan Kebudayaan:Sebuah Esei Tentang Manusia. Penerjemah Alois A. Nugroho. Jakarta: Rineka Cipta
Dillistone, F.W. 2001. The Power of Symbols. Penerjemah A. Widyamartaya. Yogyakarta: Kanisius.
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1998. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Herusatoto, Budiono. 2000. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Kridalaksana, Harimurti. 2001.Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Maleong, L. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Olong, Hatib Abdul Kadir. 2006. Tato. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.
Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
(2)
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Susilo, Hariadi. 2006. “T-Shirt Sebagai Representasi Gaya Hidup Remaja Kota
Medan:Perspektif Kajian Budaya.”Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.
Triguna, Yudha Ida Bagus Gede. 2000. Teori tentang Simbol. Widya Darma. Zoest, Aart Van.1993. Semiotika. Penerjemah: Ani Asokawati.Jakarta: Sumber
(3)
Sumber internet :
Ady Rosa, 1994. Eksistensi Tato sebagai Salah Satu Karya Seni Rupa Masyarakat Mentawai, Studi Kasus. Tato Tradisional Pulau Siberut Program Magister Seni Rupa dan Desain. Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Berman, Laine.-.Style and Lifestyle through Indonesian Tattoos:
Bezant, Holly.-.The Politics of Body Art:
Fullard-Leo, Betty.-. Body Art: http.//www.Sedona.net/fdetat2/history.html
Hanwerk, Brian. 2002. Tattoos – From Taboo to Mainstream:
Juliastuti, Nuraini.-. Tatto : Antara Politik dan Keindahan Tubuh:
Salim dan Yuni Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
Subardi, Robi.-. Spesial Tatoo
William, Raymond
Tato yang Lagi Ngetrend: http://www.satulelaki.com/peristiwa/0,736,00.html
Wikipedia Bahasa Indonesia
(4)
Lampiran
Daftar Pertanyaan
1. Apakah bentuk tato yang Bapak pakai saat ini ?
2. Mengapa Bapak memilih bentuk naga (pada pemakai tato naga) sebagai simbol tato ?
3. Mengapa Bapak memilih bentuk salib (pada pemakai tato salib) sebagai simbol tato ?
4. Mengapa Bapak memilih bentuk tengkorak (pada pemakai tato tengkorak) sebagai simbol tato ?
5. Mengapa Bapak memilih bentuk bunga (pada pemakai tato bunga) sebagai simbol tato ?
6. Mengapa Bapak memilih bentuk elang (pada pemakai tato elang) sebagai simbol tato ?
7. Apakah makna tato naga (pada pemakai tato naga) yang Bapak pakai ? 8. Apakah makna tato salib (pada pemakai tato salib) yang Bapak pakai ? 9. Apakah makna tato tengkorak (pada pemakai tato tengkorak) yang Bapak
pakai ?
10. Apakah makna tato bunga (pada pemakai tato bunga) yang Bapak pakai ? 11. Apakah makna tato elang (pada pemakai tato elang) yang Bapak pakai
(5)
Lampiran Data narasumber
1. Nama : B. Samosir
Usia : 38 tahun
Alamat : Jl. Kenari, P. Mandala Suku : Batak Toba
2. Nama : Ucok Nainggolan
Usia : 38 tahun
Alamat : Jl. Pelajar Teladan Suku : Batak Toba
3. Nama : Rian Dermawan
Usia : 40 tahun Alamat : Jl. Thamrin Suku : Tionghoa 4. Nama : Idris
Usia : 42 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Minang
5. Nama : Runggu Pardede
(6)
Usia : 45 tahun
Alamat : Gg. Kasih, Simpang Limun Suku : Batak Toba
7. Nama : Yunus Gulo
Usia : 43 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Nias
8. Nama : Poniran
Usia : 35 tahun
Alamat : Jl.Air Bersih, Teladan Suku : Jawa
9. Nama : Berlin Nasution
Usia : 35 tahun
Alamat : Jl. Gatot Subroto Suku : Mandailing 10. Nama : Halomoan Siregar
Usia : 37 tahun
Alamat : Jl. Sutomo, Sambu Suku : Batak Toba