Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai merah (Capsicum Annum l.) Terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan

RESPONS KETAHANAN LIMA VARIETAS CABAI MERAH (Capsicum annum L.) TERHADAP BERBAGAI KONSENTRASI GARAM NaCl MELALUI UJI PERKECAMBAHAN
HASIL PENELITIAN OLEH :
DIDIK TRIADI 050301016
BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

RESPONS KETAHANAN LIMA VARIETAS CABAI MERAH (Capsicum annum L.) TERHADAP BERBAGAI KONSENTRASI GARAM NaCl MELALUI UJI PERKECAMBAHAN

HASIL PENELITIAN

OLEH :
DIDIK TRIADI 050301016
BDP-AGRONOMI

Hasil penelitian sebagai salah satu syarat untuk dapat Menyusun skripsi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing


Anggota Komisi Pembimbing

(Prof. DR. Titi Chairunnisa, B., M. Sc) NIP : 1945 0815 1986 011 002

(Ir. Sanggam Silitonga) NIP : 1960 0906 1986 011001

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik.
Adapun judul dari penelitian ini adalah ” Respons Ketahanan Lima Varietas Cabai Merah (Capsicum annum L.) terhadap Berbagai Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti melakukan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairunnisa, B., M.Sc selaku ketua komisi pembimbing, Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku anggota komisi pembimbing, dan Bapak Ir. Toga Simanungkalit, MP selaku yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2011
Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………….. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………. ii

PENDAHULUAN Latar Belakang…………………………………………………… Tujuan Penelitian………………………………………………... Hipotesis Penelitian……………………………………………… Kegunaan Percobaan……………………………………………..

1 3 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman………………………………………………….. 4 Syarat Tumbuh…………………………………………………… 6 Iklim……………………………………………………… 6 Tanah……………………………………………………... 7 Varietas Cabai Merah ………………………..…………………… 7 Salinitas Tanah…………………………………………………… 8 Perkecambahan…………………………………………………... 10

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………….. 13 Bahan dan Alat……………………………………………………. 13 Metode Penelitian..……………………………………………….. 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Media Tanam………………………………………….. 16 Aplikasi Larutan Media Tanam………………………………….. 16 Seleksi Benih……………………………………………………… 16 Penanaman……………………………………………………….. 16 Pemeliharaan……………………………………………………... 17 Pengamatan Parameter Laju Perkecambahan (hari)………………………………. 17 Persentase Kecambah Normal……………………………. 17 Persentase Kecambah Abnormal…………………………. 18 Persentase Benih Mati (%)….……………………………. 18 Bobot Segar Kecambah (g)……………………………….. 18 Tinggi Kecambah (g)……………………………………… 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………………………………………………………………. 19 Pembahasan………………………………………………………. 23

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan……………………………………………………….. 25 Saran……………………………………………………………… 25

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Capsicum sp.) adalah salah satu jenis sayuran yang berasal dari

benua Amerika. Penyebarannya segera meluas sejak Columbus menemukan

benua ini. Kini tak kurang benua Asia, Afrika, dan sebagian benua Eropa sudah

akrab mengenal sayuran penyedap rasa ini (Novary, 1997).

Produksi cabai tahun 2009 di provinsi Sumatera Utara sebesar154.799 ton,

meningkat sebesar 18.384 ton dibandingkan produksi tahun 2008. Peningkatan

tersebut disebabkan kenaikan luas panen sebesar 2.439 ha atau 15,32 % (BPS,

2011). Pada tahun 2007, produksi cabai di Sumatera Utara menurun sebesar 1 399


dibandingkan produksi tahun 2006 dikarenakan penurunan luas panen (Tabel 1).

Tabel 1. Luas panen, produktivitas, dan produksi cabai di Sumatera Utara tahun

2006-2009(BPS, 2011).

Uraian

Satuan

2006

2007

2008

2009

Luas panen


Ha

14.628

13.229

15.911

18.350

Produktivitas Kw/ha

80, 38

85, 30

85,74

84,36


Produksi

Ton 117.591 112.843 136.415 154.779

Selain berguna sebagai penyedap masakan, cabai juga mengandung zatzat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin- vitamin, dan mengandung senyawa- senyawa alkaloid seperti capcaisin, flavenoid, dan minyak esenseial (Prajnanta, 1999).

Perkembangan pertanian saat ini dibatasi oleh berkurangnya lahan yang baik karena didesak oleh perkembangan bidang industri dan peningkatan pertambahan penduduk. Maka perluasan lahan mengacu pada pemanfaatan lahan

marginal seperti lahan pasang surut. Lahan pasang surut menghadapi masalah kegaraman atau salinitas.
Pemanfaatan lahan marginal, seperti lahan pasang surut, belum diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Areal pasang surut di Indonesia diperkirakan mencapai 20,19 juta ha, dengan 0,44 juta ha lahan salin yang merupakan salah satu lahan marginal yang dapat berpotensi menjadi lahan pertanian (Alihamsyah 2004 dalam Sudana 2005).
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan pertanian di lahan bergaram adalah penggunaan jenis tanaman atau varietas yang mempunyai daya tahan terhadap kegaraman. Cabai merupakan jenis tanaman yang akan terus di kembangkan, termasuk dalam menghadapi masalah lahan bergaram.
Pengaruh racun dari beberapa ion tertentu seperti sodium dan klorida, yang lazim terdapat dalam tanah bergaram, yang akan menghasilkan struktur enzim dan makromolekul lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis dan respirasi, akan menghambat sintesis protein dan mendorong kekurangan ion. Sebagai tambahan, tingginya konsentrasi garam akan menyebabkan penurunan permeabilitas akar terhadap air dan mengakibatkan penurunan laju masuknya air ke dalam tanaman (Marschner 1995 dalam Delvian 2005).
Garam NaCl akan menghambat perkecambahan benih dan menekan pertumbuhan dan produksi tanaman (Poljakoff-Mayber 1975 dalam Pramono dan Zen 1993).

Dasar berpikirnya adalah bahwa benih merupakan pembawa sifat menurun, termasuk sifat tahan kegaraman. Selain itu, perkecambahan adalah proses awal dari pertumbuhan suatu tanaman. Oleh karena itu, sifat kurang tahan atau tahannya tanaman terhadap kegaraman dapat dilihat sejak perkecambahan benih.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respons ketahanan enam varietas cabai merah (Capsicum annum L.) terhadap berbagai konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons ketahanan enam varietas cabai merah terhadap berbagai konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih.
Hipotesis Penelitian
Adanya Pengaruh varietas dan konsentrasi garam NaCl terhadap perkecambahan benih cabai merah. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Novary (1997), cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae


Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Tubiflorae (Solanales)

Familia

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Spesies

: Capsicum annum L.


Perakaran tanaman cabai merah merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekumder). Dari akar lateral keluar serabutserabut akar yang disebut dengan akar tersier. Panjang akar primer berkisar 35- 50 cm, akar lateral menyebar sekitar 35 – 45 cm (Prajnanta, 1999).
Batang utama cabai merah tegak lurus dan kokoh,tinggi sekitar 30 – 38 cm dan diameter batang sekitar 1,5 – 3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi umur 30 hari setelah tanam (hst). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai umur 10 hari setelah tanam. Namun tunas- tunas ini harus di hilangkan sampai batang utama menghasilkan bunga pertama tepat di antara cabang primer. Cabang primer inilah yang terus dipelihara dan tidak dirempel sehingga bentuk

percabangan dari batang utama ke cabang primer terbentuk huruf Y (Prajnanta, 1999).
Daun berbentuk sederhana, besarnya bervariasi, berbentuk bulat telur memanjang ujungnya meruncing, panjang 5 – 12 cm dan lebar 1 – 1,5 cm, tangkai daun 1 -2,5 (Pracaya,1994).
Bunga tumbuh tunggal atau kadang- kadang berkelompok pada setiap ruas. Pada saat anhesis, tangkai bunga umunya merunduk. Setiap bunga mempunyai helai daun bunga dan 5 -6 helai mahkota bunga yang berwarna putih susu atau kadang- kadang ungu. Bunga cabai mempunyai satu kepala putik (stigma), berbentuk bulat dengan benang sari yang berjumlah 6 buah (Prajnanta, 1999).
Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dan satu bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah. Bagian buah terdiri atas kulit buah berwarna hijau apabila masih dalam keadaan muda dan berwarna merah apabila sudah tua/masak, daging buah, dan biji. Permukaan buah rata dan licin, dan yang telah masak berwarna merah kilat. Panjang buah berkisar antara 9 -15 cm, diameter 1 – 1, 75 cm, dan berat bervariasi dari 7,5 – 15 g/buah. Panjang tangkai buah 3,5 – 4,5 cm berwarna hijau tua. Buah menggantung terletak di percabangan/sekitar ketiak daun (Nawangsih dkk, 2001)

Syarat Tumbuh
Iklim
Faktor iklim termasuk memegang peranan penting dalam budidaya cabai hibrida yaitu angin, curah hujan, cahaya matahari, kelembaban, suhu. Angin berperan penting sebagai perantara penyerbukan (Prajnanta, 1999).
Curah hujan pada waktu pertumbuhan tanaman sampai akhir pertumbuhan yang baik sekitar 600 -1250 mm/tahun. Bila curah hujan berlebihan dapat menimbulkan penyakit, kekurangan hujan dan tidak ada pengairan juga dapat membuat tanaman cabai menjadi kerdil. Kelembaban yang rendah dan temperatur yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi sehingga tanaman akan kekurangan air, akibatnya kuncup bunga dan buah yang masih kecil akan banyak yang rontok (Pracaya, 1994).
Cahaya matahari penting bagi tanaman untuk fotosintesis, pembentukan bunga, serta pembentukan buah dan pemasakan buah cabai. Lama penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10 -12 jam penyinaran sehari (Prajnanta, 1999)
Suhu untuk perkecambahan benih paling baik antara 250 C- 300 C, suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 240 C – 280 C. Pada suhu < 150 C dan > 320 C buah yang dihasilkan kurang baik. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna (Prajnanta, 1999).
Cabai memerlukan kelembaban relatif 80 % dan sirkulasi udara yang lancar untuk pertumbuhannya. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan

meningkatkan intensitas serangan bakteri Pseudomonas solanacearum penyebab layu akar (Prajnanta, 1999).
Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman cabai merah adalah tanah yang subur dan kaya bahan organik. Derajat keasaman tanahnya (pH tanah) antara 6,0 -7,0, pH optimum 6,5. Tanah harus bertekstur remah/gembur. Tanaman cabai merah dapat juga ditanam di tanah lempung, tanah agak liat, tanah merah, maupun tanah hitam (Setiadi, 1996).
Tanaman cabai merah baik pertumbuhannya jika ditanam pada lahan datar dengan lereng kurang dari 5 %, drainase baik, tekstur tanah lempung, lempung liat berpasir, debu, lempung berliat atau lempung berdebu (Widodo, 2002).

Varietas cabai merah Varietas adalah klasifikasi tumbuhan di bawah jenis yang menunjukkan
varian jenis dengan perbedaan warna atau habitat yang morfologinya tanpa mengaitkan masalah distribusinya (Anonimus, 2000).
Pemilihan/seleksi varietas ialah memilih serta mencari keturunan tanaman yang meiliki karakter baik, yang berguna untuk meningkatkan hasil serta mutunya. Karakter- karakter baik ditentukan genotif, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu dalam memilih serta mencari sifat genetis yang baik sekaligus harus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan paling ekonomis terhadap yang diseleksi. Yang diseleksi ialah seperti karakter- karakter sebagai berikut; ketahanan terhadap cuaca, suhu, kekeringan, terhadap berbagai jenis hama, kekokohan batang agar tidak mudah rebah,

memperpendek masa berbunga dan masa berbuah.Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Varietas baru dipilih dan dikembangkan dari hasil seleksi terhadap populasi tertentu. Varietas unggul prinsipnya adalah jenis tanaman yang mempunyai sifat- sifat lebih baik daripada jenis- jenis lainnya. Beberapa varietas cabai yang sudah dikenal dan sering dibudidayakan petani adalah sebagai berikut: TM-999, TM-888, Salero, Taro, Kunthi, CTH-07, Hot Beauty, Long Chili, Hero, Rabu, Maraton, Arimbi-513, Cakra Putih (Anonimus, 2000).
Salinitas Tanah
Salinitas tidak ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis garam yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman antara lain ialah Na2SO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2, yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah, garam- garam ini mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabakan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cldiperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel- pertikel tanah akan mengakibatkan pembengkakandan penutupan pori- pori tanah yeng memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah (Sipayung, 2003).

Tanaman mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap keberadaan garam dalam tanah. Kadar kegaraman yang tinggi menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lebih tinggi pula (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Secara umum pertumbuhan tanaman akan mengalami gangguan bila menghadapi lingkungan dengan kondisi salin, kecuali bagi tanaman yang toleran. Pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi salin tersebut karena efek dari Na+ dan Cl-. Efek dari kedua ion tersebut akan berakibat buruk bagi pertumbuhan bahkan fatal bagi tanaman yang peka (Djukri, 2009).
Berkurangnya laju dan kualitas pertumbuhan tanaman pada kondisi salin dapat disebabkan karena menurunnya potensial air dari substrat tempat tumbuh, meningkatnya penyerapan Na dan Cl, atau keduanya (Greenway dan Munns, 1980 dalam Yuniati 2004).
Salinitas juga menekan pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respons dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan. Toleransi terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luas di antara spesies tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup toleran (Sipayung, 2003).
Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai (i) cekaman garam mengiduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator; (ii) tanaman juga dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (

media tumbuh ); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan- jaringan lain (Marschner 1995 dalam Yuniati 2004).
Selain proses fisiologi yang terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas, adaptasi morfologi juga terlibat. Bahkan, mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti, ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan lignifikasi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat penting untuk memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas normal (Sipayung, 2003).
Perkecambahan Benih
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponenkomponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006).
Perkecambahan merupakan suatu proses di mana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury dan Ross, 1995).

Proses perkecambahan biji merupakan rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi dan biokimia. Tahap pertama perkecambahan benih dimulai dari proses penyerapan air oleh benih diikuti melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Setelah biji menyerap air, maka biji akan

menghasilkan hormon tumbuh yaitu giberallic acid (GA) yang berfungsi untuk menstimulir kegiatan enzim-enzim di dalam biji. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel-sel dan enzim serta naiknya respirasi benih. Tahap ketiga terjadinya peruraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentukbentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat merupakan asimilasi dari bahan yang telah diuraikan dari karbohidart, lemak dan protein ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan selsel baru. Tahap kelima merupakan pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel pada titik tumbuh tunas (Utomo, 2002).
Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya. Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang (Sudjadi, 2004).
Faktor-faktor penghambat perkecambahan benih dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri dari tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi benih, zat penghambat perkecambahan misalnya larutan NaCl, herbisida dll. Faktor luar yang menghambat

perkecambahan benih terdiri dari air, temperatur, cahaya, nutrisi, oksigen, dan media tumbuh (Sutopo, 2002).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai bulan Desember 2011, dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut.
Bahan dan Alat
Bahan- bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih cabai merah varietas Laris, Mario, TM 007, TM 999, Hot Star( deskripsi masingmasing varietas dapat dilihat pada lampiran 1- 5) sebagai objek penelitian, larutan garam NaCl sebagai bahan perlakuan salinitas, pasir sungai sebagai media tanam, lebel nama sebagai label perlakuan, fungisida untuk sterilisasi media pasir, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak perkecambahan untuk meletakkan media tanam, beaker glass sebagai wadah untuk perendaman biji cabai, timbangan analitik untuk menimbang garam NaCl, meteran, handsprayer, alat tulis, dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 perlakuan, yaitu :

Faktor I : Konsentrasi garam NaCl (G) dengan 4 taraf yaitu:

G0 = Konsentrasi garam NaCl 0 ppm

G1 = Konsentrasi garam NaCl 1000 ppm

G2 = Konsentrasi garam NaCl 2000 ppm

G3 = Konsentrasi garam NaCl 3000 ppm

Faktor II : Varietas cabai (V) dengan 5 taraf, yaitu :

V1 = Varietas Laris

V4 = Varietas TM 999

V2 = Varietas Mario

V5 = Varietas Hot Star

V3 = Varietas TM 007

Sehingga diperoleh 20 kombinasi perlakuan yaitu:

G0V1

G0V2

G0V3

G0V4

G0V5

G1V1

G1V2

G1V3

G1V4

G1V5

G2V1

G2V2

G2V3

G2V4

G2V5

G3V1

G3V2

G3V3

G3V4

G3V5

Jumlah ulangan

= 3 ulangan

Jumlah plot/blok

= 20 plot

Jumlah plot seluruhnya

= 60 plot

Jumlah benih/unit perlakuan

= 20 benih

Jumlah benih seluruhnya

= 1200 benih

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk : µ + ρI + αj + βk + (αβ)jk + єijk Dimana : Yijk : Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan berbagai
konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-j dan faktor varietas taraf ke-k. µ : Nilai tengah ρi : Efek blok ke-i αj : Efek perlakuan berbagai konsentrasi garam NaCl taraf ke-j βk : Efek perlakuan varietas taraf ke-k (αβ)jk : Efek interaksi perlakuan berbagai konsentrasi garam NaCl ke-j dan
perlakuan varietas taraf ke-k. єijk : Efek galat percobaan pada blok ke-i konsentrasi garam NaCl ke-j dan
perlakuan varietas taraf ke-k. Jika data yang dianalisis dengan sidik ragam berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1995).

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah pasir sungai. Terlebih dahulu pasir
diayak dan dicuci bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari serta disterilkan dengan cara digongseng. Banyaknya media tanam disesuaikan dengan volume bak perkecambahan dan diratakan.
Aplikasi Larutan Garam NaCl
Pembuatan larutan garam NaCl dimana 1 ppm = 1 mg/ L yang ditempatkan di dalam beaker glass sesuai dengan perlakuan masing- masing. Larutan garam NaCl diaplikasikan dengan cara dicampur dengan media tanam yang telah disiapkan hingga merata sesuai dengan perlakuan.
Seleksi Benih Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap
benih yang akan ditanam. Dilakukan perendaman benih dengan air untuk memilih benih yang baik, benih yang terapung dibuang dan yang terbenam atau bernas digunakan .
Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan memasukkan 1 benih perlubang tanam dengan kedalaman + 1 cm dari permukaan media tanam sebanyak 20 benih setiap unit perlakuan, kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan pasir. Pemeliharaan

Dipelihara kelembaban media tanam dengan cara disungkup dengan plastik transparan sampai umur 3 HST dan dipelihara dari gangguan hama hingga akhir penelitian.

Pengamatan Parameter

Laju Perkecambahan (hari)

Laju perkecambahan diukur setiap hari sampai umur 4 HST dengan

menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikal atau plumula.

Laju Perkecambahan = N1T1+N2T2+N3T3................+NnTn Jumlah total benih yang berkecambah

Dimana: N= jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu.

T= menunjukan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan

akhir

dari interval tertentu suatu pengamatan.

(Sutopo, 2004).

Persentase Kecambah Normal Persentase kecambah normal diamati pada umur 7 HST. Persentase
kecambah normal menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Perhitungan persentase kecambah normal sebagai berikut: Kecambah normal = Jumlah kecambah normal yang dihasilkan x 100%
Jumlah contoh benih yang diuji

Persentase Kecambah Abnormal
Persentase benih kecambah abnormal diamati pada 7 HST. Perhitungan persentase kecambah abnormal sebagai berikut: Kecambah abnormal = Jumlah kecambah abnormal yang dihasilkan x 100%
Jumlah contoh benih yang diuji

Persentase Benih Mati (%)

Persentase benih mati diamati pada umur 7 HST. Perhitungan persentase

benih mati sebagai berikut:

Benih mati =

Jumlah benih mati

x 100%

Jumlah contoh benih yang diuji

Bobot Segar Kecambah (g)

Pengamatan bobot segar kecambah dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.

Tinggi kecambah

Pengamatan tinggi kecambah dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan meteran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan, persentase benih mati, tinggi kecambah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal dan bobot segar kecambah.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa interaksi varietas dengan terhadap semua parameter pengamatan.

Laju Perkecambahan (hari)

Dari analisis data (lampiran) dapat dilihat bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata, tetapi interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.

Rataan laju perkecambahan pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan laju perkecambahan pada berbagai konsentrasi garam dan varietas

(HST)

Varietas G0

Konsentrasi Garam G1 G2

G3

Rataan

V1 4,31 4,32 3,90 4,54 4,27

V2 4,05 4,19 4,07 4,59 4,22

V3 4,30 4,58 4,32 4,42 4,40

V4 4,45 4,15 4,89 4,51 4,50

V5 5,56 5,98 5,81 6,07 5,85

Rataan

4,53

4,64

4,60

4,83

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan tercepat pada G2V1 yaitu pada umur 3,90 hari dan yang paling lama pada G3V5 yaitu umur 6,07 hari.

Persentase kecambah normal (%)

Berdasarkan analisis data statistik data secara statistik (lampiran) diketahui bahwa perlakuan konsentrasi garam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.
Rataan persentase kecambah normal pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan persentase kecambah normal pada berbagai konsentrasi garam

dan varietas(%)

Konsentrasi Garam

Rataan

Varietas

G0

G1

G2

G3

V1

98,33

100

98,33

100

99,17

V2 100 100 100 100 100

V3

100

98,33

98,33

100

99,16

V4

100

100

100

98,33

99,58

V5 95 100 100 95 97,5

Rataan

98,67

99,67

99,33

98,67

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase kecambah normal tertinggi pada perlakuan konsentrasi garam NaCl terdapat pada G1 (1000 ppm) yaitu sebesar 99,67 % dan terendah terdapat pada G2 (2000 ppm) yaitu sebesar 99,33 % sedangkan persentase kecambah normal tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V2 (Mario) yaitu sebesar 100 % dan terendah terdapat pada V5 yaitu sebesar 97,5 %.

Persentase kecambah abnormal (%)

Berdasarkan analisis data statistik data secara statistik (lampiran) diketahui bahwa perlakuan konsentrasi garam tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dan interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.
Rataan persentase kecambah normal pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan persentase kecambah abnormal pada berbagai konsentrasi garam

dan varietas(%)

Varietas

Konsentrasi Garam

Rataan

G0 G1 G2 G3

V1 1,67 0 1,67 0 0,83 V2 0 0 0 0 0 V3 0 1,67 1,67 0 0,83 V4 0 0 0 1,67 0,42 V5 5 0 0 5 2,5

Rataan

1,33 0,33 0,67 1,33

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase kecambah abnormal tertinggi pada perlakuan konsentrasi garam NaCl terdapat pada G0 (0 ppm) dan G3 (3000) yaitu sebesar 1,33 %dan terendah terdapat pada G1 (1000 ppm) yaitu sebesar 0,33 % sedangkan persentase kecambah abnormal tertinggi pada perlakuan varietas terdapat pada V5 (Hot Star) yaitu sebesar 2,5 % dan terendah terdapat pada V2(Mario) yaitu sebesar 0 %.

Persentase benih mati (%) Dari analisis data (lampiran) dapat dilihat bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata, tetapi interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.

Rataan persentase benih mati pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan persentase benih mati pada berbagai konsentrasi garam dan

varietas(%)

Konsentrasi Garam

Rataan

Varietas

G0

G1

G2

G3

V1 3,33 6,67 3,33 3,33 4,17

V2 0

1,67 0

13,33

3,75

V3 5 5 5 3,33 4,58

V4 1,67 0

8,33 1,67 2,92

V5

28,33

63,33

35

35

40,42

Rataan

7,67

15,33

10,33

11,33

Dari tabel 5 dapat dilihat persentase benih mati tertinggi terdapat pada G1V5 yaitu sebesar 63,33% dan yang terendah pada G1V4 yaitu sebesar 0 %.

Bobot segar kecambah (g) Dari analisis data (lampiran) dapat dilihat bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata, tetapi interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.

Rataan persentase bobot segar pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot segar pada berbagai konsentrasi garam dan varietas(g)

Konsentrasi Garam

Rataan

Varietas G0 G1 G2 G3

V1

0,021

0,023

0,026

0,022

0,023

V2

0,026

0,026

0,031

0,027

0,027

V3

0,021

0,025

0,024

0,023

0,023

V4

0,026

0,021

0,025

0,024

0,024

V5

0,018

0,018

0,019

0,018

0,018

Rataan 0,022

0,022

0,025

0,023

Dari tabel 6 dapat dilihat bobot segar tertinggi terdapat pada G2V2 yaitu sebesar 0,31 g dan yang terendah pada G0V5, G1V5, G3V5 yaitu masing-masing sebesar 0,18 g.

Tinggi kecambah Dari analisis data (lampiran) dapat dilihat bahwa perlakuan varietas
berpengaruh nyata, tetapi interaksi antara varietas dan konsentrasi garam tidak berpengaruh nyata.

Rataan tinggi kecambah pada berbagai konsentrasi garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan tinggi kecambah pada berbagai konsentrasi garam dan varietas

(cm)

Konsentrasi Garam

Rataan

Varietas G0 G1 G2 G3

V1

1,59 1,88 1,64 1,48

1,65

V2

1,96 2,01 1,97 1,85

1,95

V3

1,46 1,47 1,46 1,47

1,47

V4

1,47 1,50 1,45 1,43

1,46

V5

1,15 0,98 1,15 0,97

1,06

Rataan 1,52 1,57 1,53 1,44

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa kecambah tertinggi terdapat pada G1V2 yaitu sebesar 2,01 cm dan terendah pada G1V5 yaitu sebesar 0,98 cm.
Pembahasan Perlakuan pemberian NaCl 1000 ppm, ternyata meningkatkan laju
perkecambahan secara nyata pada semua varietas yang diuji yaitu varietas Laris, varietas Mario, varietas Taro dan varietas Hot Star kecuali pada varietas varietas

TM 999 (tabel 1). Meningkatnya laju perkecambahan pada konsentrasi 1000 ppm NaCl karena pada konsentrasi rendah, Na mempunyai efek mendorong penguraian cadangan makanan di dalam biji, sehingga biji lebih cepat berkecambah. Pada konsentrasi NaCl yang lebih tinggi (2000 ppm), laju perkecambahan semakin terhambat pada semua varietas kecuali pada varietas Larik dan TM 999 (tabel 1). Namun pada konsentrasi NaCl 3000 ppm menunjukkan peningkatang laju perkecambahan pada semua varietas . hal ini menunjukkan tanaman cabai masih mampu bertahan atau tumbuh baik pada konsentrasi NaCl hingga 3000 ppm. Hal ini berkaitan dengan penelitian Ungar (1996) dimana biji-biji halofit atriplex patula mampu berkecambah dan tumbuh dalam larutan 0 – 2 % (0 – 20.000 ppm) NaCl.
Sejalan dengan bobot segar kecambah, maka tinggi kecambah masingmasing varietas yang diuji terhadap konsentrasi NaCl 0 – 2000 ppm menunjukkan hasil yang bervariasi, ada yang semakin tinggi dan ada yang semakin rendah sedangkan pada konsentrasi 3000 ppm tinggi kecambah masing-masing varietas terhambat. Hal ini berkaitan dengan penelitian Ferdiansyah (2010) dimana pemberian garam NaCl pada perkecambahan tanaman yang ditumbuhkan secara kultur embrio memberikan hasil bahwa akar planlet terpendek terdapat pada pemberian garam NaCl 3000 ppm.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Varietas cabai merah berpengaruh nyata pada parameter laju perkecambahan, persentase benih mati, tinggi tanaman, bobot segar kecambah. Respon ketahanan 5 varietas cabai merah terhadap berbagai konsentrasi garam NaCl memberikan hasil bahwa pada konsentrasi garam NaCl 1000 ppm diperoleh 1 varietas tahan yaitu varietas Mario (V2), satu varietas peka yaitu varietas Hot Star (V5) dan yang lainnya adalah varietas sedang. Pada konsentrasi garam NaCl 2000 ppm diperoleh 2 varietas tahan yaitu varietas Laris (V1) dan Mario (V2) dan yang lainnya adalah varietas sedang. Pada konsentrasi NaCl 3000 ppm diketahui 1 varietas peka yaitu varietas Hot Star (V5) dan yang lainnya adalah varietas sedang. 2. Konsentrasi NaCl belum berpengaruh nyata pada semua parameter. 3. Interaksi varietas dengan Konsentrasi NaCl belum berpengaruh nyata pada semua parameter
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan varietas dan
konsentrasi NaCl yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2000. Petunjuk Teknik Budidaya Tanaman. Tarindo Subur Prima, Surabaya.
BPS, 2011. Statistik Tanaman Hortikultura Sumatera Tahun 2009. Biro Pusat Statistik Sumatera Utara, Medan. http://sumut.bps.go.id (16 November 2011).
Djukri, 2009. Cekaman Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding. Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA. 16 Mei 2009, Yogyakarta.
Greenway, H, dan R. Munns, 1980 Annual Revision Plant Physiology, dalam R. Yuniati. Sains. FMIPA UI, Depok.
Nawangsih, A.A., H. P. Imdad, dan A. Wahyudi, 2001. Cabai Hot Beauty. Penerbit Penabar Sywadaya, Jakarta.
Marschner, H., 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants, dalam Delvian. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Tanaman terhadap Salinitas Tanah. Universitas Sumatera Utara, Medan. http://library.usu.ac.id (17 November 2011).
Pracaya, 1994. Bertanam lombok. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Prajnanta, F., 1999. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta. Rosmarkam, A.dan N.W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,
Jakarta. Rukmana, H. R.dan Y.Y. Oesman. Bertanam Cabai dalam Pot. Penebit Kanisius,
Yogyakarta. Setiadi, 1996. Bertanam Cabai. Penbar Swadaya, Jakarta. Sipayung, R., 2003. Stres Garam dan mekanisme Toleransi Tanaman. Universitas
Sumatera Utara, Medan. Hhtp://repository.usu.ac.id (17 November 2011) Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ungar, I.A., 1996. Effect of Salinity on Seed Germination, Growth and Ion
Accumulation of Atriplex Patula (Chenopodiaceae). Am. J. Of Botany. Widodo, W.D., 2002. Memperpanjang Umur Produktif Cabai. Penebar, Jakarta

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1

Golongan

: hibrida

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 110-140 cm

Umur tanaman

: mulai berbunga 65 HST

mulai panen 90 HST

Bentuk kanopi

: bulat

Warna batang

: hijau

Warna kelopak bunga

: hijau

Warna tangkai bunga

: hijau

Warna mahkota bunga

: putih

Warna kotak sari

: ungu

Jumlah kotak sari

: 5-6

Warna kepala putik

: putih

Jumlah helai daun

: 5-6

Bentuk buah

:ramping, ujung buah runcing

Kulit buah

: agak mengkilat

Tebal kulit buah

: 1 mm

Warna buah muda

: hijau tua

Warna buah tua

: merah

Ukuran buah

: panjang 12,5 cm, diameter 0,8 cm

Rasa buah

: pedas

Keterangan

:untuk daerah dataran rendah

Ketahanan terhadap penyakit : antraknose

Pengusul/peneliti

: HUNG NONG, KOREA

Sumber

: HUNG NONG, KOREA

Lampiran 1. Deskripsi Varietas Laris

Golongan Bentuk tanaman

: hibrida : tegak

Tinggi tanaman

: 110-140 cm

Umur tanaman

: mulai berbunga 60-70 hari

mulai panen 100-120 hari

Bentuk kanopi

: tegak memayung

Warna batang

: hijau

Warna kelopak bunga

: hijau

Warna tangkai bunga

: hijau

Warna mahkota bunga

: putih

Warna kotak sari

: ungu

Jumlah kotak sari

: 5-6

Warna kepala putik

: putih

Jumlah helai daun

: 5-6

Bentuk buah

:keriting

Kulit buah

: lurus warna merah sehingga terlihat segar

Tebal kulit buah

: 1- 1,5 mm

Warna buah muda

: hijau medium

Warna buah tua

: merah medium

Ukuran buah

: panjang 14,5 cm, diameter 0,9 cm

Rasa buah

: pedas sekali

Keterangan

:untuk daerah dataran rendah

Ketahanan terhadap penyakit : antraknose

Pengusul/peneliti

: HUNG NONG, KOREA

Sumber

: HUNG NONG, KOREA

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Mario

Golongan Jenis cabai Umur tanaman Bentuk pohon Kulit buah

: hibrida : keriting : mulai panen ± 90 hari : tinggi dan percabangan banyak : mengkilap padat

Ukuran buah

:panjang ± 15 cm, diameter ± o,8 cm

Bobot buah

: 8 – 9 gr

Bobot buah/tanaman

: 0,8 – 1,2 kg

Jumlah buah/kg

:100 – 125 buah

Rasa buah

: amat pedas

Bentuk buah

: keras, panjang, lurus dan ukuran seragam

Keterangan

:untuk daerah dataran rendah sampai tinggi

Ketahanan terhadap penyakit :layu, patek dan defisiensi Calsium

Pengusul/peneliti

: PT. MATAHARI SEED INDONESIA

:

Sumber : PT. MATAHARI SEED INDONESIA

:

: :

Lampiran 5. Deskripsi Varietas King

Bentuk tanaman

:tegak

Tinggi tanaman

:> 65 cm

Tipe buah

:keriting

Warna buah muda

:hijau tua

Warna buah tua

:merah cerah

Ukuran buah

:panjang 12-13 cm, diameter 0,6-0,7 cm

Bobot buah

:5-6 g

Bobot buah/tanaman

1-1,5 kg

Rasa buah

:pedas

Potensi hasil per ha

:20 ton

Ketahanan terhadap penyakit :layu bakteri dan anthracnose

Sumber

: Balai Penelitian Benih Selektani, Medan

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Taro F1

Bentuk tanaman

:tegak dan memiliki banayak cabang

Tinggi tanaman

:> 65 cm

Tipe buah

:keriting

Warna buah muda

:hijau

Warna buah tua

:merah cerah

Ukuran buah

:panjang 15-17 cm, diameter 0,7-0,8 cm

Bobot buah

:6-7 g

Bobot buah/tanaman

:1,5 kg

Rasa buah

:pedas

Potensi hasil per ha

:20 ton

Ketahanan terhadap penyakit :layu bakteri dan anthracnose

Umur panen

:Mulai 75 hst

Sumber

: Balai Penelitian Benih Selektani, Medan

Lampiran 5. Deskripsi Varietas Hot Star Asal : Nong Woo Bio Co. Ltd., Korea Silsilah : LRBG x KBGB

Tinggi tanaman : ± 130 cm Umur umur mulai berbunga : ± 32 hari setelah tanam Umur mulai panen : ± 98 hari setelah tanam Warna batang : hijau Bentuk daun : memanjang Ujung daun : runcing Permukaan daun : licin Ukuran daun : panjang ± 14 cm; lebar ± 4 cm Warna daun : hijau tua Warna kelopak bunga : hijau Warna tangkai bunga : hijau Bentuk buah : silindris Ukuran buah : panjang ± 14 cm; diameter ± 0,7 cm Permukaan kulit buah : kasar Tebal kulit buah : 0,3 – 0,5 mm Warna buah muda : hijau tua Warna buah tua : merah Berat per buah : ± 7 g Berat buah per tanaman : ± 0,45 kg Berat 1.000 biji : ± 5 g Rasa buah : pedas Hasil cabai segar per hektar : ± 9 ton/ha Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran sedang, dengan ketinggian 400 800 m dpl Pengusul : You Jae Hee (PT. Koreana Seed Indonesia) Peneliti : You Young Goun (Nong Woo Bio Co. Ltd.)

Lampiran 3. Deskripsi varietas TM 007

Golongan Ukuran buah Warna buah tua

: cabe keriting hibrida : panjang buah ( 14-15 cm), diameter ( 0,7- 0,8 cm) : merah menyala

Keterangan

: Toleran terhadap penyakit antraknosa dan layu. Dapat ditanam di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Sumber

: CV, Tani Murni

Lampiran 6. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan

Hari

12345678

1 Persiapan media tanam

X

2 Aplikasi larutan garam NaCl

X

3 Seleksi benih 4 Penanaman 5 Pemeliharaan
Penyiraman Penyiangan 6 Pengamatan parameter Laju perkecambahan Persentase kecambah normal Persentase kecambah abnormal Persentase kecamabah mati Bobot segar kecamabah Tinggi kecamabah

X X

Disesuaikan dengan kondisi di lapangan Disesuaikan dengan kondisi di lapangan

X X X XX

XX X X X X X

Lampiran 7. Evaluasi kecambah cabai merah (Sutopo, 2004) A. kecambah normal
1. memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar
seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua 2. Perkembangan hipokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan-jaringannya 3. pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal

4. memiliki dua kotiledon untuk kecambah dikotil B. Kecambah abnormal
1. kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer
yang pendek 2. kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun, kecambah yang kerdil 3. kecambah yang tidak membentuk klorofil 4. kecambah yang lunak C. Benih mati Kriteria ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman. Benih mati pada akhir pengujian tidak lagi keras atau segar, biasanya ditandai adanya jamur, lunak/busuk, dan tidak menunjukkan unsur utama pada bibit, misalnya ujung akar. D. Benih keras Benih kcang-kacangan yang pada akhir uji daya kecambah masih keras karena tidak menyerap air disebabkan kulit yang impermeabel.

Lampiran . Tingkat ketahanan Lima varietas cabai merah pada berbagai

konsentrasi

garam NaCl

Laju

Skor Bobot Segar Skor Tinggi

Skor Total Ket*

Perkecambahan

Kecambah(g)

Kecambah

Skor

(HST)

(cm)

Konsentrasi NaCl 1000 ppm