Coly Juliarta Hutabarat : Kabuki No Jyou’en Ni Bansou Ni Suru, 2009.
BAB III ALAT-ALAT MUSIK PRNGIRING PERTUNJUKAN KABUKI
3.1. Shamisen
Shamisen merupakan salah satu alat musik tradisional Jepang yang mengiringi pertunjukan Kabuki. Shamisen adalah alat musik dawai yang memiliki tiga senar, dipetik dengan
menggunakan bachi. Bentuknya segiempat dengan keempat sudut yang sedikit melengkung. Badan alat musik dawai ini terbuat dari kayu, bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan
yang berfungsi memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen yang bagus terbuat dari kulit perut kucing betina yang belum kawin, sedangkan shamisen kualitas biasa terbuat dari kulit
punggung anjing. Pemusik duduk dengan posisi seiza, kedua belah kaki dilipat ke belakang
dengan lutut dibuka lebar, dan seluruh berat badan bertumpu di bagian pantat. Panjang leher shamisen hampir sama dengan gitar tapi lehernya lebih langsing dan tanpa
fret. Leher shamisen ada yang terdiri dari tiga bagian agar mudah dibawa-bawa, ada juga yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas yang disebut nobezao. Bahan baku senar adalah sutra, tetapi
ada juga yang memakai nilon atau tetron. Berdasarkan ukuran leher, shamisen terdiri dari tiga jenis yaitu Hosozao leher sempit, Nakazao leher sedang, Futozao leher besar. Shamisen
terdiri dari beberapa jenis, antara lain; 1. Nagauta shamisen, berleher langsing, dipetik dengan bachi besar dari gading gajah,
dan dipakai pada pertunjukan kabuki 2. Gida
y shamisen, berleher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring j ruri 3. Tokiwazu-bushi shamisen, lehernya tidak begitu besar.
4. Kiyomoto shamisen, lehernya tidak begitu besar.
Coly Juliarta Hutabarat : Kabuki No Jyou’en Ni Bansou Ni Suru, 2009.
5. Jiuta shamisen, berleher sedang, dipetik dengan bachi yang disebut Tsuyama bachi dari bahan gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan
bersama koto, koky , dan shakuhachi. 6. Shinnai shamisen, berleher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari.
7. Yanagawa shamisen Ky -shamisen, berleher lebih langsing dari Hosozao,
merupakan model shamisen yang paling tua 8. Tsugaru-jamisen, berleher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut
Tsugaru- miny , dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran kecil dan dibuat dari
tempurung kura-kura. 9. Shanshin asal Kepu
lauan Ry ky , digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia,
leher shamisen dipoles dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, melainkan dengan alat petik dari tanduk kerbau.
10. Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit hewan.
3.2. Taiko