Nihongo No Bunshou Ni Okeru ( Hagemu,Ganbaru,Doryoku Suru ) No Tsukaikata No Bunseki

(1)

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA HAGEMU,GANBARU, DAN DORYOKU SURU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU ( HAGEMU,GANBARU,DORYOKU SURU ) NO TSUKAIKATA NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang.

Oleh :

Nama : EKA SYAFITRI LUBIS Nim : 080722004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG

MEDAN 2010


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI……….. ……... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah………1

1.2.Perumusan Masalah………..6

1.3.Ruang Lingkup Pembahasan……….8

1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………..8

1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian………...12

1.6.Metode Penelitian………...12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN VERBA HAGEMU,GANBARU, DAN DORYOKU SURU 2.1. Pengertian Verba………14

2.2. Jenis Verba……….15

2.3. Fungsi Verba………..20

2.4. Pengertian Verba Hagemu, Ganbaru, dan Doryokusuru………...21

2.4.1. Pengertian Verba Hagemu………...21

2.4.2. Pengertian Verba Ganbaru……….22

2.4.3. Pengertian Verba Doryoku suru……….… 24


(3)

BAB III ANALISIS PERBEDAAN PEMAKAIAN VERBA HAGEMU, GANBARU, DAN DORYOKU SURU

3.1. Verba Hagemu……….27 3.2. Verba Ganbaru……….29 3.3. Verba Doryoku Suru………31 3.4. Analisis Perbedaan Pemakaian Verba Hagemu, Ganbaru, dan

Doryoku suru………33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan………..35 4.2. Saran………36

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Robbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam kepada Rasulullah SAW yaitu sosok teladan yang terbaik bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul Analisis Pemakaian Verba Hagemu, Ganbaru, dan Doryoku suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi in, penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan yang bila direnungkan adalah hal yang wajar dalam uapaya meraih sebuah keberhasilan. Selain itu, sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan, penulis pun tidak luput dari kesalahan-kesalahan.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D., selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II


(5)

5. Ibu Adriana Hasibuan, S.S., M.Hum., selaku dosen wali

6. Seluruh staff Pengajar Program Studi Sastra Jepang Ekstensi dan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universtas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

7. Ayahanda Erwin Lubis, Ibunda Siswaty, adikku Ade Hendrawan, serta pamanku Mhd. Pujiono S.S.,M.Hum., dan istrinya, serta seluruh keluarga besar penulis yang tersayang.

8. Teman-temanku di Program Studi Sastra Jepang Ekstensi (Reni, Kak Desi, Kak Mila, Volga, Morina, Kak Ade, Kak Hanum, Kak Melati, Angga, Bang Putra, Bang Irwan, dan Juli),dan sahabat-sahabatku Aad, Reni, Eva, Tari, Dahlia, dan Kiki.

Tiada lain harapan penulis semoga Allah SWT memberikan rahmatNya kepada semua pihak yang disebutkan diatas.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama ini. Mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis

080722004


(6)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada : Tanggal : Pukul :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,

NIP : 19650909 199403 1 004 Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan 1. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum ( ) 2. Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D ( ) 3. Muhammad Pujiono S.S.M.Hum. ( )


(7)

Disetujui Oleh :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ekstensi

Ketua Program Studi

NIP : 19580704 198412 1 001 Prof. Drs. Hamzon Situmorang. M.S., Ph.D


(8)

Abstrak

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan seseorang atau lebih berupa lambang bunyi, suara untuk menyampaikan informasi sehingga menginformasikan gagasan dan perasaannya. Bahasa juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Sehingga perkembangan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi perkembangan suatu bahasa. Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat. Secara garis besarnya kalimat terdiri dari dua macam yaitu : kalimat yang berdasarkan strukturnya dan kalimat yang berdasarkan maknanya. Seperti halnya penggunaan verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang memiliki makna atau pengertian yang sedikit berbeda.

Biasanya bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat yang merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambar proses, perbuatan atau keadaan, yang juga disebut kata kerja. Nomura dan koike berpendapat hampir sama dengan Sutedi. Mereka mengatakan bahwa verba ( doushi ) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Verba dalam bahasa Jepang digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjungsinya yaitu godan doushi, ichidan doushi, dan henkaku doushi. Dari tiga


(9)

kelompok ini yang berdasarkan konjungsinya, bahwa verba hagemu dan ganbaru termasuk jenis kelompok godan-doushi, sedangkan doryokusuru termasuk jenis kelompok henkaku-doushi.

Contohnya :

学生は学業にはげむ。

Gakusei wa gakugyou ni

“Mahasiswa menekuni pelajaran”

hagemu.

私にとって初めてのマラソンだったが、最後までがんばっては走った。

Watashi ni totte hajimete no marason dattaga, saigo made ganbatte

“Bagi saya pertama kali melakukan marathon, saya berlari dengan usaha sampai finish.

wa hashitta.

長年の努力が実る。

Naganen no doryoku

“Usaha yang bertahun-tahun membuahkan hasil”

ga minoru.

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa, kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru dalam kalimat diatas memiliki arti yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dengan kata “berusaha” tetapi intensitas “berusaha” seseorang itu dapat diketahui dari verba apa yang digunakannya di dalam kalimat. Dengan demikian, dalam pemakaian dari kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru harus disesuaikan dengan situasinya, sehingga ini menimbulkan adanya pilihan bahasa yang tepat yang sesuai dari kalimat tersebut.

Pilihan bahasa merupakan suatu perwujudan dari penggunaan sebuah bahasa tertentu oleh seorang dwibahasawan setelah ia memutuskan untuk memilih salah satu bahasa untuk menanggapi kejadian tertentu.


(10)

Jadi, dari ketiga kata kerja tersebut, kalau dilihat dari segi pemakaiannya ganbaru dapat digunakan secara lisan dan tulisan, sedangkan hagemu dan doryoku suru tidak dapat digunakan secara lisan, tetapi hanya digunakan secara tulisan.


(11)

要旨

言語はある人に使用するコミュニケーシオンの機関、又は気持ちと意見

を届くするようになる情報を伝えるための声、音のシンボルのようである。言

語も他人に意見、考え、意向、希望を伝えるためとして使用し、人間の生活の

いろいろな面の発展に機能がある。だから人間の生活のいろいろな面の発展す

ることはある言語の発展に影響する。私たちが使用する言語は文に表現される。

概要的に文は二種がある。すなわち、統語論的の文と意味論的の文がある。す

こし違う意味をもっている「はげむ」、「がんばる」、「努力する」という動

詞の使用と同じである。 普通は私たちが使用する言語は文章に表現されて、

ある文章の述語が重要な部分になる。この位置に置く品詞は動詞である。動詞

は日本語に一つの品詞であって、この品詞はあることの状態、所有、活動を表

現するために使用する。インドネシア辞典にはVerbaは状態、行為、プロセス

を表現する言葉、動詞ということである。 NomuraとKoikeの考えは

Sutediの考えと同じである。彼らはVerba(動詞)は日本語に一つの品詞であ

って、用言という一つの品詞の種類になるI-形容詞とNa-形容詞と同じであ

る。この品詞はある状態、所有、活動を表現するために使用される。日本語で

動詞は変動に基づいて三種に分けられる。すなわち、五段動詞、一段動詞、変

革動詞である。これらの三種の変動から、「はげむ」と「がんばる」という動

詞が五段動詞に含まれるが、「努力」という動詞は変革動詞に含まれる。「は


(12)

いうことは「はげむ」は誠実に打ち明けて、一生懸命にする

(Shogakukan,1994)。また、「がんばる」はある人が難しさ、複雑がなくて、

仕事をするとき、又は良い結果をもらうための苦労をするときに使用される

(Shoji dan Hirosate, 2002:361)。「努力する」は考えの中に入れる外からの圧

力の要素に入られることができることに対しての戦い。つまり、最後までの好

い達成に強調する苦労である( , 1998:254)。

例文としては:

その例文から、「はげむ」「がんばる」「どりょくする」はインドネシ

ア語では ”Berusaha”という言葉の意味で翻訳されるが、ある人の”Berusaha”の

意味の傾向は文章の中に使用される動詞どれかと分かれる。だから、「はげ

む」「がんばる」「どりょくする」ということばの使用

には必ず状態に合わされて、それらの文章から適当な言葉の選択をようにな

っ 言語の選択は二つ言う人に特定の出来事を聞き入れるために一つの言語を

選択することに決めた後、ある特定の言語の使用からの具体化である。

だから、それらの三つの動詞は、使用的面から見れば、「がんばる」は

話し言葉と書き言葉ともに使用できるが、「がんばる」「どりょくする」は話


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi.

Menurut Poerwadarmita (1985:5), bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dalam perasaan.Ia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut.

Gorys Keraf (1980:16) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara yang dihasilkan oleh alat ucap. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan seseorang atau lebih berupa lambang bunyi, suara untuk menyampaikan informasi sehingga menginformasikan gagasan dan perasaannya.

Kemudian sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan adalah suatu pengertian , suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud itu. Karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep , ide, atau pikiran maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu didalam bahasa merupakan satuan-satuan bahasa yang terwujud morfem, kata frase, klausa, dan kalimat. Semua satuan tersebut mempunyai makna.


(14)

kehidupan manusia. Sehingga perkembangan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi perkembangan suatu bahasa.

Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa itu yang ada didunia adalah bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok Negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang, sejak sekolah taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dengan demikian bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang dipakai oleh sekelompok masyarakat penutur yang berada disuatu wilayah atau suatu negara.

Berdasarkan fungsinya bahasa dapat dikaji secara internal dan secara eksternal. Yang dimaksud dengan kajian secara internal adalah pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, seperti : struktur fonologis, struktur morfologis, dan struktur sintaksis. Kajian secara internal ini akan menghasilkan varian-varian bahasa tanpa ada kaitannya dengan masalah lain diluar bahasa. Kajian internal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur yang ada didalam disiplin ilmu linguistik. Sebaliknya, kajian secara eksternal adalah kajian itu dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor yang berada di luar bahasa yang berkaitan dengan pemakaian bahasa oleh para penuturnya di dalam kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan. Pengkajian secara eksternal ini akan menghasilkan rumusan-rumusan atau kaidah-kaidah yang berkenaan dengan kegunaan dan penggunaan bahasa tersebut dalam segala kegiatan manusia di dalam masyarakat. Pengkajian secara eksternal ini tidak hanya menggunakan teori dan prosedur linguistik saja, tetapi juga menggunakan


(15)

teori dan prosedur disiplin lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yaitu : disiplin sosiologi, disiplin psikologi, dan disiplin antropologi.

Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat. Secara garis besarnya kalimat terdiri dari dua macam yaitu : kalimat yang berdasarkan strukturnya dan kalimat yang berdasarkan maknanya. Selanjutnya, kalimat yang berdasarkan strukturnya terbagi atas dua macam yaitu : yang tidak memiliki unsur predikat sering disebut (dokuritsugobun) dan yang memiliki unsur predikat disebut (jutsugobun). Dalam kalimat yang berkonstruksi predikat masih bisa digolongkan lagi berdasarkan pada jenis kata yang digunakan sebagai predikatnya, yaitu kalimat yang predikatnya menggunakan verba, adjektiva, atau nomina. Biasanya jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba bahasa Jepang dapat mengalami perubahan ( katsuyou ) dan dapat berdiri sendiri, dengan sendirinya dapat menjadi predikat ( Nomura, 1992:158). Verba ditempatkan sebagai predikat di dalam sebuah kalimat sesuai dengan situasi pemakaiannya jika tidak, maka kalimat akan mengalami kerancuan, karena itu sangat penting mempelajari tata bahasa ( gramatikal ) yang baik dan benar, terutama ketika hendak berbicara dengan seseorang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini menjadi penting bila kita ingin berkomunikasi dengan orang lain.

Kesalah pahaman dalam komunikasi sering terjadi, karena adanya penafsiran makna yang berbeda antar pembicara dan lawan bicara. Ini dikarenakan banyaknya persamaan makna dan asingnya bahasa yang dipakai oleh seseorang yang bukan penutur asli. Seperti halnya penggunaan verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang memiliki perbedaan cara penggunaanya dalam kalimat.


(16)

Contoh:

学生は学業に励む。

Gakusei wa gakugyou ni

“Mahasiswa menekuni pelajaran” (Seikei dan Matsuki,1994).

hagemu.

Penjelasan :Dimana si pembicara atau mahasiswa berusaha untuk tekun dalam belajar atau kata lainnya belajar dengan tekun.

私にとって初めてのマラソンだったが、最後までがんばっては走った。

Watashi ni totte hajimeteno marason dattaga, saigo made ganbatte

“Bagi saya pertama kali melakukan marathon, saya berlari dengan usaha sampai finish”

(Shoji dan Hirotase,2002:361).

hashitta.

Penjelasan : Dimana si pembicara dalam keadaan berlari /melakukan marathon, sehingga untuk mencapai finish, si pembicara melakukan dengan berusaha tanpa ada kesulitan.

長年の努力が実る。

Naganen no doryoku

“ Usaha yang bertahun-tahun membuahkan hasil” ( Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar).

ga minoru.

Penjelasan : Dimana si pembicara berusaha menanam selama bertahun-tahun yang tujuan akhirnya membuahkan hasil.

Dari contoh diatas dapat dikatakan bahwa, kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru dalam kalimat diatas memiliki arti yang dalam bahasa Indonesia bisa diterjemahkan dengan kata “berusaha” tetapi intensitas “berusaha” seseorang itu dapat


(17)

diketahui dari verba apa yang digunakannya di dalam kalimat. Dengan demikian, dalam pemakaian dari kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru harus disesuaikan dengan situasinya, sehingga ini menimbulkan adanya pemilihan bahasa yang tepat yang sesuai dari kalimat tersebut.

McCready dan Ogata (2006:11) mengatakan bahwa hagemu, ganbaru, dan doryoku suru ditinjau dari segi semantik, ketiga kata tersebut memiliki perbedaan makna. Dengan demikian, selaku pembelajar bahasa Jepang, sebaiknya kita paham benar cara pemakaian kata tersebut, agar lawan bicara paham betul apa yang kita bicarakan.Selain itu juga kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru tersebut masing-masing memiliki jenis goi yang bermakna. Misalnya wago, kango, dan gairaigo. Jelasnya, verba hagemu termasuk jenis wago, maka definisi wago adalah kata-kata bahasa Jepang asli yang sudah ada sebelum kango dan gaikokugo (bahasa asing) masuk ke Jepang. Semua joshi dan jodooshi, dan sebagian besar ajektiva, konjungsi, dan interjeksi adalah wago (Tanimitsu, 1995:61). Sedangkan, verba ganbaru dan doryoku suru termasuk jenis kango, maka definisi kango adalah kango ditulis dengan huruf kanji (yang dibaca dengan cara on’yomi) atau dengan huruf hiragana. Tanimitsu (1995:62-63) menyebutkan bahwa pada mulanya kango disampaikan dari cina , lalu bangsa Jepang memakainya sebagai bahasanya sendiri,namun tidak jelas pada zaman apa hal itu terjadi. Tetapi diketahui bahwa pada zaman Nara, kango sudah dipakai , pada zaman Heian banyak kango yang terlihat pada karya-karya sastra seperti monogatari”cerita”. Lalu bersamaan dengan lajunya zaman , kango semakin luas dipakai sehingga sekarang pun lebih dari setengah kata-kata yang terhimpun dalam Kokugo Jiten diduduki oleh kango. Dengan demikian , kango merupakan kata-kata yang


(18)

menyerap secara mendalam di dalam kehidupan orang Jepang dengan melewati waktu yang panjang.

Dengan alasan tersebut penulis tertarik sekali untuk menganalisis kata tersebut yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis pemakaian verba

hagemu, ganbaru, dan doryoku suru di dalam kalimat bahasa Jepang ditinjau dari segi semantik”.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pemaparan secara deskripsi verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang dilihat dari segi semantik. Dalam kamus bahasa Indonesia ( 1990:548 ), semantik adalah (1)arti, makna (2) maksud pembicaraan dan penulis, pengertian yang diberikan kepada satu bentuk pembahasan.Diatas telah dikemukakan bahwa verba hagemu,ganbaru, dan doryoku suru merupakan kata kerja yang maknanya hampir sama di dalam bahasa Indonesia, dan yang membedakan makna tersebut adalah situasi dan kontekstual pada nuansa yang mempengaruhi dari kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru tersebut dalam pemakaian kalimat bahasa Jepang.

Contoh kalimatnya:

1. 学生は学業に励む。

Gakusei wa gakugyou ni

“Mahasiswa menekuni pelajaran”.

hagemu.

2. 私にとって初めてのマラソンだったが、最後までがんばっては走った。


(19)

“Bagi saya pertama kali melakukan marathon, saya berlari dengan usaha sampai

finish”.

3. 長年の努力が実る。

Naganen no doryoku

“ Usaha yang bertahun-tahun membuahkan hasil”.

ga minoru.

Dari ketiga contoh diatas, menyatakan perbedaan intensitas “berusaha” dari seseorang. Jelasnya bahwa verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru merupakan kata kerja yang dapat membentuk suatu perubahan walaupun tanpa bantuan kelas kata lain. Maka, didefinisikanlah bahwa Hagemu adalah mencurahkan dengan sepenuh hati dan berusaha dengan bersungguh-sungguh. Ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja atau membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran/penderitaan. Sedangkan Doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya/jelasnya usaha menitikberatkan pencapaian sesuatu dengan baik/mantap sampai akhir.

Dengan adanya perbedaan nuansa makna dari halnya verba diatas, kita harus paham betul dalam pemakaiannya secara tepat dalam kalimat bahasa Jepang. Sehingga kita dituntut untuk memilih kata nuansa yang tepat untuk dijadikan dalam kalimat yang sesuai dengan situasi dan kontekstualnya.Untuk membahas hal tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa pengertian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru

2. Bagaimana pemakaian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru dalam kalimat bahasa Jepang yang memiliki perbedaan nuansa makna.


(20)

3. Apa-apa saja yang mempengaruhi pemilihan kata hagemu,ganbaru dan doryoku Suru

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasan skripsi ini penulis membatasi pembahasan pada pemakaian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru pada kalimat bahasa Jepang yang memiliki perbedaan nuansa makna, sebagai akibat dari pengaruh situasi dan kontekstual.

Dan pembahasan diatas, analisisnya lebih difokuskan mengenai perbedaan nuansa makna dari verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang disebabkan oleh situasi atau kondisi yang mempengaruhi pemakaian kata tersebut. Agar analisisnya lebih akurat, penulis menjelaskan juga mengenai pengertian verba, pengertian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru, dan pilihan bahasa.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.Tinjauan Pustaka

Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis pemakaian verba hagemu, ganbaru,

dan doryoku suru serta perbedaannya. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau

definisi yang berkait dengan linguistik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara (Abdul Chaer, 1994 :1), menyatakan : Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannya.

Biasanya bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah satu kelas kata dalam


(21)

bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Noumura, 1992:158). Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou ) dan bisa berdiri sendiri ( Sutedi, 2003:42).

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba hagemu, ganbaru, dan

doryoku suru yang memiliki makna yang hampir sama tetapi berbeda cara

penggunaannya dalam kalimat. Hagemu adalah mencurahkan dengan sepenuh hati dan berusaha dengan bersungguh-sungguh ( Shogakukan, 1994). Ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja atau membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran/penderitaan (Shoji dan Hirotase, 2002:361). Doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya/jelasnya usaha menitikberatkan pencapaian sesuatu dengan baik/mantap sampai akhir (金木目川頁, 1998:254 ). Hal ini

berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah ideom, dan makna kalimat. Sementara di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (1990:5480) adalah (1) arti:makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.


(22)

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis.

Menurut Ferdinand de Saussure bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata bahasa Yunani Kuno sema yang berarti “tanda” atau “lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “ melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini adalah sebagai padanan kata “sema” itu adalah tanda linguistik. Tanda Linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna.

Menurut Henri Guntur Tarigan ( 1985 : 18 ) bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos yang berarti “penting” yang diturunkan pula dari semainein yang berarti “memperlihatkan/menyatakan” yang berasal pula dari sema yang berarti “tanda” yang terdapat pada kata semapore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan mayarakat. Verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna yang berbeda, maka untuk menganalisa ketiga kata tersebut penulis menggunakan pendekatan semantik.

Banyak teori yang dikembangkan oleh paham filsafat dan linguistik sekitar teori makna dalam studi semantik. Menurut Parera (1990:16) secara umum teori makna dibedakan atas :


(23)

1. Teori Referensial/ Korespondensi 2. Teori Kontekstual

3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori makna kontekstual.

Dari teori yang dikemukakan oleh Wittgenstein seperti diatas, maka sudah pasti verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang makna yang ada dalam verba hagemu, ganbaru dan doryoku suru.

Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem / kata yang berada di dalam satu konteks. (Chaer, 2003:290). Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata / symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks ( Parera, 1991:18).

Menurut Chaer (1994: 59), makna itu terbagi atas dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus ( jisho

teki imi ) atau makna kata ( goi teki imi ) yang sesuai dengan referensinya sebagai hasil

pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata, sedangkan makna gramatikalnya yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat ( bunpo teki imi ) yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya ( Sutedi, 2003 : 105-106 ). Kata hagemu, ganbaru, dan doryoku


(24)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru dalam Kontek kalimat bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui pemakaian verba hagemu, ganbaru dan doryoku suru dalam Konteks kalimat bahasa Jepang yang memiliki perbedaan nuansa makna.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik.

2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba bahasa Jepang, khususnya pengertian, perbedaan, dan persamaan penggunan verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru dalam konteks kalimat bahasa Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Metode Deskriptif yaitu pemaparan dan penjelasan yang dikembangkan sendiri oleh penulis dengan tetap mengacu kepada sumber informasi dan fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat dalam skripsi ini.

Selain itu, penulis menggunakan metode kepustakaan ( liberary research ) yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.


(25)

Winarno Surachman dalam bukunya Pengantar Metodologi Ilmiyah (1988:5) menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interprestasi tentang arti data ini.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN VERBA HAGEMU, GANBARU, DAN

DORYOKU SURU

2.1 Pengertian Verba

Terdapat beberapa definisi verba antara lain menerangkan tentang pemakaianya didalam konteks kalimat dan mengklasifikasikannya.

Penulis mencoba menggunakan definisi verba bahasa Jepang. Sebelum menelaah fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru, penulis akan menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam bahasa Jepang mempunyai batasan atau definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambar proses, perbuatan atau keadaan, yang juga disebut kata kerja ( Poerwadarmita, 2005:1260 ).

Dalam bahasa Jepang verba disebut dengan doushi. Makna doushi dilihat dari kanjinya:

動く = ugoku, dou = bergerak

= kotoba, shi = kata

動詞 = doushi = kata yang bemakna gerak

Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk ( katsuyou ) dan bisa berdiri sendiri ( Sutedi, 2003:42 ). Nomura dan koike berpendapat hampir sama dengan Sutedi. Mereka mengatakan bahwa verba ( doushi ) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, sama dengan


(27)

adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan ( katsuyou ) dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat ( Nomura dalam Sudjianto,2004:149 ).

2.2 Jenis-jenis Verba

Dalam buku Dasar-dasar linguistik bahasa Jepang ( Dedi Sutedi,2003:27 ), verba dalam bahasa Jepag digolongkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjungsinya.

a. Kelompok I

Kelompok I disebut dengan 五段動詞 ( godan-doushi ) , karena

kelompok ini mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang yaitu :あ、

い、う、え、お ( a-i-u-e-o ), cirinya yaitu verba yang berakhiran ( gobi ) huruf う、

つ、る、く、す、む、ぬ、ぶ、ぐ (u-tsu-ru-ku-su-mu-nu-bu-gu ).

Contoh :

買うka-u ( membeli )

立つta-tsu ( berdiri )

売るu-ru ( menjual )

書くka-ku ( menulis )

泳ぐoyo-gu ( berenang )

読むyo-mu ( membaca )

死ぬshi-nu ( mati )


(28)

話すhana-su ( berbicara )

Kelompok II

Kelompok II disebut dengan 一段動詞 ( ichidan-doushi ), karena

perubahannya hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini adalah yang berakhiran suara e-ru disebut kami ichidan-doushi atau yang berakhiran i-ru disebut shimo ichidan-doushi.

Contoh :

見るmi-ru (melihat/menonton )

起きるoki-ru ( bangun )

寝るne-ru ( tidur )

食べるtabe-ru ( makan )

Kelompok III

Verba kelompok III ini merupakan verba yang perubahannya tidak

beraturan, sehingga disebut 変格動詞 ( henkaku-doushi ) diantaranya terdiri dari dua

verba yaitu : Contoh :

1. するsuru ( melakukan )


(29)

Dalam buku A Dictionary Of Basic Japanese Grammar ( Seiichimakino dan Tsutsui,1997:582-584) mengklasifikasikan verba secara semantik menjadi lima jenis yaitu :

1. Verba Stative ( yang menyatakan diam/tetap)

Verba ini menunjukkan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersamaan dengan verba bantu-iru.

Contoh : 1.いる iru (ada)

2. できるdekiru ( dapat )

3.要るiru ( membutuhkan )

2. Verba Continual ( yang menyatakan selalu, terus menerus)

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu-iru untuk menunjukkan aspek pergerakan. Contoh :

1. 食べる taberu (makan) ---食べているtabete iru (sedang makan)

2. 飲む nomu (minum) --- 飲んでいる nondeiru (sedang minum)

3. Verba punctual (yang menyatakan tepat pada waktunya)

Verba ini berkonjungsi dengan verba Bantu-iru untuk menunjukkan tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/posisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda.

Contoh :


(30)

4. Verba Volitional (yang menyatakan bukan kemauan)

Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin, bentuk perintah, dan bentuk kesanggupa n. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenan dengan emosi atau perasaan dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan.

Contoh:

愛するaisuru (mencintai, berkenaan dengan perasaan)

聞こえるkikoeru (kedengaran /terdengar, tidak berkenaan dengan perasaan).

5. Verba Movemen (yang menyatakan pergerakan)

Verba ini menunjukkan pergerakan. Contoh :

走るhashiru (berlari)

行くiku (pergi)

Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Shimizu,2000:45), verba dalam bahasa Jepang dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Jidoushi 自動詞 (verba Intransitif)

Jidoushi merupakan verba yang tidak disertai dengan objek penderita. Pengertian dilihat dari huruf kanjinya yang bermakna kata yang bergerak sendiri.

Contoh :

変わる kawaru (tukar)

起きるokiru (bangun)

寝る neru (tidur)


(31)

集まるatsumaru (berkumpul)

流れるnagareru (mengalir)

2. Tadoushi 他動詞 (verba transitif)

Verba yang memiliki objek penderita. Pengertian dilihat dari makna kanjinya yang bermakna “kata yang digerakkan yang lain”,jadi ada gerakan dari subjek.

Contoh:

起こすokosu (membangunkan)

寝かすnekasu (menidurkan)

入れるireru (memasukkan)

集めるatsumeru (mengumpulkan)

流すnagasu ( mengalirkan)

3. Shodoushi (所動詞)

Shodoushi merupakan kelompok verba (doushi) yang memasukkan pertimbangan

pembicara, maka tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif dan kausatif. Selain itu, shodoushi tidak memiliki bentuk perintah dan ungkapan kemauan (ishi hyougen). Diantara verba-verb yang termasuk kelompok ini, kelompok doushi yang memilki makna potensial seperti ikeru dan kireru yang disebut 可能動詞 kanou doushi (verba

potensial). Contoh :

見えるmieru (terlihat)

聞こえるkikoeru (terdengar)


(32)

2.3 Fungsi verba

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.1 (pengertian verba), pada umumnya verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, dan terletak diakhir kalimat. Contoh :

私は漢字を書く。

Watashi wa kanji o kaku.

“Saya menulis kanji”

Verba berfungsi untuk membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya fuzukugo (Sudjianto,2004:159). Contoh :

1. 壁に地図が張ってある

kabe ni chizu ga hatte aru.

“Di dinding ada peta tergantung”.

2. 先生に漢字を書いてもらう

Sensei ni kanji o kaite morau.

“Guru menuliskan saya kanji”.

Verba berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vocal /u/(Sudjianto,2004:149).

Contoh :

1.これアミルさんが書く絵です。

kore wa Amirusan ga kaku e desu.


(33)

2.私はエアコンがある自動車がほしいです。

Watashi wa eakon ga aru jidousha ga hoshiidesu.

“Saya ingin mobil yang memiliki AC”

2.4 Pengertian Verba Hagemu,Ganbaru,dan Doryoku suru 2.4.1 Pengertian Verba Hagemu

Verba Hagemu adalah verba yang termasuk ke dalam kelompok I 五段動 詞

( goudan-doushi ). Berikut akan dijelaskan tentang pengertian dan pemakaian dari verba hagemu tersebut :

a. Dalam buku Kuigigo Tsukaikata Jiten, 金 木 目 川 頁 mengatakan bahwa

verba hagemu adalah berjuang atau berusaha dengan memacu diri sendiri agar jangan malas (1998:255)

Contoh :

毎日仕事に励む

Mainichi shigoto ni hagemu. (Setiap hari berusaha bekerja).

b. Dalam buku A Dictionary of Synonym In Japanese, Matsuki Seikei mengatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha secara

sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri (1994:219). Contoh :

学生は学業にはげむ。

Gakusei wa gakugyou ni hagemu.


(34)

c. Dalam buku Reikai Shingokugo Jiten, Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo mengatakan bahwa verba hagemu adalah berusaha menangani sesuatu dengan

gigih (1993:788). Contoh :

勉強にはげむ Benkyou ni hagemu

( Belajar dengan gigih ).

d. Dalam buku Gakuken Kokugodai Jiten, Kindaichiharugao mengatakan bahwa berusaha /berjuang dengan mencurahkan kekuatan hati/perasaan

(1998:1557). Contoh :

仕事に励む

Shigoto ni hagemu. ( Bekerja dengan gigih ).

2.4.2 Pengertian Verba Ganbaru

Verba ganbaru adalah verba yang termasuk kedalam kelompok I 五 段 動 詞

(Goudandoushi). Berikut akan dijelaskan tentang pengertian dan pemakaian dari verba ganbaru tersebut :

a. Dalam buku Effektive Japanese Usage Dictionary, Shoji dan Hirotase mengatakan bahwa :

Ganbaru is used when someone does his best or makes an effort to get the best result,without being defeated by hardship or difficulties (2001:234).


(35)

Terjemahannya:

Ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja atau membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran.

Contoh :

私にとって初めてのマラソンだったが、最後までがんばって走った。

Watashi ni totte hajimete no marason dattaga, saigo made ganbatte hashitta. ( Bagi saya pertama kali melakukan marathon, saya berlari dengan usaha sampai finish )

a. Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang edisi bahasa Indonesia, Nomoto Kikuo mengatakan bahwa verba ganbaru adalah berusaha

sekeras-kerasnya dengan sabar sampai selesainya (1988:217). Contoh :

試験に合格するまでがんばる。

Shiken ni goukaku suru made ganbaru.

( Belajar bersungguh-sungguh sampai lulus dalam ujian).

b. Dalam buku Kuigigo Tsukaikata Jiten, 金 木 目 川 頁 mengatakan bahwa

verba ganbaru adalah tidak mudah terpengaruh oleh tekanan dari luar maupun godaan dan menitikberatkan kepada kegigihan untuk melakukan yang diinginkan/diniatkan sehingga sampai terwujud (1998:254).

c. Dalam buku A Dictionary of Synonyms in Japanese, Matsuki Seikei mengatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan

mengeluarkan sekuat tenaga dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan (1994:219).


(36)

d. Dalam buku Renkai Shingokugo Jiten, Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo mengatakan bahwa ganbaru adalah tidak mau/enggan memberikan pendapat

orang lain, mengutarakan pendapat diri sendiri (1993:216). Contoh :

そんなにがんばってつっぱらなくてもいいのに。

Sonna ni ganbatte tsupparanakutemoiinoni.

( Janganlah memaksa diri sendiri/ bersikeras sedemikian rupa).

e. Dalam buku Gakuken Kokugodai Jiten, Kindaichiharugao mengatakan bahwa verba ganbaru adalah mempertahankan niat/ keinginan diri sendiri/

mempertahankan pendapat diri sendiri dengan kuat/ gigih sampai akhir (1998:416).

2.4.3 Pengertian Verba Doryoku suru

Verba doryoku suru adalah verba yang termasuk kedalam verba kelompok III 変 格 動 詞 (Henkaku-doushi). Berikut ini akan dijelaskan tentang pengertian dan

pemakaian dari verba doryoku suru tersebut :

a. Dalam buku Kuigigo Tsukaikata Jiten, 金 木 目 川 頁 mengatakan bahwa

doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dan tekanan luar ke dalam pemikiran, singkatnya usaha menitikberatkan pencapaian sesuatu dengan baik sampai akhir ( 1998:254).

b. Dalam buku Reikai Shingokugo Jiten, Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo mengatakan bahwa verba doryoku suru adalah berusaha / berjuang secara


(37)

Contoh :

努力

Doryoku ga minoru が実る。

( Membuahkan usaha ).

c. Dalam buku Gakuken Kokugodai Jiten, Kindaichiharugao mengatakan bahwa verba doryoku suru adalah berusaha/ mengeluarkan dengan segala

kekuatan/ kemampuan demi mencapai suatu tujuan (1998:1426).

2.5 Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa merupakan suatu perwujudan dari penggunaan sebuah bahasa tertentu oleh seorang dwibahasawan setelah ia memutuskan untuk memilih salah satu bahasa untuk menanggapi kejadian tertentu. Dalam Pemilihan bahasa, banyak factor yang mempengaruhinya. Beberapa diantaranya adalah factor partisipan, situasi, domain, topic pembicaraan, tempat, bahasa yang dikuasai, bentuk bahasa dan lain-lain (Purba, 1997). Jika seseorang menggunakan lebih dari satu bahasa saat berkomunikasi dengan lainnya, mereka selalu memilih salah satu bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu, orang tertentu dan menggunakan bahasa yang lain untuk tujuan lain, tempat lain dan orang lain.

Dalam menjelaskan perilaku pemilihan bahasa pada masyarakat bilingual, Siregar (1998:50) mengemukakan beberapa hal seperti bahasa apa yang selalu digunakan dalam interaksi keluarga, atau interaksi intra kelompok etnik sendiri. Kemudian bahasa yang mana digunakan dalam interaksi inter kelompok etnik yang berbeda, lalu ciri apa yang dapat digunakan untuk menentukan pemilihan bahasa dalam


(38)

situasi dan menentukan pemilihan bahasa dalam situasi lainnya. Fissman (1968) seperti yang diuraikan oleh Appel (1988:23) mengatakan :

“When speakers use two languages, they will obviously not use both inculturasi all

circumstances : in certain situations they will use one, in others, the other.”

Maksudnya : Bila orang dapat menggunakan dua bahasa pada kenyataannya mereka

tidak menggunakan kedua-dua bahasa itu dalam semua situasi. Pada situasi-situasi tertentu mereka akan menggunakan bahasa yang satu dan menggunakan yang satu lagi pada situasi yang lain.

Untuk batasan pemilihan bahasa ini Fishman merangkai sebuah pertanyaan : “Siapa yang berbicara, bahasa apa, kepada siapa dan kapan?”. Dengan demikian bahwa pemilihan bahasa ini sangat bergantung kepada situasi, tempat, pembicara, mitra bicara, status social, jenis kelamin, dan latar belakang etnis.

Menurut Rusyana (1989:34) banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan bahsa dalam masyarakat bilingual yaitu partisipan, situasi, isi pembicaraan dan fungsi serta tujuan interaksi.

Berdasarkan konsep dari Pilihan bahasa di atas, bahwa kaitannya penulis membahas pemakaian verba Hagemu, Ganbaru, dan Doryokusuru yang merupakan salah satu verba yang termasuk ke dalam pilihan bahasa terutama dalam pemilihan katanya yang sesuai dengan kontekstualnya.


(39)

BAB III

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA HAGEMU,GANBARU, DAN DORYOKU SURU

Maka pada Bab III ini penulis mencoba manganalisa pemakaian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang sesuai dengan beberapa pandapat dari beberapa ahli linguistik yang telah dipaparkan sebelumnya.

3.1 Verba hagemu Contoh 1 :

考えを改めて仕事に励む. (Gaikoku no tane no kihongo youvei jiten, 819)

Kangae wo aratamete shigoto ni

“Bersungguh-sungguh untuk bekerja dengan merubah pemikiran”

hagemu.

Analisis:

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujuka n pada kalimat diatas adanya unsur dari tekanan luar dengan merubah pemikiran. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba doryoku suru. Hal ini sesuai dengan teori( 金木目川頁, 1998:255) yang menyatakan

bahwa verba doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya usaha menitik beratkan pencapaian sesuatu yang baik sampai akhir. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara melakukan suatu pekerjaan dengan cara merubah pemikiran cara bekerja dengan melalui unsur dari tekanan luar.


(40)

Contoh 2 :

貧乏に負けないで勉強に励んだ。( Nipponia, 2004:19)

Binbou ni makenaide benkyou ni

“Bersunguh-sungguh untuk belajar tanpa menyerah pada/dalam keadaan yang miskin”. hagenda.

Analisis :

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tidak pantang menyerah meskipun dalam keadaan miskin/sulit. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan sekuat tenaga dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara berusaha/bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dengan cara mengeluarkan sekuat tenaga atau dengan kata lainnya dilakukan tanpa menyerah meskipun dia melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang miskin, sulit/tidak memungkinkan.

Contoh 3 :

食べる物も食べないで学問にはげんでいるそうです。(Nipponia, 2001:9)

Taberumono mo tabenaide gakumon ni

“Katanya (dia) menekuni ilmu pengetahuan tanpa makan makanan yang dimakan.

hagendeirusoudesu.

Analisis:

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas sudah tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tekun belajar meskipun dalam keadaan tidak makan. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara


(41)

sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan sekuat tenaga dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mendengar dari orang lain bahwa dia bersungguh-sungguh dengan tekun belajar meskipun dia dalam keadaan tidak makan/dalam kesulitan.

3.2 Verba ganbaru Contoh 1 :

若い人たちが元気になれば、地域も元気になります。みんな一緒にがんばれば

いいんです。( Nipponia, 2006:19).

Wakai hitotachi ga genki ni nareba,chiikimo genkininarimasu. Minna ishoni

“Apabila pemuda pemudi menjadi sehat, dengan sendirinya lingkungan juga menjadi sehat. Saya pikir semuanya harus berusaha bersama-sama”.

ganbarebaiindesu.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Shoji dan Hirotase, 2002 :234) yang menyatakan bahwa verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja/membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengharapkan usaha dari pemuda pemudi untuk menjaga kesehatan dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat juga.


(42)

Contoh 2 :

ある窯元で絵付け職人を探していると聞いて、居ても立っても居られず、『1

年 間 、 給 料 な し て が ん ば り ま す か ら 、 や ら せ て く だ さ い 』 と 訪 ね て い っ た.

(Nipponi, 2004:21).

Aru kamamoto de etsuke shokunin wo sagashiteiru to kiite, itemo tattemo irarezu [1 nenkan,kyuuryouna shite ganbarimasukara,

“ Saya mendengar kabar bahwa disebuah tempat pembuatan tembikar mencari seorang tukang mendesain lukisan, tanpa pikir panjang saya langsung meminta “mohon pekerjakan saya, karena saya akan berusaha tanpa gaji selama 1 tahun”.

yarasetekudasai] to tazuneteitta.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan tenaga sekuatnya dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengungkapkan keinginannya kepada orang lain untuk bekerja sebagai mendesain lukisan di tempat tersebit dan dia mengatakan akan berusaha bekerja dengan giat dan berani tanpa digaji dalam 1 tahun, walaupun dia belum ada pengalaman dalam mendesain lukisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : pembicara akan berusaha melakukan apapun supaya diterima bekerja di tempat itu.

Contoh 3 :

2002年の終わりには皆様からよくやったと言われるように今から気を引き

締 め 、 日 本 語 セ ン タ ー ス タ ッ フ ー に 頑 張 っ て い か な け れ ば と 思 っ て お り ま す


(43)

2002 nen no owari niwa minnasama kara yoku yattato iwareruyouni ima kara ki wo hiki shime, nihongo sentaasutaffuu ni ganbatte i

‘Saya berharap kiranya mulai saat ini Bapak dan Ibu sekalian mengukuhkan tekad, dan bersama-sama dengan Staf Pusat Bahasa Jepang berusaha dengan keras, sehingga di akhir tahun 2002 nanti, berbagai pihak akan memberikan sambutan baik dan pujian atas keberhasilan yang kita raih berkat kerja keras kita tersebut”.

kanakereba to omotteorimasu.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori

(金 木 目 川 頁, 1998:255). Yang menyatakan bahwa verba ganbaru tidak mudah

terpengaruh oleh tekanan dari luar maupun godaan dan menitik beratkan kepada kegigihan untuk melakukan yang diinginkan /diniatkan sehingga sampai terwujud. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengharapkan kepada Staf Pusat bahasa Jepang agar lebih berusaha lagi sebelum tahun 2002 berakhir dengan tujuan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Jepang dan untuk kemajuan bersama dalam pembelajaran bahasa Jepang.

3.3 Verba Doryoku Suru Contoh 1 :

大 企 業 や 銀 行 な ど は 感 じ の よ い 制 服 を 社 員 に 着 せ よ う と ど り ょ く す る

(Intermediate Japanese anIntergrated Course,1989:186)

Daikigyou ya ginkou nadowa kanji noyoi seifuku wo shain ni kiseyouto

“ Perusahaan besar maupun Bank dan lain-lain berusaha memakaikan seragam yang bagus/baik kepada para pegawainya”.


(44)

Analisis :

Pemakaian verba doryoku suru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( 金木目川頁 ,1998:255) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru adalah

perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dan tekanan luar ke dalam pemikiran, singkatnya usaha menitikberatkan pencapaian sesuatu dengan baik sampai akhir. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menyuruh pegawainya untuk berusaha menyeragamkan pakaian seragam dengan maksud untuk mengetahui identitas perusahaan tempat dia bekerja.

Contoh 2 :

私たちが毎日使っているものでも、初めにそれを作った人のどりょくはたいへ

んなものだった (Dictionary of Basic Japanese Usage for Foreigners, 1946:728).

Watashitachi ga mainichi tsukatteirumonodemo, hajimenisore wo tsukuttahito no doryoku

“Meskipun barang-barang yang kita gunakan sehari-hari, tetapi usaha daripda orang yang pertama yang membuat benda tersebut sangat berat/sulit”.

wa taihenna monodatta.

Analisis :

Pemakaian verba doryoku pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas untuk diri sendiri, sedangkan verba doryoku suru digunakan adanya campur tangan orang lain. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba hagemu. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo ,1993:788 ) yang menyatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha menangani sesuatu dengan gigih. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menekankan bahwa usaha dari pembuatan barang tersebut


(45)

dilakukan dengan gigih, meskipun barang yang kita gunakan sangat sederhana, tetapi bagi orang yang pertama kali membuatnya sangat sulit.

Contoh 3 :

今年の皆様ご期待に沿うことができるよう努力してまいりますので、どうぞよ

ろしくお願いします( Egao, 2007:1).

Kotoshi no minnasama gokitai ni soukotoga dekiruyou doryokushite

“ Pada tahun inipun kami berusaha agar dapat memenuhi harapan Anda sekalian. Untuk itu, kami mohon kerjasama dari semua pihak”.

mairimasunode, douzo yoroshiku onegaishimasu.

Analisis :

Pemakaian verba doryoku suru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo ,1993:723 ) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru bermakna berusaha /berjuang secara sungguh-sungguh untuk meraih/mencapai suatu tujuan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menyatakan suatu usaha dari mereka dan mengharapkan motivasi dari pihak lain, supaya apa yang dikerjakan dapat mengalami kemajuan.

3.4. Analisis Perbedaan Pemakaian Verba hagemu, ganbaru, dan doryoku Suru

Analisis 1 :

1.考えを改めて仕事に励む


(46)

3. 大企業や銀行などは感じのよい制服を社員に着せようとどりょくする

Berdasarkan dari contoh diatas, penulis akan menganalisis kalimat no 1 diatas sebagai berikut : Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adanya unsur dari tekanan luar dengan merubah pemikiran. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba doryoku suru. Sedangkan, pemakaian verba doryoku suru pada kalimat no.3 diatas sudah tepat. Maka, pada kalimat no.1 dan 3 menggunakan teori (金木目川頁,

1998) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya usaha menitik beratkan pencapaian sesuatu yang baik sampai akhir. Maka situasi yang ditampilkan pada kalimat no 1 dan 3 adalah pada verba hagemu pembicara melakukan suatu pekerjaan dengan cara merubah pemikiran cara bekerja dengan melalui unsur dari tekanan luar, sedangkan verba doryoku suru pembicara menyuruh pegawainya untuk berusaha menyeragamkan pakaian seragam dengan maksud untuk mengetahui identitas perusahaan tempat dia bekerja. Sedangkan pemakaian verba ganbaru pada kalimat no.2 sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Shoji dan Hirotase, 2002 :234) yang menyatakan bahwa verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja/membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat no 3 diatas adalah pembicara mengharapkan usaha dari pemuda pemudi untuk menjaga kesehatan dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat juga.


(47)

Analisis 2 :

1. 貧乏に負けないで勉強に励んだ。

2.あ る 窯 元 で 絵 付 け 職 人 を 探 し て い る と 聞 い て 、 居 て も 立 っ て も 居 ら れ ず 、

『1年間、給料なしてがんばりますから、やらせてください』と訪ねていった.

3. 私たちが毎日使っているものでも、初めにそれを作った人のどりょくはたい

へんなものだった.

Berdasarkan dari contoh diatas , penulis akan menganalisis kalimat no 1 diatas sebagai berikut : Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tidak pantang menyerah meskipun dalam keadaan miskin/sulit. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Sedangkan, pada kalimat no.2 pemakaian verba ganbaru sudah tepat. Maka, pada kalimat no 1 dan 2 menggunakan teori (Matsuki Seikei, 1994) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan tenaga sekuatnya dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Maka situasi yang ditampilkan pada kalimat no 1 dan 2 adalah pada verba hagemu pembicara berusaha/bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dengan cara mengeluarkan sekuat tenaga atau dengan kata lainnya dilakukan tanpa menyerah meskipun dia melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang miskin, sulit/tidak memungkinkan. Sedangkan pada verba ganbaru adalah pembicara mengungkapkan keinginannya kepada orang lain untuk bekerja sebagai mendesain lukisan di tempat tersebut dan dia mengatakan akan berusaha bekerja dengan giat dan berani tanpa digaji dalam 1 tahun, walaupun dia belum ada pengalaman dalam mendesain lukisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : pembicara akan berusaha melakukan apapun supaya


(48)

diterima bekerja di tempat itu. Sedangkan pemakaian verba doryoku suru pada kalimat no 3 kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas untuk diri sendiri, sedangkan verba doryoku suru digunakan adanya campur tangan orang lain. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba hagemu. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo,1993:788 ) yang menyatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha menangani sesuatu dengan gigih. Situasi yang ditampilkan dalam kalimat no 3 diatas adalah pembicara menekankan bahwa usaha dari pembuatan barang tersebut dilakukan dengan gigih, meskipun barang yang kita gunakan sangat sederhana, tetapi bagi orang yang pertama kali membuatnya sangat sulit.


(49)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas,

keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan /dapat berdiri sendiri, dan bisa menjadi predikat dalam suatu kalimat.

2. Verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarka pada bentuk konjungsinya, yaitu: kelompok I 五段動詞 (godan-doushi ) kelompok II

一段動詞 ( ichidan-doushi ), kelompok III 変格動詞( henkaku- doushi ). 3. Verba hagemu dan ganbaru adalah verba yang termasuk kedalam kelompok I 段動 ( godan-doushi ), sedangkan verba doryoku suru adalah verba yang termasuk ke

dalam verba kelompok III 変格動詞 ( henkaku-doushi ).

4. Verba hagemu,ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna yang sama yaitu

“berusaha”, tetapi cara pemakaiannya berbeda-beda tergantung pada kontext kalimat itu sendiri.

5. Verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri.

6. Verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha /bekerja atau membua usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran.


(50)

unsur dan tekanan luar ke dalam pemikiran, singkatnya usaha menitikberatka pencapaian sesuatu dengan baik sampai akhir.

8. Dari ketiga kata kerja tersebut, kalau dilihat dari segi pemakaiannya ganbaru dapat digunakan secara lisan dan tulisan, sedangkan hagemu dan doryoku suru tidak dapat digunakan secara lisan, tetapi hanya digunakan secara tulisan.

9. Ganbaru bisa digunakan dalam bentuk negative, maksudnya adalah verba

ganbaru dapat digunakan untuk mempertahankan pendapat sendiri tanpa ada memberikan peluang kepada orang lain.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis ingin menyarankan antara lain :

1. Diharapkan para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai verba hagemu, ganbaru,dan doryoku suru.

2. Agar tidak terjadi salah pengertian verba-verba tersebut sehingga kita lebih hati-hati dalam menggunakan kata-kata yang mempunyai kemiripan makna, sebab dalam bahasa Jepang banyak kata-kata yang hampir sama pada nuansa makna yang berbeda Diantaranya adalah pemahaman tentang verba hagemu, ganbaru, dan doryokusuru


(51)

BAB III

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA HAGEMU,GANBARU, DAN DORYOKU SURU

Maka pada Bab III ini penulis mencoba manganalisa pemakaian verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru yang sesuai dengan beberapa pandapat dari beberapa ahli linguistik yang telah dipaparkan sebelumnya.

3.1 Verba hagemu Contoh 1 :

考えを改めて仕事に励む. (Gaikoku no tane no kihongo youvei jiten, 819)

Kangae wo aratamete shigoto ni

“Bersungguh-sungguh untuk bekerja dengan merubah pemikiran”

hagemu.

Analisis:

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujuka n pada kalimat diatas adanya unsur dari tekanan luar dengan merubah pemikiran. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba doryoku suru. Hal ini sesuai dengan teori( 金木目川頁, 1998:255) yang menyatakan

bahwa verba doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya usaha menitik beratkan pencapaian sesuatu yang baik sampai akhir. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara melakukan suatu pekerjaan dengan cara merubah pemikiran cara bekerja dengan melalui unsur dari tekanan luar.


(52)

Contoh 2 :

貧乏に負けないで勉強に励んだ。( Nipponia, 2004:19)

Binbou ni makenaide benkyou ni

“Bersunguh-sungguh untuk belajar tanpa menyerah pada/dalam keadaan yang miskin”. hagenda.

Analisis :

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tidak pantang menyerah meskipun dalam keadaan miskin/sulit. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan sekuat tenaga dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara berusaha/bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dengan cara mengeluarkan sekuat tenaga atau dengan kata lainnya dilakukan tanpa menyerah meskipun dia melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang miskin, sulit/tidak memungkinkan.

Contoh 3 :

食べる物も食べないで学問にはげんでいるそうです。(Nipponia, 2001:9)

Taberumono mo tabenaide gakumon ni

“Katanya (dia) menekuni ilmu pengetahuan tanpa makan makanan yang dimakan.

hagendeirusoudesu.

Analisis:

Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas sudah tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tekun belajar meskipun dalam keadaan tidak makan. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara


(53)

sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan sekuat tenaga dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mendengar dari orang lain bahwa dia bersungguh-sungguh dengan tekun belajar meskipun dia dalam keadaan tidak makan/dalam kesulitan.

3.2 Verba ganbaru Contoh 1 :

若い人たちが元気になれば、地域も元気になります。みんな一緒にがんばれば

いいんです。( Nipponia, 2006:19).

Wakai hitotachi ga genki ni nareba,chiikimo genkininarimasu. Minna ishoni

“Apabila pemuda pemudi menjadi sehat, dengan sendirinya lingkungan juga menjadi sehat. Saya pikir semuanya harus berusaha bersama-sama”.

ganbarebaiindesu.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Shoji dan Hirotase, 2002 :234) yang menyatakan bahwa verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja/membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengharapkan usaha dari pemuda pemudi untuk menjaga kesehatan dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat juga.


(54)

Contoh 2 :

ある窯元で絵付け職人を探していると聞いて、居ても立っても居られず、『1

年 間 、 給 料 な し て が ん ば り ま す か ら 、 や ら せ て く だ さ い 』 と 訪 ね て い っ た.

(Nipponi, 2004:21).

Aru kamamoto de etsuke shokunin wo sagashiteiru to kiite, itemo tattemo irarezu [1 nenkan,kyuuryouna shite ganbarimasukara,

“ Saya mendengar kabar bahwa disebuah tempat pembuatan tembikar mencari seorang tukang mendesain lukisan, tanpa pikir panjang saya langsung meminta “mohon pekerjakan saya, karena saya akan berusaha tanpa gaji selama 1 tahun”.

yarasetekudasai] to tazuneteitta.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori (Matsuki Seikei, 1994:219) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan tenaga sekuatnya dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengungkapkan keinginannya kepada orang lain untuk bekerja sebagai mendesain lukisan di tempat tersebit dan dia mengatakan akan berusaha bekerja dengan giat dan berani tanpa digaji dalam 1 tahun, walaupun dia belum ada pengalaman dalam mendesain lukisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : pembicara akan berusaha melakukan apapun supaya diterima bekerja di tempat itu.

Contoh 3 :

2002年の終わりには皆様からよくやったと言われるように今から気を引き

締 め 、 日 本 語 セ ン タ ー ス タ ッ フ ー に 頑 張 っ て い か な け れ ば と 思 っ て お り ま す


(55)

2002 nen no owari niwa minnasama kara yoku yattato iwareruyouni ima kara ki wo hiki shime, nihongo sentaasutaffuu ni ganbatte i

‘Saya berharap kiranya mulai saat ini Bapak dan Ibu sekalian mengukuhkan tekad, dan bersama-sama dengan Staf Pusat Bahasa Jepang berusaha dengan keras, sehingga di akhir tahun 2002 nanti, berbagai pihak akan memberikan sambutan baik dan pujian atas keberhasilan yang kita raih berkat kerja keras kita tersebut”.

kanakereba to omotteorimasu.

Analisis :

Pemakaian verba ganbaru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori

(金 木 目 川 頁, 1998:255). Yang menyatakan bahwa verba ganbaru tidak mudah

terpengaruh oleh tekanan dari luar maupun godaan dan menitik beratkan kepada kegigihan untuk melakukan yang diinginkan /diniatkan sehingga sampai terwujud. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara mengharapkan kepada Staf Pusat bahasa Jepang agar lebih berusaha lagi sebelum tahun 2002 berakhir dengan tujuan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran bahasa Jepang dan untuk kemajuan bersama dalam pembelajaran bahasa Jepang.

3.3 Verba Doryoku Suru Contoh 1 :

大 企 業 や 銀 行 な ど は 感 じ の よ い 制 服 を 社 員 に 着 せ よ う と ど り ょ く す る

(Intermediate Japanese anIntergrated Course,1989:186)

Daikigyou ya ginkou nadowa kanji noyoi seifuku wo shain ni kiseyouto

“ Perusahaan besar maupun Bank dan lain-lain berusaha memakaikan seragam yang bagus/baik kepada para pegawainya”.


(56)

Analisis :

Pemakaian verba doryoku suru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( 金木目川頁 ,1998:255) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru adalah

perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dan tekanan luar ke dalam pemikiran, singkatnya usaha menitikberatkan pencapaian sesuatu dengan baik sampai akhir. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menyuruh pegawainya untuk berusaha menyeragamkan pakaian seragam dengan maksud untuk mengetahui identitas perusahaan tempat dia bekerja.

Contoh 2 :

私たちが毎日使っているものでも、初めにそれを作った人のどりょくはたいへ

んなものだった (Dictionary of Basic Japanese Usage for Foreigners, 1946:728).

Watashitachi ga mainichi tsukatteirumonodemo, hajimenisore wo tsukuttahito no doryoku

“Meskipun barang-barang yang kita gunakan sehari-hari, tetapi usaha daripda orang yang pertama yang membuat benda tersebut sangat berat/sulit”.

wa taihenna monodatta.

Analisis :

Pemakaian verba doryoku pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas untuk diri sendiri, sedangkan verba doryoku suru digunakan adanya campur tangan orang lain. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba hagemu. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo ,1993:788 ) yang menyatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha menangani sesuatu dengan gigih. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menekankan bahwa usaha dari pembuatan barang tersebut


(57)

dilakukan dengan gigih, meskipun barang yang kita gunakan sangat sederhana, tetapi bagi orang yang pertama kali membuatnya sangat sulit.

Contoh 3 :

今年の皆様ご期待に沿うことができるよう努力してまいりますので、どうぞよ

ろしくお願いします( Egao, 2007:1).

Kotoshi no minnasama gokitai ni soukotoga dekiruyou doryokushite

“ Pada tahun inipun kami berusaha agar dapat memenuhi harapan Anda sekalian. Untuk itu, kami mohon kerjasama dari semua pihak”.

mairimasunode, douzo yoroshiku onegaishimasu.

Analisis :

Pemakaian verba doryoku suru pada kalimat diatas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo ,1993:723 ) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru bermakna berusaha /berjuang secara sungguh-sungguh untuk meraih/mencapai suatu tujuan. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat diatas adalah pembicara menyatakan suatu usaha dari mereka dan mengharapkan motivasi dari pihak lain, supaya apa yang dikerjakan dapat mengalami kemajuan.

3.4. Analisis Perbedaan Pemakaian Verba hagemu, ganbaru, dan doryoku Suru

Analisis 1 :

1.考えを改めて仕事に励む


(58)

3. 大企業や銀行などは感じのよい制服を社員に着せようとどりょくする

Berdasarkan dari contoh diatas, penulis akan menganalisis kalimat no 1 diatas sebagai berikut : Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adanya unsur dari tekanan luar dengan merubah pemikiran. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba doryoku suru. Sedangkan, pemakaian verba doryoku suru pada kalimat no.3 diatas sudah tepat. Maka, pada kalimat no.1 dan 3 menggunakan teori (金木目川頁,

1998) yang menyatakan bahwa verba doryoku suru adalah perjuangan terhadap suatu hal yang dapat dimasukkan unsur dari tekanan luar kedalam pemikiran, singkatnya usaha menitik beratkan pencapaian sesuatu yang baik sampai akhir. Maka situasi yang ditampilkan pada kalimat no 1 dan 3 adalah pada verba hagemu pembicara melakukan suatu pekerjaan dengan cara merubah pemikiran cara bekerja dengan melalui unsur dari tekanan luar, sedangkan verba doryoku suru pembicara menyuruh pegawainya untuk berusaha menyeragamkan pakaian seragam dengan maksud untuk mengetahui identitas perusahaan tempat dia bekerja. Sedangkan pemakaian verba ganbaru pada kalimat no.2 sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori ( Shoji dan Hirotase, 2002 :234) yang menyatakan bahwa verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha/bekerja/membuat suatu usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran. Situasi yang ditampilkan sebelumnya dalam kalimat no 3 diatas adalah pembicara mengharapkan usaha dari pemuda pemudi untuk menjaga kesehatan dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat juga.


(59)

Analisis 2 :

1. 貧乏に負けないで勉強に励んだ。

2.あ る 窯 元 で 絵 付 け 職 人 を 探 し て い る と 聞 い て 、 居 て も 立 っ て も 居 ら れ ず 、

『1年間、給料なしてがんばりますから、やらせてください』と訪ねていった.

3. 私たちが毎日使っているものでも、初めにそれを作った人のどりょくはたい

へんなものだった.

Berdasarkan dari contoh diatas , penulis akan menganalisis kalimat no 1 diatas sebagai berikut : Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tidak pantang menyerah meskipun dalam keadaan miskin/sulit. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Sedangkan, pada kalimat no.2 pemakaian verba ganbaru sudah tepat. Maka, pada kalimat no 1 dan 2 menggunakan teori (Matsuki Seikei, 1994) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan tenaga sekuatnya dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Maka situasi yang ditampilkan pada kalimat no 1 dan 2 adalah pada verba hagemu pembicara berusaha/bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dengan cara mengeluarkan sekuat tenaga atau dengan kata lainnya dilakukan tanpa menyerah meskipun dia melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang miskin, sulit/tidak memungkinkan. Sedangkan pada verba ganbaru adalah pembicara mengungkapkan keinginannya kepada orang lain untuk bekerja sebagai mendesain lukisan di tempat tersebut dan dia mengatakan akan berusaha bekerja dengan giat dan berani tanpa digaji dalam 1 tahun, walaupun dia belum ada pengalaman dalam mendesain lukisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa : pembicara akan berusaha melakukan apapun supaya


(60)

diterima bekerja di tempat itu. Sedangkan pemakaian verba doryoku suru pada kalimat no 3 kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas untuk diri sendiri, sedangkan verba doryoku suru digunakan adanya campur tangan orang lain. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba hagemu. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo,1993:788 ) yang menyatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha menangani sesuatu dengan gigih. Situasi yang ditampilkan dalam kalimat no 3 diatas adalah pembicara menekankan bahwa usaha dari pembuatan barang tersebut dilakukan dengan gigih, meskipun barang yang kita gunakan sangat sederhana, tetapi bagi orang yang pertama kali membuatnya sangat sulit.


(61)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas,

keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan /dapat berdiri sendiri, dan bisa menjadi predikat dalam suatu kalimat.

2. Verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarka pada bentuk konjungsinya, yaitu: kelompok I 五段動詞 (godan-doushi ) kelompok II

一段動詞 ( ichidan-doushi ), kelompok III 変格動詞( henkaku- doushi ). 3. Verba hagemu dan ganbaru adalah verba yang termasuk kedalam kelompok I 段動 ( godan-doushi ), sedangkan verba doryoku suru adalah verba yang termasuk ke

dalam verba kelompok III 変格動詞 ( henkaku-doushi ).

4. Verba hagemu,ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna yang sama yaitu

“berusaha”, tetapi cara pemakaiannya berbeda-beda tergantung pada kontext kalimat itu sendiri.

5. Verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri.

6. Verba ganbaru digunakan ketika seseorang berusaha /bekerja atau membua usaha untuk memperoleh hasil yang baik, tanpa mengalami kesulitan, dan kesukaran.


(1)

Analisis 2 :

1. 貧乏に負けないで勉強に励んだ。

2.あ る 窯 元 で 絵 付 け 職 人 を 探 し て い る と 聞 い て 、 居 て も 立 っ て も 居 ら れ ず 、

『1年間、給料なしてがんばりますから、やらせてください』と訪ねていった.

3. 私たちが毎日使っているものでも、初めにそれを作った人のどりょくはたい

へんなものだった.

Berdasarkan dari contoh diatas , penulis akan menganalisis kalimat no 1 diatas sebagai berikut : Pemakaian verba hagemu pada kalimat diatas kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas adalah suatu usaha yang dilakukan dengan tidak pantang menyerah meskipun dalam keadaan miskin/sulit. Sedangkan verba hagemu bermakna berusaha secara sungguh-sungguh dengan memacu diri sendiri. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba ganbaru. Sedangkan, pada kalimat no.2 pemakaian verba ganbaru sudah tepat. Maka, pada kalimat no 1 dan 2 menggunakan teori (Matsuki Seikei, 1994) yang menyatakan bahwa verba ganbaru mengungkapkan arti berusaha dengan mengeluarkan tenaga sekuatnya dalam situasi yang sulit dan tidak memungkinkan. Maka situasi yang ditampilkan pada kalimat no 1 dan 2 adalah pada verba hagemu pembicara berusaha/bersungguh-sungguh dalam kegiatan belajar dengan cara mengeluarkan sekuat tenaga atau dengan kata lainnya dilakukan tanpa menyerah meskipun dia melakukan kegiatan belajar dalam kondisi yang miskin, sulit/tidak


(2)

diterima bekerja di tempat itu. Sedangkan pemakaian verba doryoku suru pada kalimat no 3 kurang tepat. Karena usaha yang ditujukan pada kalimat diatas untuk diri sendiri, sedangkan verba doryoku suru digunakan adanya campur tangan orang lain. Jadi, seharusnya kalimat diatas menggunakan verba hagemu. Hal ini sesuai dengan teori ( Hayashi Shirou dan Nomoto Kikuo,1993:788 ) yang menyatakan bahwa verba hagemu bermakna berusaha menangani sesuatu dengan gigih. Situasi yang ditampilkan dalam kalimat no 3 diatas adalah pembicara menekankan bahwa usaha dari pembuatan barang tersebut dilakukan dengan gigih, meskipun barang yang kita gunakan sangat sederhana, tetapi bagi orang yang pertama kali membuatnya sangat sulit.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Verba dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan aktivitas,

keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan /dapat berdiri sendiri, dan bisa menjadi predikat dalam suatu kalimat.

2. Verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarka pada bentuk konjungsinya, yaitu: kelompok I 五段動詞 (godan-doushi ) kelompok II

一段動詞 ( ichidan-doushi ), kelompok III 変格動詞( henkaku- doushi ).

3. Verba hagemu dan ganbaru adalah verba yang termasuk kedalam kelompok I 段 動 ( godan-doushi ), sedangkan verba doryoku suru adalah verba yang termasuk ke dalam verba kelompok III 変格動詞 ( henkaku-doushi ).

4. Verba hagemu,ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna yang sama yaitu

“berusaha”, tetapi cara pemakaiannya berbeda-beda tergantung pada kontext kalimat itu sendiri.


(4)

unsur dan tekanan luar ke dalam pemikiran, singkatnya usaha menitikberatka pencapaian sesuatu dengan baik sampai akhir.

8. Dari ketiga kata kerja tersebut, kalau dilihat dari segi pemakaiannya ganbaru dapat digunakan secara lisan dan tulisan, sedangkan hagemu dan doryoku suru tidak dapat digunakan secara lisan, tetapi hanya digunakan secara tulisan.

9. Ganbaru bisa digunakan dalam bentuk negative, maksudnya adalah verba

ganbaru dapat digunakan untuk mempertahankan pendapat sendiri tanpa ada memberikan peluang kepada orang lain.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis ingin menyarankan antara lain :

1. Diharapkan para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai verba hagemu, ganbaru,dan doryoku suru.

2. Agar tidak terjadi salah pengertian verba-verba tersebut sehingga kita lebih hati-hati dalam menggunakan kata-kata yang mempunyai kemiripan makna, sebab dalam bahasa Jepang banyak kata-kata yang hampir sama pada nuansa makna yang berbeda Diantaranya adalah pemahaman tentang verba hagemu, ganbaru, dan doryokusuru


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2004. Liguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Hirotase Masyori, Shoji Kakuku. 2002 . Effektive Japanese Usage Dictionary. Tokyo : Kodansha Ltd.

Kashiko. 1999. Kamus Lengkap Jepang-Indonesia Indonesia- Jepang. Surabaya : Kashiko

Kikuo Nomoto.1988 Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. Tokyo Kokritsu Kokugo Kekyusho

Tarigan, Hendry Guntur.1985. Pengajaran Semantik. Bandung : Angkasa.

Poerwadarmita, W.J.S.1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Nomura,Masaki, Seiji Koike.1992. Nihongo Jiten. Jepang : Tokyo.

Sunagawa Yuriko.1998. Nihongo Bunkei Jiten.Tokyo : Kuroshio Shuppun.

Sutedi, Dedi.2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.

Chaer Abdul, Agustina Leoni.2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.


(6)

Japan :Bonjinsha.

Seiichirou, Shakudai. 1946. Dictionary of Basic Japanese Usage for Foreigners. Japan. Kazuo. Ando. 2007. Buletin Egao. Jakarta : The Japan Foundation.

Dahidi Ahmad, Sudjianto.2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

金木目川頁, 1998. Kuigigo Tsukaikata Jiten. Tokyo : Shoupan Hakkou.

Kazumasa, Nishida. 2002. Buletin Egao. Jakarta. Parera, J.D. 1990. Teori Semantik . Jakarta : Erlangga