Persentase kejadian Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009

(1)

PERSENTASE KEJADIAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

PADA ANAK DI RSUP HAM TAHUN 2009

Oleh :

SRI RAMADHANI

070100360

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2010 PERSENTASE KEJADIAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS

PADA ANAK DI RSUP HAM TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SRI RAMADHANI

070100360

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Persentase kejadian Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2009

Nama : Sri Ramadhani Nim : 070100360

Pembimbing Penguji

dr. Erjan Fikri , Sp.B, Sp.BA.

NIP: 196301271989111001 NIP: 19700208200112001 dr. Lita Feriyawati, M. kes

Medan, 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP: 19540220 198110100


(4)

ABSTRAK

Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis lateralis.

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui berapa besar persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak.

Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah deskriptip, dengan desain penelitian cross sectional study.

Jumlah populasi 25 sampel, 88% laki-laki dan 12% perempuan, dengan usia yang bervariasi, usia 0-1tahun 24%, 1-6tahun 52%, 6-12tahun 24%, Hernia inguinalis dextra 64% dan Hernia inguinalis sinistra 32% dan bilateral 4%. Di lihat dari seluruh kejadian hernia inguinalis lateralis, Hernia pada anak sebanyak 31,3%/ 80 kejadian Hernia Inguinalis Lateralis Di RSUP H Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut, dengan sampel yang lebih banyak, bagi para ibu dengan anak yang menderita hernia tidak perlu malu untuk membawa anaknya ke rumah sakit, agar dapat di lakukan pengobatan yang lebih optimal.


(5)

ABSTRACT

Lateral inguinal hernia disease for child is a health issue that related to the social problem. More of parents take their child with the complaint the bump on inguinal part and take to the traditional practitioner before to take to the hospital or docter. There are people who shy if the other ones know that their child are sick and this delay the treatment of the disease specially hernia. The important medical problem is hoe to minimize the frequency of lateral inguinal hernia.

This research was conducted to know how far the percentage of lateralis inguinal hernia.

The applied method in this research is a descriptive with the cross sectional study design.

The number of population are 25 samples, 84% are male and 16% female with the various age from 0-1 month old 4%, 1 month- 1 years old 20%, 1 years – 30 month old 8%, 30 month-5 years old 32%, 6-12 years old 28%, 12-18 years 8%. Dextra inguinalis hernia 64%, sinistra inguinalis hernia 32% and bilateral inguinal hernia 4%. Based on the case of lateral inguinal hernia, pediatric hernia is 31,3%/ 80 occurance of the hernia inguinalis lateralis at RSUP Medan at 2009 year.

It is necessary the follow up research with the more of sample, and the mother must not shy for their child with hernia for optimal treatment.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan berkat dan kasih anugrah-Nya penulis masih diberikan kesehatan sehingga akhirnya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2009 dengan judul : “ persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak di RSUP HAM Medan pada tahun 2009 ”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Erjan Fikri, Sp.B. Sp.BA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

3. dr. Lita Feriyawati, M.kes, selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Kedua orang tua tercinta, ayah (alm. Dtm Idris Ruslan) dan ibu (sarifah), yang selalu menyayangi dan memberikan dukungan secara moril dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Kakak saya evi suriani dan laila sarifah, dan adik saya Muhammad Afandi, Khairullah Ikhsan yang sering memberi doa, semangat, dan dukungannya. 6. Seluruh teman-teman FK USU angkatan 2007 terutama yang penulis

sayangi Dewi, Ria, Ely, Mega, silvia, udin, Sondang, Deo dan seluruh teman-teman yang telah banyak membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna, sehingga kritik dan sarannya sangat diharapkan agar dalam penelitian berikutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Medan, november 2009


(7)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ……… vii

Daftar Gambar ………... viii

Daftar Lampiran ……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Hernia Inguinalis ... 5

2.2.1. Anatomi ... 5

2.1.2. Pengertian Hernia ... 5

2.1.3. Etiologi Hernia Inguinalis ... 6

2.1.4. Klasifikasi ... 7

2.1.5. Embryologi dan Patogenesis ... 9

2.1.6. Manifestasi klinis ... 11

2.1.7. Tatalaksana ... 13

2.1.8. Komplikasi ... 14

2.1.9. Prognosis ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONIL ... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Defenisi Operasionil ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1. Rancangan Penelitian ... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.3. Populasi dan Sampel ………... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data ……… 18


(8)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 19

5.1. Hasil Penelitian ……… 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ……… 20

5.1.2.1. Persentase kejadian hernia pada anak ………….. 20

5.1.2.2. Deskripsi Berdasarkan jenis kelamin ………….... 20

5.1.2.3. Deskripsi Berdasarkan usia ….…… ……….…. 21

5.1.2.4. Deskripsi Berdasarkan lokasi hernia ……… 21

5.2. Pembahasan ……… 22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 24

6.1. Kesimpulan ………. 24

6.2. Saran ………. 25

DAFTAR PUSTAKA ……..……… 26 Lampiran


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

5.1. persentase kejadian Hernia Inguinalis Lateralis pada anak 20 5.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis kelamin 20 5.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia 21 5.4 Distribusi Berdasarkan Lokasi Hernia 21


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1 Hernia inguinalis lateralis kanan ………... 6


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 2 Data Induk Penderita Inguinalis Lateralis Lampiran 3 Hasil Output Data SPSS

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian ke bagian Rekam Medis Lampiran 5 Surat Izin Penelitian ke Instalasi Rindu B Lampiran 6 Ethical clearance


(12)

ABSTRAK

Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis lateralis.

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui berapa besar persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak.

Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah deskriptip, dengan desain penelitian cross sectional study.

Jumlah populasi 25 sampel, 88% laki-laki dan 12% perempuan, dengan usia yang bervariasi, usia 0-1tahun 24%, 1-6tahun 52%, 6-12tahun 24%, Hernia inguinalis dextra 64% dan Hernia inguinalis sinistra 32% dan bilateral 4%. Di lihat dari seluruh kejadian hernia inguinalis lateralis, Hernia pada anak sebanyak 31,3%/ 80 kejadian Hernia Inguinalis Lateralis Di RSUP H Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut, dengan sampel yang lebih banyak, bagi para ibu dengan anak yang menderita hernia tidak perlu malu untuk membawa anaknya ke rumah sakit, agar dapat di lakukan pengobatan yang lebih optimal.


(13)

ABSTRACT

Lateral inguinal hernia disease for child is a health issue that related to the social problem. More of parents take their child with the complaint the bump on inguinal part and take to the traditional practitioner before to take to the hospital or docter. There are people who shy if the other ones know that their child are sick and this delay the treatment of the disease specially hernia. The important medical problem is hoe to minimize the frequency of lateral inguinal hernia.

This research was conducted to know how far the percentage of lateralis inguinal hernia.

The applied method in this research is a descriptive with the cross sectional study design.

The number of population are 25 samples, 84% are male and 16% female with the various age from 0-1 month old 4%, 1 month- 1 years old 20%, 1 years – 30 month old 8%, 30 month-5 years old 32%, 6-12 years old 28%, 12-18 years 8%. Dextra inguinalis hernia 64%, sinistra inguinalis hernia 32% and bilateral inguinal hernia 4%. Based on the case of lateral inguinal hernia, pediatric hernia is 31,3%/ 80 occurance of the hernia inguinalis lateralis at RSUP Medan at 2009 year.

It is necessary the follow up research with the more of sample, and the mother must not shy for their child with hernia for optimal treatment.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui suatu defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (karnadihardja, 2005)

Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis pada anak tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas dari problem sosial. Banyak orang tua membawa anaknya dengan tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter. Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila anak mereka diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia inguinalis lateralis. (Daninilege, 2008 dalam Hidayati, 2009).

Hernia inguinalis lateralis terlihat sebagai suatu tonjolan yang hilang timbul lateral terhadap suatu tuberkulum pubikum, tonjolan dapat timbul apabila pasien menangis, megejan, atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat dan terlentang. Hernia biasanya berisi usus atau mesenterum. Pada perempuan, ovarium dapat mengalami herniasi.

Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena anomali congenital atau karena sebab di dapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong isi hernia. Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka. Umumnya di simpulkan prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadi nya hernia, tetapi diperlukan faktor lain (karnadihardja, 2005)

Hernia inguinalis lateralis merupakan keadaan yang lazim dan membutuhkan pembedahan pada kelompok umur anak insiden hernia pada anak belum ditegakkan tetapi antara 10-20: 1000 kelahiran hidup. Rasio antara anak laki-laki dan wanita 4:1. sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun, kebanyakan muncul pada umur 6 bulan. Hernia inguinalis yang paling sering pada


(15)

anak adalah hernia inguinalis lateralis (indirect). Hernia inguinalis medialis (direct) jarang dan terjadi pada sekitar 1% dari seluruh hernia inguinalis. 60% dari kasus hernia inguinalis biasanya biasanya ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri dan 10% bilateral (shochat, 2000).

Bayi prematur mempunyai insiden hernia inguinalis lateralis lebih tinggi. Sampai dengan 7% anak laki-laki yang dilahirkan kurang dari 30 minggu usia kehamilan menderita hernia inguinalis lateralis dibanding 0,6% bayi laki-laki yang lahir lebih dari 36 minggu usia kehamilan. Lagi pula, sekitar 20 kali lebih besar insiden hernia pada bayi prematur dengan berat badan kurang dari 1.500 gr di banding bayi-bayi yang lebih besar, karena inkarserata mendekati 30% pada populasi ini, perbaikan hernia secara elektif harus dipertimbangkan sebelum dipulangkan dari perwatan intensif neonatus (shochat, 2000).

Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Oleh karena itu dalam mengatasi masalah tersebut, disinilah konsep asuhan keperawatan kita terapkan untuk meningkatkan kesehatan anak, sebagai salah satu masalah yang ditemukan pada anak adalah masalah bedah dari berbagai jenis tersebut salah satunya adalah kasus hernia yang memerlukan tindakan pembedahan, dimana menurut data RSCM pada 3 bulan terakhir dari 108 pasien dengan persentase (8%) dibandingkan dengan persentase penyakit bedah lainnya.

Menurut penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu (1992), secara keseluruhan dari 95 kasus hernia inguinalis lateralis yang diteliti di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai bulan Desember 1991 pada penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan. Dan jumlah ini didapatkan 78,9% kasus laki-laki, 42,1% kelompok umur 0-1 tahun; 52,6% hernia inguinalis lateralis dekstra; 31,6% hernia inguinalis inkarserata, terbanyak pada kelompok umur 0-1 tahun (50%).


(16)

Hernia inguinalis lateralis seringkali dapat didorong kembali ke dalam rongga perut. Tetapi jika tidak dapat didorong kembali melalui dinding perut, maka usus bisa terperangkap di dalam kanalis inguinalis (inkarserasi) dan aliran darahnya terputus (strangulasi). Jika tidak ditangani, bagian usus yang mengalami strangulasi bisa mati karena kekurangan darah. Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan usus ke tempat asalnya dan untuk menutup lubang pada dinding perut agar hernia inguinalis lateralis tidak berulang. (karnadihardja, 2005)

Hernia inguinalis lateralis sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. (Wijayanti, 2008).

Didaerah-daerah beberapa orang tua masih banyak yang membawa anaknya ke dukun, dari pada ke dokter. Dan ada beberapa yang merasa malu dengan penyakit yang di derita anaknya, karena mereka merasa hernia inguinalis lateralis adalah suatu penyakit yang memalukan.

Hernia inguinalis lateralis merupakan masalah bedah di beberapa Rumah Sakit di kota Medan, tidak terkecuali Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, dengan demikian perlu di lakukan penelitian untuk melihat berapa besar kejadian hernia inguinalis lateralis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, di uraikan masalah yang perlu dibahas. 1. berapa besar persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak di lihat dari seluruh kejadian hernia di RSUP HAM Medan.


(17)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui berapa banyak kejadian hernia inguinalis pada bayi atau anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang hernia inguinalis lateralis.

2. Untuk mengetahui insiden hernia inguinalis lateralis pada anak. 3. Untuk mengetahui perbandingan hernia inguinalis lateralis pada

anak laki-laki atau anak perempuan.

4. Untuk mengetahui perbandingan insiden hernia inguinalis lateralis pada sisi kanan dan sisi kiri.

1.4. Manfaat Penelitian - peneliti

menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak

- instalansi

dapat meningkatkan pelayanan pada anak dengan hernia inguinalis lateralis

- umum

memberikan informasi tambahan bagi pembaca dan menambah wawasan dan pengethuan masyarakat bahwa hernia sangat muadah di sembuhkan. Agar orang tua paham tentang panyakit hernia inguinal yang di derita anak-anaknya


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hernia inguinalis 2.1.1. anatomi

Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s fascia, peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique, transversus abdominis, transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior, ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath

(Schwartz, 1989).

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dining canalis inguinalis di bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia abdominalis (snell, 2006).

2.1.2 Pengertian Hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (karnadihardja, 2005)

Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang abnormal. (Dorland,1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. (Jong, 2004).

Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat


(19)

turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan

2.1.3. Etiologi Hernia inguinalis

Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena

anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu yang cukup lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia (karnadihardja, 2005)

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup. Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya beberapa persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis lateralis, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar (karnadihardja, 2005)

Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis


(20)

trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis. (Jong, 2004).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik. (Jong, 2004 dan Schwartz, 2000).

2.1.4. Klasifikasi Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus. Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terlatak anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus. Pada anak hernia inguinalis lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum (karnadihardja, 2005)

Hernia inguinalis indirek (lateralis) merupakan bentuk hernia yang paling sering ditemukan dan diduga mempunyai penyebab kongenital. (Snell, 2006).

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. (Mansjoer, 2000).

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan


(21)

peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. (Mansjoer, 2000).

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. (Mansjoer, 2000).

. ( gambar 1)

Penampilan khas seorang bayi dengan hernia inguinalis lateralis

kanan. Kantung buah zakar kanan diperbesar dan berisi loop

gamblang dan cairan usus.

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot rektus dibagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurisis m.tranversus abdominis yang


(22)

lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak keskrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (karnadihardja, 2005)

Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia lebar. (Snell, 2006).

Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan otot dinding abdomen. (Snell, 2006).

2.1.5. embriologi dan patogenesis

mayoritas hernia inguinalis pada anak adalah hernia inguinalis lateralis akibat dari prosesus vaginalis yang patent. Pada janin gonad mulai berkembang selama 5 minggu kehamilan, ketika sel benih primordial berpindah dari kantung telur (yolk sac) ke rigi gonad. Gubernakulum ligamentosa terbentuk dan turun pada salah satu sisi abdomen pada kutub inferior gonad dan melekat pada permukaan dalam lipatan labium-skrotum. Selama perjalanan turun, gubernakulum melalui dinding anterior abdomen pada tempat cincin inguinalis interna dan kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis merupakan penonjolan di vertikulum peritoneum yang terbentuk tepat sebelah ventral gubernakulum dan berherniasi melalui dinding abdomen dengan gubernakulum kedalam kanalis inguinalis. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di retroperitoneum, turun ke daerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu. Penurunan testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor mekanis (meningkatkan tekanan abdomen), testis turun kedalam skrotum pada umur kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus vaginalis (shochat, 2000).


(23)

Ovarium juga turun kedalam pelvis dari rigi urogenital tetapi tidak keluar dari rongga abdomen. Bagian kranial gubernakulum berdiferensiasi menjadi ligamentum ovarii, dan bagian inferior gubernakulum menjadi ligamentum teres uteri, yang masuk melalui cincin dalam, ke dalam labia mayor, prosesus vaginalis pada anak wanita meluas kedalam labia mayor melalui kanalis inguinalis, yang juga dikenal sebagai kanal nuck (shochat, 2000).

Selama beberapa minggu terakhir kahamilan atau segera setelah, lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk ke dalam saluran inguinal di sekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali inguinal. Kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi distal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000)


(24)

2.1.6. Manifestasi Klinis

Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Kadang-kadang, anak akan datang dengan bengkak skrotum tanpa benjolan sebelumnya pada daerah inguinal. Orang tuanya biasanya sebagai orang pertama yang melihat benjolan ini, yang mungkin muncul hanya saat menangis atau mengejan. Selama tidur atau apabila pada keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan atau pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis lateralis (shochat, 2000)

Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi cincin interna atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang ukurannya dapat berkurang atau berfluktuasi. Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang dewasa dengan menempatkan jari telunjuk pada kanalis inguinalis, yang sebenarnya pada bayi tidak perlu dilakukan, dan ternyata bisa menyebabkan perasaan tidak enak. Hal ini karena cincin interna dan eksterna pada dan anak paralel. Hernia inguinalis lateralis dapat diketahui dengan meletakkan bayi tidur telentang dengan kaki lurus dan tangan diatas kepala. Posisi. Posisi ini dapat menyebabkan bayi menangis menangis, dan dapat meningkatkan tekanan intra abdomen dan akan memperlihatkan benjolan di tuberkulum pubis (cincin eksterna) atau pembengkakan di dalam skrotum. Anak yang lebih tua dapat diperiksa dengan berdiri, yang juga akan meningkatkan tekanan intra abdomen dan memperlihatkan hernia tersebut. Testis yang retraksi sering terjadi pada bayi dan anak-anak daan bisa menyerupai hernia inguinalis dengan benjolan di atas cincin eksterna. Karena itu sangat penting meraba testis sebelum meraba benjolan inguinal. Hal ini akan memungkinkan diferensiasi antara keduanya dan menghindari tindakan bedah yang tidak perlu (shochat, 2000).

Pada diagnosa yang sulit, pemeriksaan rektum bisa membantu membedakan kelainan pangkal paha akut, pemeriksa awalnya memeriksa cincin interna pada sisi yang tidak terlihat dan kemudian dapat mengusapkan jari telunjuk atau jari kelima ke cincin interna pada daerah yang terlibat. Pada kasus


(25)

dengan hernia inguinalis lateralis organ dalam abdomen bisa di palpasi secara menyeluruh melalui cincin interna. Cara ini sangat mebantu dalam membedakan hernia inkarserasi dengan hidrokel tali akut atau kelainan linguinal lain seperti adenitis inguinalis (shochat, 2000)

Kadang sulit membedakan hernia inguinalis total dengan hidrokel murni. Dua keadaan ini biasanya dapat di bedakan dengan anamnesis yang cermat. Pada bayi dengan hernia inguinalis total pembengkakan skrotum bervariasi selam satu hari, biasanya cukup besar apabila bayi menangis atau mengejan, dan menghilang atau kembali menjadi kecil selama relaksasi. Hidrokel murni tidak berubah besarnya selam sehari tetapi bisa secara bertahap menghilang selama usia tahun pertama. Hidrokel dan hernia inguinalis total ini keduanya tembus pandang dan mungkin sulit dibedakan satu sama lain karena kadang-kadang hernia inguinalis total tidak dapat berkurang secara manual karena penyempitan di dalam kanalis inguinalis kecil. Pada keadaan ini, anamnesis sangat di perlukan untuk melakukan operasi. Pada beberapa keadaan anak dengan hernia inguinalis, benjolan inguinal atau pembengkakan skrotum mungkin tidak ada pada saat pemeriksaan fisik, dan satu-satunya temuan mungkin penebalan funikulus spermatikus dengan disertai tanda ”sutra”. Tanda sutra ini di dapat dengan meraba funikulus spermatikus di atas tuberkulum pubis. Dua lapisan peritoneum yang melekat satu sama lain akan terasa seperti sutra. Tanda sutra yang di temukan, serta anamnesis yang baik dapat membantu mendiagnosis hernia ingunalis. Kadang-kadang, kandung kemih yang penuh akan mengoklusi cincin inguinal eksterna sehingga henia tidak dapat ditunjukkan. Pengosongan kandung kencing mungkin membantu pada keadaan ini (shochat, 2000).

Sejumlah keadaan disertai dengan kenaikan risiko terjadinya hernia inguinalis lateralis. Meningkatnya insiden hernia inguinalis lateralis terlihat pada keluarga dengan riwayat keluarga positif hernia inguinalis lateralis, kistik fibrosis, dislokasi pinggul kongenital, testis tidak turun, kelamin tidak jelas (shochat, 2000).


(26)

feminisasi testikuler akan menderita hernia inguinalis. Sebaliknya, insiden feminisasi testikuler pada wanita sulit ditentukan tetapi ada sekitar 1%. Diagnosis feminisasi testikuler dapat di buat pada saat operasi dengan mengenali kelainan gonad dalam kantung hernia atau dengan melakukan pemeriksaan rektum, dengan meraba uterus. Pada bayi wanita normal, uterus dengan mudah diraba sebagai struktur linea mediana yang terpisah di bawa simfisis pubis pada pemeriksaan rektum (shochat, 2000)

2.1.7. Tatalaksana

Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena hernia inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus segera dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari setelah terutama selama tahun pertama kehidupan. Perbaikan elektif hernia inguinalis lateralis dapat dilakukan pada penderita rawat jalan (shochat, 2000).

Ada kontroversi tentang kapan dilakukan eksplorasi pangkal paha kontralateral pada bayi dan anak dengan hernia inguinalis lateralis unilateral. Insiden prosesus vaginalis yang terbuka sekitar 60% pada bayi 2 bulan dan sekitar 40% pada umur 2 tahun. Prosesus vaginalis yang terbuka di temukan pada 30% populasi umum. Setelah perbaikan hernia unilateral pada anak, hernia kontralateral menjadi 30% kasus. Jika perbaikan unilateral pada sisi kiri, peluang terjadinya hernia sisi kanan 40%, kemungkinan karena penurunan testis pada sisi kanan lebih lambat. Resiko terjadinya inkarserata lebih tinggi pada anak umur 1 tahun tahun, biasanya terjadi pada umur 6 bulan (shochat, 2000).

Berdasarkan data ini, kebanyakan ahli bedah anak menganjurkan eksplorasi inguinal bilateral pada semua anak laki-laki kurang dari 1 tahun, anak wanita dengan umur kurang dari 2 tahun. Anak laki-laki dan wanita yang datang dengan hernia inguinalis sisi kiri beresiko terjadi hernia kontralateral dan harus dilakukan eksplorasi sisi kanan, (shochat, 2000).

Manual reduction hernia inguinalis lateralis yang terinkarserasi dapat dilakukan setelah bayi tenang, bayi dalam posisi trendelenburg, dengan


(27)

menggunakan kantong es diletakkan pada posisi yang terserang. Ini di kontraindikasikan pada inkarserasi yang lebih dari 12 jam atau adanya buang air besar bercanpur darah (stool), (shocat, 2000).

Pembedahan efektif untuk hernia inguinalis lateralis di anjurkan pada saat kondisi anak dalam keadaan baik, dan koreksi pada sisi asimptomatis sering dilakukan pada anak berusia kurang dari 2 tahun, terutama pada perempuan.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi. Kantong diajahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong (karnadihardja, 2005).

Pada herniaplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis (karnadihardja, 2005).

Strangulasi di tangani dengan nasogastric suction, rehisdrasi, perbaikan defisiensi elektrolit, dan operasi dapat di lakukan setelah kondisi pasien stabil.

2.1.8. komplikasi

Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. (Jong, 2004 ; Girl dan Mantu, 1992).

Jepitan cincin hernia inguinalis lateralis akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong


(28)

bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. (Wim de Jong, 2004). Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain. (Girl dan Mantu, 1992).

Hernia inkarserata inai dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkarserasi biasanya usus, yang ditandai dengan gejala obstruksi usus, yang disertai muntah, perut kembung, konstipasi, dan terlihat adanya batas udara-air pada saat foto polos abdomen. Setiap anak dengan gejala obstruksi usus yang tidak jelas sebabnya harus dicurigai hernia inkarseta. Pada anak wanita organ yang sering terinkarserasi adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam organ berkurang, terjadilah hernia strangulasi, yang menjadi indikasi pasti untuk operasi (shochat, 2000)

2.1.9. prognosis

Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1.Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak.

3.2. Defenisi Operasionil

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia, dan dapat di sebabkan berbagai hal, pada anak di sebabkan prosessus vaginalis yang gagal menutup.

Menurut undang-undang No.23 Tahun 2009, definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

- anak

angka kejadian hernia inguinalis lateralis


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, untuk melihat persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak, pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study ( penelitian yang di lakukan hanya satu kali atau hanya pada satu saat) dimana akan dilakukan pengumpulan data sekunder berdasarkan rekam medis pasien.

4.2. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sumatra Utara.

Waktu untuk melakukan penelitian ini di rencanakan pada bulan juni-agustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik penderita hernia inginalis selama periode Januari 2009 - Desember 2009.

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang diambil dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel (Notoatmodjo 2005), dengan teknik

consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dimasukkan dalam penelitian.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah semua anak yang tercatat di rekam medis sebagai penderita hernia inguinalis baik yang sinistra, dextra, maupun bilateral.

Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah anak yang menderita hernia femoralis dan hernia lainnya yang bukan hernia inguinalis.


(31)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini data skunder, dengan mengambil data dari rekam medik pasien anak yang menderita hernia inguinalis, di instalasi bedah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.5. Metode Analisa Data

Data dari setiap rekam medis pasien akan diperiksa oleh supervisor lapangan. Ketidakkonsistenan dan ketidak lengkapan informasi, akan di perbaiki sebelum peneliti meningggalkan lapangan. Data yang didapatkan dan sudah diperiksa kelengkapannya akan di masukkan ke computer programmer. Pada proses pemasukan data, data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis tentang kejadian hernia secara deskriftif dengan menggunakan


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki 1.995 orang tenaga yang terdiri 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedik perawatan, 298 orang paramedik non perawatan dan 263 tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brgade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik. Kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi,farmasi, Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha)


(33)

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel yang diperoleh selama periode Juni 2010 sampai Agustus 2010 sebanyak 25 sampel. Semua data diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang menderita hernia inguinalis lateralis.

5.1.2.1. Persentase kejadian Hernia pada anak

Dari tabel 5.1 dapat di lihat persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak sebanyak 25 orang 33,3%/ 80 kejadian hernia inguinalis lateralis di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2009.

Tabel 5.1. Persentase Kejadian Hernia inguinalis Lateralis Pada Anak

No Kejadian Hernia jumlah %

1 Anak 25 31,3

2 Dewasa jumlah

55 80

68,7 100

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.1., jenis kelamin sampel penelitian penderita hernia inguinalis lateralis yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak dimana terdapat 21 penderita (84,0%) laki-laki, perempuan hanya 4 penderita (16,0%).

Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Penderita Hernia Inguinalis Lateralis

No Letak Hernia jumlah %

1 Laki-laki 22 88,0

2 Perempuan jumlah

3 25

12,0 100


(34)

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan usia.

Dari tabel 5.3., diperoleh data penderita hernia inguinalis lateralis lebih banyak dijumpai pada kelompok umur 2½-5 tahun sebanyak 8 penderita (32,0%), kemudian di ikuti kelompok umur 6-12 tahun 7 penderita (28,0%), kemudian kelompok umur 1 bulan -1 tahun 5 penderita (20%), dan kelompok umur 1-2½ tahun dan 12-18 tahun 2 penderita (8%) dan yang paling sedikit 1 penderita (4%).

Tabel 5.3. Distribusi Kelompok Umur Penderita Hernia Inguinalis lateralis

No Umur Jumlah %

1 0-1bulan 1 4

2 1-1 tahun 5 20

3 4 5 6

1-2 ½ tahun 2 ½ tahun- 5 tahun 6-12 tahun 12-18 tahun Total 2 8 7 2 25 8 32 28 8 100

5.1.2.4. Deskripsi Sampel Berdasarkan Lokasi Hernia

Dari tabel 5.3., Lokasi hernia inguinalis lateralis yang paling sering adalah pada sisi kanan 16 penderita (64,0%) dan yang pada sisi kiri 8 penderita (32,0%) dan yang jarang di temukan bilateral yaitu 1 penderita (4,0%)

Tabel 5.4. Distribusi Hernia Berdasarkan Lokasi Hernia

No Lokasi Hernia jumlah %

1 Sisi kanan 16 64,0

2 3 Sisi kiri Bilateral jumlah 8 1 25 32.0 4,0 100


(35)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak di lihat dari seluruh kejadian hernia inguinalis lateralis pada semua usia. di RSUP H Adam Malik Medan pada periode Januari 2009 – Desember 2009.

Pada tabel 5.1., terlihat persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak, 31,3%/ 80 kejadian hernia inguinalis lateralis. Menurut warko (2005), hernia dapat terjadi pada semua usia, tapi meningkat karena penambahan usia, di sebabkan meningkatnya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen, dan juga faktor usia yang menyebabkan jaringan penunjang menjadi menjadi berkurang.

Pada tabel 5.2., terlihat penderita terbanyak adalah laki-laki sebanyak 22 penderita (88,0%) dan perempuan 3 penderita (12,0%), dimana sekitar 7:1. Menurut Warko (2005), kejadian hernia inguinalis lateralis lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan, dan menurut penelitian Sochat (1999), didapatkan pada penderita hernia inguinalis 4:1 merupakan laki-laki. (4). Sama halnya menurut penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu (1992), di RSU Dadi, Ujung Pandang dari bulan Januari 1988 sampai bulan Desember 1991 pada penderita yang berumur sampai 14 tahun, terdapat 75 laki-laki dan 20 perempuan, didapatkan 78,9% kasus laki-laki. (1).

Hernia sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.itu disebabkan karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Pada janin laki-laki, testis (buah pelir) turun dari rongga perut menuju skrotum (kantung kemaluan) pada bulan ketujuh hingga kedelapan usia kehamilan. Lubang yang berupa saluran itu akan menutup menjelang kelahiran atau sebelum anak mencapai usia satu tahun. Ketika dewasa, daerah itu dapat menjadi titik lemah yang potensial mengalami hernia. (Wijayanti, 2008). (12).

Dari tabel 5.3., diperoleh data penderita hernia inguinalis lateralis lebih banyak dijumpai pada kelompok umur 2½-5 tahun sebanyak 8 penderita (32,0%), kemudian di ikuti kelompok umur 6-12 tahun 7 penderita (28,0%), kemudian


(36)

tahun dan 12-18 tahun 2 penderita (8%) dan yang paling sedikit 1 penderita (4%). Menurut Ilham (2008) dalam Nurlaili Hidayati (2009), di Indonesia diperkirakan 102 ribu anak menderita penyakit hernia. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas usia penderita selama Januari-Desember 2007 berkisar antara 2-5 tahun, dengan rincian umur kurang dari 1 tahun sebanyak 51-211 penderita, dan umur 5 tahun berkisar antara 150.214 penderita. Menurut shochat (2000), sekitar 50% akan muncul sebelum umur 1 tahun dan lebih sering pada usia 6 bulan, kebanyakan muncul muncul pada umur 6 bulan. Dan menurut penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu (1992) di RSU Dadi Ujung Pandang penderita hernia terbanyak pada anak adalah pada usia 0-1 tahun.

Hasil yang didapat peneliti tentang kelompok usia terbanyak sama dengan hasil penelitian yang di lakukan Ilham (2008) dan hidayati (2009) di jawa tengah, dan tidak sama dengan penelitian shochat (2000) dan penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantau (1992) di RSU Dadi Ujung Pandang. Perbedaan hasil oleh masing-masing peneliti lebih didasari oleh jumlah populasi dan sampel yang di gunakan peneliti, dan pengelompokan umur dari masing masing penelitian.

Dari tabel 5.4, terdapat daerah dextra anak yg paling banyak mengalami penonjolan akibat hernia inguinalis, dimana sekitar 16 penderita (64,0%), sedangkan dari sinistra terjadi 8 orang penderita (32,0%), serta bilateral hanya 1 orang (4,0%). Menurut penelitian Shochat (1999), enam puluh persen dari hernia ingunalis ada pada sisi kanan, 30% pada sisi kiri, dan 10% bilateral. Dan penelitian Made Kusala Girl dan Farid Nur Mantu (1992), 52,6% hernia inguinalis lateralis dekstra. (4).


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. umur penderita hernia inguinalis lateralis terbanyak di RSUP HAM Medan adalah umur 2½-5 tahun sebanyak 8 penderita (32,0%), kemudian di ikuti kelompok umur 6-12 tahun 7 penderita (28,0%), kemudian kelompok umur 1 bulan -1 tahun 5 penderita (20%), dan kelompok umur 1-2½ tahun dan 12-18 tahun 2 penderita (8%) dan yang paling sedikit 1 penderita (4%).

2. Jenis kelamin penderita Hernia terbanyak di Rumah Sakit Umum PusaT Haji Adam Malik Medan adalah laki-laki, sebanyak 22 penderita (88,0%) dan wanita 3 penderita (12,0%).

3. Lokasi penderita hernia inguinalis di RSUP H Adam Malik Medan pada umumnya adalah dextra (52,2%), diikuti sinistra (45,7%) dan bilateral (2,2%).

4. Dari hasil penelitian, persentase kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak di RSUP HAM Medan sekitar 25 dari 80 kejadian Hernia Inguinalis Lateralis.


(38)

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

- penelitian

Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui usia tersering di lakukannya pembedahan pada hernia inguinalis lateralis, dan alasan dr bedah melakukan pembedahan pada saat itu.

- instalasi

Penulisan umur, riwayat penyakit, dan diagnosa pada rekam medik di tuliskan lebih jelas lagi.

- masyarakat

Untuk orang tua yang mempunyai anak yang menderita hernia inguinalis lateralis segera bawa ke rumah sakit untuk segera di periksa dan dapat di lakukan pembedahan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, RE. Kliegman, Robert M. Arvin, Ann M. editor

Wahab, AS, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 volume 2: Jakarta: EGC.

Girl, M.K., Mantu, F.M., 1992. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Jakarta: 51 – 55.

Hay, W.W., Hayward, A.R., Levin, M.Y., Sondheimer, J.M., 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 16th ed. Singapore: Mc. GRAW-Hill: 627-628.

Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum. Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 519-537.

Karnadihardja, W, 2004. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, omentum. Dalam buku ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Halaman:

519-540.

Kumala, P. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland: 25 th ed, Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. In: Mansjoer,A., ed. Bedah Digestif. Jakarta: Media Aesculapius, 302–328.

Merenstein, GB. Kaplan, David W. Rosenberg, Adam A. editor.

Setiawan, liana. Soegiarto, Bertha, 2001. Buku Pegangan Pediatric. edisi 17: Jakarta: Widya Medika.


(40)

Nelson, W.E., 1999. Hernia Inguinalis. Dalam: Behrman, R.E., Kliegman, Robert, Arvin, A.N., ed. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC, 1372-1375.

Nurlaili H, 2009. Asuhan Keperawatan pada An. E dengan HIL

(Hernia Inguinalis Lateralis) di Bangsal Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Available from:

20 April

Sadler, T.W. 1997. Sistem Pencernaan. Dalam: Ronardy, D.H., ed. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC, 243–271.

Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed.

Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.

Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147–200.

Surya, B., 2006. Perbandingan Nyeri Pasca Hernioplasty Shouldice “ Pure Tissue” dengan Lichtenstein “Tension Free”. Majalah Kedokteran Nusantara. 39 (3): 211-218.

Wijayanti, 2008. Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan gangguan Sistem Pencernaan: Post Op Hernia Inguinalis di Bangsal Anggrek RSUD Wonogiri, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available

from:


(41)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Ramadhani

Tempar / Tanggal Lahir : Kuala Tanjung/ 17 april 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Perjuangan No 25 D, Setia Budi, Tanjung Rejo. Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar SD Neg 017417 kuala indah ( 1995-2001)

2. Sekolah Lanjutan tingkat pertama tsanawiyah medang deras ( 2001-2004 )

3. Sekolah perawat kesehatan Pemkab Asahan ( 2004-2007 )

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( 2007-Sekarang )


(42)

LAMPIRAN 2

DATA INDUK PENDERITA

NO NO RM NAMA

JENIS

KELAMIN UMUR

JENIS

HERNIA LOKASI 1 380546 D.H laki2 2 tahun inguinalis Dextra 2 385062 F.R laki2 4 tahun inguinalis Sinister 3 389244 D.M. laki2 3 tahun inguinalis Dextra 4 338233 Y.G perempuan 5 tahun Inguinalis Dextra 5 402320 A.K laki2 6 bulan inguinalis Bilateral 6 402587 M.A laki2 6 tahun Inguinalis Sinister 7 403224 A.A laki2 17 tahun inguinalis Dextra 8 410931 M laki2 2 bulan Inguinalis Dextra 9 407438 R.S laki2 3 tahun Inguinalis Dextra 10 007537 A.S perempuan 18 tahun inguinalis Sinister 11 334678 U.M laki2 1 tahun Inguinalis Dextra 12 404772 R perempuan 6 hari Inguinalis Dextra 13 405663 J.Z. laki2 6 tahun Inguinalis Sinister 14 415548 M laki2 3 tahun Inguinalis Sinister 15 419242 M.A laki2 1 tahun Inguinalis Dextra 16 419478 A laki2 2 tahun Inguinalis Dextra 17 392708 K.A laki2 8 tahun Inguinalis Dextra 18 384003 H laki2 8 bulan Inguinalis Dextra 19 407438 RB laki2 11 tahun Inguinalis Dextra 20 422632 A.A laki2 3 tahun Inguinalis Dextra 21 412743 A.A laki2 7 tahun Inguinalis Dextra 22 421289 E.W Laki2 6 tahun Inguinalis Sinister 23 422746 Y.R laki2 3 tahun Inguinalis Sinister 24 426647 D.R laki2 4 tahun Inguinalis Dextra 25 394423 P.R laki2 7 tahun Inguinalis dextra


(43)

LAMPIRAN 3

Hasil Output Data SPSS

Statistics

umur

N Valid 80

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid anak 25 31.3 31.3 31.3

dewasa 55 68.8 68.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

Statistics

jeniskelamin

N Valid 25

Missing 0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki2 22 88.0 88.0 88.0

perempuan 3 12.0 12.0 100.0


(44)

Statistics

usia

N Valid 25

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-1 bulan 1 4.0 4.0 4.0

1-1tahun 5 20.0 20.0 24.0

1-30 bulan 2 8.0 8.0 32.0

21/2-5 tahun 8 32.0 32.0 64.0

6-12 tahun 7 28.0 28.0 92.0

12-18 tahun 2 8.0 8.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Statistics

lokasi

N Valid 25

Missing 0

lokasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid dextra 16 64.0 64.0 64.0

sinister 8 32.0 32.0 96.0

bilateral 1 4.0 4.0 100.0


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, RE. Kliegman, Robert M. Arvin, Ann M. editor

Wahab, AS, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson edisi 15 volume 2: Jakarta: EGC.

Girl, M.K., Mantu, F.M., 1992. Cermin Dunia Kedokteran. 1993. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Jakarta: 51 – 55.

Hay, W.W., Hayward, A.R., Levin, M.Y., Sondheimer, J.M., 2003. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. 16th ed. Singapore: Mc. GRAW-Hill: 627-628.

Jong, W.D., 2004. Dinding Perut, Hernia, Retroperitoneum, dan Omentum. Dalam: Sjamsuhidayat, R., ed. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 519-537.

Karnadihardja, W, 2004. Dinding perut, hernia, retroperitoneum, omentum. Dalam buku ajar ilmu bedah edisi 2: Jakarta: Halaman:

519-540.

Kumala, P. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland: 25 th ed, Jakarta: EGC.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. In: Mansjoer,A., ed. Bedah Digestif. Jakarta: Media Aesculapius, 302–328.

Merenstein, GB. Kaplan, David W. Rosenberg, Adam A. editor.

Setiawan, liana. Soegiarto, Bertha, 2001. Buku Pegangan Pediatric. edisi 17: Jakarta: Widya Medika.


(2)

Robert, Arvin, A.N., ed. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC, 1372-1375.

Nurlaili H, 2009. Asuhan Keperawatan pada An. E dengan HIL

(Hernia Inguinalis Lateralis) di Bangsal Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Available from:

20 April

Sadler, T.W. 1997. Sistem Pencernaan. Dalam: Ronardy, D.H., ed. Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC, 243–271.

Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed.

Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.

Snel, R.S., 2006. Abdomen: Bagian I Dinding Abdomen. Dalam: Hartanto, Huriawati, ed. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, 147–200.

Surya, B., 2006. Perbandingan Nyeri Pasca Hernioplasty Shouldice “ Pure Tissue” dengan Lichtenstein “Tension Free”. Majalah Kedokteran Nusantara. 39 (3): 211-218.

Wijayanti, 2008. Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan gangguan Sistem Pencernaan: Post Op Hernia Inguinalis di Bangsal Anggrek RSUD Wonogiri, Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available

from:


(3)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Ramadhani

Tempar / Tanggal Lahir : Kuala Tanjung/ 17 april 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Perjuangan No 25 D, Setia Budi, Tanjung Rejo. Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar SD Neg 017417 kuala indah ( 1995-2001)

2. Sekolah Lanjutan tingkat pertama tsanawiyah medang deras ( 2001-2004 )

3. Sekolah perawat kesehatan Pemkab Asahan ( 2004-2007 )

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ( 2007-Sekarang )


(4)

DATA INDUK PENDERITA

NO NO RM NAMA

JENIS

KELAMIN UMUR

JENIS

HERNIA LOKASI

1 380546 D.H laki2 2 tahun inguinalis Dextra

2 385062 F.R laki2 4 tahun inguinalis Sinister

3 389244 D.M. laki2 3 tahun inguinalis Dextra

4 338233 Y.G perempuan 5 tahun Inguinalis Dextra

5 402320 A.K laki2 6 bulan inguinalis Bilateral

6 402587 M.A laki2 6 tahun Inguinalis Sinister

7 403224 A.A laki2 17 tahun inguinalis Dextra

8 410931 M laki2 2 bulan Inguinalis Dextra

9 407438 R.S laki2 3 tahun Inguinalis Dextra

10 007537 A.S perempuan 18 tahun inguinalis Sinister

11 334678 U.M laki2 1 tahun Inguinalis Dextra

12 404772 R perempuan 6 hari Inguinalis Dextra

13 405663 J.Z. laki2 6 tahun Inguinalis Sinister

14 415548 M laki2 3 tahun Inguinalis Sinister

15 419242 M.A laki2 1 tahun Inguinalis Dextra

16 419478 A laki2 2 tahun Inguinalis Dextra

17 392708 K.A laki2 8 tahun Inguinalis Dextra

18 384003 H laki2 8 bulan Inguinalis Dextra

19 407438 RB laki2 11 tahun Inguinalis Dextra

20 422632 A.A laki2 3 tahun Inguinalis Dextra

21 412743 A.A laki2 7 tahun Inguinalis Dextra

22 421289 E.W Laki2 6 tahun Inguinalis Sinister

23 422746 Y.R laki2 3 tahun Inguinalis Sinister

24 426647 D.R laki2 4 tahun Inguinalis Dextra


(5)

LAMPIRAN 3

Hasil Output Data SPSS

Statistics

umur

N Valid 80

Missing 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid anak 25 31.3 31.3 31.3

dewasa 55 68.8 68.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

Statistics

jeniskelamin

N Valid 25

Missing 0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki2 22 88.0 88.0 88.0

perempuan 3 12.0 12.0 100.0


(6)

Statistics

usia

N Valid 25

Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-1 bulan 1 4.0 4.0 4.0

1-1tahun 5 20.0 20.0 24.0

1-30 bulan 2 8.0 8.0 32.0

21/2-5 tahun 8 32.0 32.0 64.0

6-12 tahun 7 28.0 28.0 92.0

12-18 tahun 2 8.0 8.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Statistics

lokasi

N Valid 25

Missing 0

lokasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent