2.1.2.3 Ruang Lingkup Keuangan Negara
Menurut pasal 2, UU keuangan negara, ruang lingkup keuangan negara meliputi:
a Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
melakukan pinjaman; b
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c Penerimaaan negara;
d Pengeluaran negara;
e Penerimaan daerah;
f Pengeluaran daerah;
g Kekayaan negaradaerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa surat
berharga, piutang, barang, serta, hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negaradaerah;
h Kekayaan pihak lain yang dikuasai pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan atau kepentingan umum; i
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah.
2.1.3 Kebijakan Pajak
Kebijakan pajak menurut Mansury dalam Rosdisna 2012: 84 adalah kebijakan fiskal dalam arti sempit. Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan yang mempengaruhi
produksi masyarakat,kesempatan kerja dan inflasi, dengan menggunakan instrumen pemungutan pajak dan pengeluaran belanja negara. Sedangkan pengertian kebijakan fiskal
dalam arti sempit adalah kebijakan yang berhubungan dengan penentuan apa yang akan dijadikan sebagai tax base, siapa-siapa yang dikecualikan, apa-apa yang akan dijadikan
Universitas Sumatera Utara
sebagai objek pajak apa-apa saja yang dikecualikan, bagaimana menentukan besarnya pajak yang terutang dan bagaimana menentukan prosedur pelaksanaan kewajiban pajak terutang.
Beberapa kebijakan pajak antara lain:
1. Supply Side Tax Policies
Supply-side policies adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja pasar dengan cara meningkatkan kapasitas ekonomi untuk memproduksi
sehingga kurva penawaran naik. Kebijakan ini dapat digunakan untuk ketidaksempurnaan pasar. Tujuannya agar dapat meningkatkan kapasitas produksi
sehingga bisa menggunakan kesempatan tenaga kerja. Secara umum, cakupan kebijakan Supply-Side menekankan pada:
a. Kebijakan yang dapat meminimalisir distorsi dalam pasar,yang diakibatkan
oleh pengaruh regulasi terhadap harga, subsidi dan tingginya pajak penghasilan.
b. Kebijakan untuk mengurangi distorsi tersebut, akan mendorong investasi dan
produksi dengan cara membuat bekerjanya insentif ekonomi pasar bebas.
Kebijakan Supply-side terdiri dari beberapa bentuk, yang tidak selalu berkaitan dengan pengurangan tarif pajak. Namun yang paling banyak digunakan adalah yang
berkaitan dengan pajak supply-side tax policy. Hal ini di interpretasikan dengan cara yang berbeda. Dari sudut pandang tradisional atau basic view, yakni penerapan
terhadap pembuatan kebijakan pemerintah. Mereka percaya bahwa kebijakan perpajakan yang dibuat oleh pemerintah dapat menciptakan piuh wedges yang
terjadi karena adanya perbedaan harga produsen antara sebelum dan sesudah pemerintah mengenakan pajak. Piuh ini mengakibatkan efek subtitusi negatif yang
Universitas Sumatera Utara
mendistorsi perilaku ekonomi produser dan penyedia suppliers faktor-faktor produksi.
2. Kebijakan Tax Cut.
Penurunan beban pajak Tax Cut dilandasi oleh fondasi teoritis-empiris suatu kurva Laffer yang diadopsi oleh nama penemunya Profesor Art Laffer. Para ekonom
percaya, bahwa ada hubungan antara tarif pajak dengan produktivitas masyarakat. Kebijakan tax-cut secara teoritis dalam jangka panjang tidak akan menurunkan
penerimaan negara secara aggregate, bahkan sebaliknya akan meninggkatkan penerimaaan negara dari jenis-jenis pajak lainnya. Penurunan tarif pajak bukanlah
satu-satunya instrumen kebijakan tax-cut. Karena pada dasarnya instrumen atau bentuk-bentuk kebijakannya tidak harus selalu berupa penurunan pajak, tetapi juga
bisa berentuk kenaikan personal exemptionAlloawances Penghasilan Tidak Kena Pajak , Object Exemption pembebasan objek , deduction, kenaikan batas lapisan
Penghasilan Kena Pajak dan bentuk-bentuk kebijakan lainnya yang dapat mengurangi beban pajak.
3. Issue Tax Expenditure dalam Supply-Side Tax Policy
Tax expenditure adalah salah satu bentuk hilangnya potensi pemajakan atau lebih tepatnya potensi penerimaan yang dikorbankan oleh pemerintah dengan
memberikan beberapa bentuk tax reliefs pengurang beban pajak sebagai instrumen kebijakan fiskal untuk mencapi tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Berbeda dengan bentuk pengeluaran peerintah goverment expenditure
lainnya, dalam tax expenditure, pemerintah tidak dapat mengawasi langsung alokasi
Universitas Sumatera Utara
sumber daya tersebut. Dalam implementasinya, Tax Expenditure diimplementasikan dalam berbagai bentuk antara lain: pembebasan, pengurangan, penyesuaian, kredit
dan penangguhan.
4. Rekonstruksi Konsepsi Supply- Side Tax Policy.
Konsepsi Supply-side tax policy sering kali diidentikkan dengan tax cut dan bentuk-bentuk pemberian insentif perpajakan lainnya. Padahal, masih banyak bentuk-
bentuk kebijakan pajak lainnya yang dapat memberikan ruang yang lebih luas atau memberikan keleluasaan bagi Wajib Pajak untuk meningkatkan produktivitas.
Perluasan makna dan hakikat Supply-Side Tax Policy inilah yang perlu direkonstruksi agar kebijakan pajak tidak terjebak dalam polemik insentif pajak.
2.1.4. Implementasi Kebijakan 2.1.4.1 Pengertian Implementasi