Peran C-Reactive Protein (CRP) dalam Menentukan Diagnosa Apendisitis Akut

Nazar Moesbar

Penanganan Cedera Tendon Achilles...

Peran C-Reactive Protein (CRP) dalam Menentukan Diagnosa
Apendisitis Akut
Bachtiar Surya
Departemen Ilmu Bedah/Sub Bagian Bedah Digestif
FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan

Abstrak: Appendisitis akut merupakan kasus akut abdomen yang paling sering. Diagnosa masih sulit
sejak appendektomi negatif adalah lebih kurang 20 – 35%. Groon Roos menjelaskan ketepatan dari
diagnosa appendisitis akut adalah kurang dari 80%, maka diperlukan pemeriksaan lain untuk
menyingkirkan appendisitis negatif. Lorentz menyatakan bahwa C-Reaktif Protein(CRP) merupakan
indikator yang sensitif untuk infeksi bakteri, inflamasi dan kerusakan jaringan. Studi ‘cross sectional’
untuk mengobservasi konsentrasi dari C-Reaktif Protein didalam serum darah dan pemeriksaan
histopatologi dari jaringan appendiks pasca appendektomi dari 60 pasien dengan diagnosa klinis
appendisitis akut, dan peritonitis difus akibat daripada perforasi appendiks yang telah dilakukan
appendiktomi emergensi. Dari 60 pasien yang didiagnosa secara preoperatif sebagai appendisitis
akut dan dilakukan operasi appendektomi emergensi, melalui histopatologi pasca operatif, dijumpai
57 pasien sebagai appendisitis akut, dan 3 lain sebagai inflamasi kronik. Peningkatan persentasi CRP

untuk appendisitis akut adalah 42%, appendisitis akut dengan abses lokal 84%, dan peritonitis difus
84%. Sensitifitas CRP adalah 61%, spesifisitasnya 100% dan akurasinya 63%. Peningkatan
konsentrasi CRP dalam serum darah adalah signifikan dalam menunjukkan keparahan dari
apendisitis, maka CRP dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendiagnosa appendisitis akut
ditambah dengan pemeriksaan rutin.
Abstract: Acute appendicitis is the most common case of acute abdomen. Diagnosis is still difficult
since negative appendectomy is approximately 20-35%. Groonroos described the accuration of
diagnosids of acute appendicitis was less than 80%, therefore it is needed to find other examination
method to discard negative appendicitis. Lorentz report that C-Reactive Protein (CRP) is the sensitive
indicator for bacterial infection, inflamation and tissue damage. A cross sectional study was
conducted to observe concentration of C-Reactive Protein (CRP) in blood serum and histopatologic
finding of the appendix tissue post appendectomy. from 60 patients. The subjects were clinically
diagnosed with acute appendicitis and diffuse peritonitis due to appendicitis perforation and were
performed emergency appendectomy. From 60 subjects, there were 57 were found to have acute
appendicitis by post operative histopathologic examination, and the other 3 were found to have
chronic inflammation. The increasing precentage of CRP for acute appendicitis is 42%; acute
appendicitis with local abces 84%; and diffuse peritonitis is 84%. The sensitivity of CRP is 61%,
specificity 100% and acuration 63%. The increase of CRP concentration in blood serum is significant
with the severity of appendicitis, there for CRP can be used as alternative to diagnose acute
appendicitis added to routine examination.


PENDAHULUAN
Apendisitis
akut
merupakan
kasus
terbanyak dari akut abdomen, 1% dari semua
kasus bedah sangat jarang pada infant, inseiden
bertambah sesuai dengan umur, dengan puncak
pada umur 10-30 tahun, ratio laki-laki dibanding
perempuan pada usia remaja 3 : 2 dan menjadi 1
: 1 sesudah usia 25 tahun.1.2 Diagnosa
apendisitis akut masih sulit dan merupakan

problem pada bidang bedah angka negative
appendectomy berkisar 20-35%.3 Selama ini
diagnosa apendisitis akut berdasarkan anamnese,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
yaitu hitung leukosit > 10.000/mm3 dan hitung
jenis leukosit dengan pergeseran ke kiri yaitu

peningkatan persentase neutrofil.4.5.6.7 Namun
sepertiga kasus terutama orang tua, leukosit dan
hitung jenis leukosit dalam batas normal

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

205

Karangan Asli

ataupun peninggian leukosit dan persentase
neutrofil tidak berbanding lurus dengan
keparahan apendisitis.1.3
Groonroos menyatakan akurasi diagnosa
apendisitis akut berdasarkan anamnese, nyeri
McBurney dan leukosistosis kurang dari 80%,8
untuk
itu
perlu
adanya

pemeriksaan
laboratorium tambahan untuk menegakkan
diagnosa apendisitis akut untuk menghindari
appendectomy yang tidak perlu. C-Reactive
Protein (CRP) menurut Lorentz R merupakan
indikator yang seinsitif terhadap infeksi bakteri,
peradangan dan kerusakan jaringan.9 Chen dan
Wang yang melaporkan dalam penelitiannya
sensitifitas, spesifisitas dan akurasi CRP untuk
diagnosa apendisitis akut adalah 89,5%, 100%
dan
90,9%.10
Peneliti
lain,
Gurleyik
mendapatkan sensitifitas, spesifisitas dan akurasi
CRP untuk diagnosa apendisitis akut adalah
93,5%, 80% dan 91%.11 Nilai CRP pada
keadaan normal < 0,8 mg/dl dan meninggi > 1
mg/dl pada keadaan patologis.12 Belum adanya

indikator yang definitif untuk menegakkan
diagnosa apendisitis akut. Untuk mengetahui
apakah CRP meningggi pada apendisitis akut
dan peninggian kadar CRP darah berbanding
lurus dengan tingkat keparahan apendisitis.10.11.13
Diharapkan bisa digunakan sebagai indikator
untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini adalah penelitian cross
sectional dengan mengamati hasil pemeriksaan
CRP pada serum darah semua penderita yang
secara klinis didiagnosa apendisitis akut.
Dilakukann di Rumah Sakit Umum Pusat H.
Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan
dari November 2000-Juli 2001.
Sebanyak 60 orang penderita diatas 15
tahun yang secara klinis didiagnosa apendisits
akut dan peritonitis difusa oleh karena
apendisitis perforasi yang menjalani operasi
appendectomy emergensi. Diambil darahnya

untuk mengukur kadar CRP. Kadar CRP dalam
serum darah diperiksa dengan metode semi
kwantitatif latex agglutinasi sebelum dilakukan
operasi. Massa appendiks sesudah operasi
diperiksa status histopatologinya di bagian
Patologi Anatomi. Data yang diperoleh dianalisa
dengan Chi Square test untuk menentukan nilai
sensitifitas, spesifisitas dan nilai prediksi positif.
Penderita apendisitis akut dan peritonitis
difusa oleh karena apendisitis perforasi berusia
dibawah 15 tahun dan yang tidak bersedia massa
jaringan appendiksnya diperiksa pasca operasi
tidak dimasukkan dalam sampel penelitian.
206

Material penelitian diambil dari serum penderita
apendisitis akut dan peritonitis difusa oleh
karena apendisitis perforasi, diperiksa dengan
CRP reagent kit (Feasterville, USA, No Batch:
CP91100) dan massa jaringan appendiks pasca

appendetomy diperiksa ke bagian patologi
anatomi.
HASIL PENELITIAN
Dari 60 penderita apendisitis akut yang
menjadi objek penelitian, diperoleh data sebagai
berikut (lihat Tabel 1).
Tabel 1:
Data distribusi usia penderita menurut jenis
kelamin
Usia (tahun)
15 – 30
31 – 40
41 – 50
51 – 60
Jumlah

Laki-laki
18
8
3

0
29

Jenis kelamin
%
Perempuan
63
23
26
6
11
1
0
1
100
31

%
75
19

3
3
100

Tabel 2:
Data distribusi hasil histopatologi menurut kadar
CRP
CRP
CRP meninggi
CRP normal
Jumlah

Histopatologi
(+)
35
22
57

%
61

39
100

Histopatologi
(-)
3
3

%
100
100

Dari distribusi hasil pemeriksaan histopatologi
berdasarkan nilai serum CRP, dengan tabel 2x2
dapat ditentukan nilai positif benar 35, nilai
negatif benar 3, nilai negatif semu 22,
selanjutnya ditentukan
nilai
sensitifitas,
spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai

prediksi negatif serta akurasi:
Sensitifitas
: 35/57 x 100% = 61%
Spesifisitas
: 3/3 x 100%
= 100%
Nilai prediksi positif : 35/35 x 100% = 100%
Nilai prediksi negatif : 3/25 x 100% = 12%
Akurasi
: 38/60 x 100% = 63%
Dari 33 penderita apendisitis akut, 19 orang
(58%) dengan nilai CRP normal dan 14 orang
(42%) dengan CRP meninggi, dari 18 penderita
apendisitis akut serta abses lokal, 5 orang (84%)
nilai CRP meninggi serta 5 orang (84%) dari 6
orang peritonitis difusa nilai CRP meninggi,
terlihat peningkatan persentase nilai CRP yang
tinggi sesuai dengan keparahan apendisitis.
Dari Tabel 4 terlihat rata-rata nilai CRP
meningkat sesuai dengan tingkat keparahan
apendisitis.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Bachtiar Surya

Peran C-Reactive Protein (CRP)...

DISKUSI
Telah dilakukan penelitian prospektif pada
60 orang penderita apendisitis akut dan
peritonitis akut oleh karena apendisitis perforasi
yang datang ke RS HAM dan RSPM dengan
perbandingan pria : wanita = 1 : 1 dan usia ratarata pria 26,8 tahun, wanita 25,3 tahun10, hail
pemeriksaan histopatologi jaringan apendiksnya
dijumpai apendisitis akut sebanyak 57 orang dan
3 orang dinyatakan radang kronis.
Sebagai perbandingan hasil penelitian
sensitifitas CRP, spesifisitas CRP dan akurasi
CRP untuk mendiagnosa apendisitis akut yang
dilakukan beberapa peneliti lain dapat dilihat
pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 terlihat hasil sensitifitas
penelitan ini yang rendah dibandingkan peneliti
lain, hal ini disebabkan; 1. perbedaan metode
pengukuran
kadar
CRP
yang
aman
menggunakan
metode
semikwantitatif
sedangkan peneliti lain (Chen) menggunakan

metode kwantitatif yaitu mesin Beckman
analyzer, 2. proses reaksi aglutinasi yang
subjektif, 3. jumlah sampel populasi yang
kurang banyak.
Dari 57 orang dengan histopatologi yang
positif, sebanyak 33 orang dijumpai radang
apendisitis akut saja pada saat operasi, 18 orang
dengan radang apendisitis akut disertai abses
lokal berupa perlengketan dan pus sekitar
jaringan appendiks serta 6 orang dengan
peritonitis difusa.1 Dari Tabel 3 diperoleh
persentase peningkatan CRP pada penderita
apendisitis akut 42%, apendisitis akut serta
abses lokal 84% dan peritonitis difusa 84%,
Chen mendapatkan 755 apendisitis akut, 78,6%
untuk apendisitis akut suppurativa dan 88,9%
untuk apendisitis akut gangrenosa.10 Penelitian
ini juga memperlihatkan rata-rata nilai CRP
yang meninggi pada kasus apendisitis dengan
komplikasi/perforasi sesuai dengan peneliti lain.

Tabel 3.
Kadar serum CRP menurut diagnosa pasca-bedah
No
1
2
3
4

Diagnosa Pasca Bedah
Normal
3
19
3
1
26

Radang kronis
Apendisitis akut
Apendisitis akut + Abses lokal
Peritonitis diffusa
Jumlah

CRP
Meninggi

%
100
58
16
16

%
42
84
84

14
15
5
36

Jumlah
3
33
18
6
60

Tabel 4.
Rata-rata nilai CRP menurut diagnosa pasca-bedah
No.
1
2
3
4

Diagnosa pasca bedah
Radang kronis
Apendisitis akut
Apendisitis akut + abses lokal
Peritonitis difusa

N
3
33
18
6

CRP (X mg/dl)
0,8
5,9
14,0
21,4

Tabel 5.
Sensitifitas CRP dari beberapa penelitian
No
1
2
3

Hasil/Penelitian
Sensitifitas (%)
Spesifisitas (%)
Akurasi (%)

Penelitian ini
61
100
63

Chen dkk
89,5
100
90,9

Gurleyik dkk
93,5
80
91

Tabel 6.
Nilai CRP menurut tingkat keparahan apendisitis akut oleh peneliti lain
No

1
2
3

Penelitian ini
Tk
CRP
Keparahan
mg/dl
Radang
0,8
kronis
App. Akut
5,9
App. Akut +
Abses lokal
Peritonitis
difusa

14
21,4

Groonroos
Tk Keparahan
CRP
mg/dl
Normal
3,2

Chen
Tk Keparahan
-

CRP
mg/dl
-

App. Akut

3,1

App. Akut

2,69

App. Akut
dengan
penyulit

9,9

App. Supuratif

4,28

App.
Gangrenosa

11,78

Gurleyik
Tk Keparahan
Normal
App. Tanpa
perforasi
App. Perforasi

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

CRP
mg/dl
5
33,8
128,5

207

Karangan Asli

Dari Tabel 6 terlihat peninggian CRP uang
nyata pada kasus apendisitis perforas/komplikasi
dan peningkatan kadar CRP sesuai dengan
keparahan radang apendisitis.
KESIMPULAN DAN SARAN
Perbandingan penderita laki-laki dengan
perempuan adalah 1 : 1 dengan usia rata-rata
pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahuan. Dari 60
orang yang secara klinis didiagnosa apendisitis
akut/peritonitis
difusa
karena
perforasi
apendisitis sebelum operasi, 57 orang hasil
pemeriksaan
patologinya
menyatakan
apendisitis akut sedangkan 3 orang lagi radang
kronis. CRP merupakan suatu sarana diagnostik
alternatif untuk apendisitis akut disamping
pemeriksaan rutin. Hasil sensitifitas CRP 61%,
spesifisitas CRP 100% dan akurasi 63%.
Peninggian CRP dan konsentrasi dalam darah
sesuai dengan keparahan apendisitis. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dan lengkap
mengenai CRP untuk bisa menetapkan CRP
sebagai kriteria diagnosa baku pada penderita
apendisitis akut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Telford GI, Condon RE: Appendix, in
Schakelfod’s Surgery of the alimentary
tract, 4th Philadelphia: W.B. Saunders
Company, 1996: 140 – 8.
2.

3.

4.

208

Schwartz SI: Appendix, in Principles of
Surgery, 6th ed. New York: Mc Graw Hill
inc, 1994: 1307 – 18.
Lawrence PF MD, Bell RM, Dayton MT.
MD: Small Intestine and Appendix in
Essentials of General Surgery, 2nd ed.
Baltimore: Williams & Wilkins, 1992: 202
– 6.
Burkit GH, Quick CRG, Galt D:
Appendicitis, in Essentials Surgery
Diagnosis and Management, Singapore:
Longman Singapore Publishers Ltd, 1992:
285 – 97.

5.

Jarrel SE, Carabasi III RA: Surgery, 2nd ed.
Baltimore: Williams & Wilkins, 1991: 212
– 3.

6.

Stillman RM. MD: Acute Appendicitis, in
General Surgery Review and Assesment,
3rd. Connecticut: Prentice Hall International
inc, 1988: 75 – 84.

7.

Lubis R : Pengaruh jumlah Netrofil dalam
menentukan tindakan appendectomy akut.
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Medan, 1998.

8.

Groonroos JM, Groonroos P: Leucocyte
Count and C-Reactive Protein in the
Diagnosis at acute appendicitis. British
Journal of Surgery 1998: 86, 501 – 4.

9.

Lorentz R. Dr.med: Clinical Significance of
C-Reactive
pro,
Diagnostic
and
Monitoring,Boehringr Mamheim, GMBH,
1990: 5 – 6.

10. Chen CS. MD, Wang SM. MD:
Correspondence C-Reactive Protein in the
diagnosis of Acute Appendicitis. American
Journal Emergency medicine, 1996 :
9(14)1.
11. Gurleyik E. Gurleyik G. Unalmiser S:
Accuracy of Serum C-Reactive Protein
Measurements in Diagnosis of Acute
Appendicitis compared with Surgeon’s
Clinical Impressions. Dis Colon Rectum,
1995,38: 1270 – 4.
12. Henry JB, MD: Clinical Diagnosis &
Management by Laboratory Methods, 19th
Ed. Philadelphia: WB Saunders Company,
1991: 225 – 6.
13. Anderson RE, Hugander Ap, Ghazi SH,
Rawn H, Oftenbarte SK, Mystrom
Po,Olaison GP: Diagnostic value of disease
history,
Clinical
presentation,
and
inflammatory parameters of appendicitis,
World J Surg, 1999 Feb, 23(2): 133 – 40.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006