Peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada sistem perdaran darah
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA DENGAN METODE
PENUGASAN PETA KONSEP PADA KONSEP SISTEM
PEREDARAN DARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN Tangerang II Pamulang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
IKA ROHMAWATI
106016100579
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRAK
Ika Rohmawati, Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan
Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, Skripsi Program Studi
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan
metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri
dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian
dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang pada tahun ajaran 2010/2011 di
kelas VIII Bina Prestasi 3 yang terdiri dari 21 siswa. Penelitian ini dilakukan
dalam 2 siklus, adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes
objektif, lembar observasi siswa. Melalui analisis data pada siklus I dan siklus II
diperoleh nilai N-Gain siklus I sebesar 0,51 dan nilai N-Gain siklus II sebesar
0,68. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa.
Hal tersebut juga didukung dengan penghitungan statistik menggunakan Uji
Wilcoxon, dan dihasilkan Jhitung 24 ≤ Jtabel yaitu 59 dengan taraf signifikansi α
(0,5), Sehingga Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pemahaman konsep dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem
peredaran darah.
Kata kunci: Metode Penugasan, Peta Konsep, Pemahaman Konsep
ABSTRACT
Ika Rohmawati, The Improvement Of Students’ Understanding With Concept
Map Exercise Method Toward The Concept Of Blood Circulation System, BA
Thesis, Biology Education Study Program, Faculty Of Tarbiyah And Teachers’
Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research is aimed at knowing the improvement of students’ understanding
with concept map exercise method toward the concept of blood circulation system.
The method implemented in this study is classroom action research concerning 4
phases. Those are planning, acting, observing and reflecting. This research is
implemented at MTsN Tangerang II Pamulang, academic year 2010/2011 at Bina
Prestasi 3 eight grade which consists of 21 students. This study is done within 2
cycles. Meanwhile, the technique of data gathering is trough objective test,
students’ observation sheet. Trough data analysis in cycle I and II reached NGain 0,51 in cycle I and N-Gain 0,68 in cycle II. So it can be concluded that it
shows the improvement of students’ understanding considering concept map. That
circumstance is also supported by the calculation trough Wilcoxon test
statistically, resulted about Jcount 24 ≤ Jtable that is 59 accordance with significance
level α (0,5), so H0 is rejected. As the result, there is an improvement of concept
understanding trough concept map exercise toward the concept of blood
circulation system.
Key words: Exercise Method, Concept Map, Concept Understanding
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan limpahan hidayahNYA serta karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
beliau junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan
Metode Penugasan Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah”.
Pada kesempatan kali ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini dan dengan
segala penuh keikhlasan telah membantu dalam penyusunan skripsi ini semoga
menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik.
Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen pembimbing I dan Ibu Eny Supriyati
Rosyidatun, S.Si, MA, Dosen pembimbing II, yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen UIN khususnya dosen pendidikan IPA beserta staf-stafnya yang
telah banyak membantu.
6. Bapak Suhardi, S.Ag, Kepala Sekolah MTsN Tangerang II Pamulang yang
telah mengizinkan penulis untuk penelitian di MTsN Tangerang II Pamulang.
7. Ibu Nurlena Hayati, M.Si, selaku guru pamong mata pelajaran Biologi di
MTsN Tangerang II Pamulang, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
selama penelitian berlangsung. Seluruh guru-guru MTsN Tangerang II
Pamulang dan seluruh siswa kelas VIII Bina Prestasi 3 yang telah
berpartisipasi dalam penelitian.
8. Kepada orang tuaku tercinta ayahanda H. Ipar Wijaya, S.Ag, dan Ibunda Hj.
Rositawati yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta
do’a yang tiada henti-hentinya. Adik-adikku tercinta Elis Sya’adah dan Dina
Kurniati yang selalu memberikan semangat serta dukungan. Seluruh keluarga
besar Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas nasihat, do’a dan motivasinya.
9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA maupun program studi
pendidikan Biologi angkatan 2006, khususnya kepada sahabatku Zuliah
Khaerani dan Fithrotul Faizah yang selalu bersama dan menjadi tempat
berbagi dalam penyusunan skripsi.
10. Teman-teman Kost, Tuti Alawiyah, Neng Syifa Fauziah, Yeni Gustri, Rela
Agustin, Siti Habibah Egiantina, Dini Khoirunnisa, Iis, kakak oie, terimakasih
atas dukungan, bantuan dan motivasi selama penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabat terbaikku khususnya Arista, Arafat, Arif, Firman, Ira, Yulis,
Eva, Dita, dan umumnya teman-teman Progressive 606 yang selalu
memberikan dukungan, arahan, nasihat, do’a, motivasi, dan telah memberikan
yang terbaik kepada penulis. Seluruh keluarga besar KOPMA UIN JKT,
terimakasih atas keceriaan dan kebersamaannya.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik
dan saran secara konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi skripsi ini
agar lebih sempurna. Kami berharap skripsi ini menjadi kebutuhan serta
menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, April 2011
Penulis
Ika Rohmawati
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ..............................................................................................
i
ABSTRACT
...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................
iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
x
PENDAHULUAN ................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Identifikasi Masalah
......................................................
4
C. Pembatasan Masalah
.......................................................
4
D. Perumusan Masalah
........................................................
4
E. Tujuan Penelitian .............................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...........................................................
5
BAB I
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ..................
6
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti .......................
6
1. Hakikat Pemahaman Konsep ......................................
6
2. Metode Penugasan Peta Konsep .................................
9
3. Hakikat Peta Konsep ..................................................
12
4. Jenis-jenis Konsep ......................................................
15
5. Ciri-ciri Peta Konsep .................................................
20
6. Membuat Peta Konsep ...............................................
22
7. Kegunaan Peta Konsep
.............................................
22
8. Fungsi Peta Konsep dalam KBM ...............................
24
9. Urgensi Peta Konsep ..................................................
25
BAB III
10. Kekuatan Peta Konsep ...............................................
26
11. Penilaian Peta Konsep ................................................
26
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan .................
27
C. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................
28
D. Kerangka Berpikir ...........................................................
31
E. Hipotesis Tindakan ..........................................................
32
METODOLOGI PENELITIAN ........................................
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................
33
B. Metode dan Desain Penelitian .........................................
33
C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ............
35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .......................
35
E. Tahapan Intervensi Tindakan ...........................................
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ....................
37
G. Data dan Sumber Data ......................................................
38
H. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
38
I. Instrumen Penelitian ........................................................
39
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
BAB IV
Studi (Trusworthiness) .....................................................
41
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ...................
44
L. Indikator Keberhasilan .....................................................
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................
49
A. Temuan Hasil Penelitian ...................................................
49
1. Siklus I .......................................................................
49
2. Siklus II .......................................................................
53
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...........................................
57
1. Uji Normalitas .............................................................
57
2. Uji Wilcoxon ...............................................................
58
C. Pembahasan ......................................................................
59
PENUTUP ............................................................................
63
A. Kesimpulan ......................................................................
63
B. Saran ................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
64
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer ....................... 16
Gambar 2.2
Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem ............. 17
Gambar 2.3
Peta Konsep Siklus Air ........................................................... 18
Gambar 2.4
Peta Konsep Siklus ................................................................. 18
Gambar 2.5
Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan .... 19
Gambar 2.6
Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan ........................... 20
Gambar 3.1
Siklus Model Kemmis dan McTaggart .................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Data dan Sumber Data ........................................................
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian pada Konsep Sistem Peredaran
38
Darah ....................................................................................
40
Tabel 3.3
Interpretasi Tingkat Kesukaran ...........................................
43
Tabel 3.4
Interpretasi Daya Pembeda .................................................
44
Tabel 3.5
Interpretasi Kriteria Tingkat Gain ........................................
46
Tabel 4.1
Hasil Catatan Lapangan Siklus I ..........................................
49
Tabel 4.2
Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I .......................................
50
Tabel 4.3
Hasil Pretest dan Posttest Siklus I .......................................
52
Tabel 4.4
Hasil Catatan Lapangan Siklus II .........................................
53
Tabel 4.5
Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I ........................................
54
Tabel 4.6
Hasil Pretest dan Posttest Siklus II .......................................
56
Tabel 4.7
Uji Normalitas .....................................................................
58
Tabel 4.8
Uji Wilcoxon .........................................................................
58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen
Penelitian ................................................................
68
Lampiran A. 1.1
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Penelitian .................
69
Lampiran A. 1.2
Rekapitulasi Kisi-kisi Instrumen ...........................
80
Lampiran A. 1.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..............................
84
Lampiran A. 2.1
Lembar Observasi Aktivitas Siswa ......................
95
Lampiran A. 2.2
Penilaian Peta Konsep ..........................................
108
Lampiran A. 2.3
Catatan Lapangan .................................................
109
Lampiran B
Perangkat Pembelajaran .........................................
111
Lampiran B. 1
Silabus ..................................................................
112
Lampiran B. 2
RPP Siklus I dan Siklus II ....................................
120
Lampiran B. 3
LKS ......................................................................
136
Lampiran C
Hasil Penelitian dan Hasil Uji Analisis Data .......
140
Lampiran C. 1
Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest ................
141
Lampiran C. 2
Uji Normalitas N-Gain .........................................
142
Lampiran C. 3
Uji Wilcoxon ........................................................
144
Lampiran C. 4
Peta Konsep Siswa ...............................................
146
Lampiran D
Tabel Uji Referensi, dan Surat Keterangan ..........
154
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu rencana pekerjaan kemanusiaan yang tiada
henti-hentinya ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari
waktu ke waktu. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi
umat manusia, sekaligus sebagai bukti faktual-fenomenal, bahwa pendidikan
tidak hanya akan berhenti pada satu generasi lampau, generasi kini sampai
generasi mendatang. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas salah satunya melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Selama
proses pembelajaran, siswa seharusnya ikut terlibat secara langsung agar
memperoleh pengalaman belajar dari proses pembelajaran.
Secara umum kegiatan belajar memiliki 3 jenis tujuan, yaitu untuk
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta
pembentukan sikap.1 Untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut,
maka guru dalam mengajar sudah harus memiliki rencana dan menetapkan
strategi belajar mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan tugas utama
guru. Dengan demikian harus ditemukan suatu pendekatan, model maupun
strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk lebih memberdayakan siswa.
Sebuah strategi belajar atau pendekatan yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi atau pendekatan yang mendorong
siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang ada ke dalam situasi nyata.
Sebagai seorang pendidik sangatlah penting mengetahui pendekatan
atau metode yang terbaik dalam menyampaikan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Guru tidak berperan sebagai buku berjalan, yang menyampaikan
konsep tanpa tahu siswa memahami atau tidak. Tetapi guru berperan sebagai
1
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet ke-18, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 26-28.
1
2
pembimbing siswa, mengarahkan siswa agar dapat menemukan sendiri ilmu
tersebut.
Salah satu penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu
konsep adalah pembelajaran yang hingga kini masih terpusat pada guru.
“Umumnya guru mengajar hanya sebagai penyampai informasi dan siswa
hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa memahami dan
mengetahui makna apa yang diterimanya tersebut”.2
Tujuan pengajaran biologi di SMP atau SMA adalah agar siswa
memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan serta mampu
menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi sehingga lebih menyadari kebenaran dan kekuasaan
penciptanya. Berdasarkan sifat dari mata pelajaran biologi tersebut
maka dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk
menyatukan konsep-konsep, siswa dapat melihat bahwa konsep
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan
bermakna.3
Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran
siswa
harus
mampu
memahami
konsep-konsep
yang
dipelajarinya agar pembelajaran menjadi lebih mudah sehingga siswa
merasakan kebermaknaan dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat bahwa di MTsN Tangerang
II Pamulang terdapat kelas Bina Prestasi yang terdiri dari tiga kelas yaitu Bina
Prestasi 1, 2, dan 3. Diatara ketiga kelas VIII Bina Prestasi tersebut, kelas VIII
Bina prestasi 3 memiliki nilai terendah pada mata pelajaran biologi. Konsep
sistem peredaran darah dianggap sulit pada kelas VIII Bina Prestasi
sebelumnya dengan perolehan nilai di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan konsep sistem peredaran darah sebagai bahan penelitian.
2
Jufri, Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Lingkungan dan Pelestarian
Sumber Daya Alam Hayati untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 MAN 3 Malang,
(Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 14, No. 1, Juni 2004), hal. 20.
3
Yustini Yusuf, dkk. Upaya Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui
Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran
2004/2005, (Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):59-63, 2006. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Riau .ISSN : 1829-5460), hal. 59.
3
Siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami konsep,
mengingat mekanisme peredaran darah, fungsi-fungsi, dan bagian-bagian pada
sistem peredaran darah. Siswa beranggapan bahwa materi biologi merupakan
materi yang hanya perlu dihafal sehingga pembelajaran biologi kurang
bermakna bagi siswa.
Berangkat dari masalah tersebut penulis mengambil konsep sistem
peredaran darah sebagai bahan penelitian untuk ditindaklanjuti dengan
menggunakan pendekatan peta konsep.
Peta konsep/pemetaan konsep adalah alat peraga untuk
memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan antar
konsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi
merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam suatu unit semantik.4
Peneliti ingin mencoba menerapkan metode penugasan peta konsep
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep sistem peredaran darah di
kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Hasil prapenelitian
pada saat observasi kegiatan belajar mengajar di kelas VIII Bina Prestasi 3
mengemukakan bahwa guru bidang studi menggunakan metode konvensional,
belum efektif karena berpusat pada guru (Teacher centered), tidak adanya
keinginan siswa untuk membaca, kurangnya pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran biologi, dan siswa pasif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Nilai yang rendah disebabkan oleh siswa yang kurang berpartisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga mengalami kesulitan dalam belajar.
Permasalahan di atas menjadi alasan untuk penulis melanjutkan
penelitian pada kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang.
Kualitas pembelajaran di atas tidak mendorong siswa untuk berfikir aktif dan
kreatif juga dilatarbelakangi oleh permasalahan pembelajaran yang selama ini
berkesan kurang menarik, menjenuhkan/membosankan dan kurang menantang
bagi siswa sehingga pemahaman tidak maksimal.
4
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 122-123.
4
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman siswa
dengan menggunakan pendekatan peta konsep pada konsep sistem peredaran
darah maka diperlukan adanya penelitian tindakan kelas untuk menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahas tentang “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Pendekatan
Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah di Kelas VIII Bina
Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi adalah:
1. Kurangnya minat siswa dalam membaca menyebabkan ketidakpahaman
terhadap materi yang diajarkan
2. Pembelajaran biologi di kelas masih berpusat pada guru (Teacher
centered) sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut di atas, maka
dibatasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Pembelajaran biologi dengan menggunakan metode penugasan peta
konsep
2. Hasil yang diukur adalah pemahaman siswa
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem
peredaran darah
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, permasalahan
yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan
peta konsep pada konsep sistem peredaran darah?”
5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
peningkatan
pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem
peredaran darah di kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang.
F. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan bagi guru dalam menyajikan materi pelajaran biologi
agar mudah diserap dan dimengerti oleh siswa yang memiliki kemampuan
dan minat yang berbeda satu dengan yang lainnya
2. Sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan penggunaan
metode penugasan peta konsep khususnya untuk konsep sistem peredaran
darah
3. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk memberikan informasi dan acuan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Pemahaman Konsep
Salah satu tujuan pengajaran ilmu biologi di SMP maupun jenjang
lainnya adalah agar siswa memahami konsep-konsep biologi sehingga ia
dapat memecahkan masalah baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
teknologi secara ilmiah.
“Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri,
karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta,
baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam
yang membedakannya dari kelompok lainnya.”1
Menurut Rosser seperti dikutip Dahar menyatakan bahwa “konsep
adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadiankejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai
atribut yang sama.”2 Sedangkan menurut Zacks & Tversky seperti dikutip
Santrock mengemukakan bahwa “konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti
umum.”3
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam
bentuk suatu kata atau bahasa. Sesorang dikatakan memahami suatu
konsep jika dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang
telah dipelajarinya.
1
Nuryani Y. Rustaman dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas
Negeri Malang Press, 2005), hal. 51.
2
Ratna Wilis Dahar. Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 80.
3
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology oleh Tri
Wibowo B.S, cet ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), hal. 352.
6
7
Menurut Bloom seperti dikutip Rosyada pemahaman adalah
“kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan
mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide
lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam.”4
Menurut
Bloom
seperti
dikutip
Sagala
“Pemahaman
(comprehension), aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk
mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat
dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.”5
Dengan demikian memahami suatu konsep bukanlah hanya sekedar
mengetahui dan mengingat melainkan mengerti benar-benar dan dapat
menggambarkan dengan jelas konsep yang telah dipahami. Seseorang
yang telah memahami suatu konsep maka akan mengerti maksud dari
konsep tersebut. Jadi, pemahaman terjadi setelah siswa mengenal konsep
dengan baik dan dapat menghubungkannya dengan fakta atau konsep
lainnya. Pemahaman juga menyangkut kemampuan menangkap makna
suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika
terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan
antara informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur
kognitif siswa atau pada pengetahuan siswa.
Menurut Chaplin seperti dikutip Syah “Pemahaman merupakan
salah satu ranah kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia.”6
4
Dede Rosyada. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 69.
5
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar Dan Mengajar, cet ke-8, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 157.
6
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, Edisi I, cet ke-6, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007), hal. 22.
8
Menurut Sardiman “Pemahaman diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran yaitu memahami maksudnya dan menangkap maknanya.”7
Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagianbagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap
tidak akan bermakna.
Pemahaman merupakan tingkatan kedua dalam tujuan pengajaran
pada kawasan ranah kognitif. Kawasan kognitif meliputi tujuan-tujuan
yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Menurut Bloom seperti dikutip Dimyati dan Mudjiono
“Pemahaman siswa mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.”8
Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu proses cara dan
kemampuan seseorang dalam menangkap makna dan arti dari apa yang
telah dipelajari dengan cara menguraikan kembali apa yang telah ia
dapatkan ke dalam bentuk lain.
Adapun penilaian pemahaman konsep ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami konsep dasar
yang telah diterima oleh siswa. Konsep menunjuk pada pemahaman dasar.
Siswa
mengembangkan
suatu
konsep
ketika
mereka
mampu
mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika
mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda
tertentu. Jadi siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila siswa dapat
menjelaskan kembali atau menguraikan kembali apa yang telah ia pelajari.
Bloom mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu:
7
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet ke-18, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 42.
8
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan bekerja sama dengan Rineka Cipta, 1999), hal. 27.
9
a) Penerjemahan (translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi
bentuk kalimat lain, misalnya dari lambang ke arti.
b) Penafsiran (interpretation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal.
c) Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyimpulkan dari sesuatu yang telah
diketahui.9
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep,
paling tidak ada 4 hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut:
a) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.
b) Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.
c) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan
contoh.
d) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan
dengan konsep tersebut.10
2. Metode Pemberian Tugas
Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu “Metha”
artinya melalui dan “Hodos” artinya jalan atau cara. Jadi secara etimologi
metode mempunyai pengertian sebagai cara atau jalan yang terus dilalui.11
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi.12
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru
member tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan
9
Syaiful Sagala. Loc Cit.
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hal. 166.
11
R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, hal. 107.
12
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5, hal. 127.
10
10
adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan
belajar mengajarnya karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas
untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Metode penugasan ini dapat mengembangkan
kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina
kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam mencari dan mengolah sendiri
informasi yang mereka dapat.13
Menurut Djamarah dan Zain metode penugasan adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar.14 Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di
sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dapat merangsang
anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.
Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara
kelompok.
Metode pemberian tugas dapat diartikan dengan dengan guru
memerintah peserta didik untuk membaca tetapi dengan menambahkan
tugas-tugas
seperti
mencari
dan
membaca
buku
sumber
lain
sebagainperbandingan atau dengan mengamati orang/masyarakat yang
telah membaca buku tersebut, dengan cara seperti ini suatu pekerjaan
peserta didik dapat diselesaikan tanpa terkait dengan tempat. Metode
inipun juga merupakan suatu metode mengajardimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri.15 Dengan pemberian tugas siswa
dapat memperdalam konsep-konsep secara leluasa dan memperkaya
pengalamannya di sekolah.
13
Nuryani Y. Rustaman dkk. Op, Cit. hal. 108
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke-3, hal. 85.
15
Dossuwanda. Ragam Metode Pembelajaran Aktif, http://dossuwanda.wordpress.com .
di akses bulan juni 2011.
14
11
Metode
penugasan
adalah
metode
mengajardengan
cara
memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk dikerjakan di
luar jam pelajaran sekolah.16
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian
tugas atau penugasan merupakan metode yang dapat membuat proses
belajar mengajar menjadi menyenangkan, efektif, fisien, karena tugas
tersebut dapat merangsang siswa untuk aktif belajarsecara individual atau
secara kelompok dan member kesempatan kepada siswa untuk menerima
informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi
informasi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang haus diikuti dalam penggunaan
metode penugasan yaitu:17
a) Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan siswa hendaknya mempertimbangkan:
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut
3. Sesuai dengan kemampuan siswa
4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
5. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
b) Langkah Pelaksanaan Tugas
1. Guru memberikan bimbingan dan pengawasan
2. Guru memberikan dorongan atau motivasi sehingga siswa mau
bekerja
3. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang
lain
4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematik
16
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), hal. 105.
17
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Op. Cit., hal. 86.
12
c) Fase Mempertanggungjawabkan
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
1. Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah ia
kerjakan
2. Ada Tanya jawab dan diskusi di kelas
3. Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes ataupun dengan
non tes
Metode
penugasan
mempunyai
beberapa
kelebihan
dan
kekurangan, antara lain:18
a) Kelebihan Metode Penugasan
1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok
2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan
guru
3. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin
4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa
b) Kekurangan Metode Penugasan
1. Siswa suli dikontrol, apakah benar tugas dikerjakan sendiri atau
orang lain
2. Khusus
untuk
tugas
kelompok,
tidak
jarang
yang
aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja,
sedangkan anggota yang lain tidak berpartisipasi dengan baik
3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa
4. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa
3. Hakikat Peta Konsep
Penggunaan pendekatan dalam mengajar pada dasarnya merupakan
sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar
18
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Op. Cit., hal. 87.
13
mengajar. Pendekatan yang kurang sesuai dengan sifat materi dan tujuan
pengajaran dapat mengakibatkan siswa kurang bergairah sehingga malas
mengikuti pembelajaran dan kurang efektif.
Agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan menyulitkan maka peta
konsep salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam
memahami pelajaran/konsep tersebut.
Ausubel menekankan dan menyarankan para guru dalam
mentransfer
materi pelajaran kepada siswa-siswa dengan
memanfaatkan melalui belajar kebermaknaan, setiap pembelajaran
yang dilakukan oleh guru memberi makna secara langsung. Peta
konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.19
Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang
dikembangkan Tony Buzon tahun 1970-an yang di dasarkan pada
bekerjanya otak. Peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual
dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti
peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan
merencanakan.20
Menurut Dahar “Peta konsep digunakan untuk menyatakan
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisiproposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep
yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.”21
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peta konsep
merupakan suatu pola dari ide-ide dalam konsep yang berbentuk proposisiproposisi dan dihubungkan oleh kata-kata penghubung. Peta konsep
memegang peranan penting dalam belajar bermakna karena dapat
membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang dipelajarinya.
Di sisi lain peta konsep dapat membantu guru memahami macammacam konsep yang ditanamkan di topik yang lebih besar yang diajarkan
pada siswa. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi
19
Martinis Yamin. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, cet ke-6, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009), hal. 117.
20
Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif, cet ke-2, (Surakarta: Yuma Pustaka
bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010), hal. 104.
21
Ratna Wilis Dahar. Op Cit., hal. 122-123.
14
guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi
yang dibentuk siswa, tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa
yang diingat atau disukai.
Menurut Martin seperti dikutip Trianto Pemetaan konsep
merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak
menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep
menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut
dipelajari.22
Menurut Kinchin seperti dikutip Santrock “Peta konsep adalah
presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep.”23
Menurut Ponser seperti dikutip Arono Peta konsep mirip
peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan
antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan
hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu.24
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peta
konsep
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa
mengorganisasikan informasi atau konsep-konsep sebelum mereka
mempelajarinya dan sebagai alat peraga untuk membantu memahami
hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya. Selain dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep tersebut siswa pun dapat
merasakan kebermaknaan dalam belajar.
Peta konsep yang dikembangkan oleh seseorang akan berbeda
dengan peta konsep yang dikembangkan oleh orang lain, sebab dalam
pikiran seseorang akan banyak konsep-konsep, dan konsep-konsep itu
yang akan dituangkan secara individu.
22
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi I, cet ke-2, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 157.
23
John W. Santrock. Op Cit., hal. 353.
24
Arono. Mengorganisasi Informasi Dengan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Tutorial, http://Arono.Wordpress.Com/2009/08/05/Mengorganisasi-InformasiDengan-Peta-Konsep-Dalam-Meningkatkan-Kualitas-Pembelajaran-Tutorial/, di akses tanggal 20
Januari 2010.
15
Menurut Tony Buzan Peta konsep akan (1) mengaktifkan
seluruh otak; (2) membereskan akal dari kekusutan mental; (3)
memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan; (4) membantu
menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
saling terpisah; (5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan
dan perincian; (6) memungkinkan kita mengelompokan konsep; (7)
mensyaratkan siswa untuk memusatkan perhatian pada pokok
bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari
ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.25
Dengan penggunaan peta konsep siswa tidak lagi banyak
menghafal materi untuk belajar, siswa cukup memahami konsep kemudian
menghubungkannya dengan konsep yang ada sebelumnya. Dengan kata
lain, siswa dapat mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada
satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan
sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan
kaitan antar kata-kata/konsep-konsep.
4. Jenis-jenis Peta Konsep
Jenis peta konsep ada empat macam yaitu: rantai kejadian (events
chain), pohon jaringan (network tree), peta konsep siklus (cycle concept
map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a. Rantai Kejadian
Peta
konsep
rantai
kejadian
dapat
digunakan
untuk
memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam
melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Memberikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian.
25
Tony Buzan. Buku Pintar Mind Map, Terj. The Untimate Book Of Mind Maps oleh Susi
Purwoko, cet ke-8, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 6-7.
16
Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut ini.26
Kejadian awal
Batuan lava yang mendingin
Tumbuhan perintis
Melapukan batuan
Tumbuhan
lumut
Semak-semak
Hutan
Gambar 2.1 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer
b. Pohon Jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa
kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis
penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat
mengkonstruksi suatu pohon jaringan, terlebih dahulu menuliskan
topik itu dan mendaftarkan konsep-konsep utama yang berkaitan
dengan topik tersebut. Mendaftar dan memulai dengan menempatkan
ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan berawal dari konsep
yang umum hingga yang khusus. Mencabangkan konsep-konsep yang
berkaitan dari konsep utama dan memberikan hubungannya pada garisgaris konsep tersebut.
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
26
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep,
Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 161-163.
17
- Menunjukkan informasi sebab-akibat
- Suatu hierarki
- Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan antar konsep.
Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada
gambar 2.2 berikut ini.27
Komponen Ekosistem
Terdiri dari
Biotik
Abiotik
Berdasarkan fungsi
Produsen
Konsumen
Dekomposer
Contoh
Berdasarkan jenis makanan
Herbivor
Omnivor
Karnivor
contoh
Air, tanah, cahaya,
matahari
contoh
contoh
Kelinci
Manusia
Harimau
Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem
c. Peta Konsep Siklus
Dalam
peta
konsep
siklus,
rangkaian
kejadian
tidak
menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian terakhir pada rantai itu
menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan
kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus
27
Ibid., hal. 161-162.
18
itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan
untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulangulang.
Contoh peta konsep siklus dapat dilihat pada gambar 2.3
berikut ini.28
Air
Kondensasi
Evaporasi
Uap Air
Gambar 2.3 Peta Konsep Siklus Air
Adapun contoh peta konsep siklus yang saling berkaitan dapat
dilihat pada gambar 2.4 berikut ini:29
Makhluk
hidup
dapat
dapat
Tumbuhan
hewan
mengandung
mengandung
Air
Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus yang memperlihatkan konsep
yang berkaitan
28
29
Ibid., hal. 163-164.
Ratna Wilis Dahar. Op. Cit., hal. 124.
19
d. Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk mencurahkan
pendapat. Dalam mencurahkan pendapat ide-ide berasal dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang
bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide
sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita
dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan
istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih
berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep
laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hierarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat
Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut ini.30
Air
Biologis
Fisik
Tanah
Kimiawi
Udara
Suara
Pencemaran Lingkungan
Penipisan lapisan ozon
Reboisasi
Hujan Asam
Pemanasan Global
Daur Ulang
Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran
Lingkungan
30
Trianto. Op Cit., hal. 164-165.
20
Adapun contoh peta konsep laba-laba menurut Novak, dapat
dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:31
Plants
have
Stems
Roots
support
Leaves
Modified to form
Produce
are usually
are modified
Flowers
May have
Food
Green
Petals
Store
Produce
May have
Seeds
Color
Gambar 2.6 Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan
5. Ciri-ciri Peta Konsep
Adapun ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
a. Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi
suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna, misalnya dalam
bidang studi Biologi, Fisika, Pendidikan Agama Islam, dan lain
sebagainya.
31
Joseph D. Novak. http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryCmaps/
TheoryUnderlyingConceptMaps.htm. Diakses 11 September 2010.
21
b. Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari
suatu bidang studi, atau dari bidang studi yang memperlihatkan
hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga memperlihatkan
belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan
tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep-konsep. Peta
konsep memperlihatkan hubungan konsep antara satu dengan lainnya.
c. Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan
lainnya, ia dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan
kronologis, dan lain sebagainya.
d. Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya
terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara
jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan
timbul, seperti; fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya.32
Berdasarkan ciri tersebut di atas, maka sebaiknya peta konsep
disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada
puncak peta. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi
konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep
pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu
mempunyai bentuk.
6. Membuat/Menyusun Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian
visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu
topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Arends dalam Trianto
memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai
berikut:
a. Langkah
1: Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi
sejumlah konsep. Contoh: ekosistem.
b. Langkah
2: Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder
yang menunjang ide utama. Contoh: individu, populasi, komunitas.
32
Martinis Yamin. Op. Cit., hal. 125.
22
c. Langkah 3: menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta
tersebut.
d. Langkah 4: Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama
yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide
utama.33
Menurut Arends seperti dikutip Arono Peta konsep dapat
menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh
dalam
menghubungkan
pengertian
konsep
di
dalam
permasalahannya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu
guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk
memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin
ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik
bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi
baru.34
7. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai
tujuan, diantaranya:
a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar bermakna
membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk
menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan
yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik guru
maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. Dengan
lain perkataan guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah
dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para
siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau
konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi
pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep guru dapat
melaksanakan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan
demikian para siswa diharapkan akan mengalami belajar bermakna.
33
Trianto. Op.Cit., hal. 160.
Arono, Mengorganisasi Informasi Dengan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran
Tutorial,
http://arono.wordpress.com/2009/08/05/mengorganisasi-informasidengan-peta-konsep-dalam-meningkatkan-kualitas-pembelajaran-tutorial/, 20 Januari 2010.
34
23
b. Mempelajari cara belajar
Perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila
pembuatan peta konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru,
jadi seakan-akan mau memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri.
Siswa benar-benar harus mempunyai kesiapan dan minat untuk belajar
bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap ini harus dimiliki
para siswa agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta konsep
berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar.
c. Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah
(misconception) yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya
timbul
karena
terdapat
kaitan
antara
konsep-konsep
yang
mengakibatkan proposisi yang sala
PENUGASAN PETA KONSEP PADA KONSEP SISTEM
PEREDARAN DARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di MTsN Tangerang II Pamulang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun Oleh:
IKA ROHMAWATI
106016100579
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
ABSTRAK
Ika Rohmawati, Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan
Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah, Skripsi Program Studi
Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dengan
metode penugasan peta konsep pada konsep sistem peredaran darah. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri
dari 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian
dilaksanakan di MTsN Tangerang II Pamulang pada tahun ajaran 2010/2011 di
kelas VIII Bina Prestasi 3 yang terdiri dari 21 siswa. Penelitian ini dilakukan
dalam 2 siklus, adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah tes
objektif, lembar observasi siswa. Melalui analisis data pada siklus I dan siklus II
diperoleh nilai N-Gain siklus I sebesar 0,51 dan nilai N-Gain siklus II sebesar
0,68. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep siswa.
Hal tersebut juga didukung dengan penghitungan statistik menggunakan Uji
Wilcoxon, dan dihasilkan Jhitung 24 ≤ Jtabel yaitu 59 dengan taraf signifikansi α
(0,5), Sehingga Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan
pemahaman konsep dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem
peredaran darah.
Kata kunci: Metode Penugasan, Peta Konsep, Pemahaman Konsep
ABSTRACT
Ika Rohmawati, The Improvement Of Students’ Understanding With Concept
Map Exercise Method Toward The Concept Of Blood Circulation System, BA
Thesis, Biology Education Study Program, Faculty Of Tarbiyah And Teachers’
Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research is aimed at knowing the improvement of students’ understanding
with concept map exercise method toward the concept of blood circulation system.
The method implemented in this study is classroom action research concerning 4
phases. Those are planning, acting, observing and reflecting. This research is
implemented at MTsN Tangerang II Pamulang, academic year 2010/2011 at Bina
Prestasi 3 eight grade which consists of 21 students. This study is done within 2
cycles. Meanwhile, the technique of data gathering is trough objective test,
students’ observation sheet. Trough data analysis in cycle I and II reached NGain 0,51 in cycle I and N-Gain 0,68 in cycle II. So it can be concluded that it
shows the improvement of students’ understanding considering concept map. That
circumstance is also supported by the calculation trough Wilcoxon test
statistically, resulted about Jcount 24 ≤ Jtable that is 59 accordance with significance
level α (0,5), so H0 is rejected. As the result, there is an improvement of concept
understanding trough concept map exercise toward the concept of blood
circulation system.
Key words: Exercise Method, Concept Map, Concept Understanding
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan limpahan hidayahNYA serta karuniaNYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada
beliau junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan studi S1 program studi pendidikan biologi fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan, dengan judul “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan
Metode Penugasan Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah”.
Pada kesempatan kali ini saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini dan dengan
segala penuh keikhlasan telah membantu dalam penyusunan skripsi ini semoga
menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang lebih baik.
Secara khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.
3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi.
4. Bapak Ahmad Sofyan, M.Pd, Dosen pembimbing I dan Ibu Eny Supriyati
Rosyidatun, S.Si, MA, Dosen pembimbing II, yang senantiasa memberikan
bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi.
5. Seluruh dosen UIN khususnya dosen pendidikan IPA beserta staf-stafnya yang
telah banyak membantu.
6. Bapak Suhardi, S.Ag, Kepala Sekolah MTsN Tangerang II Pamulang yang
telah mengizinkan penulis untuk penelitian di MTsN Tangerang II Pamulang.
7. Ibu Nurlena Hayati, M.Si, selaku guru pamong mata pelajaran Biologi di
MTsN Tangerang II Pamulang, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
selama penelitian berlangsung. Seluruh guru-guru MTsN Tangerang II
Pamulang dan seluruh siswa kelas VIII Bina Prestasi 3 yang telah
berpartisipasi dalam penelitian.
8. Kepada orang tuaku tercinta ayahanda H. Ipar Wijaya, S.Ag, dan Ibunda Hj.
Rositawati yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, serta
do’a yang tiada henti-hentinya. Adik-adikku tercinta Elis Sya’adah dan Dina
Kurniati yang selalu memberikan semangat serta dukungan. Seluruh keluarga
besar Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas nasihat, do’a dan motivasinya.
9. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA maupun program studi
pendidikan Biologi angkatan 2006, khususnya kepada sahabatku Zuliah
Khaerani dan Fithrotul Faizah yang selalu bersama dan menjadi tempat
berbagi dalam penyusunan skripsi.
10. Teman-teman Kost, Tuti Alawiyah, Neng Syifa Fauziah, Yeni Gustri, Rela
Agustin, Siti Habibah Egiantina, Dini Khoirunnisa, Iis, kakak oie, terimakasih
atas dukungan, bantuan dan motivasi selama penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabat terbaikku khususnya Arista, Arafat, Arif, Firman, Ira, Yulis,
Eva, Dita, dan umumnya teman-teman Progressive 606 yang selalu
memberikan dukungan, arahan, nasihat, do’a, motivasi, dan telah memberikan
yang terbaik kepada penulis. Seluruh keluarga besar KOPMA UIN JKT,
terimakasih atas keceriaan dan kebersamaannya.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kritik
dan saran secara konstruktif diharapkan penulis untuk mengevaluasi skripsi ini
agar lebih sempurna. Kami berharap skripsi ini menjadi kebutuhan serta
menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, April 2011
Penulis
Ika Rohmawati
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ..............................................................................................
i
ABSTRACT
...........................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ............................................................................
iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
x
PENDAHULUAN ................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Identifikasi Masalah
......................................................
4
C. Pembatasan Masalah
.......................................................
4
D. Perumusan Masalah
........................................................
4
E. Tujuan Penelitian .............................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...........................................................
5
BAB I
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN ..................
6
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti .......................
6
1. Hakikat Pemahaman Konsep ......................................
6
2. Metode Penugasan Peta Konsep .................................
9
3. Hakikat Peta Konsep ..................................................
12
4. Jenis-jenis Konsep ......................................................
15
5. Ciri-ciri Peta Konsep .................................................
20
6. Membuat Peta Konsep ...............................................
22
7. Kegunaan Peta Konsep
.............................................
22
8. Fungsi Peta Konsep dalam KBM ...............................
24
9. Urgensi Peta Konsep ..................................................
25
BAB III
10. Kekuatan Peta Konsep ...............................................
26
11. Penilaian Peta Konsep ................................................
26
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan .................
27
C. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................
28
D. Kerangka Berpikir ...........................................................
31
E. Hipotesis Tindakan ..........................................................
32
METODOLOGI PENELITIAN ........................................
33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................
33
B. Metode dan Desain Penelitian .........................................
33
C. Subjek/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ............
35
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .......................
35
E. Tahapan Intervensi Tindakan ...........................................
36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ....................
37
G. Data dan Sumber Data ......................................................
38
H. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
38
I. Instrumen Penelitian ........................................................
39
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
BAB IV
Studi (Trusworthiness) .....................................................
41
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ...................
44
L. Indikator Keberhasilan .....................................................
48
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................
49
A. Temuan Hasil Penelitian ...................................................
49
1. Siklus I .......................................................................
49
2. Siklus II .......................................................................
53
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...........................................
57
1. Uji Normalitas .............................................................
57
2. Uji Wilcoxon ...............................................................
58
C. Pembahasan ......................................................................
59
PENUTUP ............................................................................
63
A. Kesimpulan ......................................................................
63
B. Saran ................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
64
BAB V
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer ....................... 16
Gambar 2.2
Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem ............. 17
Gambar 2.3
Peta Konsep Siklus Air ........................................................... 18
Gambar 2.4
Peta Konsep Siklus ................................................................. 18
Gambar 2.5
Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran Lingkungan .... 19
Gambar 2.6
Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan ........................... 20
Gambar 3.1
Siklus Model Kemmis dan McTaggart .................................... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Data dan Sumber Data ........................................................
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian pada Konsep Sistem Peredaran
38
Darah ....................................................................................
40
Tabel 3.3
Interpretasi Tingkat Kesukaran ...........................................
43
Tabel 3.4
Interpretasi Daya Pembeda .................................................
44
Tabel 3.5
Interpretasi Kriteria Tingkat Gain ........................................
46
Tabel 4.1
Hasil Catatan Lapangan Siklus I ..........................................
49
Tabel 4.2
Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I .......................................
50
Tabel 4.3
Hasil Pretest dan Posttest Siklus I .......................................
52
Tabel 4.4
Hasil Catatan Lapangan Siklus II .........................................
53
Tabel 4.5
Hasil Peta Konsep Siswa Siklus I ........................................
54
Tabel 4.6
Hasil Pretest dan Posttest Siklus II .......................................
56
Tabel 4.7
Uji Normalitas .....................................................................
58
Tabel 4.8
Uji Wilcoxon .........................................................................
58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen
Penelitian ................................................................
68
Lampiran A. 1.1
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Penelitian .................
69
Lampiran A. 1.2
Rekapitulasi Kisi-kisi Instrumen ...........................
80
Lampiran A. 1.3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..............................
84
Lampiran A. 2.1
Lembar Observasi Aktivitas Siswa ......................
95
Lampiran A. 2.2
Penilaian Peta Konsep ..........................................
108
Lampiran A. 2.3
Catatan Lapangan .................................................
109
Lampiran B
Perangkat Pembelajaran .........................................
111
Lampiran B. 1
Silabus ..................................................................
112
Lampiran B. 2
RPP Siklus I dan Siklus II ....................................
120
Lampiran B. 3
LKS ......................................................................
136
Lampiran C
Hasil Penelitian dan Hasil Uji Analisis Data .......
140
Lampiran C. 1
Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest ................
141
Lampiran C. 2
Uji Normalitas N-Gain .........................................
142
Lampiran C. 3
Uji Wilcoxon ........................................................
144
Lampiran C. 4
Peta Konsep Siswa ...............................................
146
Lampiran D
Tabel Uji Referensi, dan Surat Keterangan ..........
154
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu rencana pekerjaan kemanusiaan yang tiada
henti-hentinya ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari
waktu ke waktu. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi
umat manusia, sekaligus sebagai bukti faktual-fenomenal, bahwa pendidikan
tidak hanya akan berhenti pada satu generasi lampau, generasi kini sampai
generasi mendatang. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berkualitas salah satunya melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Selama
proses pembelajaran, siswa seharusnya ikut terlibat secara langsung agar
memperoleh pengalaman belajar dari proses pembelajaran.
Secara umum kegiatan belajar memiliki 3 jenis tujuan, yaitu untuk
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta
pembentukan sikap.1 Untuk mencapai tujuan dari kegiatan belajar tersebut,
maka guru dalam mengajar sudah harus memiliki rencana dan menetapkan
strategi belajar mengajar.
Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan tugas utama
guru. Dengan demikian harus ditemukan suatu pendekatan, model maupun
strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk lebih memberdayakan siswa.
Sebuah strategi belajar atau pendekatan yang tidak mengharuskan siswa
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi atau pendekatan yang mendorong
siswa mengkonstruksikan pengetahuan yang ada ke dalam situasi nyata.
Sebagai seorang pendidik sangatlah penting mengetahui pendekatan
atau metode yang terbaik dalam menyampaikan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Guru tidak berperan sebagai buku berjalan, yang menyampaikan
konsep tanpa tahu siswa memahami atau tidak. Tetapi guru berperan sebagai
1
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet ke-18, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 26-28.
1
2
pembimbing siswa, mengarahkan siswa agar dapat menemukan sendiri ilmu
tersebut.
Salah satu penyebab kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu
konsep adalah pembelajaran yang hingga kini masih terpusat pada guru.
“Umumnya guru mengajar hanya sebagai penyampai informasi dan siswa
hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tanpa memahami dan
mengetahui makna apa yang diterimanya tersebut”.2
Tujuan pengajaran biologi di SMP atau SMA adalah agar siswa
memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitan serta mampu
menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi sehingga lebih menyadari kebenaran dan kekuasaan
penciptanya. Berdasarkan sifat dari mata pelajaran biologi tersebut
maka dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk
menyatukan konsep-konsep, siswa dapat melihat bahwa konsep
tersebut tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai hubungan
bermakna.3
Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran
siswa
harus
mampu
memahami
konsep-konsep
yang
dipelajarinya agar pembelajaran menjadi lebih mudah sehingga siswa
merasakan kebermaknaan dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat bahwa di MTsN Tangerang
II Pamulang terdapat kelas Bina Prestasi yang terdiri dari tiga kelas yaitu Bina
Prestasi 1, 2, dan 3. Diatara ketiga kelas VIII Bina Prestasi tersebut, kelas VIII
Bina prestasi 3 memiliki nilai terendah pada mata pelajaran biologi. Konsep
sistem peredaran darah dianggap sulit pada kelas VIII Bina Prestasi
sebelumnya dengan perolehan nilai di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan konsep sistem peredaran darah sebagai bahan penelitian.
2
Jufri, Penggunaan Peta Konsep dalam Pembelajaran Lingkungan dan Pelestarian
Sumber Daya Alam Hayati untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 1 MAN 3 Malang,
(Jurnal Penelitian Kependidikan, TH. 14, No. 1, Juni 2004), hal. 20.
3
Yustini Yusuf, dkk. Upaya Peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar Biologi Melalui
Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II4 SMP Negeri 2 Pekanbaru Tahun Ajaran
2004/2005, (Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):59-63, 2006. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Riau .ISSN : 1829-5460), hal. 59.
3
Siswa banyak mengalami kesulitan dalam memahami konsep,
mengingat mekanisme peredaran darah, fungsi-fungsi, dan bagian-bagian pada
sistem peredaran darah. Siswa beranggapan bahwa materi biologi merupakan
materi yang hanya perlu dihafal sehingga pembelajaran biologi kurang
bermakna bagi siswa.
Berangkat dari masalah tersebut penulis mengambil konsep sistem
peredaran darah sebagai bahan penelitian untuk ditindaklanjuti dengan
menggunakan pendekatan peta konsep.
Peta konsep/pemetaan konsep adalah alat peraga untuk
memperlihatkan hubungan antara beberapa konsep. Hubungan antar
konsep dapat dirinci dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi
merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh katakata dalam suatu unit semantik.4
Peneliti ingin mencoba menerapkan metode penugasan peta konsep
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada konsep sistem peredaran darah di
kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang. Hasil prapenelitian
pada saat observasi kegiatan belajar mengajar di kelas VIII Bina Prestasi 3
mengemukakan bahwa guru bidang studi menggunakan metode konvensional,
belum efektif karena berpusat pada guru (Teacher centered), tidak adanya
keinginan siswa untuk membaca, kurangnya pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran biologi, dan siswa pasif saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Nilai yang rendah disebabkan oleh siswa yang kurang berpartisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga mengalami kesulitan dalam belajar.
Permasalahan di atas menjadi alasan untuk penulis melanjutkan
penelitian pada kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang.
Kualitas pembelajaran di atas tidak mendorong siswa untuk berfikir aktif dan
kreatif juga dilatarbelakangi oleh permasalahan pembelajaran yang selama ini
berkesan kurang menarik, menjenuhkan/membosankan dan kurang menantang
bagi siswa sehingga pemahaman tidak maksimal.
4
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 122-123.
4
Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pemahaman siswa
dengan menggunakan pendekatan peta konsep pada konsep sistem peredaran
darah maka diperlukan adanya penelitian tindakan kelas untuk menemukan
solusi dari masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
membahas tentang “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Pendekatan
Peta Konsep Pada Konsep Sistem Peredaran Darah di Kelas VIII Bina
Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi adalah:
1. Kurangnya minat siswa dalam membaca menyebabkan ketidakpahaman
terhadap materi yang diajarkan
2. Pembelajaran biologi di kelas masih berpusat pada guru (Teacher
centered) sehingga siswa kurang aktif dan kurang berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut di atas, maka
dibatasi permasalahannya sebagai berikut:
1. Pembelajaran biologi dengan menggunakan metode penugasan peta
konsep
2. Hasil yang diukur adalah pemahaman siswa
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem
peredaran darah
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, permasalahan
yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimana peningkatan pemahaman siswa dengan metode penugasan
peta konsep pada konsep sistem peredaran darah?”
5
E. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
peningkatan
pemahaman siswa dengan metode penugasan peta konsep pada konsep sistem
peredaran darah di kelas VIII Bina Prestasi 3 MTsN Tangerang II Pamulang.
F. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan bagi guru dalam menyajikan materi pelajaran biologi
agar mudah diserap dan dimengerti oleh siswa yang memiliki kemampuan
dan minat yang berbeda satu dengan yang lainnya
2. Sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan penggunaan
metode penugasan peta konsep khususnya untuk konsep sistem peredaran
darah
3. Bagi peneliti, sebagai bahan untuk memberikan informasi dan acuan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya
BAB II
KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Hakikat Pemahaman Konsep
Salah satu tujuan pengajaran ilmu biologi di SMP maupun jenjang
lainnya adalah agar siswa memahami konsep-konsep biologi sehingga ia
dapat memecahkan masalah baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
teknologi secara ilmiah.
“Konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri,
karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dari suatu fakta,
baik merupakan suatu proses, peristiwa, benda atau fenomena di alam
yang membedakannya dari kelompok lainnya.”1
Menurut Rosser seperti dikutip Dahar menyatakan bahwa “konsep
adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadiankejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan-hubungan, yang mempunyai
atribut yang sama.”2 Sedangkan menurut Zacks & Tversky seperti dikutip
Santrock mengemukakan bahwa “konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti
umum.”3
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam
bentuk suatu kata atau bahasa. Sesorang dikatakan memahami suatu
konsep jika dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang
telah dipelajarinya.
1
Nuryani Y. Rustaman dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas
Negeri Malang Press, 2005), hal. 51.
2
Ratna Wilis Dahar. Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), hal. 80.
3
John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, Terj. Educational Psychology oleh Tri
Wibowo B.S, cet ke-2, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), hal. 352.
6
7
Menurut Bloom seperti dikutip Rosyada pemahaman adalah
“kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan
mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide
lain, dan juga tanpa harus melihat ide itu secara mendalam.”4
Menurut
Bloom
seperti
dikutip
Sagala
“Pemahaman
(comprehension), aspek pemahaman ini mengacu pada kemampuan untuk
mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat
dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari.”5
Dengan demikian memahami suatu konsep bukanlah hanya sekedar
mengetahui dan mengingat melainkan mengerti benar-benar dan dapat
menggambarkan dengan jelas konsep yang telah dipahami. Seseorang
yang telah memahami suatu konsep maka akan mengerti maksud dari
konsep tersebut. Jadi, pemahaman terjadi setelah siswa mengenal konsep
dengan baik dan dapat menghubungkannya dengan fakta atau konsep
lainnya. Pemahaman juga menyangkut kemampuan menangkap makna
suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika
terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan
antara informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur
kognitif siswa atau pada pengetahuan siswa.
Menurut Chaplin seperti dikutip Syah “Pemahaman merupakan
salah satu ranah kejiwaan yang berpusat di otak yang berhubungan dengan
konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa.
Pemahaman merupakan bagian dari kognitif manusia.”6
4
Dede Rosyada. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 69.
5
Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar Dan Mengajar, cet ke-8, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 157.
6
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar, Edisi I, cet ke-6, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007), hal. 22.
8
Menurut Sardiman “Pemahaman diartikan menguasai sesuatu
dengan pikiran yaitu memahami maksudnya dan menangkap maknanya.”7
Pemahaman memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagianbagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap
tidak akan bermakna.
Pemahaman merupakan tingkatan kedua dalam tujuan pengajaran
pada kawasan ranah kognitif. Kawasan kognitif meliputi tujuan-tujuan
yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Menurut Bloom seperti dikutip Dimyati dan Mudjiono
“Pemahaman siswa mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.”8
Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa pemahaman merupakan suatu proses cara dan
kemampuan seseorang dalam menangkap makna dan arti dari apa yang
telah dipelajari dengan cara menguraikan kembali apa yang telah ia
dapatkan ke dalam bentuk lain.
Adapun penilaian pemahaman konsep ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami konsep dasar
yang telah diterima oleh siswa. Konsep menunjuk pada pemahaman dasar.
Siswa
mengembangkan
suatu
konsep
ketika
mereka
mampu
mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika
mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda
tertentu. Jadi siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila siswa dapat
menjelaskan kembali atau menguraikan kembali apa yang telah ia pelajari.
Bloom mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu:
7
Sardiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, cet ke-18, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 42.
8
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan bekerja sama dengan Rineka Cipta, 1999), hal. 27.
9
a) Penerjemahan (translation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menerjemahkan kalimat dalam soal menjadi
bentuk kalimat lain, misalnya dari lambang ke arti.
b) Penafsiran (interpretation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk
digunakan dalam menyelesaikan soal.
c) Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu pemahaman yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyimpulkan dari sesuatu yang telah
diketahui.9
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep,
paling tidak ada 4 hal yang dapat diperbuatnya, yaitu sebagai berikut:
a) Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep bila dia melihatnya.
b) Ia dapat menyatakan ciri-ciri (properties) konsep tersebut.
c) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari yang bukan
contoh.
d) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berkenaan
dengan konsep tersebut.10
2. Metode Pemberian Tugas
Kata metode berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu “Metha”
artinya melalui dan “Hodos” artinya jalan atau cara. Jadi secara etimologi
metode mempunyai pengertian sebagai cara atau jalan yang terus dilalui.11
Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
strategi.12
Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru
member tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan
9
Syaiful Sagala. Loc Cit.
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hal. 166.
11
R. Ibrahim dan Nana Syaodih Sukmadinata. Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, hal. 107.
12
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-5, hal. 127.
10
10
adanya pemberian tugas, siswa akan lebih berperan aktif dalam kegiatan
belajar mengajarnya karena siswa memiliki kesempatan yang lebih luas
untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Metode penugasan ini dapat mengembangkan
kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina
kedisiplinan dan rasa tanggung jawab dalam mencari dan mengolah sendiri
informasi yang mereka dapat.13
Menurut Djamarah dan Zain metode penugasan adalah metode
penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar.14 Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di
sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dapat merangsang
anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.
Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara
kelompok.
Metode pemberian tugas dapat diartikan dengan dengan guru
memerintah peserta didik untuk membaca tetapi dengan menambahkan
tugas-tugas
seperti
mencari
dan
membaca
buku
sumber
lain
sebagainperbandingan atau dengan mengamati orang/masyarakat yang
telah membaca buku tersebut, dengan cara seperti ini suatu pekerjaan
peserta didik dapat diselesaikan tanpa terkait dengan tempat. Metode
inipun juga merupakan suatu metode mengajardimana siswa diharuskan
membuat resume dengan kalimat sendiri.15 Dengan pemberian tugas siswa
dapat memperdalam konsep-konsep secara leluasa dan memperkaya
pengalamannya di sekolah.
13
Nuryani Y. Rustaman dkk. Op, Cit. hal. 108
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke-3, hal. 85.
15
Dossuwanda. Ragam Metode Pembelajaran Aktif, http://dossuwanda.wordpress.com .
di akses bulan juni 2011.
14
11
Metode
penugasan
adalah
metode
mengajardengan
cara
memberikan sejumlah tugas terstruktur pada siswa untuk dikerjakan di
luar jam pelajaran sekolah.16
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemberian
tugas atau penugasan merupakan metode yang dapat membuat proses
belajar mengajar menjadi menyenangkan, efektif, fisien, karena tugas
tersebut dapat merangsang siswa untuk aktif belajarsecara individual atau
secara kelompok dan member kesempatan kepada siswa untuk menerima
informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi
informasi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang haus diikuti dalam penggunaan
metode penugasan yaitu:17
a) Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan siswa hendaknya mempertimbangkan:
1. Tujuan yang akan dicapai
2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang
ditugaskan tersebut
3. Sesuai dengan kemampuan siswa
4. Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
5. Menyediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut
b) Langkah Pelaksanaan Tugas
1. Guru memberikan bimbingan dan pengawasan
2. Guru memberikan dorongan atau motivasi sehingga siswa mau
bekerja
3. Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang
lain
4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan
baik dan sistematik
16
Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), hal. 105.
17
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Op. Cit., hal. 86.
12
c) Fase Mempertanggungjawabkan
Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
1. Laporan siswa baik lisan maupun tulisan dari apa yang telah ia
kerjakan
2. Ada Tanya jawab dan diskusi di kelas
3. Penelitian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes ataupun dengan
non tes
Metode
penugasan
mempunyai
beberapa
kelebihan
dan
kekurangan, antara lain:18
a) Kelebihan Metode Penugasan
1. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar
individual ataupun kelompok
2. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan
guru
3. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin
4. Dapat mengembangkan kreativitas siswa
b) Kekurangan Metode Penugasan
1. Siswa suli dikontrol, apakah benar tugas dikerjakan sendiri atau
orang lain
2. Khusus
untuk
tugas
kelompok,
tidak
jarang
yang
aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja,
sedangkan anggota yang lain tidak berpartisipasi dengan baik
3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan
individu siswa
4. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat
menimbulkan kebosanan siswa
3. Hakikat Peta Konsep
Penggunaan pendekatan dalam mengajar pada dasarnya merupakan
sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar
18
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Op. Cit., hal. 87.
13
mengajar. Pendekatan yang kurang sesuai dengan sifat materi dan tujuan
pengajaran dapat mengakibatkan siswa kurang bergairah sehingga malas
mengikuti pembelajaran dan kurang efektif.
Agar pembelajaran tidak menjenuhkan dan menyulitkan maka peta
konsep salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam
memahami pelajaran/konsep tersebut.
Ausubel menekankan dan menyarankan para guru dalam
mentransfer
materi pelajaran kepada siswa-siswa dengan
memanfaatkan melalui belajar kebermaknaan, setiap pembelajaran
yang dilakukan oleh guru memberi makna secara langsung. Peta
konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna
antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.19
Peta konsep merupakan salah satu teknik belajar yang
dikembangkan Tony Buzon tahun 1970-an yang di dasarkan pada
bekerjanya otak. Peta konsep menggunakan pengingat-ingat visual
dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti
peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan
merencanakan.20
Menurut Dahar “Peta konsep digunakan untuk menyatakan
hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisiproposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep
yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.”21
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peta konsep
merupakan suatu pola dari ide-ide dalam konsep yang berbentuk proposisiproposisi dan dihubungkan oleh kata-kata penghubung. Peta konsep
memegang peranan penting dalam belajar bermakna karena dapat
membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang dipelajarinya.
Di sisi lain peta konsep dapat membantu guru memahami macammacam konsep yang ditanamkan di topik yang lebih besar yang diajarkan
pada siswa. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi
19
Martinis Yamin. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, cet ke-6, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2009), hal. 117.
20
Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif, cet ke-2, (Surakarta: Yuma Pustaka
bekerja sama dengan FKIP UNS, 2010), hal. 104.
21
Ratna Wilis Dahar. Op Cit., hal. 122-123.
14
guru. Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi
yang dibentuk siswa, tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa
yang diingat atau disukai.
Menurut Martin seperti dikutip Trianto Pemetaan konsep
merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak
menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep
menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut
dipelajari.22
Menurut Kinchin seperti dikutip Santrock “Peta konsep adalah
presentasi visual dari koneksi konsep dan organisasi hierarkis konsep.”23
Menurut Ponser seperti dikutip Arono Peta konsep mirip
peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan
antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan
hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga
menghubungkan antara konsep-konsep itu.24
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peta
konsep
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa
mengorganisasikan informasi atau konsep-konsep sebelum mereka
mempelajarinya dan sebagai alat peraga untuk membantu memahami
hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lainnya. Selain dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep tersebut siswa pun dapat
merasakan kebermaknaan dalam belajar.
Peta konsep yang dikembangkan oleh seseorang akan berbeda
dengan peta konsep yang dikembangkan oleh orang lain, sebab dalam
pikiran seseorang akan banyak konsep-konsep, dan konsep-konsep itu
yang akan dituangkan secara individu.
22
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Edisi I, cet ke-2, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 157.
23
John W. Santrock. Op Cit., hal. 353.
24
Arono. Mengorganisasi Informasi Dengan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Tutorial, http://Arono.Wordpress.Com/2009/08/05/Mengorganisasi-InformasiDengan-Peta-Konsep-Dalam-Meningkatkan-Kualitas-Pembelajaran-Tutorial/, di akses tanggal 20
Januari 2010.
15
Menurut Tony Buzan Peta konsep akan (1) mengaktifkan
seluruh otak; (2) membereskan akal dari kekusutan mental; (3)
memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan; (4) membantu
menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
saling terpisah; (5) memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan
dan perincian; (6) memungkinkan kita mengelompokan konsep; (7)
mensyaratkan siswa untuk memusatkan perhatian pada pokok
bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari
ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.25
Dengan penggunaan peta konsep siswa tidak lagi banyak
menghafal materi untuk belajar, siswa cukup memahami konsep kemudian
menghubungkannya dengan konsep yang ada sebelumnya. Dengan kata
lain, siswa dapat mengatur sejumlah konsep atau kata-kata kunci pada
satu halaman kertas, kemudian menghubungkannya dengan garis-garis dan
sepanjang garis itu ditulis suatu kata atau ungkapan yang menjelaskan
kaitan antar kata-kata/konsep-konsep.
4. Jenis-jenis Peta Konsep
Jenis peta konsep ada empat macam yaitu: rantai kejadian (events
chain), pohon jaringan (network tree), peta konsep siklus (cycle concept
map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
a. Rantai Kejadian
Peta
konsep
rantai
kejadian
dapat
digunakan
untuk
memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam
melakukan eksperimen.
Rantai kejadian cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
- Memberikan tahap-tahap suatu proses
- Langkah-langkah dalam suatu prosedur
- Suatu urutan kejadian.
25
Tony Buzan. Buku Pintar Mind Map, Terj. The Untimate Book Of Mind Maps oleh Susi
Purwoko, cet ke-8, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 6-7.
16
Contoh peta konsep model rantai kejadian dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut ini.26
Kejadian awal
Batuan lava yang mendingin
Tumbuhan perintis
Melapukan batuan
Tumbuhan
lumut
Semak-semak
Hutan
Gambar 2.1 Peta Konsep Rantai Kejadian Suksesi Primer
b. Pohon Jaringan
Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa
kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis
penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat
mengkonstruksi suatu pohon jaringan, terlebih dahulu menuliskan
topik itu dan mendaftarkan konsep-konsep utama yang berkaitan
dengan topik tersebut. Mendaftar dan memulai dengan menempatkan
ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan berawal dari konsep
yang umum hingga yang khusus. Mencabangkan konsep-konsep yang
berkaitan dari konsep utama dan memberikan hubungannya pada garisgaris konsep tersebut.
Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
26
Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep,
Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hal. 161-163.
17
- Menunjukkan informasi sebab-akibat
- Suatu hierarki
- Prosedur yang bercabang
Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan antar konsep.
Contoh peta konsep model pohon jaringan dapat dilihat pada
gambar 2.2 berikut ini.27
Komponen Ekosistem
Terdiri dari
Biotik
Abiotik
Berdasarkan fungsi
Produsen
Konsumen
Dekomposer
Contoh
Berdasarkan jenis makanan
Herbivor
Omnivor
Karnivor
contoh
Air, tanah, cahaya,
matahari
contoh
contoh
Kelinci
Manusia
Harimau
Gambar 2.2 Peta Konsep Pohon Jaringan Komponen Ekosistem
c. Peta Konsep Siklus
Dalam
peta
konsep
siklus,
rangkaian
kejadian
tidak
menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian terakhir pada rantai itu
menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan
kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus
27
Ibid., hal. 161-162.
18
itu berulang dengan sendirinya. Peta konsep siklus cocok diterapkan
untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulangulang.
Contoh peta konsep siklus dapat dilihat pada gambar 2.3
berikut ini.28
Air
Kondensasi
Evaporasi
Uap Air
Gambar 2.3 Peta Konsep Siklus Air
Adapun contoh peta konsep siklus yang saling berkaitan dapat
dilihat pada gambar 2.4 berikut ini:29
Makhluk
hidup
dapat
dapat
Tumbuhan
hewan
mengandung
mengandung
Air
Gambar 2.4 Peta Konsep Siklus yang memperlihatkan konsep
yang berkaitan
28
29
Ibid., hal. 163-164.
Ratna Wilis Dahar. Op. Cit., hal. 124.
19
d. Peta Konsep Laba-laba
Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk mencurahkan
pendapat. Dalam mencurahkan pendapat ide-ide berasal dari suatu ide
sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang
bercampur aduk. Banyak dari ide-ide tersebut berkaitan dengan ide
sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita
dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokkan
istilah-istilah menurut kaitan tertentu sehingga istilah itu menjadi lebih
berguna dengan menuliskannya di luar konsep utama. Peta konsep
laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:
a) Tidak menurut hierarki, kecuali berada dalam suatu kategori
b) Kategori yang tidak paralel
c) Hasil curah pendapat
Contoh peta konsep laba-laba dapat dilihat pada gambar 2.5
berikut ini.30
Air
Biologis
Fisik
Tanah
Kimiawi
Udara
Suara
Pencemaran Lingkungan
Penipisan lapisan ozon
Reboisasi
Hujan Asam
Pemanasan Global
Daur Ulang
Gambar 2.5 Peta Konsep Laba-laba Tentang Pencemaran
Lingkungan
30
Trianto. Op Cit., hal. 164-165.
20
Adapun contoh peta konsep laba-laba menurut Novak, dapat
dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:31
Plants
have
Stems
Roots
support
Leaves
Modified to form
Produce
are usually
are modified
Flowers
May have
Food
Green
Petals
Store
Produce
May have
Seeds
Color
Gambar 2.6 Peta Konsep Laba-laba Tentang Tumbuhan
5. Ciri-ciri Peta Konsep
Adapun ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:
a. Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi
suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna, misalnya dalam
bidang studi Biologi, Fisika, Pendidikan Agama Islam, dan lain
sebagainya.
31
Joseph D. Novak. http://cmap.ihmc.us/Publications/ResearchPapers/TheoryCmaps/
TheoryUnderlyingConceptMaps.htm. Diakses 11 September 2010.
21
b. Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari
suatu bidang studi, atau dari bidang studi yang memperlihatkan
hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga memperlihatkan
belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan
tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep-konsep. Peta
konsep memperlihatkan hubungan konsep antara satu dengan lainnya.
c. Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan
lainnya, ia dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan
kronologis, dan lain sebagainya.
d. Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya
terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara
jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan
timbul, seperti; fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya.32
Berdasarkan ciri tersebut di atas, maka sebaiknya peta konsep
disusun secara hierarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada
puncak peta. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi
konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep
pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu
mempunyai bentuk.
6. Membuat/Menyusun Peta Konsep
Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian
visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu
topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Arends dalam Trianto
memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai
berikut:
a. Langkah
1: Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi
sejumlah konsep. Contoh: ekosistem.
b. Langkah
2: Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder
yang menunjang ide utama. Contoh: individu, populasi, komunitas.
32
Martinis Yamin. Op. Cit., hal. 125.
22
c. Langkah 3: menempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta
tersebut.
d. Langkah 4: Mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama
yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide
utama.33
Menurut Arends seperti dikutip Arono Peta konsep dapat
menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh
dalam
menghubungkan
pengertian
konsep
di
dalam
permasalahannya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu
guru untuk mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa dan untuk
memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin
ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik
bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi
baru.34
7. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai
tujuan, diantaranya:
a. Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa belajar bermakna
membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk
menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan
yang telah mereka miliki. Untuk memperlancar proses ini, baik guru
maupun siswa perlu mengetahui “tempat awal konseptual”. Dengan
lain perkataan guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah
dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai, sedangkan para
siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau
konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi
pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep guru dapat
melaksanakan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan
demikian para siswa diharapkan akan mengalami belajar bermakna.
33
Trianto. Op.Cit., hal. 160.
Arono, Mengorganisasi Informasi Dengan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran
Tutorial,
http://arono.wordpress.com/2009/08/05/mengorganisasi-informasidengan-peta-konsep-dalam-meningkatkan-kualitas-pembelajaran-tutorial/, 20 Januari 2010.
34
23
b. Mempelajari cara belajar
Perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila
pembuatan peta konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru,
jadi seakan-akan mau memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri.
Siswa benar-benar harus mempunyai kesiapan dan minat untuk belajar
bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap ini harus dimiliki
para siswa agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta konsep
berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar.
c. Mengungkapkan konsepsi salah
Peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah
(misconception) yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya
timbul
karena
terdapat
kaitan
antara
konsep-konsep
yang
mengakibatkan proposisi yang sala