PENGGUNAAN PETA KONSEP BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.

(1)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Muhamad Ihsanudin 0602425

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGGUNAAN PETA KONSEP BERBANTUAN

MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP FISIKA SISWA SMP

Oleh

Muhamad Ihsanudin

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Muhamad Ihsanudin 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI :

PENGGUNAAN PETA KONSEP BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

Oleh :

Muhamad Ihsanudin 0602425

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. NIP. 197009081997021001

Pembimbing II

Achmad Samsudin, S.Pd., M.Pd. NIP. 198310072008121004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(4)

PENGGUNAAN PETA KONSEP BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP

Muhamad Ihsanudin NIM. 0602425

Pembimbing I : Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. Pembimbing II : Achmad Samsudin, S.Pd., M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peningkatan pemahaman konsep fisika siswa SMP setelah digunakan peta konsep berbantuan multimedia.Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest Postest Design. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Swasta di kota Bandung pada tahun ajaran 2012/2013 dengan sampel satu kelas yang terdiri dari 25 orang siswa. Kriteria peta konsep yang digunakan merujuk pada aturan yang dibuat oleh Novak dan Gowin yaitu peta konsep disusun secara hierarki dan relasi antar konsep dihubungkan dengan anak panah atau garis sedangkan untuk langkah pembelajaran merujuk Ratna Willis Dahar. Sebelum siswa membuat peta konsep, terlebih dahulu guru memberikan penjelasan dan cara menyusun peta konsep berbantuan multimedia. Peningkatan pemahaman konsep dengan menggunakan peta konsep berbantuan multimedia diketahui dari nilai gain yang dinormalisasi. sedangkan untuk mengetahui respon pembuatan peta konsep dan kemudahan media belajar siswa menggunakan rata-rata hasil angket. Hasil penelitian yang diperoleh setelah digunakan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia ternyata pemahaman konsep fisika meningkat sebesar 0,425 dengan kategori sedang.


(5)

THE USE OF MULTIMEDIA-SUPPORTED MIND MAP TO ENHANCE THE UNDERSTANDING OF PHYSICS CONCEPT OF JUNIOR HIGH

SCHOOL STUDENTS

Muhamad Ihsanudin NIM. 0602425

Preceptor I : Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. Preceptor II : Achmad Samsudin, S.Pd., M.Pd.

Department of Physical Education FPMIPA UPI Bandung in 2013

ABSTRACT

The research entitled “The effectiveness of concept mapping by multimedia in teaching students’ comprehension of physics” was aimed to know whether the use of concept mapping by multimedia significantly improved students’ comprehension of physics. This research used one group pre-test post-test design which involved 25 students as a sample from one of SMP in Bandung. In this research, the writer used a concept map which was proposed by Novak and Gowin; concept mapping is arranged by hierarchical node-link diagram, each containing concept labels, which are linked together with directional lines, also labeled. Moreover, the writer used the theory of lesson plan which was proposed by Ratna Willis Dahar. Before the implementation, teacher explained to students how to use concept mapping by multimedia in class. In analyzing data, this study employed normalized gain calculation to examine the use of concept mapping by multimedia in improving students’ comprehension of physics. Furthermore, the data taken from questionnaire were also analyzed to find out students’ response of using concept mapping by multimedia to help them in learning. The result of the research revealed that the use of concept mapping by multimedia significantly improve students’ comprehension of physics. It was evidence by the result of normalized gain 0.425 which was categorized as medium.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Variabel penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 7

BAB II PETA KONSEP, MULTIMEDIA, DAN PEMAHAMAN KONSEP ... 9

A. Peta Konsep ... 9

B. Multimedia ... 16

C. Peta konsep berbantuan multimedia ... 18

D. Pemahaman Konsep ... 20

E. Hubungan Peta Konsep dengan Pemahaman Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Metode dan Desain Penelitian ... 25

B. Subyek Penelitian ... 26

C. Instrumen Penelitian ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 33


(7)

H. Hasil Uji Coba Instrumen... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 55

BAB V KESIMPULAN, KETEBATASAN PENELITIAN DAN SARAN . 69 A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN - LAMPIRAN ... 73

A. Perangkat Pembelajaran ... 73

B. Instrumen Penelitian ... 89

C. Analisis Data ... 151

D. Dokumen Penelitian ... 184


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar konsep-konsep fisika masih merupakan konsep yang abstrak bagi siswa dan bahkan mereka sendiri tidak mengenali konsep-konsep kunci ataupun hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya siswa tidak membangun pemahaman konsep-konsep fisika yang fundamental pada awal mereka belajar fisika. Menurut

Sanjaya (2009) mengemukakan “Pemahaman konsep adalah kemampuan

siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Salah satu pernyataan dalam teori Ausubel adalah bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa (pengetahuan awal). Jadi supaya belajar jadi bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada dalam struktur kognitif siswa. Ausuble belum menyediakan suatu alat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui konsep apa yang telah dimiliki siswa (Dahar, 1988).

Dalam sisi lain, untuk menciptakan kelancaran proses belajar mengajar, guru sebagai sumber daya manusia dalam pembelajaran dituntut untuk kompeten memanfaatkan teknologi pembelajaran dan mampu mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan (Undang-Undang Nomor 14/2005 dalam Mursyid, 2010). Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tersebut adalah dimana guru dan siswa bersama-sama menggunakan teknologi sebagai sumber belajar, alat bantu dan prasarana komunikasi pembelajaran (Ariani, 2010). Selain dituntut untuk kompeten memanfaatkan teknologi, guru juga dituntut untuk memiliki keterampilan mengetahui berbagai karakteristik siswa (Priyatmono, 2005).


(9)

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan memahami konsep IPA khususnya Fisika merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki oleh peserta didik, karena pemahaman konsep dalam fisika merupakan hal yang paling dasar dalam mempelajari fisika. Dengan memahami konsep, peserta didik bisa mengembangkan kemampuannya dalam pembelajaran fisika, peserta didik bisa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan yang sederhana sampai dengan yang kompleks, peserta didik bisa mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, peserta didik bisa menginterprestasikannya, dan meramalkan kearah mana suatu permasalahan itu akan diselesaikan.

Namun fakta di lapangan ternyata tidak demikian, masih ada Sekolah Menengah Pertama yang melaksanakan pembelajaran fisika yang cenderung teacher oriented. Konsep-konsep yang seharusnya ditemukan secara langsung oleh siswa melalui pemberian pengalaman oleh guru baik dengan percobaan atau demonstrasi yang dilakukan di kelas ternyata tidak banyak dialami oleh siswa.

Hal ini dapat dilihat dari fakta-fakta hasil studi pendahuluan yang dilakukan berupa wawancara guru dan siswa, observasi langsung, dan analisis hasil tes pada salah satu SMP di kota Bandung penulis mendapatkan bahwa : 1. Hasil wawancara dengan guru mengemukakan bahwa ada beberapa faktor

pendorong diantaranya, Kualitas guru pengajar mayoritas sesuai dengan bidang studi, Jumlah siswa setiap kelas tidak lebih dari 40 dan sesuai dengan ukuran ruang kelas, Keinginan yang kuat dari guru pengajar untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalisme, dan Lingkungan belajar yang strategis sangat kondusif untuk proses belajar mengajar. Sedangkan faktor penghambat di sekolah tersebut diantaranya, Kurangnya intensitas pertemuan antar sekolah dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman baik yang berkegiatan dengan kurikulum maupun pengembangan mata pelajaran, Terbatasnya ruang untuk melakukan kegiatan baik untuk siswa maupun untuk guru, Terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki oleh guru mata pelajaran, dan latar belakang


(10)

input dari siswa dari lingkungan rumah yang kurang baik dan terbawa di sekolah sehingga pemahaman konsep dalam belajar menjadi kurang.

2. Hasil wawancara dengan siswa menyatakan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit bagi mereka. Suasana pembelajaran Fisika di kelas membosankan, menerangkan terlalu cepat, karena masih berpusat pada guru yang menjadi sumber informasi sehingga siswa lebih berperan sebagai penerima informasi, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan.

3. Dari analisis terhadap hasil soal ulangan umum sain, untuk mengukur hasil belajar pada tahap C1 (menghafal), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan atau aplikasi). Sebanyak 81 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis hafalan (C1), sebanyak 38 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis pemahaman (C2) dan sebanyak 23 % siswa menjawab dengan benar soal berjenis penerapan (C3). Selain itu, nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah sebesar 65,47 sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran fisikanya adalah sebesar 70,00. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa masih tergolong rendah. Hasil penelitian lain pun menunjukkan hal yang sama, Marzuki mengatakan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap konsep fisika ternyata masih rendah, kebanyakan siswa mengalami kesulitan mendeskripsikan konsep ke dalam bentuk diagram, grafik atau dalam bentuk representasi ilmiah lainnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menginterprestasikan data berdasarkan tabel atau grafik, dan juga kesulitan dalam mengaplikasikan konsep yang didapatkannya dalam permasalahan yang sederhana (Marzuki, 2010 dalam Adam, 2012).

Dari data awal tersebut terungkap kekurangan dalam pembelajaran yaitu terbatasnya media pembelajaran yang dimiliki oleh guru mata pelajaran. Hal ini tersebut sesuai dengan pendapat dari beberapa siswa yang di wawancarai. Selain itu permasalahan yang ditemukan diatas perlu suatu strategi belajar dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan


(11)

pemahaman konsep siswa dalam mempelajari fisika agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Banyak strategi belajar dan media pembelajaran yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya, peta konsep merupakan solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep belajar fisika siswa. Pengembangan peta konsep dapat dilakukan dengan bantuan multimedia agar siswa mendapat pembelajaran yang berbeda dari biasanya, pembelajaran dengan peta konsep berbantuan multimedia ini diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan pemahaman konsep fisika akan menigkat.

Novak dan Gowin dalam Dahar (1988) mengungkapkan solusi bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Novak (1985) dalam Dahar (1988) mengatakan bahwa peta konsep adalah pengetahuan yang sistematis dan singkat. Suatu strategi yang memegang peranan penting dalam belajar bermakna salah satunya adalah peta konsep, karena peta konsep dapat menunjukkan urgensi dan posisi hubungan konsep – konsep yang diajarkan sebelumnya dengan konsep-konsep yang akan diajarkan. Hudojo (Nurhayati, 2006) menyatakan bahwa peta konsep merupakan skema yang menggambarkan suatu himpunan konsep – konsep dengan maksud mengaitkan/menanamkan dalam suatu kerangka kerja dengan menggunakan ”proposisi-proposisi” (kata penghubung) agar menjadi jelas baik bagi siswa maupun guru untuk memahami ide-ide kunci yang harus terfokus kepada tugas belajar.

Menurut Fisher (Asan, 2007), secara tradisional peta konsep hanya dapat dibuat dengan menggunakan bantuan kertas dan pensil. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi komunikasi (Information and Commmunication Technologies/ICT), pengembangan peta konsep dapat dilakukan dengan menggunakan visualisasi komputer. Dengan menggunakan visualisasi komputer, peta konsep digunakan sebagai alat untuk mengembangkan hubungan antar konsep. Dalam membuat peta konsep, setiap orang akan


(12)

menghasilkan peta konsep yang berbeda meskipun konsep utamanya sama. Hal ini karena bisa saja menurut orang lain konsep itu kurang bermakna, tetapi menurut orang satu lagi konsep tersebut merupakan konsep bermakna yang harus dimasukkan ke dalam peta konsep.

Untuk lebih memudahkan siswa dalam menerima informasi dan untuk menerapkan konsep diperlukan suatu alat pendukung dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah multimedia. Peta konsep menggunakan Multimedia merupakan seperangkat media yang dikembangkan berdasarkan pembuatan peta konsep yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian peta konsep berbantuan multimedia ini bertujuan untuk memperoleh belajar penuh makna. Dengan adanya peta konsep, dapat menarik perhatian siswa dan mengurangi kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sehingga dengan dibangunnya peta konsep yang dilengkapi multimedia dapat membantu siswa mengorganisasikan materi pelajaran berdasarkan arti dan hubungan antar komponennya, serta dapat mengurangi kesulitan dalam memahami materi.

Dalam hal ini penulis memilih menggunakan multimedia sebagai upaya membantu siswa dalam pembuatan peta konsep tanpa perlu menggambarkan di kertas saja, dengan menggunakan multimedia sebagai alat bantu siswa diharapkan lebih mudah dalam pembuatan peta konsep. Multimedia sebagai media yang dapat digunakan guru untuk memvisualisasikan fenomena-fenomena fisis dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat memahami konsep dengan lebih mudah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik melakukan penelitian pengunaan peta konsep berbantuan multimedia dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa, dengan mengangkat judul

“Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan


(13)

B. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP setelah digunakan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah Memperoleh informasi tentang peningkatan pemahaman konsep fisika siswa SMP setelah digunakan peta konsep berbantuan multimedia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a. Penggunaan peta konsep dapat membantu siswa untuk belajar bermakna dengan mengaitkan informasi baru yang didapatkan pada konsep – konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya.

b. Memberikan alternatif sumber belajar lain yang diharapkan dapat menimbulkan semangat belajar dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

c. Membantu menghilangkan sikap pasif siswa dalam pembelajaran. 2. Bagi guru

a. Peta konsep menolong guru menyelidiki konsep – konsep yang telah diketahui siswa.

b. Multimedia sebagai alat bantu alternatif dalam menyampaikan materi pelajaran.

c. Memotivasi guru untuk membuat media pembelajaran yang lebih baik dan efektif.


(14)

3. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan dan wawasan yang jelas mengenai penggunaan multimedia berbasis peta konsep dalam pembelajaran Fisika untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa.

b. Sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya.

E. Variabel Penelitian

Sebagai langkah awal adalah menetapkan variabel penelitian. Variabel sangat diperlukan sebagai Fisika acuan perhatian kita seperti dinyatakan oleh Suharsimi Arikunto (1998), bahwa: ”variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi Fisika perhatian suatu penelitian”. Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yakni :

1. Variabel bebas dari penelitian yang akan dilakukan adalah pembelajaran menggunakan peta konsep berbantuan multimedia.

2. Variabel terikat dari penelitian yang akan dilakukan adalah pemahaman konsep fisika siswa.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka digunakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Peta konsep berbantuan multimedia merupakan sebuah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa dengan cara penyusunannya dibantu oleh multimedia sehingga pembelajaran lebih bermakna. Keterlaksanaan pmbelajaran akan ditentukan melalui lembar observasi langsung pada saat pembelajaran yang dilakukan. Keterlaksanaan yang dilihat adalah aktivitas guru dan siswa.

2. Pemahaman konsep

Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini meliputi tiga aspek seperti yang dikemukakan oleh Bloom (1979), dalam Armiza (2007), yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan


(15)

menafsirkan), dan ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Peningkatan Pemahaman konsep akan ditentukan melalui gain ternormalisasi dari hasil tes tertulis jenis pilihan berganda. Tes diberikan sebelum implementasi rancangan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian tes dengan soal yang sama diberikan kepada siswa setelah kegiatan pembelajaran untuk melihat pengetahuan akhir siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Multimedia yang dimaksud pada penelitian ini adalah media pembelajaran berupa software yang digunakan oleh siswa dan guru pada saat pembuatan peta konsep. Multimedia dapat dilihat dengan adanya gambar, suara, dan tulisan.

4. Peningkatan pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan pemahaman berupa tes pilihan berganda dari hasil pretest dan postes yang akan dilihat melalui gain ternormalisasi.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol). Dalam metode penelitian eksperimen semu, keberhasilan dan keefektifan pembelajaran yang di ujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum di beri perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pretest-posttest design. Desain ini adalah suatu rancangan pretest dan posttest, dimana sampel penelitian diberi perlakuan selama waktu tertentu. Pretest dilakukan sebelum perlakuan, dan posttest dilakukan setelah perlakuan, jadi akan terlihat bagaimana pengaruh perlakuan yang berupa pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia untuk mengetahui pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran. Pola one group pretest-posttest design ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen T1 X T2

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

Tabel tersebut menjelaskan bahwa kelas dikenakan pretest (T1) untuk mengukur prestasi belajar siswa, kemudian diberi treatment berupa pembelajaran dengan peta konsep berbantuan multimedia. Setelah itu diberi posttest (T2) dengan instrumen yang sama dengan pretest. Instrumen yang digunakan sebagai pretest dan posttest dalam penelitian ini merupakan instrumen untuk mengukur pemahaaman konsep yang telah di-judgment dan diujicobakan terlebih dahulu.


(17)

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek penelitian menurut Amirirn (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikunto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variable penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Penentuan subyek penelitian dapat dilakukan dengan cara populasi dan sampel.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006). Senada dengan pernyataan tersebut Luhut Panggabean (2001) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh karakteristik populasi (sampel representatif). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sample, yaitu cara pengambilan subjek bukan didasarkan atas dasar strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Berdasarkan rekomendasi dari guru mata pelajaran fisika di sekolah yang bersangkutan, maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas VII dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang.

C. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini peneliti membuat seperangkat instrumen penelitian. Instrumen-instrumen adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006). Tes ini terdiri dari tes hasil belajar siswa pada ranah kognitif (prestasi belajar). Tes ini dimaksudkan untuk mengukur peningkatan pemahaman konsep fisika yang diberikan.


(18)

Bentuk tes yang akan digunakan pada pretest dan posttest ini adalah pilihan ganda dengan 4 (empat) pilihan dengan kisi-kisi ditunjukan pada lampiran B.1. Untuk tes awal dan tes akhir digunakan soal yang sama berdasarkan anggapan bahwa peningkatan pemahaman konsep belajar siswa akan benar-benar dapat dilihat dan diukur dengan soal yang sama. Butir-butir soal dalam tes prestasi belajar siswa meliputi aspek Translasi, Interprestasi dan Ekstrapolasi.

2. Instrumen Non-Tes

Instrumen non-tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah format wawancara dengan guru, lembar angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Format wawancara dengan guru serta lembar angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika ini digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran fisika serta respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika. Sedangkan lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia oleh guru. Observasi ini tidak dilakukan oleh guru melainkan oleh observer. Format observasi sebagaimana terdapat dalam lampiran C.3 untuk lembar observasi aktivitas guru dan respon siswa terdapat dalam lampiran C.4.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melakukan wawancara, menyebarkan angket, melakukan observasi aktivitas guru dan siswa, serta memberikan instrumen tes.

1. Observasi

Observasi dilakukan pada dua objek yaitu guru dan siswa. Observasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia oleh guru dan siswa.


(19)

Observasi pada guru ini dibuat dalam bentuk cheklist () dan kolom komentar atau saran-saran. Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist () dan komentar atau saran pada kolom komentar atau saran-saran terhadap kekurangan keterlaksanaan guru dan siswa selama pempelajaran berlangsung. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran B.3.

Format observasi yang telah disusun tidak diuji cobakan, tetapi dikoordinasikan kepada para observer yang akan mengikuti proses penelitian agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap format observasi tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu semacam percakapan yang bertujuan mencari informasi (Panggabean, 1996). Wawancara dilakukan sebagai studi awal kepada guru untuk mengetahui kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis sebagai dasar untuk melakukan penelitian.

3. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi daftar tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Suharsimi Arikunto, 2006). Teknik angket digunakan pada saat observasi awal untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika. Beberapa butir pertanyaan dalam angket hanya untuk memperkuat butir-butir pertanyaan yang lainnya. Data yang terkumpul dianalisis sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Format angket respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika dapat dilihat pada lampiran B.1.

4. Tes Pemahaman Konsep

Tes adalah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok (Arikunto, 2009). Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Tes ini disusun


(20)

berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai pada setiap pertemuan pembelajaran yang dapat dilihat pada lampiran B.1. Soal-soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (tes awal) dan sesudah perlakuan (tes akhir). Soal-soal yang digunakan pada tes awal dan tes akhir merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrument terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

 Membuat kisi-kisi instrumen penelitian untuk materi yang akan diberikan.

 Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.  Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.  Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.

Setelah instrumen yang diujicobakan diolah dengan dihitung validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan pretest dan posttest.

E. Prosedur Penelitian

Dalam mengumpulkan data pada penelitian ini, peneliti akan melakukan beberapa tahapan prosedur penelitian, diantaranya:

1. Tahap persiapan

a. Telah kompetensi mata pelajaran fisika SMP

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian

c. Menentukan pokok bahasan yang akan digunakan dalam pembelajaran d. Studi Pendahuluan. meliputi pengamatan langsung pembelajaran di

kelas, wawancara dengan guru, dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas, kondisi siswa dan pembelajaran yang biasa dilaksanakan. Perangkat studi Pendahuluan dapat dilihat pada lampiran E.2


(21)

f. Studi literatur mengenai pembelajaran multimedia berbasis peta konsep.

g. Telaah kurikulum Fisika SMP dan penentuan materi pembelajaran yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum. h. Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan istrumen

penelitian serta media pembelajaran. Proses penyusunan instrumen, diantaranya :

1) Membuat kisi-kisi soal yang terdiri dari : a) menyusun indikator soal

b) membuat soal berdasarkan indikator soal 2) melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing 3) melakukan revisi hasil bimbingan

i. Men-judgment instrumen (tes) kepada dua orang dosen dan satu guru mata pelajaran fisika yang ada di sekolah tempat penelitian. Format Judgment tes pemahaman konsep dapat dilihat pada lampiran B.2 Sedangkan untuk instrumen (non tes) di-judgment oleh satu orang ahli psikologi dan ahli multimedia. Format judgment angket peta konsep dan multimedia dapat dilihat pada lampiran C.3.

j. Analisis dan revisi hasil judgment

k. Melakukan Uji coba instrumen pada sampel yang memiliki karakteristik sama dengan sampel penelitian.

l. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas sehingga layak dipakai untuk tes awal dan tes akhir. Hasil analisis uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran B.4.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest dengan soal yang telah diuji cobakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.


(22)

b. Melaksanakan treatment (perlakuan) yaitu dengan memberikan pembelajaran fisika dengan menggunakan multimedia pada kelas eksperimen.

c. Melaksanakan posttes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap Akhir

a. Pemberian skor pada nilai pretes dan postes siswa b. Pengolahan dan analisis data

c. Menganalisis dan membahas hasil pengolahan data d. Menarik kesimpulan dari penelitian.

Untuk lebih jelasnya, Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian digambarkan dalam gambar 3.1.


(23)

Telaah kompetensi mata pelajaran fisika

Menentukan Materi Ajar

Perumusan Permasalahan Studi Pendahuluan terhadap

sekolah yang akan dijadikan

lokasi penelitian Studi literatur

Pengembangan Media Pembelajaran Peta Konsep

Judgment Media Pembelajaran Peta Konsep

Media Hasil Revisi Penyusunan RPP

Penyususnan Instrumen Tes, Wacana dan latihan Peta Konsep

Judgment Instrument Tes, Wacana latihan Peta Konsep

Uji Coba Instrumen tes Hasil Revisi

Pretes

Pembelajaran menggunakan multimedia berbasis peta konsep

Postes

Pengolahan data dan analisis data

Pembahasan

Kesimpulan

Garis Keterkaitan Tahapan Garis Tahapan Pelaksanaan

Gambar 3.1


(24)

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Tes pemahaman konsep

a. Validitas

Validitas tes merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto,2009:65). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (Content Validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika.

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson

Product Moment, yaitu :

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai r product moment :


(25)

Tabel 3.2. Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,80 < rxy  1,00 Sangat tinggi

0,60 < rxy  0,80 Tinggi

0,40 < rxy  0,60 Cukup

0,00 < rxy  0,20 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah (Arikunto, 2009)

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2009) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui keajegan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Untuk mengetahui keajegan, maka teknik yang digunakan ialah dengan melihat koefisien korelasi dari tes tersebut.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) atas-bawah karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumus pembelahan atas-bawah tersebut adalah sebagai berikut.

⁄ ⁄

( ) (Arikunto, 2009)

Keterangan: r11 : Reliabilitas instrumen

r

2 1 2

1 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Jika jumlah soal dalam tes adalah ganjil, maka rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut :


(26)

Keterangan: r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

q1p

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari item

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81  r  1,00 sangat tinggi 0,61  r  0,80 tinggi 0,41  r  0,60 cukup 0,21  r  0,40 rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2009)

c. Tingkat Kesukaran

Taraf kesukaran suatu butir soal ialah perbandingan jumlah jawaban yang benar dari testee untuk suatu item dengan jumlah peserta testee (Arikunto, 2009:207). Taraf kesukaran dihitung dengan rumus:

Keterangan : P = Taraf Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar JS = Jumlah Siswa / Tester

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.


(27)

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,29 sukar

0,30 – 0,69 sedang

0,70 – 1,00 mudah

(Arikunto, 2009)

d. Daya Pembeda

Arikunto (2009: 211) menyatakan bahwa, “Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group)”.

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

Arikunto, 2009: 213)

Keterangan : DP = Daya Pembeda

BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab benar JA = Jumlah testee kelompok atas

BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar JB = Jumlah testee kelompok bawah

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Tiga titik pada daya pembeda, yaitu:

-1.00 0.00 1.00


(28)

Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas peserta didik. Yaitu, peserta didik yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan) disebut kurang pandai, sedangkan peserta didik yang kurang pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan) disebut pandai. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Untuk menginterpretasikan daya pembeda instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat tabel 3.5 berikut ini

Tabel 3.5.

Interpretasi Daya Pembeda

Daya pembeda Klasifikasi

0,70  D < 1,00 Baik sekali

0,41  D < 0,70 Baik

0,20  D < 0,40 Cukup

0,00  D < 0,20 Jelek

(Arikunto, 2009)

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan perhitungan data statistik. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data untuk setiap seri adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Pemahaman Konsep

a. Pemberian Skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.

Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2008:253) berikut :

Keterangan: S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar b. Perhitungan Gain yang Dinormalisasi


(29)

Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan digunakan persamaan (Hake, 1997) sebagai berikut :

1) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g) didefinisikan sebagai:

(% % )

%

% (100 % )

f i maks i S S G g G S   

. . . (3.7) Keterangan : g = gain yang dinormalisasi

G = gain aktual

Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi Si = skor tes awal

Sf = skor tes akhir

2) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

(% % )

%

% (100 % )

f i maks i S S G g G S              

. . . (3.8) Keterangan : g = rata-rata gain yang dinormalisasi

G = rata-rata gain aktual

Gmaks= gain maksimum yang mungkin terjadi Si = rata-rata skor tes awal

Sf  = rata-rata skor tes akhir

Untuk menginterpretasikan Nilai g yang diperoleh adalah dengan melihat tabel 3.6 berikut ini :

Tabel 3.6

Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai gain ternormalisasi <g>

Kriteria

 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang < 0,3 Rendah


(30)

2. Analisis kuisioner Respon Siswa Terhadap Pelajaran dan Pembelajaran Fisika

Hasil angket dideskripsikan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian. Untuk mendeskripsikan hasil angket siswa terhadap pelajaran dan pembelajaran fisika, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

 Menjumlahkan skor seluruh siswa atau siswi

 Menentukan persentase tiap jawaban siswa dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

 

siswa yang memilih item alternatif jawaban

% = 100%

siswa

P

3. Keterlaksanaan Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia

Untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan pembelajaran menggunakan peta konsep berbantuan multimedia pada setiap pertemuan maka data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah menjadi dalam bentuk persentase. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah sebagai berikut:

 Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran.

 Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:

observer menjawab ya atau tidak

% Keterlaksanaan Model = 100%

observer seluruhnya 

 Menginterprestasikan persentase keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh pada tabel 3.6.


(31)

Tabel 3.7

Interpretasi keterlaksanaan pembelajaran

Persentase Rata – rata ( % ) Kategori 80 – Lebih Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang 0 – 20 Sangat Kurang ( Ridwan, 2000)

H. Hasil Uji Coba Instrumen

Untuk memperoleh instrument yang benar-benar dapat mengukur kemampuan penahaman konsep fisika siswa, maka instrument yang telah disusun terlebih dahulu di-judgment dan diujicoba. Judgment instrument dilakukan oleh dua orang dosen dan satu orang guru bidang studi fisika untuk mengetahui validitas isi instrument tersebut. Instrument yang telah di-judgment kemudian diperbaiki untuk selanjutnya dilakukan uji coba. Lembar judgment instrument dapat dilihat pada lampiran B1 dan lampiran B2.

Sebelum digunakan untuk keperluan tes awal dan tes akhir, terlebih dahulu instrument penelitian diujicobakan kepada siswa yang memiliki kesamaan karakter. Dalam penelitian ini, ujicoba ini dilakukan kepada siswa SMP kelas VIII di sekolah yang sama, dengan alasan kelas tersebut mengalami pembelajaran dengan materi besaran dan satuan sebelumnya.

Data hasil ujicoba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan realibilitas tes. Hasil uji coba instrumen tes pemahaman konsep dapat di lihat pada lampiran B.3 dan dirangkum pada Tabel 3.10 berikut.


(32)

Tabel 3.8

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran

Keputusan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

1 -0.03 Buang 0.05 Jelek 0.57 Sedang dibuang 2 0.2901 Rendah 0.1818 Jelek 0.41 Sedang dibuang 3 0.05304 Sangat Rendah -0.091 Buang 0.50 Sedang dibuang 4 0.18855 Sangat Rendah 0.0909 Jelek 0.18 Sukar dibuang 5 0.41993 Cukup 0.2727 Cukup 0.23 Sukar digunakan 6 0.14393 Sangat Rendah 0.0455 Jelek 0.20 Sukar dibuang 7 0.39422 Rendah 0.3636 Cukup 0.32 Sedang digunakan 8 0.28725 Rendah 0.1364 Jelek 0.16 Sukar dibuang 9 0.2453 Rendah 0.18 Jelek 0.45 Sedang dibuang 10 0.16648 Sangat Rendah 0.1818 Jelek 0.32 Sedang dibuang 11 0.23298 Rendah 0.0909 Jelek 0.14 Sukar dibuang 12 0.4126 Cukup 0.3636 Cukup 0.36 Sedang digunakan 13 0.42788 Cukup 0.32 Cukup 0.43 Sedang digunakan 14 0.02415 Sangat Rendah 0.00 Buang 0.32 Sedang dibuang 15 0.28596 Rendah 0.23 Cukup 0.48 Sedang digunakan 16 0.20129 Rendah 0.18 Jelek 0.36 Sedang dibuang 17 0.21955 Rendah 0.09 Jelek 0.23 Sukar dibuang 18 0.26858 Rendah 0.14 Jelek 0.84 Mudah dibuang 19 0.0689 Sangat Rendah -0.05 Buang 0.39 Sedang dibuang 20 0.20901 Rendah 0.27 Cukup 0.23 Sukar digunakan 21 0.26827 Rendah 0.14 Jelek 0.48 Sedang dibuang 22 0.20816 Rendah 0.23 Cukup 0.84 Mudah digunakan 23 0.14094 Sangat Rendah 0.05 Jelek 0.80 Mudah dibuang 24 0.28033 Rendah 0.41 Baik 0.52 Sedang digunakan 25 0.18791 Sangat Rendah 0.09 Jelek 0.23 Sukar dibuang 26 0.09392 Sangat Rendah 0.05 Jelek 0.16 Sukar dibuang 27 0.23609 Rendah 0.14 Jelek 0.52 Sedang dibuang 28 0.07666 Sangat Rendah 0.00 Buang 0.45 Sedang dibuang 29 0.2286 Rendah 0.14 Jelek 0.80 Mudah dibuang 30 0.20319 Rendah 0.14 Jelek 0.89 Mudah dibuang 31 0.20979 Rendah 0.18 Jelek 0.45 Sedang dibuang 32 0.23158 Rendah 0.23 Cukup 0.43 Sedang digunakan 33 0.35936 Rendah 0.32 Cukup 0.39 Sedang digunakan 34 0.18562 Sangat Rendah 0.18 Jelek 0.50 Sedang dibuang 35 0.23158 Rendah 0.23 Cukup 0.20 Sukar digunakan 36 0.29951 Rendah 0.27 Cukup 0.27 Sukar digunakan


(33)

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran

Keputusan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

37 0.29485 Rendah 0.23 Cukup 0.57 Sedang digunakan 38 0.38407 Rendah 0.32 Cukup 0.57 Sedang digunakan 39 0.31913 Rendah 0.23 Cukup 0.34 Sedang digunakan 40 0.47735 Cukup 0.32 Cukup 0.39 Sedang digunakan 41 0.42902 Cukup 0.45 Baik 0.59 Sedang digunakan 42 0.54466 Cukup 0.55 Baik 0.55 Sedang digunakan 43 0.4508 Cukup 0.36 Cukup 0.50 Sedang digunakan 44 0.39213 Rendah 0.27 Cukup 0.77 Mudah digunakan

Uji Reabilitas tes bernilai 0,56 yang menunjukan kategori sedang.

Dari tabel 3.8 di atas, dapat diketahui bahwa Hasil perhitungan tingkat kesukaran tes, daya pembeda, validitas, dan reabilitas serta hasil interpretasi untuk instrumen tes hasil belajar pada ranah kognitif dapat dilihat pada lampiran B.4. Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kesukaran dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebesar 13,6 % atau sebanyak 6 butir soal, kategori sedang sebesar 61,36 % atau sebanyak 27 butir soal, dan kategori sukar sebesar 25 % atau sebanyak 11 butir soal. Daya pembeda dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori jelek sebesar 45,4 % atau sebanyak 20 butir soal, kategori cukup sebesar 38,6 % atau sebanyak 17 butir soal, kategori baik sebesar 6,8 % atau sebanyak 3 butir soal, kategori baik sekali sebesar 0 % atau sebanyak 0 butir soal, dan yang termasuk ke dalam kategori soal yang harus dibuang karena nilai daya pembedanya negatif sebesar 9 % atau sebanyak 4 butir soal. Selain itu dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa validitas tes dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori sangat rendah sebesar 25 % atau sebanyak 11 butir soal, kategori rendah sebesar 56,8 % atau sebanyak 25 butir soal, kategori cukup sebesar 15,9 % atau sebanyak 7 butir soal, kategori tinggi sebesar 0 % atau sebanyak 0 butir soal, kategori sangat tinggi sebesar 0 % atau 0 butir, soal yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi, dan tidak valid sebesar 2,2 % atau sebanyak 1 butir soal. Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas tes semua soal dinyatakan reliabel dengan kriteria sedang yaitu 0,56.


(34)

Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 20 soal dari 44 soal yang dibuat dengan membuang soal dengan kategori tidak valid dan sangat rendah, serta merevisi beberapa soal yang dianggap masih kurang baik yaitu soal yang memiliki validitas rendah. Soal-soal tersebut diperbaiki dari segi konsep, bahasa, dan kesesuainnya dengan indikator. Setelah dirasa cukup melakukan perbaikan, penulis menetapkan untuk menggunakan soal-soal tersebut dalam penelitian.


(35)

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu pada kelas VII diperoleh kesimpulan bahwa setelah digunakan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia ternyata pemahaman konsep fisika meningkat sebesar 0,425 dengan kategori sedang. Hasil ini diperoleh dari analisis nilai gain ternormalisasi keseluruhan hasil tes pada saat pretest dan postest.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Karena keterbatasan yang dimiliki penulis, penelitian ini hanya menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda saja sehingga terlihat perbedaan hasil pemahaman yang didapat dengan keterlaksanaan pembelajaran, sedangkan banyak bentuk tes yang bervariatif misalnya tes berbentuk peta konsep atau peta konsep bernuansa pilihan ganda.

2. Penjelasan langkah-langkah peta konsep berbantuan multimedia dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran, banyak waktu yang terpakai dalam tahap ini mengakibatkan proses pembelajaran memakan waktu yang lama. kendala ini mungkin berakibat pada peningkatan pemahaman konsep siswa. Seharusnya penjelasan peta konsep dan penggunaan multimedia dilakukan diluar pembelajaran.

3. Aspek pemahaman pada instrument penelitian tidak seimbang yaitu translasi berjumlah 10 soal, interprestasi 7 soal, dan ekstrapolasi 3 soal sehingga ketiga aspek tersebut tidak dapat terlihat peningkatan, dan aspek peningkatan pada


(36)

penelitian ini hanya dapat digunakan untuk profil serta tidak dapat di bandingkan.

C. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian penerapan peta konsep berbantuan multimedia tidak hanya membahas tentang peningkatan pemahaman konsep, penelitian ini bisa juga melihat motivasi dan aktivitas belajar siswa.

2. Pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia hendaknya dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk memfasilitasi dan memudahkan siswa dalam mememahami konsep fisika dalam belajar fisika.

3. Jika akan melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia untuk meningkatkan pemahaman konsep sebaiknya tahapan menjelaskan peta konsep dan penggunaan multimedia kepada siswa dilakukan diluar pembelajaran, karena membutuhkan waktu yang lama.

4. Pada saat pelaksanaan pembuatan peta konsep oleh siswa sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk bergantian menggunakan komputer agar semua siswa dapat merasakan dan melakukan pembuatan peta konsep berbantuan multimedia.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdusalam H, (2010). Model Pembelajaran TANDUR Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Mengetahui Profil Motivi Belajar Fisika Siswa SMP. Skripsi SI FPMIPA Jurusan Fisika UPI : Tidak diterbitkan.

Ariasdi, Multimedia Dalam Pendidikan, (2011).

http://ariasdimultimedia.wordpress.com / 2009/03/16/multimed. diunduh pada 22/08/2011 11:39 AM

Arikunto, S. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta : Bumi Aksara.

Arikunto S, (1993). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Bardi, (2011). Macam-macam Peta Konsep, http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2241985-macam-macam-peta-konsep/#ixzz2cepl8WDp, diunduh pada 22/08/2013 : 8.45 AM

DEPDIKNAS. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Depdiknas

Dahar, Ratna W (1998). Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.

Elyusra (2011), Media Pembelajaran Peta Konsep: Suatu

Wawasan Konseptual, http://adabundaguru.wordpress.com /2011/03/22 /media-pembelajaran-peta-konsep-suatu-wawasan-konseptual/, diunduh pada 28/09/2011 : 3.14 PM

Harun Jamalludin dan Zaidatun Tasir, (2003). Multimedia dalam Pendidikan, UTM : PTS Publications and Distributor Sdn. Bhd.


(38)

Holil Anwar (2011), Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-untuk-mempermudah-konsep.html, diunduh pada 28/09/2011 : 4.23 PM

Kholil A, (2008), Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-untuk-mempermudah-konsep.html, diunduh pada 22/08/2013 : 9.03 PM

Kodir S, (2008). Upaya Peningkatan Motivasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (Stad) :Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X Pada Salah Satu Madrasah Aliyah Di Kota Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2007/2008.. Skripsi SI FPMIPA Jurusan Fisika UPI : Tidak diterbitkan. Munir, (2000). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar

Mengajar, Bandung : mimbar Pendidikan. No 13 Tahun 2000.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta.


(1)

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

|

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran

Keputusan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori

37 0.29485 Rendah 0.23 Cukup 0.57 Sedang digunakan 38 0.38407 Rendah 0.32 Cukup 0.57 Sedang digunakan 39 0.31913 Rendah 0.23 Cukup 0.34 Sedang digunakan 40 0.47735 Cukup 0.32 Cukup 0.39 Sedang digunakan 41 0.42902 Cukup 0.45 Baik 0.59 Sedang digunakan 42 0.54466 Cukup 0.55 Baik 0.55 Sedang digunakan 43 0.4508 Cukup 0.36 Cukup 0.50 Sedang digunakan 44 0.39213 Rendah 0.27 Cukup 0.77 Mudah digunakan

Uji Reabilitas tes bernilai 0,56 yang menunjukan kategori sedang.

Dari tabel 3.8 di atas, dapat diketahui bahwa Hasil perhitungan tingkat kesukaran tes, daya pembeda, validitas, dan reabilitas serta hasil interpretasi untuk instrumen tes hasil belajar pada ranah kognitif dapat dilihat pada lampiran B.4. Hasil perhitungan menunjukan bahwa tingkat kesukaran dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori mudah sebesar 13,6 % atau sebanyak 6 butir soal, kategori sedang sebesar 61,36 % atau sebanyak 27 butir soal, dan kategori sukar sebesar 25 % atau sebanyak 11 butir soal. Daya pembeda dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori jelek sebesar 45,4 % atau sebanyak 20 butir soal, kategori cukup sebesar 38,6 % atau sebanyak 17 butir soal, kategori baik sebesar 6,8 % atau sebanyak 3 butir soal, kategori baik sekali sebesar 0 % atau sebanyak 0 butir soal, dan yang termasuk ke dalam kategori soal yang harus dibuang karena nilai daya pembedanya negatif sebesar 9 % atau sebanyak 4 butir soal. Selain itu dari tabel tersebut diperoleh informasi bahwa validitas tes dari 44 soal yang diujicobakan dengan kategori sangat rendah sebesar 25 % atau sebanyak 11 butir soal, kategori rendah sebesar 56,8 % atau sebanyak 25 butir soal, kategori cukup sebesar 15,9 % atau sebanyak 7 butir soal, kategori tinggi sebesar 0 % atau sebanyak 0 butir soal, kategori sangat tinggi sebesar 0 % atau 0 butir, soal yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi, dan tidak valid sebesar 2,2 % atau sebanyak 1 butir soal. Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas tes semua soal dinyatakan reliabel dengan kriteria sedang yaitu 0,56.


(2)

43

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

|

Setelah menganalisis hasil uji coba soal tersebut maka soal yang digunakan peneliti berjumlah 20 soal dari 44 soal yang dibuat dengan membuang soal dengan kategori tidak valid dan sangat rendah, serta merevisi beberapa soal yang dianggap masih kurang baik yaitu soal yang memiliki validitas rendah. Soal-soal tersebut diperbaiki dari segi konsep, bahasa, dan kesesuainnya dengan indikator. Setelah dirasa cukup melakukan perbaikan, penulis menetapkan untuk menggunakan soal-soal tersebut dalam penelitian.


(3)

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu pada kelas VII diperoleh kesimpulan bahwa setelah digunakan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia ternyata pemahaman konsep fisika meningkat sebesar 0,425 dengan kategori sedang. Hasil ini diperoleh dari analisis nilai gain ternormalisasi keseluruhan hasil tes pada saat pretest dan postest.

B. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Karena keterbatasan yang dimiliki penulis, penelitian ini hanya menggunakan tes yang berbentuk pilihan ganda saja sehingga terlihat perbedaan hasil pemahaman yang didapat dengan keterlaksanaan pembelajaran, sedangkan banyak bentuk tes yang bervariatif misalnya tes berbentuk peta konsep atau peta konsep bernuansa pilihan ganda.

2. Penjelasan langkah-langkah peta konsep berbantuan multimedia dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran, banyak waktu yang terpakai dalam tahap ini mengakibatkan proses pembelajaran memakan waktu yang lama. kendala ini mungkin berakibat pada peningkatan pemahaman konsep siswa. Seharusnya penjelasan peta konsep dan penggunaan multimedia dilakukan diluar pembelajaran.

3. Aspek pemahaman pada instrument penelitian tidak seimbang yaitu translasi berjumlah 10 soal, interprestasi 7 soal, dan ekstrapolasi 3 soal sehingga ketiga aspek tersebut tidak dapat terlihat peningkatan, dan aspek peningkatan pada


(4)

70

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

penelitian ini hanya dapat digunakan untuk profil serta tidak dapat di bandingkan.

C. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian penerapan peta konsep berbantuan multimedia tidak hanya membahas tentang peningkatan pemahaman konsep, penelitian ini bisa juga melihat motivasi dan aktivitas belajar siswa.

2. Pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia hendaknya dijadikan salah satu alternatif pembelajaran untuk memfasilitasi dan memudahkan siswa dalam mememahami konsep fisika dalam belajar fisika.

3. Jika akan melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan pembelajaran peta konsep berbantuan multimedia untuk meningkatkan pemahaman konsep sebaiknya tahapan menjelaskan peta konsep dan penggunaan multimedia kepada siswa dilakukan diluar pembelajaran, karena membutuhkan waktu yang lama.

4. Pada saat pelaksanaan pembuatan peta konsep oleh siswa sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk bergantian menggunakan komputer agar semua siswa dapat merasakan dan melakukan pembuatan peta konsep berbantuan multimedia.


(5)

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

DAFTAR PUSTAKA

Abdusalam H, (2010). Model Pembelajaran TANDUR Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Mengetahui Profil Motivi Belajar Fisika Siswa SMP. Skripsi SI FPMIPA Jurusan Fisika UPI : Tidak diterbitkan.

Ariasdi, Multimedia Dalam Pendidikan, (2011).

http://ariasdimultimedia.wordpress.com / 2009/03/16/multimed. diunduh pada 22/08/2011 11:39 AM

Arikunto, S. (1995). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jogjakarta : Bumi Aksara.

Arikunto S, (1993). Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.

Bardi, (2011). Macam-macam Peta Konsep, http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2241985-macam-macam-peta-konsep/#ixzz2cepl8WDp, diunduh pada 22/08/2013 : 8.45 AM

DEPDIKNAS. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Balai Bahasa.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Depdiknas

Dahar, Ratna W (1998). Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.

Elyusra (2011), Media Pembelajaran Peta Konsep: Suatu Wawasan Konseptual, http://adabundaguru.wordpress.com /2011/03/22 /media-pembelajaran-peta-konsep-suatu-wawasan-konseptual/, diunduh pada 28/09/2011 : 3.14 PM

Harun Jamalludin dan Zaidatun Tasir, (2003). Multimedia dalam Pendidikan, UTM : PTS Publications and Distributor Sdn. Bhd.


(6)

72

Muhamad Ihsanudin, 2013

Penggunaan Peta Konsep Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP

Holil Anwar (2011), Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam

Pembelajaran.

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-untuk-mempermudah-konsep.html, diunduh pada 28/09/2011 : 4.23 PM

Kholil A, (2008), Peta Konsep untuk Mempermudah Konsep Sulit dalam Pembelajaran. http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/peta-konsep-untuk-mempermudah-konsep.html, diunduh pada 22/08/2013 : 9.03 PM

Kodir S, (2008). Upaya Peningkatan Motivasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions (Stad)

:Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas X Pada Salah Satu Madrasah Aliyah Di Kota Bandung Semester Genap Tahun Ajaran 2007/2008.. Skripsi SI FPMIPA Jurusan Fisika UPI : Tidak diterbitkan. Munir, (2000). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar

Mengajar, Bandung : mimbar Pendidikan. No 13 Tahun 2000.

Sugiyono, (2009). Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta.