vi lambung sebelum perlakuan Setiawan, 2007. Sampel dibagi dalam 3
kelompok secara acak, masing-masing kelompok terdiri atas 10 ekor mencit. Kelompok terdiri atas kelompok kontrol K, kelompok perlakuan 1 P I, dan
kelompok perlakuan 2 P II. Skema rancangan penelitian:
- K
O
K
X
I
Sample P I
O
I
X
II
P II O
II
Keterangan : K
= Kelompok kontrol P I
= Kelompok perlakuan 1 P II = Kelompok perlakuan 2
X
I
= Setiap mencit diberi aspirin dengan dosis 0,1 mL peroral setiap hari selama 7 hari.
X
II
= Setiap mencit diberi alpukat Persea americana Mill. dengan dosis 0,5 mL peroral setiap hari dan diberi aspirin dengan
dosis 0,1 mL peroral setiap hari selama 7 hari. O
K
= Gambar mikroskopis mukosa lambung pada kelompok kontrol. O
I
= Gambar mikroskopis mukosa lambung pada kelompok perlakuan 1.
O
II
= Gambar mikroskopis mukosa lambung pada kelompok perlakuan 2.
F. Alat-alat Penelitian dan Bahan-bahan Penelitian
1. Alat-alat Penelitian
vi Alat-alat dalam penelitian ini adalah kandang hewan percobaan 3 buah
masing masing untuk 10 ekor mencit; timbangan duduk; timbangan neraca; timbangan obat;
canula
;
thermometer
; alat-alat hewan percobaan pisau bedah,
scalpel
, pinset, gunting anatomis, jarum, meja lilin; alat-alat untuk pembuatan sediaan histologis;
microscope
; gelas ukur; dan
blender
. 2.
Bahan-bahan Penelitian a.
Bahan-bahan untuk Perlakuan : Hewan uji 30 ekor mencit, makanan hewan uji pelet dan air PDAM,
aqua distillated
, buah alpukat
Persea americana
Mill., dan
aspirin
. b.
Bahan-bahan untuk Pembuatan Preparat
slide
: Lambung mencit setelah perlakuan dan kontrol;
formalin
10;
alcohol
70;
toluol
;
xylol
;
paraffin
dengan titik cair 56-60
o
C, dan
stain
:
hematoxylin-eosin
.
G. Cara Kerja Penelitian
Sebelum perlakuan, mencit diadaptasikan terhadap lingkungan laboratorium histologi FK-UNS selama 3 hari serta diberi makan dan minum
secara
ad libitum
kemudian pada hari ke-4 dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan proses perlakuan. Kemudian sampel dibagi 3
kelompok, masing-masing kelompok 10 ekor dengan cara acak. Setiap kelompok diberi perlakuan selama 7 hari. Setelah perlakuan
selesai, maka dilakukan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan histologis. Pada hari ke-8 sejak awal perlakuan, semua hewan
vi percobaan dikorbankan dengan melakukan metode dislokasi pada regio
servikal. Kemudian organ lambung bagian kurvatura minor diambil untuk selanjutnya dibuat preparat lambung dengan ketebalan 7-10 mikron. Metode
yang digunakan adalah metode blok parafin dengan pengecatan Hematoksilin Eosin HE. Daerah kurvatura minor merupakan daerah dengan vaskularisasi
minimal sehingga mudah rusak oleh zat-zat yang bersifat erosif terhadap lambung Sangelorang, 1998. Daerah kurvatura minor juga merupakan daerah
yang paling sering terjadi ulkus peptikum pada lambung Guyton dan Hall, 2006. Pengambilan lambung pada daerah kurvatura minor juga ditujukan
untuk penyeragaman sampel. Setiap lambung yang diambil dibuat 3 irisan dan setiap irisan diobservasi
seluruh lapang pandang dan dinilai berdasarkan gambaran kerusakan yang paling berat. Pengambilan irisan diberi jarak atau spasi. Pengamatan preparat
dengan perbesaran 100X dan 400X untuk mengamati seluruh lapang pandang pada keseluruhan preparat. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan pada lambung. Jadi dari tiap lambung mencit diperoleh 3 gambaran histologis yang masing-masing telah dikategorikan. Sehingga dari
tiap kelompok mencit diperoleh 30 gambaran mikroskopis yang masing- masing telah dikategorikan. Kemudian data yang diperoleh diuji dengan uji
statistik. 1.
Penentuan dosis dan pembuatan larutan aspirin. Dosis minimal aspirin untuk mengurangi secara signifikan lapisan
mukus PGE2 pada lambung tikus massa = 200 gram, yaitu 250 mgKgBB
vi Stickel, 1997. Menurut Laurence dan Bacharach 1964 dalam Donatus,
1994 faktor konversi dari tikus massa = 200 gram ke mencit massa = 20 gram adalah 0,14. Jadi dosis untuk mencit adalah 0,14 x 250 = 35
mgkgBB atau untuk mencit dengan massa 20 gram = 0,7 mg aspirin. Aspirin 500 mg dilarutkan dalam aquades hingga 59 mL, sehingga
dalam 1 mL larutan aspirin mengandung 8,5 mg aspirin. Dosis pemberian aspirin peroral adalah 0,7 mg20 gram massa mencit. Jadi jumlah yang
diberikan yaitu 0,082 mL = 35 mgkgBB mencit setiap kali pemberian. Preparat aspirin yang telah dilarutkan dalam aquades ini diberikan satu kali
sehari, 1 jam setelah pemberian jus alpukat. Untuk memudahkan pemberian dosis 0,082 mL dibulatkan menjadi 0.1 mL.
2. Pembuatan jus alpukat.
Buah alpukat yang sudah masak ditimbang sebanyak 100 gram. Kemudian dihaluskan menggunakan blender dan ditambahkan air sebanyak
100 mL menjadi bentuk jus lalu disaring menggunakan saringan teh, sehingga menghasilkan cairan jus yang lebih halus. Pada penelitian ini,
dosis diberikan langsung sebanyak 0,5 mL peroral setiap hari selama 7 hari, dengan alasan bahwa ukuran isi lambung mencit untuk berat ±20 gram
adalah 0,4-0,6 mL. Pemberian jus alpukat dilakukan 1 jam sebelum pemberian aspirin.
H. Identifikasi Variabel Penelitian