Multikolinieritas Autokorelasi: untuk menghindari kemungkinan adanya perbedaan Heteroskedastisitas: data yang di isi responden, semakin homogen si

49 Coefficients a 1.290 .356 3.622 .000 .139 .064 .197 2.172 .032 .960 1.041 .182 .071 .233 2.576 .012 .969 1.032 .156 .071 .209 2.189 .031 .870 1.149 .156 .068 .214 2.289 .024 .906 1.104 Constant Trust Commitment Communication Conflict Handling Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Loyality a.

1. Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk menganalisis derajat multikolinieritas dengan mengevaluasi nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Regresi yang bebas multikolinieritas ditandai dengan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 Ghozali, 2005. Tabel IV.7 Uji Multikolinearitas Sumber: data primer diolah, 2009 Dari Tabel IV.7 terlihat nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF dari masing-masing variabel kurang dari 10. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan regresi pada penelitian ini tidak terjadi multikolinieritas.

2. Autokorelasi: untuk menghindari kemungkinan adanya perbedaan

dengan tahun sebelumnya. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan 50 penganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji Durbin-Watson ini, yaitu jika nilai du d 4 – du, maka tidak terdapat autokorelasi positif atau negative pada model regresi Ghozali, 2005. Tabel IV.8 Hasil Uji Autokorelasi Berdasar Durbin-Watson Variabel Independen K Nilai d Hitung Nilai du Tabel Nilai 4 – du 4 1,749 1,625 2,375 Sumber: data primer diolah, 2009 Tabel IV.8 menjelaskan bahwa nilai d hitung pada model regresi lebih besar dari du tabel dan kurang dari 4 – du. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model regresi.

3. Heteroskedastisitas: data yang di isi responden, semakin homogen si

responden semakin bagus. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas. Hasil pengujian heteroskaedastisitas melalui uji Glejser dapat dilihat pada Tabel IV.9. Hal ini ditunjukkan oleh variabel independen nilai uji t yang tidak 51 Coefficients a .345 .201 1.722 .088 .025 .036 .070 .683 .496 .023 .040 .059 .577 .565 .002 .040 .006 .052 .959 -.061 .038 -.167 -1.574 .119 Constant Trust Commitment Communication Conflict Handling Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Dependent Variable: ABS a. signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diuji tidak mengindikasi terjadinya heteroskedastisitas. Tabel IV.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: data primer diolah, 2009

4. Normalitas,