Pengertian Identitas dan Bahasa Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identitas dan Bahasa Indonesia

Ernst Moritz Arndt mengatakan: Tak ada elemen terluhur yang dimiliki suatu bangsa selain bahasa. Bahasa merupakan identitas sebuah bangsa. Kata identitas berasal dari bahasa Latin idem artinya yang sama. Identitas tak lain dari ungkapan kesamaan yang menyatakan dan menentukan hidup seseorang disuatu kelompok tertentu yang bersifat sebagai “pembeda antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, pembeba antar bangsa dan suku”. Identitas selain pengakuan terhadap diri sendiri, kesadaran diri sebagai individu, insan tak terbagikan, juga pengakuan keanggotaan suatu kebersamaan atau bangsa. Kita mengidentifikasikan diri dengan bangsa kita, kita satu dengannya dan kembali menemukan diri dalam bangsa kita. Identifikasi merupakan fungsi sadar setiap individu dalam suatu kebersamaan senasib atau se-asal. Simbol-simbol identitas nasional seperti bendera merah-putih, Garuda Pancasila, Lagu Indonesia Raya, kesebelasan nasional, tim bulu tangkis nasional, dan sebagainya membantu kita untuk memper-erat dan menegaskan identitas bersama yang telah dimatangkan sejarah. Bagi bangsa Indonesia salah satu warisan historis dan hakiki untuk identitas bersama yakni bahasa Indonesia yang dicetuskan generasi pemuda 1928. Sumpah pemuda 1928 di tengah trik politik penjajah Divide et impera perintah belanda yang berusaha memecah- belah bangsa Indonesia dan jajah merupakan blessing in disguise rahmat dalam ketidakpastian bagi penghuni nusantara. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Negara Indonesia dan sebagai bahasa persatuan antar warga. Dahulu bahasa Indonesia diambil dari bahasa melayu yang waktu itu digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 M sebagai bahasa kenegaraan . Namun semenjak Sumpah Pemuda yang pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa melayu tidak lagi digunakan dan diganti dengan Bahasa Indonesia. Friedrich Schiller mengatakan: Bahasa adalah cermin suatu bangsa. Jika kita bercermin, maka terpantul wajah kita - diri kita sendiri. Di hadapan bahasa sebagai cermin bangsa, kita merefleksikan pertanyaan ironis rekanku tadi. Forum formal-internasional mengizinkan seorang kepala negara atau pemerintahan berpidato dalam bahasa nasionalnya, terlepas dari kefasihannya berbahasa asing. Yang hendak ditonjolkan di sana adalah identitas nasional, bukan agama atau sukunya.

2.1 Kedudukan Bahasa Indonesia