Tempat dan Waktu Penelitian Pengaturan Diagram Alir Penelitian Wheel Track

29 2. Roda Roda yang digunakan memiliki diameter 4 inci. Gambar 3.8 menunjukkan roda yang digunakan. Gambar 3.8 Roda

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal pengesahan usulan oleh pengelola program studi sampai dinyatakan selesai yang direncanakan berlangsung selama ± 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.3 Pengaturan

Secara analisis perhitungan data ditentukan desain dan posisi dari landing gear dari pesawat ditentukan secara teoritik. Universitas Sumatera Utara 30

3.4 Diagram Alir Penelitian

Adapun tahapan dari penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir penelitian dibawah ini: Mengidentifikasi dan memprioritaskan syarat desain landing gear Pilih konfigurasi landing gear Menentukan ketinggian landing gear Tentukan jarak antara roda utama ke pusat gravitasi pesawat Tentukan wheel base Tentukan wheel track Tentukan beban pada setiap roda A B Mulai Universitas Sumatera Utara 31 Gambar 3.9 Diagram Alir Penelitian 3.5 Proses Penelitian 3.5.1 Analisa Perhitungan Analisa perhitungan yang dilakukan meliputi: 1. Mempelajari desain pesawat untuk menentukan jenis landing gear yang sesuai. 2. Menetukan jenis landing gear yang akan digunakan. 3. Menentukan titik gravitasi pesawat dengan menggunakan bantuan software. 4. Menentukan tinggi pesawat. 5. Menentukan jarak wheel base sesuai dengan tinjauan pustaka. 6. Menentukan sudut overturn sesuai syarat yang diberikan dan didapakan jarak wheel track. Apakah landing gear memenuhi syarat desain? A B Kesimpulan Selesai Tidak Ya Universitas Sumatera Utara 32 7. Menentukan ukuran roda dengan menggunakan rumus 2.7 pada tinjauan pustaka dan menggunakan data dari tabel 2.

3.5.1 Proses Pembuatan.

Proses pembuatan landing gear setelah dilakukan proses analisa perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Besi hollow yang digunakan di potong sesuai ukuran yang telah dihitung. Pada gambar 3.10 proses pemotongan dan pada gambar 3.11 besi yang telah selesai dipotong. Gambar 3.10 Pemotongan Besi Universitas Sumatera Utara 33 Gambar 3.11 Besi yang telah dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan 2. Besi dilas dengan sudut yang telah ditentukan dari analisa perhitungan dengan mesin las. Gambar 3.12 menunjukkan besi yang telah di las. Gambar 3.12 Besi yang telah dilas 3. Besi difrais dengan menggunakan mesin frais sebagai tempat pemasangan roda dilakukan dengan mesin frais. Gambar 3.13 menunjukkan proses pelubangan besi dengan mesin frais. Universitas Sumatera Utara 34 Gambar 3.13 Pembuatas lubang dengan mesin frais 4. Pesangan roda pada besi yang telah di lubangi. Gambar 3.14 menujukkan roda yang telah dipasan pada besi pengikat. Gambar 3.14 Roda dipasang pada pelat besi. 5. Besi pengikat roda dipasang pada besi landing gear dilakukan dengan cara dilas. Gambar 3.15 dan gambar 3.16 menunjukkan pada saat roda diikat pada batang roda. Universitas Sumatera Utara 35 Gambar 3.15 Besi pengikat roda dilas pada besi landing gear Gambar 3.16 Pengelasan kedua roda pada besi tiang 6. Setelah proses pengelasan besi di cat agar terlihat lebih rapi. Gambar 3.17 menunjukkan roda yang telah selesai. Universitas Sumatera Utara 36 Gambar 3.17 Roda Universitas Sumatera Utara 37

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN

4.1.Berat Pesawat Berat total pesawat adalah sebesar 25 Kg. dengan estimasi berat pada badan pes awat adalah sebesar 18 Kg dan pada bagian ekor 7 Kg. Sehinggal estimasi berat yang akan ditumpu oleh roda depan dan roda belakang adalah: • Roda Depan = ����� ����� ����� ������� x 100 = 18 25 x 100 = 72 • Roda Belakang = ����� ����� ����� ������� x 100 = 7 25 x 100 = 28 Dari perhitungan diatas, maka dapat diasumsikan pembagian tumpuan berat adalah sebesar 70 : 30. Dimana 70 pada roda depan dan 30 pada roda belakang. 4.2.Pusat Gravitasi Pesawat Pusat gravitasi pesawat didapatkan dengan menggunakan bantuan software. Proses perhitungan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 38 Gambar 4.1 Pembagian bidang pada pesawat. Pada gambar 4.1 menunjukkan pembagian bidang pada keseluruhan badan pesawat yang akan digunakan pada proses perhitungan titik pusat gravitasi pesawat. Perhitungan luas setiap bidang: Gambar 4.2 Bidang 1 Persegi panjang. Pada gambar 4.2 menunjukkan bidang 1 dari pembagian keseluruhan pesawat yang berbentuk persegi panjang. A 1 = p.l = 967,83 x 76,14 = 73690,6 mm Universitas Sumatera Utara 39 Gambar 4.3 Bidang 2 segitiga sama kaki. Pada gambar 4.3 menunjukkan bidan 2 berbentuk segitiga sama kaki. A 2 = a x t = 76,14 x 57,54 = 4381.1 mm Gambar 4.4 Bidang 3 dan 4. Pada gambar 4.4 menujukkan bidang 3 dan 4 yang berbentuk setengah lingkaran. A 3 dan 4 = ½ Π x r 2 = ½ x 3.14 x 63,2 2 = 6270.96 mm Universitas Sumatera Utara 40 Gambar 4.5 Bidang 5 persegi panjang. Pada gambar 4.6 menujukkan bidang 5 dengan bentuk persegi panjang. A 5 = p.l = 343,8 x 59 = 20284,2 mm Gambar 4.6 Bidang 6 dan bidang 7 segitiga siku-siku. Pada gambar 4.6 menunjukkan bidang 6 dan 7 yang berbentuk segitiga siku-siku. A 6 dan 7 = ½ a x t 2 = ½ x 167,56 x 5 2 = 2094.5 mm Universitas Sumatera Utara 41 Gambar 4.7 Bidang 8 dan 10 segitiga siku-siku. Pada gambar 4.7 menunjukkan bidang 8 dan 10 yang berbentuk segitiga siku-siku. A 8 dan 10 = ½ a x t 2 = ½ x 1098,6 x 109 2 = 6526233,3 mm Gambar 4.8 Bidang 9 dan 11 persegi panjang. Pada gambar 4.8 menujukkan bidan 9 dan 11 dengan bentuk persegi panjang. A 9 dan 11 = p x l = 1098,6 x 126,42 = 138885 mm Universitas Sumatera Utara 42 Gambar 4.9 Bidang 12 dan 13 setengah lingkaran. Pada gambar 4.9 menunjukkan bidang 12 dan 13 dengan bentuk setengah lingkaran. A 12 dan 13 = ½ Π x r 2 = ½ x 3.14 x 15,6 2 = 382,1 mm Gambar 4.10 Bidang 14 persegi panjang. Pada gambar 4.10 mununjukkan bidang 14 dengan bentuk persegi panjang. A 14 = p.l = 620 x 44,6 = 27652 mm Gambar 4.11 Bidang 15 dan 16 segitiga siku-siku. Universitas Sumatera Utara 43 Pada gambar 4.11 menunjukkan bidang 15 dan 16 dengan bentuk segitiga siku-siku. A 15 dan 17 = ½ a x t 2 = ½ x 321,3 x 96 2 = 1480550,4 mm Gambar 4.12 Bidang 17 dan 18 Persegi panjang. Pada gambar 4.12 menunjukkan bidang 17 dan 18 dengan bentuk persegi panjang. A 17 dan 18 = p x l = 321,3 x 74,9 = 24065,4 mm Gambar 4.13 Bidang 19 setengah lingkaran. Universitas Sumatera Utara 44 Pada gambar 4.13 menunjukkan bidang 19 dengan bentuk setengah lingkaran. A 19 = ½ Π x r 2 = ½ x 3.14 x 38,7 2 = 2351,4 mm X dan Y untuk masing-masing bidang adalah: X 1 = 967,83 mm Y 1 = 76,14 mm X 2 = 57,54 mm Y 2 = 76,14 mm X 3 = 1144,1 mm Y 3 = 63,2 mm X 4 = 1144,1 mm Y 4 = 63,2 mm X 5 = 343,8 mm Y 5 = 59 mm X 6 = 167,56 mm Y 6 = 5 mm X 7 = 167,56 mm Y 7 = 5 mm X 8 = 109 mm Y 8 = 1098,3 mm X 9 = 126,42 mm Y 9 = 1098,3 mm X 10 = 109 mm Y 10 = 1098,3 mm X 11 = 126,42 mm Y 11 = 1098,3 mm X 12 = 686,9 mm Y 12 = 15,6 mm X 13 = 686,9 mm Universitas Sumatera Utara 45 Y 13 = 15,6 mm X 14 = 620 mm Y 14 = 44,6 mm X 15 = 96 mm Y 15 = 321,3 mm X 16 = 96 mm Y 16 = 321,3 mm X 17 = 74,9 mm Y 17 = 321,3 mm X 18 = 74,9 mm Y 18 = 321,3 mm X 19 = 38,7 mm Y 19 = 44,57 mm Maka: ��= � 1 � 1 + � 2 � 2 + � 3 � 3 + � 4 � 4 + � 5 � 5 + � 6 � 6 + � 7 � 7 + � 8 � 8 + � 9 � 9 + � 10 � 10 + ⋯…� 19 � 19 � 1 + � 2 + � 3 + � 4 + � 5 + � 6 + � 7+ � 8 + � 9 + � 10 + ⋯…� 19 ��= 73690,6 .967,83+4381,1.57,54+6270,96.1144,1+6270,96.1144,1+20284 ,2.343,8+2094,5.167,56+ 73690,6+4381,1+6270,96+6270,96+20284 ,2+2094,5+ = 20945.167,56+6526233 ,3.109+138885 .126,42+6526233 ,3.109+138885 .126,42+382,1.686,9 + 20945+6526233 ,3+138885 +6526233 ,3+138885 +382,1 = 382,1.686,9+27652 .620+1480550 ,4.96+1480550 ,4.96+24065 ,4.74,9+24065 ,4.74,9+2351,4.38,7 382,1+27652 +1480550 ,4+1480550 ,4+24065 ,4+24065 ,4 + 2531,4 �� = 112,7 mm ��= � 1 � 1 + � 2 � 2 + � 3 � 3 + � 4 � 4 + � 5 � 5 + � 6 � 6 + � 7 � 7 + � 8 � 8 + � 9 � 9 + � 10 � 10 + ⋯…� 19 � 19 � 1 + � 2 + � 3 + � 4 + � 5 + � 6 + � 7+ � 8 + � 9 + � 10 + ⋯…� 19 ��= = 73690,6 .76,14+4381,1.76,14+6270,96.63,2+6270,96.63,2+20284 ,2.59+2094,5.5+ 20945.5+ 73690,6+4381,1+6270,96+6270,96+20284 ,2+2094,5+20945+ = 6526233 ,3.1098,3+138885 .1098,3+6526233 ,3.1098,3+138885 .1098,3+382,1.15,6 + 382,1.15,6+ 6526233 ,3+138885 +6526233 ,3+138885 +382,1+ 382,1+ Universitas Sumatera Utara 46 = 27652 .44,6+1480550 ,4.321,3+1480550 ,321,3+24065 ,4.321,3+24065 ,4.321,3+2351,4.44,57 27652 +1480550 ,4+1480550 ,4+24065 ,4+24065 ,4 2531,4 ��= 946,3 mm Didapatkan titik berat pesawat berada pada y=11,6 cm dan x= 94,6 cm dari sudut paling depan pesawat. 4.3.Pemilihan Konfigurasi Landing Gear Dengan mempertimbangkan bentuk dan ukuran dari badan pesawat Unmanned Aerial Vehichle UAV. Pemilihan konfigurasi dari landing gear yang akan digunakan jatuh pada konfigurasi desain Tail-gear landing gear. Geometri konfigurasi dari Tail-gear landing gear akan ditunjukkan pada gambar 4.14. Gambar 4.14 Geometri Tail-gear landing gear. Pada desain Tail-gear landing gear penentuan posisi dari roda utama pesawat dilakukan dengan mengikuti posisi pusat gravitasi dari keseluruhan badan pesawat dan mengikuti sudut yang telah diberikan pada buku literatur. Sedangkan penentuan posisi roda belakang dilakukan dengan mengikuti sudut yang telah diberikan dengan mengacu pada posisi sayap ekor pesawat. posisi roda depan dan roda belakang di tunjukkan pada gambar 4.15. Universitas Sumatera Utara 47 Gambar 4.15 Posisi roda depan dan roda belakang berdasarkan literatur. Pada Tail-gear landing gear jarak wheel base tidak dilakukan perhitungan. Dikarenakan posisi roda depan dan roda belakang ditentukan dengan mengikuti letak pusat gravitasi pesawat dan letak sayap ekor pesawat, sehingga nilai wheel base adalah sebagai berikut.: a. Jarak pusat gravitasi dari depan pesawat 94,6 cm. b. Jarak roda depan pesawat dari depan pesawat adalah 61.5 cm. c. Jarak roda belakang ke ekor pesawat adalah 13.467 cm. d. Total panjang pesawat adalah 203.3 cm. Maka : Jarak Wheel Base adalah = Total panjang pesawat – Jarak roda depan ke depan pesawat + Jarak roda belakang ke ekor pesawat Wheel Base adalah = 203.3 – 61.5 + 13.467 = 128.3 cm Maka nilai jarak Wheel Base adalah sebesar 128.3 cm atau 1.283 m. 4.4.Tinggi Badan Pesawat Penentuan tinggi badan pesawat dari tanah adalah dengan mempertimbangkan ukuran propeller yang digunakan pesawat. Tinggi ini dimaksukan pula agar tidak terjadinya benturan langsung badan pesawat dengan tanah. Gambar 4.16 menunjukkan tinggi pesawat. Universitas Sumatera Utara 48 Gambar 4.16 Tinggi Pesawat Dapat dilihat diatas bahwa tinggi pesawat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah diameter baling-baling pesawat. Tinggi pesawat harud dapat mencegah terjadinya benturan antara baling- baling pesawat dengan tanah baik pada saat pesawat pada posisi diam dan juga pada saat mendarat. a. Diameter baling-baling yang digunakan = 30 cm b. Tinggi pesawat yang direncanakan = 40 cm Maka : Jarak antara baling-baling pesawat dengan tanah adalah : Jarak = Tinggi pesawat – jari-jari baling-baling = 40 cm – 15 cm = 25 cm Maka, jarak antara baling-baling pesawat dengan tanah diperoleh sebesar 25 cm. Jarak ini dianggap masi aman ketika pesawat melakukan pendaratan sehingga tinggi yang di tinggi pesawat yang pakai adalah sebesar roda depan 40 cm dan roda belakang 20 cm. � � ≥ � �� Baling-Baling Universitas Sumatera Utara 49 � � = tan −1 � � � �� � Dimana : � � = Sudut rotasi AB = Jarak wheel base H f = Tinggi minimum pesawat Jarak tanah selama rotasi take-off dengan sudut � � = 10 o diambil dari tabel 2.3 untuk tipe pesawat sangat mudah digerakkan dan tinggi pesawat 40 cm dan jarak wheel base sebesar 1.283 m adalah: 10 � = tan −1 � � � 1,283 � H f = 1.283 . tan 10 o H f = 0.23 m Nilai H f sebesar 0.23 m merupakan nilai minimum dari tinggi roda pendaratan pesawat. Pada tinggi ini bagian belakan pesawat tepat mengenai tanah. Jadi jarak tanah selama rotasi take-off adalah : �������� = �� + � � cos � � 0.40 � = 0.23 � + � � cos 10 H c = 0.40 – 0.23 . cos 10 H c = 0.16 m Maka, jarak minimum bagian belakang pesawat dari tanah adalah sebesar 16 cm atau 0.16 m. Universitas Sumatera Utara 50

4.5. Wheel Track

Wheel track ditentukan dengan menggunakan sudut overturn. Syarat yang diberikan adalah besarnya sudut overturn tidak kurang dari 25 o . dan juga sudut yang dihasilkan dari penarikan garis sejajar antar roda depan dan belakang dengan garis pada pusat gravitasi, dan kemudian ditarik garis sudut dengan jarak yang digunakan adalah tinggi dari pusat gravitasi pesawat ke tanah adalah tidak ebih dari 60 o . Sudut overturn yang direncakan antar pusat gravitasi dan roda pesawat adalah sebesar 35 o . Posisi wheel track ditunjuukan pada gambar 4.17. Gambar 4.17 Posisi sudut overturn dengan kemiringan 35 o . Untuk menentukan apakah sudut overturn sebesar 35 o yang diambil didapatkan jarak wheel track pesawat adalah sebesar 72.1123 cm. Untuk menentukam sudut overturn yang digunakan memenuhi persyaratan dilakukan seperti pada gambar 4.18. Universitas Sumatera Utara 51 Gambar 4.18 Pemeriksaan sudut overturn. Keterangan: a = roda belakang b = roda depan c = sudut overturn yang dihasilkan Jika dilihat ada gambar 4.18, sudut yang dihasilkan oleh penarikan garis sejajar roda depan dan belakang pesawat dengan garis dari pusat gravitasi pesawat tidak melebihi dari ketentuan yaitu sebesar 60 o sehingga wheel track dengan sudut kemiringan 35 o dapat digunakan. 4.6.Beban Pesawat Beban statis pesawat: Gambar 4.19 Geometri Beban Roda. a b c Whell Base Whell Base Universitas Sumatera Utara 52 Pada Gambar 4.19 menunjukkan geometri beban roda. Beban statis : Dimana : G.W. = 25 Kg = 245.25 N Untuk menghitung bebannya: ΣF = F A + F B = W Dan ΣM = 0 Maka W.a - F A . b = 0 245.25 . 1.14 - Sin 85 o F A . 1.28394 = 0 F A . Sin 85 o . 1.28394 = 279.585 F A = 279.585 1.279054221 F A = 218.587 N F vertikal yang terjadi pada roda depan adalah: 218.587 N F A + F B = W 218.587 N + F B = 245.25 N F B = 245.25 – 218.587 F B = 26.663 N Maka beban yang di tumpu oleh roda belakang adalah sebesar 26.663 N Universitas Sumatera Utara 53 Gambar 4.20 beban pada roda depan Pada gambar 4.20 menunjukkan beban pada roda depan. Gambar 4.21 Gaya yang terjadi pada roda depan. Pada gambar 4.21 menunjukkan gaya-gaya yang terjadi pada roda depan. Diketahui: A = 36 mm 2 = 36 x 10 -6 m 2 E = 200 x 10 9 Pa Universitas Sumatera Utara 54 Elemen 1 Gambar 4.22 Batang 1 Pada gambar 4.22 menunjukkan batang 1. L= 0,49 m K = � � � = �36�10 −6 �.200�10 −9 0.49 = 14.7 x 10 6 k 1 = Cos 2 θ Sin θ Cos θ -Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ - Sin θ Cos θ - Sin 2 θ - Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Cos 2 θ Sin θ Cos θ - Sin θ Cos θ -Sin 2 θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ Cos 2 55 Sin 55 Cos 55 -Cos 2 55 -Sin 55 Cos 55 k 1 = Sin 55 Cos 55 Sin 2 55 -Sin 55 Cos 55 - Sin 2 55 - Cos 2 55 -Sin 55 Cos 55 Cos 2 55 Sin 55 Cos 55 -Sin 55 Cos 55 -Sin 2 55 Sin 55 Cos 55 Sin 2 55 k 1 = u1x u1y u2x u2y 14.84 6.91 -4.84 -6.91 6.91 9.86 -6.91 -9.86 -4.84 -6.91 4.84 6.91 -6.91 -9.86 6.91 9.86 u1x u1y u2x u2y Universitas Sumatera Utara 55 Elemen 2 Gambar 4.23 Batang 2 Pada gambar 4.23 menunjukkan batang 2. L= 0.49m K = � � � = �36�10 −6 �.200�10 −9 0.49 = 14.7 x 10 6 k 2 = Cos 2 θ Sin θ Cos θ -Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ - Sin θ Cos θ - Sin 2 θ - Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Cos 2 θ Sin θ Cos θ - Sin θ Cos θ -Sin 2 θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ k 2 = Cos 2 125 Sin 125 Cos 125 -Cos 2 125 -Sin 125 Cos 125 Sin 125 Cos 125 Sin 2 125 -Sin 125 Cos 125 - Sin 2 125 - Cos 2 125 -Sin 125 Cos 125 Cos 2 125 Sin 125 Cos 125 -Sin 125 Cos 125 -Sin 2 125 Sin 125 Cos 125 Sin 2 125 Universitas Sumatera Utara 56 k 2 = Elemen 3 Gambar 4.24 Batang 3. Pada gambar 4.24 menunjukkan batang 3. L = 0,72 m K = � � � = �36�10 −6 �.200�10 −9 0.72 = 10 x 10 6 k 3 = Cos 2 θ Sin θ Cos θ -Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ - Sin θ Cos θ - Sin 2 θ - Cos 2 θ - Sin θ Cos θ Cos 2 θ Sin θ Cos θ - Sin θ Cos θ -Sin 2 θ Sin θ Cos θ Sin 2 θ k 3 = Cos 2 Sin 0 Cos 0 -Cos 2 -Sin 0 Cos 0 Sin 0 Cos 0 Sin 2 -Sin 0 Cos 0 - Sin 2 - Cos 2 -Sin 0 Cos 0 Cos 2 Sin 0 Cos 0 -Sin 0 Cos 0 -Sin 2 Sin 0 Cos 0 Sin 2 u3x u3y u4x u4y 4.84 -6.91 -4.84 6.91 u3x -6.91 9.86 6.91 -9.86 u3y -4.84 6.91 14.84 -6.91 u4x 6.91 -9.86 -6.91 9.86 u4y Universitas Sumatera Utara 57 k 3 = -10 -10 Matriks kekauan global. [K]= u1x u1y u2x u2y u3x u3y u4x u4y 14.84 6.91 -4.84 -6.91 -10 0 u1x 6.91 9.86 -6.91 -9.86 0 u1y -4.84 -6.91 4.84 6.91 0 u2x -6.91 -9.86 6.91 9.86 0 u2y 4.84 -6.91 -4.84 6.91 u3x -6.91 9.86 6.91 -9.86 u3y -10 -4.84 6.91 14.84 -6.91 u4x 6.91 -9.86 -6.91 9.86 u4y Kondisi batas pada titik 1 dan 4 1 u1x 1 u1y - 4.84 - 6.91 4.84 6.91 u2x - 6.91 - 9.86 6.91 9.86 0 X u2y 0 4.84 - 6.91 - 4.84 6.91 u3x - 6.91 9.86 6.91 - 9.86 u3y 1 u4x 1 u4y Displacement K U = F U = F K -1 Universitas Sumatera Utara 58 4.84 6.91 u2x 6.91 9.86 0 X u2y = -250 4.84 - 6.91 u3x - 6.91 9.86 u3y -250 u2x = - 0.067 m u2y = 0.047 m u3x = 0.067 m u3y = 0.047 m Resistan gaya pada titik batang R = [K][u]-[F] 14.84 6.91 -4.84 -6.91 -10 x - 6.91 9.86 -6.91 -9.86 -4.84 -6.91 4.84 6.91 -0.067 -6.91 -9.86 6.91 9.86 0.047 -250 4.84 -6.91 -4.84 6.91 0.067 -6.91 9.86 6.91 -9.86 0.047 -250 -10 -4.84 6.91 14.84 -6.91 6.91 -9.86 -6.91 9.86 R = -490 N u1x -450 N u1y 490 N u2x 700 N u2y -490 N u3x 700 N u3y 490 N u4x -450 N u4y Universitas Sumatera Utara 59 Beban yang dialami pada setiap roda depan adalah: Gambar 4.25 Roda Depan Pada gambar 4.25 menunjukkan roda depan. F = W – F sin 35 + m 1 z 1 + m g L + F cos 55 + m 2 . g – F G + m 2 . z 2 Dimana : m 1 = masa pesawat m 2 = masa roda z 1 = displacement pada bagian batang pada badan pesawat 0,043 m z 2 = displacement pada bagian batang roda 0,000081 m L = Lift faktor 0,6 W F sin 35 + m 1 z 1 + mgL F Cos 55 + m 2 g F G Roda Z 1 Z 2 Universitas Sumatera Utara 60 F = F pada batang F G = F vertikal pada roda Dimana F G = m d t �2 � � d= diameter roda t = waktu setelah impak τ = � �� �� F = W – F sin 35 + m 1 z 1 + m g L + F cos 55 + m 2 . g – F G + m 2 . z 2 = 245.25 – 218,587 sin 35 + 23 . 0.043 + 23. 9,81 . 0,6 + 218,587 cos 55 + 2. 9,81 – 0,8 . 0,1 2 0,043 0,1 −3 . 2 . 0.00000811 = 128,44 N Beban yang ditumpu pada setiap roda depan adalah sebesar 128,44 N Pada perancangan pesawat umum, faktor keselamatan yang diberikan berada diantara 1 – 2. Faktor keselamatan yang diambil adalah sebesar 1,5 sehingga. F vertikal yang terjadi pada roda depan adalah F VN = FOS x 218,597 = 1.5 x 218,587 = 327.88 N Universitas Sumatera Utara 61

4.7. Roda