Prospek kredit usaha rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji serta syukur senantiasa Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan anugerah dan karunia yang tidak terhingga sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: PROSPEK KREDIT USAHA RAKYAT
(KUR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Jurusan Perbankan Syariah Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam senantiasa Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, Sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan
terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu,
membimbing, dan mendoakan hingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Untuk itu perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas
Syariah & Hukum. Beliau jugalah yang menjadi penguji pada saat seminar
proposal skripsi ini.

2.


Drs.H.Ahmad Yani,M.Ag., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktunya membantu dan mengarahkan proses penulisan skripsi
saya.

v

3.

Dr. H. Supriyadi Ahmad sebagai Dosen Penasihat Akademik yang telah
membimbing dan memberikan banyak informasi dalam membuat proposal
skripsi ini.

4.

Para Dosen yang telah mengajarkan ilmunya kepada Penulis dari Semester awal
hingga akhir, para staff

perpustakaan yang telah membantu Penulis dalam

mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

5.

Ka Vida dan Ka Syafi’i yang sangat membantu mempermudah proses akademik
mahasiswa NR dan penulisan skripsi ini.

6.

Staff Perpustakaan Kementrian Koperasi & UKM, yang membantu Penulis
mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

7.

Pa Iwan dan Pa Dani di Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian yang
telah memberikan data-data yang dibutuhkan ditengah kesibukan beliau.

8.

Ibunda dan ayahanda yang telah mendukung baik moril maupun materiil. Karena
doanya juga, Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.


9.

Keluarga besar MAI Foundation, yang telah membantu memberikan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman LDK Komda Ekstensi (Indah, Fitria, Fatma, Dian, Niar, Ika,
K’Devi, dll). Semoga ukhuwah kita senantiasa terjaga.
11. Teman-teman PS C (Kiki, Maris, Syaiful, Bukhori, Dian, Maya, Gabi, Nana,
Nona, Oci, Fitri, Oul, Cholik, Bang Ab, Fikri, Ryanda, dll). Kalianlah yang
membuat hari-hari dikampus menjadi lebih indah dan berwarna. Mudahmudahan kita masih dapat bertemu dalam lingkup yang lebih luas.
vi

Akhirnya Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan. Namun, Penulis berharap dengan skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi Penulis dan pembaca pada umumnya.
Jazakumullah Khairan Katsira
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Mei 2011

Penulis


vii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

iv

DAFTAR TABEL

vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

1


B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

7

D. Tinjauan Pustaka

9

E. Hipotesa

10

F. Metodologi Penelitian

11


G. Kerangka Konsep

20

H. Sistematika Penulisan

23

BAB II LANDASAN TEORI
A. UMKM
1. Definisi dan Kriteria UMKM

25

2. Karakteristik UMKM

27

3. Peran dan Kelemahan UMKM


28

4. Masalah-Masalah UMKM

29

5. Meningkatkan Akses UMKM Pada Lembaga Jasa Keuangan

29

B. KUR

viii

1. Pengertian KUR

30

2. Landasan Hukum


31

3. Tugas Operasional

33

4. Tujuan dan Manfaat KUR

33

5. Petunjuk Teknis KUR

34

6. Realisasi Penyaluran KUR

41

C. Analisis SWOT

1. Definisi Analisis SWOT

46

2. Mekanisme dan Rancangan Strategi Analisis SWOT

46

BAB III PROFIL BANK SYARIAH MANDIRI (BSM)
A. Latar Belakang Berdirinya Bank Syariah Mandiri

54

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

56

C. Nilai-nilai Perusahaan

56


D. Produk dan Jasa Bank Syariah Mandiri

57

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Mekanisme Penyaluran KUR Bank Syariah Mandiri

58

B. Penyaluran KUR dan Laba Bersih Bank Syariah Mandiri Tahun

62

2008-2010
C. Pengaruh penyaluran KUR Terhadap Laba Bank Syariah Mandiri

64

D. Analisa SWOT


69

ix

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan

89

B. Saran

90

DAFTAR PUSTAKA

92

LAMPIRAN

95

x

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1

Tugas Operasional Para Pihak Yang Terkait KUR

33

Tabel 2.2

Perkembangan KUR Sampai Februari 2011

41

Tabel 2.3

Perkembangan KUR Per Provinsi

43

Tabel 2.4

Perkembangan KUR Per Sektor

44

Tabel 2.5

Diagram SWOT

47

Tabel 4.1

Program Barakah BSM

59

Tabel 4.2

Petunjuk Pelaksanaan KUR Melalui Warung Mikro BSM

60

Tabel 4.3

Penyaluran KUR dan Laba Bersih BSM Tahun 2008-2010

62

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Data

64

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

65

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

66

Tabel 4.7

Hasil Uji T

66

Tabel 4.8

Hasil Uji F

67

Tabel 4.9

Hasil Uji Koefisien Determinasi

67

Tabel 4.10

Hasil Uji Koefisien Regresi

68

Tabel 4.11

Kinerja Keuangan Bank Penyalur KUR

69

Tabel 4.12

Total DPK Bank Penyalur KUR

73

Tabel 4.13

Market Share KUR diantara Bank Penyalur KUR

75

Tabel 4.14

Rata-rata Rasio Kenaikan KUR

75

Tabel 4.15

NPL/F Bank Penyalur KUR

76

xi

Tabel 4.16

IFAS

78

Tabel 4.17

EFAS

80

Tabel 4.18

Matriks Internal-Eksternal

82

Tabel 4.19

Matriks Profil Kompetitif

83

Tabel 4.20

Matriks SWOT

84

Tabel 4.21

Matriks SPACE

86

xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan
masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan
kemampuan nasional, dengan memanfatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Dalam bidang
yang menyangkut kesejahteraan masyarakat, konsentrasi pembangunan ditujukan
pada usaha-usaha peningkatan dan pemerataan atas terpenuhinya kebutuhan
sandang, pangan, dan papan untuk seluruh lapisan dan golongan masyarakat di
Indonesia.
Berkaitan dengan ini, pengkajian dan pemecahan terhadap masalah-masalah
kemiskinan dan kesenjangan sosial merupakan agenda utama, mengingat strategi
seperti ini adalah pra kondisi untuk mengoptimalkan dan keberhasilaan
pembangunan yang diharapkan. Usaha kecil khususnya telah mampu menjawab
berbagai tantangan yang diperlukan, selain mampu memberikan sumbangan
berarti bagi PDB (pada tahun 2009, UMKM memberikan kontribusi terhadap PDB
sebesar 56,53%)1, yaitu sebesar 3173,2 triliyun2
1

juga berhasil tumbuh dan

Kementerian Koperasi & UKM, “Data UMKM 2009”, artikel diakses pada 15 Maret 2011

dari

http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=27:da
ta-umkm&Itemid=93

1

2

berkembang dengan konsisten walau ekonomi nasional sedang dilanda krisis
mulitidimensi. Terlihat nyata dengan pesatnya perkembangan usaha dan
penyerapan tenaga kerja baru yang cukup besar, dimana usaha besar justru
mengalami trend sebaliknya.3 Karena itu, bisa dikatakan bahwa pengembangan
UMKM bukan hanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi sekaligus
juga akan mampu menjawab tantangan untuk menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat Indonesia.4 Sampai pada tahun 2010, UMKM telah menyerap tenaga
kerja sebesar 97,30% (96.211.332 orang) dengan jumlah unit usaha sebanyak
52.764.603 atau 99,9%, sedangkan sisanya yaitu 0,1% diisi oleh usaha berskala
besar 5, secara empiris telah terbukti bahwa ketika pada masa krisis hampir seluruh
sektor mengalami pertumbuhan negatif, ternyata sektor ekonomi rakyat, inilah
yang justru tumbuh positif.6

2

Badan Pusat Statistik, “PDB Indonesia Tahun 2009”, artikel diakses pada 22 Maret 2011
dari http: www.bps.go.id/download_file/data_strategis.pd
3

M. Rizal Ismail, “Upaya Strategis Pemulihan Ekonomi dan Mengatasi Kemiskinan Melalui
Pengembangan UKM” dalam buku Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, disunting oleh Musni
Umar dan Musfihin Dahlan, (Jakarta: Forum Kampus Kuning, 2002), h. 56.
4

Burhanudin Abdullah,
Menanti Kemakmuran Negeri, (Kumpulan Esai tentang
Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia), (Jakarta: Gramedia, 2006), h. 161.
5

Kementerian Koperasi & UKM, “Data UMKM 2009”, artikel diakses pada 15 Maret 2011
dari http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=27:dataumkm&Itemid=93
6

Didin S. Damanhuri, ”Peran Ekonomi Kerakyatan Dan Strategi Pemulihan Ekonomi
Indonesia” dalam buku Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, disunting oleh Musni Umar dan
Musfihin Dahlan, (Jakarta: Forum Kampus Kuning, 2002), h. 48

3

Pengembangan UMKM sangat cocok dengan keinginan untuk memulai
memperhatikan suply response dalam pemulihan ekonomi kita karena program
pemulihan ekonomi selama ini lebih banyak bersifat demand management.7
Masalah unik UMKM adalah tak ada lembaga yang menyediakan uang bagi
mereka. Kredit mikro memecahkan masalah itu dengan cara efisien dan praktis.
Kini setelah metodologinya dikenali, kredit mikro harus diberi status legal dan
dijadikan bagian integral dari sistem keuangan mayoritas. Kredit mikro meletakan
fondasi kuat bagi program anti kemiskinan.8
Dari sisi perbankan, Bank Indonesia telah menganjurkan kepada perbankan,
termasuk di dalamnya BPR, untuk menyalurkan kredit kepada UMKM dengan
membuat business plan pemberian kredit UMKM. Bank Indonesia berperan
sebagai koordinator untuk memantau realisasi business plan penyaluran kredit
oleh bank-bank tersebut. Dalam perkembangannya, realisasi penyaluran kredit
baru untuk sektor UMKM dalam tahun 2002 mencapai Rp 35.9 triliyun, lebih
besar daripada rencana semula sebesar Rp 30.89 triliyun.9
Sesuai dengan API dan sejalan dengan upaya restrukturisasi yang diterapkan
di bank umum, BI juga akan terus melakukan upaya penyehatan, penyempurnaan
7

Burhanudin Abdullah, “Masih Adakah Perbaikan Ekonomi Indonesia” dalam buku
Terobosan Pemulihan Ekonomi Indonesia, disunting oleh Musni Umar dan Musfihin Dahlan, (Jakarta:
Forum Kampus Kuning, 2002), h. 33
8

M. Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, Alih Bahasa: Rani R. Moediarta.
Cetakan kedua, (Jakarta: Gramedia, 2008)
9

Burhanudin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, h. 153

4

sistem pengaturan, dan pengawasan BPR, serta mendorong pendirian infrastruktur
pendukung bagi industri BPR.10
Apabila tidak ada upaya khusus dari pemerintah, dikhawatirkan perbankan
masih akan menghadapi kesulitan untuk dapat memberikan kredit kepada UMKM,
karena pada umumnya walaupun UMKM telah feasible namun belum bankable.
Perbankan dituntut menerapkan manajemen risiko secara international best
practices (Basel 2) yang tidak cocok dengan kondisi UMKM khususnya dan
kondisi makro ekonomi Indonesia. Meskipun sebelum tahun 2007, cukup banyak
program pemerintah yang ditujukan untuk mempercepat perkembangan UMKM
melalui berbagai jenis kredit perbankan, namun perkembangan berbagai program
tersebut tampaknya belum menarik minat perbankan sehingga dampaknya belum
dirasakan secara signifikan oleh para pelaku UMKM di tingkat akar rumput.
Salah satu bentuk komitmen pemerintah untuk memajukan UMKM lainnya
adalah dengan diluncurkannya program KUR pada tanggal 5 November 2007,
yang sebelumnya telah ditandatangai MoU dari pihak terkait di dalam program
KUR tersebut pada tanggal 9 Oktober 2007.11
Sampai dengan Oktober, realisasi penyaluran KUR didominasi Bank Rakyat
Indonesia (BRI) dengan proporsi mencapai 70,16% atau sebesar Rp5,376 triliun.

10

11

Burhanudin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri, h. 190

Kementerian Koperasi & UKM, “Data KUR”, artikel diakses pada 15 Maret 2011 dari
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=27:kurumkm&Itemid=93

5

BRI diikuti Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Mandiri yang realisasi
penyaluran KUR masing-masing mencapai Rp513,7 miliar dan Rp400,8 miliar.
Dari 13 bank pembangunan daerah (BPD), jumlah penyaluran KUR mencapai
Rp729,9 miliar atau hanya 9,52% dari total realisasi KUR tahun 2010 sampai
dengan September.12
Posisi pertama ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk telah menyalurkan
program kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp5,9 triliun atau sekitar 95% dari
target tahun ini sebesar Rp6,2 triliun. Posisi kedua ditempati Bank Mandiri yang
tercatat telah menyalurkan KUR sebesar Rp 1,114 triliun ke 40.612 nasabahnya.
Diikuti Bank BNI yang sudah menggelontorkan Rp 829,996 miliar ke 14.306
nasabahnya. Sedangkan Bank Bukopin, BTN, kemudian. Bank Syariah Mandiri
tersebar hampir rata13, untuk rasio jaminan,

pemerintah menaikan dari

sebelumnya 70 persen-30 persen menjadi 80 persen-20 persen.14
BSM sebagai satu-satunya bank syariah penyalur dana KUR mencatatkan
peningkatan sebesar Rp 261 miliar dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2009,
dana KUR yang berhasil disalurkan BSM sebesar Rp 382 miliar. Adapun untuk

12

Marchelo, “KUR sudah Mengucur Rp7,633 Triliyun”, Media Indonesia, Senin, 18 Oktober

2010
13

Irsad Sati,

“Penyaluran KUR BRI capai 95%”,

www.detikfinance.com, Selasa,

12/10/2010
14

Syarifuddin Hasan, Kredit Usaha Rakyat, “Hore.. KUR Tanpa Jaminan Siap Meluncur”,
Kompas, Selasa, 24 Agustus 2010

6

tahun 2010, penyaluran KUR BSM sampai tanggal 30 September sudah mencapai
Rp 643 miliar.15
Sejak 5 tahun terakhir Bank Syariah Mandiri fokus pada pengembangan usaha
mikro yang porsi pembiayaan usaha kecil menengah (UMK) terus ditingkatkan.
Bahkan target kredit UKM mencapai 70 persen dari pada pembiayaan untuk
korporasi16. Setidaknya, 97% persen penduduk Indonesia juga bergantung dari
bisnis UMKM.17
Sebagai Bank Syariah pertama dan satu-satunya yang menyalurkan KUR
kepada UMKM, terlebih lagi UMKM dengan berbagai kelebihan yang telah
dipaparkan sebelumnya, rasanya penulis ingin mengetahui sejauh mana program
KUR tersebut berjalan di Bank Syariah Mandiri dan bagaimana pengaruh
penyaluran KUR terhadap kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri, serta
menganalisis prospek KUR melalui analisis SWOT ditengah bank-bank yang juga
turut menyalurkan KUR, karena suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi
untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Berdasarkan
uraian diatas, maka penulis menyusun skripsi dengan judul “PROSPEK KREDIT
USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK SYARIAH MANDIRI”

15

Anonimous, “Relaksasi
Kamis, 14 Oktober 2010
16

Dongkrak Penyaluran KUR Syariah,”

Republika,

Anonimous, “Penyaluran KUR Bank Syariah Mandiri Ditargetkan Capai Rp 1 Triliun”,
TEMPO Interaktif, Senin, 19 Juli 2010

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
B.1. Pembatasan masalah
1. Penelitian ini dilakukan di Kantor Cabang Pembantu Panglima Polim.
2. Data yang diperlukan adalah mengenai penyaluran KUR dan Laba Bersih
Bank Syariah Mandiri dari Bulan Januari 2008 sampai Desember

2010,

kemudian data berupa variabel internal dan eksternal dalam konteks
persaingan perusahaan sejenis yang menyalurkan kesamaan produk, dalam hal
ini adalah KUR.
3. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan per bulan Bank Syariah
Mandiri secara keseluruhan.
4. Penyaluran KUR kepada UMKM yang akan diteliti dalam skripsi ini dibatasi
hanya pada KUR yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri.
B.2. Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme dan realisasi program pola pembiayaan KUR di Bank
Syariah Mandiri?
2. Bagaimana perkembangan realisasi penyaluran KUR dan laba bersih setiap
bulannya di Bank Syariah Mandiri?
3. Bagaimana pengaruh penyaluran KUR terhadap laba bersih di Bank Syariah
Mandiri?
4. Bagaimana prospek KUR di Bank Syariah Mandiri?

8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian harus merumuskan secara spesifik dengan urutan yang
sesuai dengan kepentingannya. Hal ini merupakan tindak lanjut dari masalah yang
telah diidentifikasi. Oleh karena itu, harus terdapat konsistensi antara masalah
yang diidentifikasi dengan sikap atau perlakuan yang akan diambil dengan urutanurutan seperti yang telah tersusun dalam identifikasi masalah.18
C.1. Tujuan penelitian yang akan penulis teliti adalah:
1. Mengetahui mekanisme dan realisasi program KUR di Bank Syariah
Mandiri.
2. Mengetahui perkembangan realisasi penyaluran KUR dan laba bersih di
Bank Syariah Mandiri setiap periodenya.
3. Mengetahui pengaruh penyaluran KUR terhadap laba bersih di Bank Syariah
Mandiri.
4. Mengetahui prospek KUR di Bank Syariah Mandiri melalui analisis SWOT.
C.2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan suatu harapan bahwa hasil penelitian akan
mempunyai kegunaan, baik praktis maupun teoritis. Berikut adalah manfaat
yang penulis harapkan dalam penulisan skripsi ini:

18

Ety Rochaety, dkk. “Metodologi Penelitian Bisnis”, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media, 2009), h. 29

9

a. Manfaat praktis:
1. Hasil penelitian ini akan memberikan informasi kepada pihak Bank
syariah Mandiri mengenai pengaruh KUR terhadap laba bersih, serta
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman (SWOT) dalam
menyalurkan Kredit Usaha Rakyat.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar kebijakan dan
pertimbangan Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan KUR yang
dapat mempengaruhi laba Bank Syariah Mandiri.
b. Manfaat teoritis:
Hasil penelitian ini juga akan memberikan informasi tentang
kebenaran teori mengenai ada atau tidaknya pengaruh pembiayaan dalam
hal ini penyaluran KUR terhadap laba bersih bank dan bagaimana
menciptakan strategi sebuah perusahaan untuk memasarkan produknya
melalui Analisis SWOT.
D. Tinjauan Pustaka
Agar tidak terjadi pengulangan penelitian terhadap objek yang sama, maka
ada baiknya penulis melakukan tinjauan pustaka terlebih dahulu. Berikut tinjauan
pustaka yang telah peneliti kaji:
 Skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
& Koperasi melalui Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT Bank
Bukopin Cabang Kota Bekasi” oleh Usman Fauzi tahun 2009, skripsi SI
Muamalat (Ekonomi Islam). Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

10

mekanisme dan realisasi Program KUR Bank Bukopin Cabang Kota Bekasi,
strategi yang digunakan oleh Bank bukopin dalam rangka mengembangkan
UMKM & Koperasi melalui program KUR, mengetahui tinjauan analisis
SWOT terhadap strategi yang digunakan oleh Bank Bukopin Syariah.
 Skripsi “ Kebijakan KUR dan Implementasinya oleh Bank Pelaksana”, oleh
Kuny Mahfudhoh pada Prodi Muamalat Ekonomi Islam pada tahun 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana kepatuhan bank
penyelenggara terhadap konsep yang dibuat pemerintah terkait program KUR,
aplikasi dan realisasi penyaluran dana KUR pada Bank Mandiri dan Bank
Syariah Mandiri, serta kesesuaian antara penyaluran dana KUR di Bank
Mandiri dan Bank Syariah Mandiri. Hasil dari penelitian ini adalah BSM dan
Bank Mandiri hanya mematuhi beberapa peraturan dan konsep yang dibuat
oleh pemerintah, dan ada pula yang tidak dipatuhi oleh bank pelaksana adalah
penjaminan dan SID.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi yang diuji keberlakuannya, atau merupakan
jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Hipotesis adalah suatu pernyataan
dugaan yang logis mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang
diwujudkan dalam bentuk pernyataann yang dapat diuji.19 Dalam penelitian ini
bentuk hipotesis yang akan dibuat adalah hipotesis asosiatif, yaitu hipotesis

19

Sri Sularso, Metode Penelitian Akuntansi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003), h. 26.

11

penelitian yang dibuat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat berdasarkan asumsi.
Berikut hipotesis atas masalah yang akan diteliti:
Hipotesis Operasional
H0 = Tidak ada pengaruh antara penyaluran KUR dengan laba bersih Bank Syariah
Mandiri.
H1 = Terdapat pengaruh antara penyaluran KUR dengan laba bersih Bank Syariah
Mandiri.
Berdasarkan probabilitas
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat
kuantitatif, yakni berupa data-data statistik yang menunjukan jumlah
penyaluran dana KUR terhadap laba bersih Bank Syariah Mandiri, dan juga
kualitatif, yaitu berupa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dalam
melakukan analisis SWOT.
Sedangkan metode penelitian, penulis menggunakan metode analisa
kuantitatif dimana penulis menjelaskan secara sistematik, aktual, dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Bank Syariah Mandiri mengenai penyaluran KUR dan kinerja
keuangan menggunakan SPSS versi 16.0. Sedangkan untuk yang bersifat

12

kualitatif, penulis menggunakan SWOT sebagai alat analisisnya. Analisis
SWOT yang sesuangguhnya adalah untuk memprediksikan atau menghindarkan
terjadinya suatu ketidakpastian pada organisasi yang bersangkutan atau yang
berkaitan dengan tingkat kemampuan para eksekutif, bagian pemasaran, untuk
dapat membantu melihat dan memprediksi apa yang terlihat atau terjadi di
lingkungan internal dan eksternal organisasi sekitarnya, baik dalam jangka
pendek maupun panjang.20
2. Jenis dan Sumber Data
2.1. Jenis Data
a. Data primer
Sumber data primer merupakan data dari narasumber yang terlibat
langsung. Dalam hal ini data primer diperoleh melaui metode lapangan (field
research) yaitu melakukan observasi ke tempat penelitian (Bank Syariah
Mandiri Kantor Cabang Pembantu Panglima Polim) untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat mengenai mekanisme KUR dan budaya kerja Bank
Syariah Mandiri. Data primer yang penulis peroleh pengumpulan data yang
didapat dari sumber pertama dengan cara wawancara langsung tidak
terstruktur kepada objek yang diteliti yaitu, Bapak Naschichul Ichwan
(Kepala Cabang Pembantu Panglima Polim).

20

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Ed.1. cet 4 (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 15

13

b. Data Sekunder
Pada penelitian ini, digunakan metode kepustakaan (library research)
untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu dengan mencari bahanbahan yang perlu dipersiapkan dalam penelitian, diantaranya hasil riset
penelitian terdahulu, dokumen-dokumen, buku buku referensi, internet,
majalah, surat kabar dan media-media lainnya termasuk data yang telah
dihimpun oleh lembaga atau instansi resmi yang berkaitan dengan tema
diatas. Sumber tersebut harus relevan dengan pokok masalah yang akan
dibahas.
2.2. Sumber data
Adapun tempat yang akan dijadikan penelitian lapangan adalah Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Panglima Polim dengan alamat
Jl. Panglima Polim Raya No. 127 Blok A-8, Jakarta Selatan untuk mengetahui
mekanisme penyaluran KUR. Namun Dalam analisisnya, penelitian ini
menggunakan record/realisasi penyaluran KUR Bank Syariah Mandiri secara
keseluruhan selama tahun 2008-2010 (data kuantitatif) yang diperoleh dari
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian di Jl. Lapangan Banteng
Timur, Jakarta Pusat.
3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi dilakukan di Bank Syariah Mandiri, Kantor Cabang Pembantu
Panglima Polim.

14

b. Studi dokumenter
Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan
laporan bulanan

penyaluran KUR dan kinerja keuangan Bank Syariah

Mandiri dari Januari 2008 sampai Desember 2010.
4. Metode/ Teknik Analisa Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif merupakan analisis data yang dilakukan untuk
menjelaskan variabel yang diteliti berupa angka, dimana dalam penelitian ini
angka-angka tersebut adalah tingkat penyaluran KUR dan laba bersih Bank
Syariah Mandiri.
a. Uji asumsi klasik
1.) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Jika
data ternyata tidak terdistribusi normal, analisis non parametrik dapat
digunakan. Jika data terdistrbusi normal atau mendekati normal, analisis
parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan. Untuk
mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan
melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar disekitar
garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi
jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji

15

kenormalan data dapat juga dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov.21
Pengujian lineritas hubungan antara dua variabel paling sederhana
dilakukan dengan meneliti secara visual scatter plot data hubungan antar
dua variabel apakah terdapat pola hubungan non linear.22
2.) Uji heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Jika varians dari residual satu pengamatan berbeda dengan pengamatan yang
lain tetap, maka disebut “homoskedastisitas” dan jika berbeda disebut
“heteroskedastisitas”. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot. Jika ada pola tertentu maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak ada pola
yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu
y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.) Uji Autokorelasi
Uji ini betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangguan pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika ada korelasi, maka
21

Husen Umar, Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008) h.79
22

Sri Sularso, Buku Pelengkap Metode Penelitian Akuntansi, (Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2003) h. 109

16

dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi
dilakukan dengan dengan DW (Durbin Watson)
a. Jika nilai DW dibawah -2 maka ada autokorelasi positif
b. Jika nilai DW diantara -2 sampai +2 maka tidak ada autokorelasi
c. Jika nilai DW diatas +2 maka ada autokorelasi negatif
b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis ini bertujuan untuk menguju secara statistik sutu hal yang
diduga menggambarkan atau terkait dengan situasi tertentu dalam cara
terteentu. Pengujian Hipotesis dalam skripsi ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS Statistics for Windows versi 16, dimana metode
yang dipilih adalah metode analisis “Regresi Linear Sederhana”
Regresi linear sederhana adalah metode statistik yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Rumus regresi
linear sederhana:
Y= a+bx
Dimana Y adalah profitabilitas, a adalah konstanta, b adalah koefisien
korelasi, x adalah penyaluran KUR
c.

Uji r2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi yang kecil berarti kemampuan variiabel independen dalam

17

menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang (crossection)
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai koefisien determinasi yang lebih tinggi.
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi atau pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen,
yaitu dengan mengkuadratkan koefisien korelasi.
d.

Uji t statistik
Uji t statistik digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen
terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel
independen terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05.
Jika nilai probabiliti t lebih besar dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan),
sedangkan jika nilai probabiliti lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh
dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
signifikan).

1) Jika t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak dan H1 dierima, ini
berarti variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel penelitian.

18

2) Jika t hitung lebih kecil dari t tabel, maka H0 diterima dan H1 diterima, ini
berarti secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan varibel dependen.
Dalam uji ini, digunakan untuk mengetahui hubungan antara jumlah KUR
yang disalurkan dengan profitabillitas bank.
5. Variabel penelitian
a. Varibel independen
Dalam penelitian ini variabel bebas (independen) adalah Penyaluran KUR
dari Bulan Januari 2008-Bulan Desember 2010 (menggunakan laporan
keuangan bulanan).
b. Varibel dependen
Varibel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah Laba Bersih Bank
Syariah Mandiri.
6. Tahap Pengumpulan Data
a. Mencari pengaruh penyaluran KUR terhadap laba bersih Bank Syariah
Mandiri.
b. Menganalisis hasil yang telah diproses oleh SPSS untuk dijadikan salah satu
varibel input data internal Bank Syariah Mandiri.
c. Identifikasi Matrix Eksternal
Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua yaitu data internal dan
eksternal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan
untuk mengetahui peluang dan ancaman dari Kredit Usaha Rakyat. Dalam

19

hal ini perusahaan diharuskan untuk menganalisa prospek produk KUR
dipandang dalam hal eksternalisasi perusahaan, dikarenakan setiap waktu
keadaan eksternal selalu berubah-ubah.
d. Identifkasi Matrix Internal
Data internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Identifikasi SWOT. Agar BSM dapat menentukan strategi pemasaran Kredit
Usaha Rakyat atau dapat bersaing dengan baik, maka BSM harus dapat
mengamati variabel-varibel dari faktor eksternal dan internal perusahaan
yang berpengaruh kepada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari
perusahaan tersebut.
e. Tahap analisa
Setelah melakukan mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh
terhadap kelangsungan BSM, data

yang diperoleh diklasifikasikan

berdasarkan pokok-pokok masalah penelitian
f. Tahap pengambilan keputusan
Dalam tahap ini memutuskan kebijakan strategi pemasaran yang akan
diambil oleh perusahaan berdasarkan hasil dari analisa tahap satu ke tahap
dua, yaitu BSM dalam kegiatan pemasaran menekankan pada bauran
pemasaran yaitu dengan cara menjaga kualitas produk, harga, distribusi, dan
promosi. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan
terutama dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan laba,
volume pembiayaan, serta melindungi pangsa pasar yang dikuasai.

20

7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah & Hukum UIN Syarif Hidayatullah tahun 2007”.
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu model konseptual yang menunjukan
hubungan diantara berbagai variabel yang dikembangkan oleh peneliti secara
teoritis atau secara logis untuk menjawab masalah yang diteliti.23
Hubungan antara variabel yang terjadi dalam penelitian ini digambarkan
dalam gambar berikut ini:

23

Sri Sularso, Buku Pelengkap Metode Penelitian Akuntansi, h. 19

21

Kerangka Konsep

Bank Syariah Mandiri

Data Laporan Keuangan Bulanan
Bank Syariah Mandiri (Januari
2008-Desember 2010

Data Penyaluran
KUR

Hipotesis
penelitian

Laba
bersih

Analisis regresi sederhana

Uji normalitas

Uji
heteroskedastisitas

Uji autokorelasi

Uji hipotesis

Uji signifikansi
product moment atau
t hitung

Koefisien
determinasi

Interpretasi Data

22

Kemudian setelah tahap analisa kuantitatif dilakukan, hasil dari analisis tersebut
digunakan sebagai salah satu variabel input data internal Bank Syariah Mandiri, yang
nantinya akan diproses dalam analisis SWOT. Berikut skema dalam Analitis
Perumusan Strategi 24:

Tahap Input
Evaluasi Faktor Eksternal

Evaluasi Faktor Internal

Matrix Profil Kompetitif

Tahap Pencocokan
Matrix SWOT

Matrix BCG

Matrix Internal Eksternal Matrix SPACE

Matrix Grand Strategy

Tahap Keputusan
Matrix Perencanaan Strategi Kuantitatif

24

Fred R. David, Konsep Manajemen Strategis, Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa :
Alexander Sindoro (Prentice Hall, 1998), h. 182

23

H. Sistematika Penulisan
BAB I/PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah yang mendasari pentingnya
diadakan penelitian, identifikasi, pembatasan dan perumusan Masalah Penelitian,
Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian yang diharapkan, Kajian
Pustaka dan Hipotesis yang diajukan, Metodologi Penelitian, Kerangka Konsep
serta Sistematika Penulisan.
BAB II/TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini berisi Tinjauan teori yang mendeskripsikan terkait dengan UMKM,
kemudian hal yang berkaitan dengan Kredit Usaha Rakyat, Pengertian Analisis
SWOT, Mekanisme dan Rancangan Strategi Analisis SWOT.
BAB III/ GAMBARAN UMUM BANK PELAKSANA KUR (BANK
SYARIAH MANDIRI/BSM)
Bab ini berisi uraian Latar Belakang Berdirinya BSM, Visi dan Misi BSM, Nilainilai Perusahaan, Struktur Organisasi, Peranan BSM Terhadap Pengembangan
UMKM, Produk dan Jasa BSM.
BAB IV/HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Hasil Penelitian yang meliputi Perkembangan
Penyaluran KUR BSM, Laba Bersih BSM, Mekanisme Penyaluran dan Realisasi
KUR, Pengaruh penyaluran KUR terhadap Laba bersih Bank Syariah Mandiri
dengan melakukan Analisis

Regresi Sederhana, serta Analisis SWOT; dan

24

Pembahasan Hasil Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan analisis
kuantitatif dan kualitatif.
BAB V/KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu
disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian.

25

BAB II
LANDASAN TEORI
A. UMKM
1. Definisi & Kriteria UMKM
Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam UU RI No 20 tahun 2008 tentang
UMKM. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-UndangNo 20 tahun 2008.Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang.
a. Kriteria UMKM
1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

25

26

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
(4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)
huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat

27

diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan
Peraturan Presiden.25
2. Karakteristik UMKM26
a. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi usaha besar), terutama dari
kategori usaha mikro dan usaha kecil.
b. Bergerak di sektor informal; usaha tidak terdaftar, tidak/jarang bayar pajak.
c. Organisasi & manajemen dijalankan oleh pemilik; tidak menerapkan
pembagian kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal, sistem
pembukuan tidak formal.
d. Sifat dari kesempatan kerja kebanyakan menggunakan anggota keluarga
yang tidak dibayar; beberapa memakai tenaga kerja yang digaji.
e. Pola/sifat dari proses produksi, umumnya manual, tingkat teknologi sangat
rendah; beberapa memakai mesin-mesin terbaru.
f. Orientasi pasar umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok
berpendapatan rendah.
g. Pendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin, motivasi utama mereka
adalah untuk bertahan hidup (survival); ada banyak yang berpendidikan baik
dan dari rumah tangga non miskin, banyak yang bermotivasi untuk mencari
profit.

25

UU No 20 tahun 2008 tentang UMKM

26

Tulus.T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009), h. 2-4

28

h. Kebanyakan pakai bahan baku lokal dan uang sendiri;beberapa memakai
bahan baku impor dan mempunyai akses ke kredit formal.
3. Peran & Kelemahan UMKM
3.1. Peran UMKM
a. Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebanyak 51,2 juta
unit usaha.
b. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menyerap tenaga kerja sebanyak 90,9
juta pekerja.
c. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap PDB sebesar
55,6% terhadap PDB tahun 2007.
3.2. Kelemahan UMKM27
a. Memiliki kelemahan dalam manajemen keuangan sehingga bank
mengalami kesulitan dalam mengukur kemampuan usahanya.
b. Kurang memiliki SDM yang berkualitas dan jika ada jumlahnya terbatas,
lemah dalam manajemen, informasi pasar, teknologi, dan SDM.
c. UKM umumnya dikelola dengan manajemen keluarga sehingga lemah
dalam pengendalian.
d. Lemah dalam misi dan visi kedepan karena selalu berorientasi jangka
pendek.

27

EuisAmalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, (Jakarta; Rajawali Press. 2009), h.

70

29

e. Kesadaran terhadap mutu rendah, tidak menguasai saluran distribusi dan
lemah dalam pemasaran.
f. Tidak ada pendampingan untuk mendapatkan akses dan pengelolaan usaha.
g. Penguasaan dan Pengenalan teknis perbankan syariah masih kurang.
4. Masalah UMKM28
a. Keterbatasan modal kerja maupun investasi.
b. Kesulitan dalam pemasaran, distribusi, dan pengadaan bahan baku dan input
lainnya.
c. Keterbatasan akses ke informasi mengenai peluang pasar dan lainnya.
d. Biaya transportasi dan energi yang tinggi; keterbatasan komunikasi, biaya
tinggi akibat prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks, khususnya
dalam pengurusan izin usaha, dan ketidakpastian akibat peraturan-peraturan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas atau tak menentu
arahnya.
5. Meningkatkan akses UKM pada lembaga jasa keuangan29
a. Pengembangan berbagai skim perkreditan untuk UMKM,
b. Program pembiayaan Produktif koperasi dan usaha mikro (P3KUM) dalam
bentuk dana bergulir pola syariah dan konvensional,

28

EuisAmalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, h. 74-77

29

EuisAmalia. Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam, h. 241

30

c. Program pembiayaan wanita Usaha Mandiri dalam rangka pemberdayaan
perempuan, keluarga, dan sejahtera (PERKASA) pola konvensional dan
syariah,
d. Program skim pendanaan komoditas UMKM melalui Resi Gudang,
e. Kredit bagi usaha mikro dan Kecil yang bersumber dari dana Surat utang
Pemerintah No. 005 (SUP-005),
f. Pengembangan Lembaga keuangan Mikro baik bank maupun non bank,
g. Pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil melalui program sertifikasi
tanah dari resi Gudang,
h. Bantuan perkuatan secara selektif pada usaha tertentu sebagai stimulan,
i. Penjaminan kredit oleh pemerintah melalui Program Kredit Usaha rakyat
(KUR).
B. KUR
1. Pengertian KUR
Program KUR dimulai dari keputusan yang dihasilkan saat Sidang Kabinet
terbatas pada tanggal 9 Maret 2007. Salah satu diantaranya adalah mengenai
perkembangan Koperasi dan UKM dengan mendorong peningkatan akses UKM
dan Koperasi dengan Perbankan. Kemudian keputusan ini diteruskan dengan
terbitnya Inpres No 6 tahun 2007 yang berisi tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Selanjutnya Inpres
tersebut berlanjut dengan dibuatnya program pengembangan UMKM dan
Koperasi, salah satunya KUR yang diluncurkan pada tanggal 5 November 2007,

31

yang sebelumnya telah ditandatangai MoU dari pihak terkait di dalam program
KUR terseebut pada

tanggal 9

Oktober 2007. KUR adalah jenis

kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha yang produktif yang layak
namun belum bankable, dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500.000.000,(lima ratus juta), yang dijamin oleh perusahaan penjaminan.30 UMKM dan
koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor
usaha produktif, antara lain: pertanian, perikanan, kelautan perindustrian,
kehutanan, jasa keuangan simpan pinjam.
2. Landasan Hukum31
 Inpres No 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pembangunan Sektor Riil
dan Pemberdayaan UMKM.
 Inpres No 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional 2010.
 Inpres No 3/2010 Tentang Program Pembangunan Berkeadilan.
 Nota Kesepahaman Bersama Pemerintah, Bank Pelaksana KUR dan
Perusahaan Penjaminan.

30

31



MoU Pertama tanggal 9 Oktober 2007



Addendum I tanggal 7 Mei 2008

Kementrian Koperasi dan UMKM, Booklet Kredit Usaha Rakyat, Maret 2010, h. 2-8

Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK, Asdep Urusan Penelitian UKM. “Kajian
Dampak Kredit usaha Rakyat”. Jakarta: Kementrian Negara Koperasi & UKM, h. 15

32



Addendum II tanggal 12 Januari 2010



Addendum III tanggal 16 September 2010

 Standar Operasional Prosedur (SOP) KUR terakhir tanggal 5 November 2010.
Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2008 tanggal 26 Januari 2008 tentang
Lembaga Penjaminan;
 Keputusan

Menteri

Koordinator

Bidang

Perekonomian

Nomor

KEP-

05/M.EKON/01/2008 tanggal 31 Januari 2008 tentang Komite Kebijakan
Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan
Koperasi;
 Addendum I MoU Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan
yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008;
 Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga Penjaminan.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tanggal 24 September
2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat berikut perubahannya
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009 tanggal 2 Februari 2009.
 Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR sesuai dengan Keputusan
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro Dan Keuangan, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Tim Pelaksana Komite
Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil,
Menengah Dan Koperasi Nomor : Kep-14/D.I.M.Ekon/04/2009 tanggal 28 April
2009.

34

b. Manfaat Penyaluran KUR Bagi UMKMK
Memberi kesempatan kepada UMKMK memperoleh kredit/pembiayaan
untuk melakukan kegiatan usaha produktif sehingga dapat mengembangkan
usahanya menjadi lebih produktif.
5. Petunjuk Teknis KUR
a. UMKMK Yang Dapat Memanfaatkan KUR
KUR diperuntukan bagi UMKMK dalam:
 Usaha Perseorangan, atau
 Kelompok Usaha, atau
 Koperasi, atau
 Berbadan Hukum lain seperti Perseroan Terbatas (PT), CV, Firma, UD,dll.
b. Usaha Yang dibiayai KUR
 Usaha Produktif misal, usaha budidaya bebek, budidaya lele, perkebunan
coklat, usaha kerajinan, penyulingan minyak atsiri, usaha jasa salon
kecantikan, rumah makan, bengkel mobil, jasa kontruksi bangunan, biro
perjalanan, produksi batako, genteng, batu bata, dan usaha produktif lain.
 KUR tidak untuk tujuan konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit
kendaraan bermotor, kartu kredit, dan kredit konsumtif lain).
c. Ketentuan UMKMK Calon Debitur KUR
 Pada saat mengajukan kredit/pembiayaan. UMKMK tidak sedang
memperoleh kredit/pembiayaaan dari Bank, dan juga tidak sedang

35

memperoleh kredit program dari pemerintah,yang dibuktikan dengan
Sistem Informasi Debitur (SID).
 Pada saat mengajukan kredit/pembiayaan, bagi UMKMK yang sedang
menerima kredit konsumtif (kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan
bermotor, kartu kredit dan kredit konsumtif lain) dapat mengajukan
KUR.
 Usahanya dinilai layak dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank.
d. Ketentuan Kredit/Pembiayaan KUR
 KUR MIKRO: Plafon maksimal Rp. 5 Juta (Lima Juta); bunga maksimal
22% efektif per tahun; pada saat mengajukan kredit/pembiayaan tidak perlu
pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID).
 KUR RITEL: Plafon diatas Rp. 5 juta (lima juta) sampai dengan
maksimal Rp. 500 juta (lima ratus juta); bunga maksimal 14% efektif per
tahun; pada saat mengajukan kredit perlu pengecekan Sistem Informasi
Debitur (SID).
Agunan Utama

: Usaha yang dibiayai dan

Agunan Tambahan
e.

: Sesuai ketentuan Bank.

Sumber Dana dan Penjaminan KUR
 Sumber dana kredit/pembiayaan KUR adalah 100% bersumber dari dana
Bank Pelaksana KUR

36

 Kredit/pembiayaan yang disalurkan (disetujui) Bank Pelaksana KUR,
dijamin otomatis oleh perusahaan penjaminan dengan nilai penjaminan
70% dari plafon KUR.
 Imbal Jasa Penjaminan (IJP) dalam hal KUR dibayar oleh pemerintah
melalui APBN,
f.

Bank Pelaksana KUR
 PT Bank BRI (Persero) Tbk, PT BNI (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank BTN (Persero) Tbk,
dan PT. Bukopin,
 Bank Pembangunan Daerah, PT Bank DKI, PT. Bank Nagari, PT. Bank
Jabar-Banten, PT Bank Jateng, BPD DI Yogyakarta, PT Bank Jatim, PT
Bank kalbar, PT Bank Kalteng, BPD Kalsel, PT Bank Sulut, PT Bank
Papua, dan PT Bank Maluku.

g.

Lembaga Linkage
 Lembaga Linkage adalah lembaga keuangan yang mengadakan kerjasama
dengan Bank Pelaksana KUR, untuk meneruskan pinjaman KUR dari Bank
ke UMKMK.
 Lembaga Linkage antara lain Koperasi Sekunder, Koperasi Primer
(Koperasi Simpan Pinjam, Unit simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit
Desa (BKD), Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BPR/BPRS. Lembaga
Keuangan Non Bank, Lembaga Keuangan Bank.

37

h. Prosedur dan Cara Mengajukan KUR
 UMKMK calon debitur KUR mengajukan kredit/pembiayaan KUR ke
salah satu Bank Pelaksana KUR (kantor cabang, cabang pembantu, unit
pelayanan/unit desa, atau ke lembaga linkage yang bekerjasama dengan
bank) yang ada di Ibukota Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,
Kelurahan dan Desa dekat lokasi keberadaan UMKMK;
 UMKMK

calon

debitur

KUR,

menyerahkan

dokumen-dokumen

persyaratan kredit/pembiayaaan yang ditetapkan bank Pelaksana KUR,
antara lain:


Identitas diri calon debitur KUR (KTP, kartu keluarga, keterangan
domisili)



Legalitas Usaha (akte pendirian, data usaha



Perizinan usaha (SIUP, TDP,dll)



Laporan Keuangan



Proposal Usaha



Persyaratan lain, sesuai ketentuan Bank

 Bank Pelaksana KUR melakukan evaluasi usulan kredit/pembiayaan yang
diajukan UMKMK calon debitur KUR
i.Putusan Pemberian KUR
Putusan pemberian KUR sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana.

38

j.

Jangka Waktu KUR
 Jangka waktu KUR tidak melebihi 3 (tiga) tahun untuk modal kerja, dan 5
(lima) tahun untuk investasi.
 Suplesi, perpanjangan dan restrukturisasi dapat diperpanjang menjadi
maksimal 6 (enam) tahun untuk modal kerja, dan 10 (sepuluh) tahun
untuk investasi.

k.

Mekanisme Penyaluran KUR
 Langsung, yaitu Bank langsung menyalurkan KUR ke UMKMK yang
mengajukan kredit/pembiayaan;
 Tidak langsung, yaitu Bank menyalurkan KUR melalui Lembaga
Linkage yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana KUR;
 Untuk penyaluran tidak langsung (linkage) yang bentuk kerjasama
dengan Bank sebagai Executing, maka dapat memutuskan sendiri usulan
kredit/pembiayaan yang diajukan UMKMK dengan bunga maksimal
22% efektif per tahun, plafon maksimal Ro 100 juta per UMKMK;
 Untuk peyaluran tidak langsung (linkage) yang bentuk kerjasama
dengan bank sebagai Chanelling, maka lembaga linkage akan
meneruskan Ke Bank Pelaksana dengan plafon, suku bunga mengikuti
ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel.

l.

Penyempurnaan Adendum III
 KUR Mikro: Maksimal Rp 20 juta per Debitur

39

 Pelaksana KUR Mikro: Semua bank
 Sistem Informasi Debitur (SID): KUR Mikro, tidak perlu
 Suku bunga KUR Mikro: Maksimal 22% efektif per tahun
 Penyaluran Linkage Pola Executing
a. Dana bank ke lembaga linkage: Maksimal Rp. 2 Milyar
b. Bunga dari Bank ke lembaga linkage: Maksimal 14% efektif per tahun
c. Bunga dari lembaga linkage ke UMKM: maksimal 22% efektif per
tahun
 Penjaminan
a. Untuk sektor Pertanian, kehutanan, Kelautan, Perikanan, Industri kecil:
80%
b. Untuk sektor TKI: 80%
c. Untuk sektor lainnya: 70%
 Kredit untuk Tanaman Keras diberikan langsung tanpa perpanjangan: 13
tahun
m.

Instansi Pembina
1. Kementerian Negara Koperasi dan UKM
2. Departemen Pertanian
3. Departemen Kelautan dan Perikanan
4. Departemen Perindustrian
5. Departemen Kehutanan
6. Instansi terkait lainnya

40

n.

Koordinasi kebijakan
 Dalam

rangka

mengkoordinasikan

program

KUR,

Pemerintah

membentuk Komite Kebijakan.
 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama dengan instansi
pembina meng-koordinasikan kebijakan penjaminan kredit.
 Hal-hal yang dikoordinasikan:
o

Penyiapan UMKM dan Koperasi sesuai dengan kewenangan instansi
pembina.

o

Kebijakan dan prioritas bidang usaha.

o

Pembinaan dan pendampingan UMKM dan Koperasi.

o

Koordinasi penyaluran KUR dengan Perbankan dan Perusahaan
Penjaminan.

o.

o

Sosialiasi program dan koordinasi dengan daerah.

o

Kebijakan Penjaminan Kredit.

Perusahaan Penjamin
 Perum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo)
 PT. Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo)
Penjaminan kredit pada dasarnya adalah suatu kegiatan pemberian
jaminan kepada pihak kreditor atas kredit