Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

(1)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT

USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI

CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SKRIPSI

FARABY AZWANY

0 6 1 4 0 1 0 2 1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT

USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI

CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar

Sarjana Komputer

FARABY AZWANY

0 6 1 4 0 1 0 2 1

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Kategori : SKRIPSI

Nama : FARABY AZWANY

Nomor Induk Mahasiswa : 061401021

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Diluluskan di Medan, 14 Desember 2010

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Maya Silvi Lydia, B.Sc., M.Sc Prof. Dr. Muhammad Zarlis 197401272002122001 NIP. 195707011986011003

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 195707011986011003


(4)

PERNYATAAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 14 Desember 2010

FARABY AZWANY NIM 061401021


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditetapkan. Tak lupa pula penulis junjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Ibu Maya Silvi Lydia,B.Sc,MSc selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahril Efendi S.Si, M.Si dan Bapak M. Andri Budiman, ST, M.CompSc, MEM selaku pembanding I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, MIT., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen dan pegawai pada Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU, rekan-rekan mahasiswa S1 Ilmu Komputer khususnya stambuk 2006 serta semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, tidak lupa penulis menghaturkan ribuan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Azwany Djoeneid dan Cut Soraya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, motivasi serta selalu mendoakan penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan untuk Abangku tercinta Andya Azwany, dan kedua adikku tersayang Asyieq Aldin Azwany dan M. Rizky Putra Azwany yang telah memberikan motivasi, dukungan serta selalu mendoakan penulis. Kepada seluruh keluarga besar papa, H. M. Djoeineid Yoesoef dan keluarga besar mama, T. M. Asyieq yang selalu mendoakan penulis. Serta para sahabat yang selalu membantu dan menjadi teman diskusi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya Maulida. Z, Rifki Respati Ashari Lubis, S.Kom, Kak Rafiqah Dewi Lubis, S.Kom dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Amin.


(6)

ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan kelayakan nasabah penerima KUR. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan kelayakan nasabah penerima KUR pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dalam penentuan kelayakan nasabah penerima KUR, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan antara lain status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Status kredit berarti calon penerima KUR tidak sedang menerima KUR di tempat lain. Produktivitas berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut produktif atau tidak, dilihat dari lokasi usaha, jenis usaha, dan pendapatan perbulan. Kondisi usaha berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut berjalan dalam kondisi yang baik atau tidak, dilihat dari manajemen usaha, peralatan usaha, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Jaminan berarti agunan dalam bentuk apa yang akan dijadikan agunan, seperti rumah/ruko, tanah, dan BPKB. Sedangkan kolektibilitas berarti kelancaran calon penerima KUR dalam membayar angsuran tiap bulannya. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas global kriteria nasabah, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga pihak bank dapat dengan mudah mengambil keputusan dengan melihat hasil tersebut.


(7)

DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS

IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ABSTRACT

Decision Support System (DSS) is a system which assists someone to make accurate and correct decisions. Many problems can be solved by using the DSS, one of which is to determine the feasibility of the customer prior to receiving business credit (KUR). There are several methods which can be used in building a DSS such as Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP is the mostly used method as solution for multiple criteria problems, such as in SPK recipients KUR determining customer eligibility. This study uses the AHP method in determining customer eligibility KUR beneficiaries in Bank Syariah Mandiri, Medan Branch. In determining customer eligibility KUR beneficiaries, there are several criteria that form the basis of decision making, such as credit status, business productivity, business conditions, warranties, and collectibility. Credit status means that the prospective recipient is not receiving KUR elsewhere. Productivity means the business carried on whether productive or not, judging from the business location, business type, and monthly income. Business conditions means the business carried on is running in good condition, judged from business management, business equipment, and Human Resources (HR). Guarantee means the collateral, such as home/office, land, and BPKB. Meanwhile, the candidate receiving the collectibility means smooth KUR installment each month. The result of this research is the global priorities of customers criteria, sorted from highest to lowest, so the bank can easily make decisions by looking at these results.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel x Daftar Gambar xii Bab 1 Pendahuluan 1.1Latar Belakang 1

1.2Rumusan Masalah 3

1.3Batasan Masalah 3

1.4Tujuan Penelitian 3

1.5Manfaat Penelitian 4

1.6Metodologi Penelitian 4

1.7Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Tinjauan Teoretis 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 7

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan 7

2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 8

2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan 8

2.1.3.1 Pengertian Keputusan 8

2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan 9

2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan 10

2.1.4.1 Fase Inteligensi 12

2.1.4.1.1 Identifikasi Masalah (Peluang) 12

2.1.4.1.2 Klasifikasi Masalah 13

2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah 13

2.1.4.2 Fase Desain 14

2.1.4.2.1 Memilih Sebuah Prinsip Pilihan 14

2.1.4.2.2 Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif 14

2.1.4.2.3 Mengukur Hasil Akhir 14

2.1.4.3 Fase Pilihan 15

2.1.4.4 Fase Implementasi 16

2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan 16 2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan 17


(9)

2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 19

2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP 21

2.2.2 Prinsip Dasar AHP 23

2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR) 25

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Analisis Sistem 28

3.1.1 Analisis Permasalahan 28

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan 29

3.1.3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP 30

3.1.4 Analisis Hasil dan Pembahasan 40

3.1.4.1 Nilai Matriks Kriteria 40

3.1.4.2 Nilai Matriks Nasabah per Kriteria 45

3.1.4.2.1 Status Kredit 45

3.1.4.2.2 Produktivitas Usaha 50

3.1.4.2.3 Kondisi Usaha 53

3.1.4.2.4 Jaminan 56

3.1.4.2.5 Kolektibilitas 59

3.2 Perancangan Flowchart Sistem 64

3.3 Perancangan Basis Data 67

3.3.1 Data Flow Diagram (DFD) 68

3.3.2 Perancangan Struktur Tabel 80

3.3.3 Kamus Data 84

3.4 Perancangan Antar Muka 89

3.4.1 Rancangan Halaman Utama 90

3.4.2 Rancangan Menu Sistem 90

3.4.3 Rancangan Menu Log in 91

3.4.4 Rancangan Menu Log out 92

3.4.5 Rancangan Menu Daftar Pengguna 92

3.4.6 Rancangan Menu Ganti Password 93

3.4.7 Rancangan Menu Register Data 94

3.4.8 Rancangan Menu Data Nasabah 94

3.4.9 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 95

3.4.10 Rancangan Menu Input Matriks 96

3.4.11 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97

3.4.12 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98

3.4.13 Rancangan Menu Matriks Nasabah per Kriteria 98

3.4.14 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 99

3.4.15 Rancangan Menu Penentuan Nilai Keputusan 100

3.4.16 Rancangan Menu Tentang Sistem 101

3.4.17 Rancangan Menu Versi Program 102

3.4.18 Rancangan Menu Profil Programmer 103

3.4.19 Rancangan Menu Keluar 103

Bab 4 Implementasi 4.1Implementasi 104

4.1.1 Halaman Utama 104


(10)

4.1.1.2 Menu Daftar Pengguna 106

4.1.1.3 Menu Ganti Password 107

4.1.1.4 Menu Data Nasabah 107

4.1.1.5 Menu Matriks Kriteria 108

4.1.1.6 Menu Tampil Prioritas Kriteria 108

4.1.1.7 Menu Matriks Nasabah per Kriteria 109

4.1.1.8 Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 109

4.1.1.9 Menu Penentuan Nilai Keputusan 110

4.1.1.10Menu Nasabah Terproses 111

4.1.1.11Menu Versi Sistem 112

4.1.1.12Menu Profil Programmer 113

4.1.1.13Menu Keluar 113

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 114 5.2. Saran 115


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indeks Random 22

Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 24 Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan 24 Tabel 3.1 Matriks Berpasangan untuk Kriteria Calon Penerima KUR 30 Tabel 3.2 Matriks berpasangan Calon Penerima KUR 33 Tabel 3.3 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Nasabah KUR 41 Tabel 3.4 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Kriteria Nasabah KUR 41

Tabel 3.5 Nilai Prioritas Kriteria 42

Tabel 3.6 Nilai Masukan Matriks Kriteria Dikali Nilai Prioritas Kriteria 43 Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria 44 Tabel 3.8 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 46 Tabel 3.9 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 47 Tabel 3.10 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 47 Tabel 3.11 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 48 Tabel 3.12Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.11 dengan Nilai Prioritas Nasabah 49 Tabel 3.13 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 50 Tabel 3.14 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 51 Tabel 3.15 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 51 Tabel 3.16 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 52 Tabel 3.17 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.16 dengan Nilai Prioritas Nasabah 52 Tabel 3.18 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 53 Tabel 3.19 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 54 Tabel 3.20 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 54 Tabel 3.21 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 55 Tabel 3.22 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.21 dengan Nilai Prioritas Nasabah 55 Tabel 3.23 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 56 Tabel 3.24Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 57 Tabel 3.25 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 57 Tabel 3.26 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 58 Tabel 3.27 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.26 dengan Nilai Prioritas Nasabah 58 Tabel 3.28Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 59 Tabel 3.29 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 60 Tabel 3.30 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 60 Tabel 3.31Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 61 Tabel 3.32Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.31 dengan Nilai Prioritas Nasabah 61 Tabel 3.33Nilai Prioritas masing-masing nasabah tiap criteria 62 Tabel 3.34Nilai Prioritas Tujuan masing-masing nasabah KUR 63


(12)

Tabel 3.35 Prioritas Global Masing-masing Calon Nasabah KUR 64

Tabel 3.36 Struktur Tabel BPKB 81

Tabel 3.37 Struktur Tabel Kriteria 81

Tabel 3.38 Struktur Tabel Nasabah 82

Tabel 3.39 Struktur Tabel Pengguna 82

Tabel 3.40 Struktur Tabel Rumah 83

Tabel 3.41 Struktur Tabel Tanah 83

Tabel 3.42 Struktur Tabel Nasabah Terproses 84

Tabel 3.43 Kamus Data Log-in 84

Tabel 3.44 Kamus Data Ganti Password 85

Tabel 3.45 Kamus Data Daftar Pengguna 85

Tabel 3.46 Kamus Data Data Nasabah 86

Tabel 3.47 Kamus Data Cari Data Nasabah 87

Tabel 3.48 Kamus Data Prioritas Kriteria 87

Tabel 3.49 Kamus Data Prioritas Nasabah Tiap Kriteria 88 Tabel 3.50 Kamus Data Data Nasabah Terproses 89


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK 11

Gambar 2.2 Model Konseptual SPK 19

Gambar 2.3 Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan Pemberian KUR 23

Gambar 3.1 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria 65

Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Prioritas Nasabah 66

Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Nilai Prioritas Global 67

Gambar 3.4 DFD Level 0 - Manajer 68

Gambar 3.5 DFD Level 1 - Manajer 70

Gambar 3.6 DFD Level 2 - Register Data oleh Manajer 72

Gambar 3.7 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Kriteria oleh Manajer 73

Gambar 3.8 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Nasabah Tiap Kriteria oleh Manajer 75

Gambar 3.9 DFD Level 2 - Penentuan Nilai Keputusan oleh Manajer 77

Gambar 3.10 DFD Level 0 - Operator 78

Gambar 3.11 DFD Level 1 – Operator 79

Gambar 3.12 Rancangan Halaman Utama 90

Gambar 3.13 Rancangan Menu Sistem 91

Gambar 3.14 Rancangan Menu Log-in 91

Gambar 3.15 Rancangan Menu Log-out 92

Gambar 3.16 Rancangan Menu Daftar Pengguna 93

Gambar 3.17 Rancangan Menu Ganti Password 93

Gambar 3.18 Rancangan Menu Register Data 94

Gambar 3.19 Rancangan Menu Data Nasabah 95

Gambar 3.20 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 96

Gambar 3.21 Rancangan Menu Input Matriks 97

Gambar 3.22 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97

Gambar 3.23 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98

Gambar 3.24 Rancangan Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 99

Gambar 3.25 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 100

Gambar 3.26 Rancangan Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 101

Gambar 3.27 Rancangan Menu Tentang Sistem 102

Gambar 3.28 Rancangan Menu Versi Program 102

Gambar 3.29 Rancangan Menu Tentang Programmer 103

Gambar 3.30 Rancangan Menu Keluar Sistem 103

Gambar 4.1 Form Halaman Utama 104

Gambar 4.2 Form Menu Log-in 105

Gambar 4.3 Form Halaman Utama Administrator 105

Gambar 4.4 Form Halaman Utama Operator 106

Gambar 4.5 Form Menu Daftar Pengguna 106


(14)

Gambar 4.7 Form Menu Data Nasabah 107 Gambar 4.8 Form Menu Matriks Kriteria 108 Gambar 4.9 Form Menu Tampil Prioritas Kriteria 108 Gambar 4.10 Form Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 109 Gambar 4.11 Form Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 110 Gambar 4.12 Form Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 111 Gambar 4.13 Form Menu Nasabah Terproses 112

Gambar 4.14 Form Menu Versi Sistem 112

Gambar 4.15 Form Menu Tentang Programmer 113


(15)

ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan kelayakan nasabah penerima KUR. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan kelayakan nasabah penerima KUR pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dalam penentuan kelayakan nasabah penerima KUR, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan antara lain status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Status kredit berarti calon penerima KUR tidak sedang menerima KUR di tempat lain. Produktivitas berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut produktif atau tidak, dilihat dari lokasi usaha, jenis usaha, dan pendapatan perbulan. Kondisi usaha berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut berjalan dalam kondisi yang baik atau tidak, dilihat dari manajemen usaha, peralatan usaha, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Jaminan berarti agunan dalam bentuk apa yang akan dijadikan agunan, seperti rumah/ruko, tanah, dan BPKB. Sedangkan kolektibilitas berarti kelancaran calon penerima KUR dalam membayar angsuran tiap bulannya. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas global kriteria nasabah, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga pihak bank dapat dengan mudah mengambil keputusan dengan melihat hasil tersebut.


(16)

DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS

IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ABSTRACT

Decision Support System (DSS) is a system which assists someone to make accurate and correct decisions. Many problems can be solved by using the DSS, one of which is to determine the feasibility of the customer prior to receiving business credit (KUR). There are several methods which can be used in building a DSS such as Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP is the mostly used method as solution for multiple criteria problems, such as in SPK recipients KUR determining customer eligibility. This study uses the AHP method in determining customer eligibility KUR beneficiaries in Bank Syariah Mandiri, Medan Branch. In determining customer eligibility KUR beneficiaries, there are several criteria that form the basis of decision making, such as credit status, business productivity, business conditions, warranties, and collectibility. Credit status means that the prospective recipient is not receiving KUR elsewhere. Productivity means the business carried on whether productive or not, judging from the business location, business type, and monthly income. Business conditions means the business carried on is running in good condition, judged from business management, business equipment, and Human Resources (HR). Guarantee means the collateral, such as home/office, land, and BPKB. Meanwhile, the candidate receiving the collectibility means smooth KUR installment each month. The result of this research is the global priorities of customers criteria, sorted from highest to lowest, so the bank can easily make decisions by looking at these results.


(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini permintaan kredit melalui Bank sudah berkembang dengan sangat pesat. Kredit bukan hanya digunakan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah saja melainkan oleh semua lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Salah satu jenis kredit yang cukup banyak peminatnya saat ini adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah jenis kredit yang diberikan oleh pemerintah bagi pelaku Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K).

Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu Bank yang dipercaya oleh pemerintah untuk memberikan fasilitas KUR kepada masyarakat. Semakin tingginya minat masyarakat untuk mendapatkan KUR, membuat pihak Bank kesulitan dalam menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak. Selain itu, proses penentuan siapa yang layak menerima KUR masih dilakukan secara manual, sehingga kurang efisien dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk merancang suatu sistem yang dapat membantu pihak Bank dalam menentukan siapa yang layak menerima KUR, sehingga dapat lebih efisien dalam pelaksanaannya.

Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk membangun sebuah SPK salah satunya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian Dewi (2009) disebutkan bahwa AHP dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang multikriteria dan cukup baik dalam menyelesaikan permasalahan identifikasi customer funding yang membutuhkan banyak kriteria. Amborowati (2008) juga melakukan penelitian dengan metode AHP pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan


(18)

Perumahan Menggunakan Expert Choice untuk memilih perumahan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, di dalam metode AHP perbandingan masing-masing kriteria dapat diperoleh dari perhitungan aktual maupun perhitungan relatif dari derajat kesukaan, kepentingan maupun perasaan. Dengan demikian metode AHP ini dapat diterapkan untuk mengukur hal-hal yang dianggap sulit dalam penilaiannya seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan (Teknomo et al, 1999).

Di dalam penelitian Saaty (2008) disebutkan bahwa metode AHP telah banyak diterapkan oleh banyak pihak seperti perusahaan-perusahaan besar dunia, pemerintah, lembaga pendidikan, dan lainnya dalam mencari keputusan yang tepat dalam setiap permasalahan. Sebagai contoh salah satu perusahaan komputer terbesar di dunia IBM menggunakan AHP dalam merancang kesuksesan bisnis komputer kelas menengah pada tahun 1991. British Airway:1998 juga menggunakan AHP untuk memilih perusahaan sistem hiburan untuk seluruh pesawat miliknya. Bourgeois (2005) juga menggunakan AHP untuk menyusun prioritas topik-topik penelitian yang akan diusulkan oleh UNCAPSA, sebuah lembaga riset yang dikelola oleh UN-ESCAP.

Berdasarkan hal-hal ini, maka metode AHP digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk menentukan calon debitur mana yang layak menerima KUR dari BSM dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pihak Bank tersebut. Adapun kriteria-kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan oleh pihak Bank dalam menentukan calon debiturnya adalah status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Walaupun pemilihan calon nasabah yang akan menerima KUR tetap ditentukan sepenuhnya oleh pihak Bank, namun Sistem Pendukung Keputusan ini akan menampilkan nilai prioritas global dari yang tertinggi hingga terendah dari calon nasabah tersebut, sehingga akan memudahkan dan membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah merancang suatu sistem yang dapat membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan untuk menentukan siapa yang layak menerima KUR berdasarkan urutan nilai prioritas global yang tertinggi.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian diperoleh dari PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

2. Sistem Pendukung Keputusan ini hanya sebagai alat bantu bagi pihak Bank dalam menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak, berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh pihak Bank. Namun keputusan akhir tetap berada di pihak Bank.

3. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah Analytical Hierarchy Process (AHP).

4. Output dari SPK ini adalah urutan prioritas global calon nasabah yang layak menerima KUR mulai dari yang tertinggi sampai terendah.

5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Borland Delphi 7.0.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang suatu perangkat lunak yang dapat membantu pihak Bank dalam menentukan siapa calon nasabah yang layak menerima KUR atau tidak dengan sistem yang terkomputerisasi sehingga proses pengambilan keputusan ini dapat lebih efisien, hemat waktu dan Sumber Daya Manusia (SDM).


(20)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan untuk menentukan siapa yang layak menerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan melihat nilai prioritas dari masing-masing calon nasabah yang dibandingkan.

1.6 Metode Penelitian

Tahapan yang diambil dalam penelitian ini yaitu: 1. Studi Literatur

Penulisan ini dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun situs internet mengenai Sistem Pendukung Keputusan, metode Analytical Hierarchy Process serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian.

2. Analisis Data dengan Penelitian ke Lapangan (Field Research)

Pada tahap ini dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari perusahaan khususnya bank melalui riset lapangan

a. Pengumpulan sampel dokumentasi yang berhubungan dengan masalah KUR pada Bank.

b. Mewawancara pihak yang berkompeten dalam masalah KUR pada Bank. 3. Merancang Desain Sistem

Desain yang dirancang adalah desain user interface dan struktur program Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemberian Kredit Usaha Rakyat. 4. Implementasi Sistem

Sistem diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak menggunakan bahasa pemrograman Borland Delphi 7.0.

5. Pengujian dan Analisis Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem, untuk mencari kesalahan-kesalahan sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis


(21)

terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai seperti yang diinginkan.

6. Dokumentasi Sistem

Pembuatan laporan Skripsi lengkap dengan analisis yang didapatkan.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul penelitian “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Tinjauan Teoretis

Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan, metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BAB 3 : Analisis dan Perancangan Sistem

Bab ini akan menjelaskan tentang analisis data yang akan diolah dalam sistem serta membuat perancangan sistem yang akan dibangun.

BAB 4 : Implementasi

Bab ini akan menjelaskan tentang bentuk antarmuka Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).


(22)

BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.


(23)

BAB 2

TINJAUAN TEORETIS

2.1 Sistem Pendukung Keputusan

2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita

singkat dalam skripsi ini menjadi SPK, secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu (Hermawan, 2005).

Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengidentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang manajer dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer dalam pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang dibuatnya, dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang bersangkutan.


(24)

2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan

Pada awalnya Turban & Aronson (1998), mendefinisikan sistem penunjang keputusan (Decision Suppo rt Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer.

Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott Morton, yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Management Decision System”. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur. DSS dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif.

2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan

2.1.3.1 Pengertian Keputusan

Beberapa definisi keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut (Hasan, 2004):

1. Menurut Ralph C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.


(25)

2. Menurut Mary Follet

Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum situasi.

3. Menurut James A.F.Stoner

Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu:

a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik. c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan

pada tujuan tertentu.

4. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH

Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yag dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.

2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan

Beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut (Hasan, 2004):


(26)

1. Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

3. Menurut James A.F. Stoner

Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah

2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Simon, proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu inteligensi, desain, dan kriteria. Ia Kemudian menambahkan fase keempat yakini implementasi (Turban, 2005). Gambaran konseptual pengambilan keputusan menurut Simon dapat dilihat pada gambar 2.1.


(27)

Gambar 2.1. Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK

Sumber: (Turban, 2005).

Proses pengambilan keputusan dimulai dari fase inteligensi. Realitas diuji, dan masalah diidentifikasi dan ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan. Selanjutnya pada fase desain akan dikonstruksi sebuah model yang merepresentasikan sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi yang menyederhanakan realitas dan menuliskan hubungan di antara semua variabel. Model ini kemudian di validasi dan ditentukanlah kriteria dengan menggunakan prinsip memilih untuk

Realisasi

Implementasi Solusi

Fase Inteligensi

Sasaran Organisasional Prosedur Pemindaian dan Penelitian

Pengumpulan Data Identifikasi Masalah Kepemilikan Masalah Klasifikasi Masalah Pernyataan Masalah

Fase Desain

Formulasi Sebuah Model

Menentukan Kriteria untuk Dipilih Mencari Alternatif

Memprediksi dan Mengukur Hasil Akhir

Fase Pilihan

Solusi untuk Model Analisis Sensitivitas Memilih Alternatif Terbaik Rencana Implementasi


(28)

mengevaluasi alternatif tindakan yang telah diidentifikasi. Proses pengembangan model sering mengidentifikasi solusi-solusi alternatif dan demikian sebaliknya.

Selanjutnya adalah fase pilihan yang meliputi pilihan terhadap solusi yang diusulkan untuk model (tidak memerlukan masalah yang disajikan). Solusi ni diuji untuk menentukan viabilitasnya. Begitu solusi yang diusulkan tampak masuk akal, maka kita siap untuk masuk kepada fase terakhir yakni fase implementasi keputusan.

Hasil implementasi yang berhasil adalah dapat dipecahkannya masalah riil. Sedangkan kegagalan implementasi mengharuskan kita kembali ke fase sabelumnya.

2.1.4.1 Fase Intelegensi

Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian) lingkungan, entah secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah.

2.1.4.1.1Identifikasi Masalah (Peluang)

Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang diperhatikan (misal manajemen inventori, seleksi kerja, kurangnya atau tidak tepatnya kehadiran Web), dan determinasi apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Masalah terjadi karena ketidakpuasan terhadap status quo. Ketidakpuasan merupakan hasil dari perbedaaan antara apa yang kita inginkan (harapkan) dan apa yang terjadi. Pada fase pertama ini, seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala-gejalanya, menentukan keluasannya, dan mendefinisikannya secara eksplisit.

Eksistensi masalah dapat ditentukan dengan memonitor dan menganalisis tingkat produktivitas organisasi. Ukuran produktivitas dan konstruksi sebuah model didasarkan pada data riil.


(29)

Menentukan apakah masalah benar-benar ada, dimana masalah tersebut, dan seberapa signifikan, dapat dilakukan setelah investigasi awal selesai dilakukan. Poin kunci adalah apakah sistem informasi melaporkan masalah atau hanya melaporkan gejala-gejala dari sebuah masalah.

2.1.4.1.2Klasifikasi Masalah

Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu masalah dalam rangka menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat didefinisikan, barangkali mengarah kepada suatu pendekatan solusi standar. Pendekatan yang penting mengklasifikasikan masalah-masalah sesuai tingkat strukturisasi pada masalah tersebut.

2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah

Menentukan kepemilikan masalah merupakan hal penting pada fase inteligensi. Sebuah masalah ada di dalam sebuah organisasi hanya jika seseorang atau beberapa kelompok mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya dan jika organisasi punya kemampuan untuk memecahkannya.

Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka seseorang tidak melakukan tugasnya atau masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk secara sukarela “memilikinya” atau menugaskannya kepada orang lain. Fase inteligensi berakir dengan pernyataan masalah secara formal.


(30)

2.1.4.2 Fase Desain

Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji solusi yang layak.

2.1.4.2.1Memilih Sebuah Prinsip Pilihan

Prinsip pilihan adalah sebuah kriteria yang menggambarkan akseptabilitas dari sebuah solusi (kemampuan untuk data diterima). Pada sebuah model, prinsip tersebut adalah sebuah variabel hasil. Memilih sebuah prinsip pilihan bukanlah bagian dari fase pilihan, namun melibatkan bagaimana kita membangun sasaran pengambilan keputusan kita dan bagaimana sasaran tersebut disatukan ke dalam suatu model.

2.1.4.2.2Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif

Bagan signifikan dari proses pembangunan model adalah menghasilkan berbagai alternatif. Pencarian terhadap berbagai alternative biasanya terjadi setelah kriteria untuk mengevaluasi alternatif dilakukan. Sekuensi ini dapat mengurangi pencarian alternative dan usaha yang dikeluarkan untuk mengevaluasinya, namun mengidentifikasi alternatif-alternatif potensial kadang-kadang dapat membantu mengidentifikasi kriteria.

2.1.4.2.3Mengukur Hasil Akhir

Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal pencapaian tujuan. Kadang-kadang suatu hasil dinyatakan secara langsung dalam istilah tujuan. Sebagai contoh, laba adalah hasil akhir, maksimalisasi laba adalah suatu tujuan, dan keduanya dinyatakan dalam terminologi dollar. Hasil akhir seperti keputusan pelanggan dapat diukur


(31)

dengan jumlah keluhan, dengan tingkat loyalitas terhadap sebuah produk, atau dengan rating hasil survei.

2.1.4.3 Fase Pilihan

Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai contoh, seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada. Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model. Sebuha solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan nilai spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah dipilih.

Memecahkan sebuah model tidak sama halnya dengan memecahkan masalah yang direpresentasikan oleh model. Solusi untuk model menghasilkan sebuah solusi yang direkomendasikan untuk masalah. Masalah dianggap dipecahkan hanya jika solusi yang direkomendasikan sukses diterapkan.

Pemecahan sebuah model pengambilan keputusan melibatkan pencarian terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik analitik (memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah-demi-langkah), heuristik (aturan utama), dan blind search (menembak didalam gelap, idealnya dalam suatu cara yang logis).

Masing-masing alternatif harus dievaluasi. Jika suatu alternatif mempunyai berbagai tujuan, maka semua tujuan harus diuji dan seimbang jika dihadapkan dengan yang lainnya. Analisis sensitivitas digunakan untuk menentukan ketangguhan sembarang alternatif yang diberikan (sedikit perubahan dalam perameter idelanya mendorong ke sedikit atau tidak ada perubahan dalam alternatif yang dipilih).


(32)

2.1.4.4 Fase Implementasi

Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan.

Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata, implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak memerlukan implementasi suatu sistem komputer.

2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Turban (1996), ada beberapa karakteristik dari SPK, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi

2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi 3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan 4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model 5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal

6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis 7. Menggunakan beberapa model kuantitatif

Selain itu, Turban juga memiliki kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah sistem pendukung keputusan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi terstruktur dan tidak terstruktur.

2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.

3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.

4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan. 5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence, design,


(33)

6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan. 7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel. 8. Kemudahan melakukan interaksi sistem.

9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi. 10.Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.

11.Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan. 12.Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.

Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di atas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain:

1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya.

2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan dasar serta model dasar yang dimilikinya.

3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang digunakannya.

4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi oleh kemampuan berpikir.

Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian masalah.

2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan

Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut (Surbakti, 2002):


(34)

1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang kompleks

2. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam konsisi yang berubah-ubah

3. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda secara cepat dan tepat

4. Pandangan dan pembelajaran baru 5. Sebagai fasilitator dalam komunikasi

6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja 7. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM)

8. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat

9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih singkat dan dengan sedikit usaha

10.Meningkatkan produktivitas analisis

2.1.7 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.:

1. Data Management

Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System (DBMS).

2. Model Management

Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.

3. Communication

User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.


(35)

4. Knowledge Management

Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

Untuk dapat lebih jelas memahami model konseptual SPK, perhatikan gambar 2.2.

Gambar 2.2. Model Konseptual SPK

Sumber: (Irfan Surbakti, 2002).

2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria (Bourgeois, 2005).

Penentuan prioritas inilah yang merupakan bagian penting dari penggunaan metode AHP (Mulyono, 1996). Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa pada dasarnya metode AHP merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep pengukuran. Metode ini digunakan untuk menemukan suatu skala rasio baik dari


(36)

perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.

Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia akan prioritas antara satu elemen dengan elemen yang lainnya. Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki.

Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi.

Beberapa kelebihan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut: (Suryadi dan Ramdhani, 1998).

1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipillih sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas pembuat keputusan.

Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan pembuatan keputusan yang sangat komprehensif.


(37)

2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP

Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani 1998):

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgment seluruhnya yaitu sebanyak n x [ (n-1)/2 ] buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan

5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi

6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki

7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih dari 10% (persen) atau 0,1 maka penilaian data harus diperbaiki.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP yang saya lakukan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis-jenis kriteria calon penerima KUR .

2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan. 3. Menjumlah matriks kolom.

4. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.


(38)

5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris hasil langkah 4 dan hasilnya langkah 5 dibagi dengan jumlah kriteria.

6. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.

7. Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks berpasangan untuk masing-masing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n buah matriks berpasangan antar alternatif.

8. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks, masing-masing matriksnya dijumlah perkolomnya.

9. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.

10.Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ1, λ2,

λ3, ..., λn.

11.Menghitung nilai lamda maksimum dengan rumus:

n

= λ

λmax

12.Menghitung nilai Indeks Konsisten, dengan rumus

1

max

−−

= n

n

CI λ

13.Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus

RI CI

CR =

Dimana: RI adalah nilai indek s random yang berasal dari tabel random seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indeks Random

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51

Jika CR<0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsisten. Jika CR≥ 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.


(39)

14.Menyusun matriks baris antar alternatif versus kriteria yang isinya hasil perhitungan proses langkah 7 , langkah 8, dan langkah 9.

15.Hasil akhir berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh pengambil keputusan berdasarkan nilai yang tertinggi.

2.2.2. Prinsip Dasar AHP

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah:

1. Membuat Hirarki

Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen-elemen secara hirarki, dan menggabungkannya atau mensistesisnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.3. Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan Pemberian KUR

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Kriteria ke-1

Debitur ke-1

Pemberian Kredit Usaha Rakyat

Kriteria ke-2 Kriteria ke-n

...

Debitur ke-2 Debitur ke-3

Tidak Ya Apakah anda


(40)

Tabel 2.2. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan

Intensitas Kepentingan

Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya

9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan

Pengisian nilai tabel perbandingan berpasangan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan melihat tingkat kepentingan antar satu elemen dengan elemen yang lainnya. Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari perbandingan kriteria misalnya A1, A2 dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Contoh matriks perbandingan berpasangan

A1 A2 A3

A1 1

A2 1

A3 1

Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai


(41)

tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.

3. Synthesis of Priority (Penentuan Prioritas)

Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (Pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.

4. Logical Consistency (Konsistensi Logis)

Konsistensi memiliki dua makna, pertama, objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Sejak diluncurkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 5 November 2007, jumlah KUR (Kredit Usaha Rakyat) telah mencapai Rp6,8 triliun dengan 672 ribu debitor. Jika dibandingkan dengan jenis kredit lain, maka pertumbuhan KUR yang hampir Rp.1 triliun per bulan merupakan prestasi yang luar biasa. (Retnadi, 2008).

KUR adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. UMK & K harus merupakan usaha produktif yang layak (feasible), namun belum bankable. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya kurang, maka sebagian di tanggulangi dengan program penjaminan. Besarnya cakupan penjaminan maksimal 70 % dari plafond kredit. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial Bank.


(42)

Pada saat awal diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, skim KUR hanya satu jenis yaitu kredit untuk UMKM dengan plafon kredit sampai dengan Rp.500 juta. Namun setelah berjalan beberapa waktu, Presiden R.I mengarahkan agar penyaluran KUR lebih banyak untuk nasabah mikro dengan plafon kredit maksimal Rp. 5 juta. Akhirnya pada tanggal 7 Mei 2008, dalam acara Rapat Koordinasi Terbatas yang dipimpin oleh Menko Perekonomian berhasil dikeluarkan Addendum I Nota Kesepahaman Bersama tentang pelaksanaan KUR Mikro dan KUR Linkage Program.

Dalam penelitian ini, kriteria-kriteria yang menjadi dasar pihak BSM dalam mengambil keputusan penerima KUR ada 5 macam, yakni sebagai berikut:

1. Status Kredit

Maksud dari kriteria tersebut adalah calon penerima KUR tidak sedang menerima kredit dalam bentuk apapun baik pada Bank BSM maupun Bank lainnya. Hal ini sangat penting untuk melihat beban atau tanggungan yang harus dibayar oleh calon penerima KUR. Semakin banyak ia menerima kredit dari bank semakin banyak tanggungannya. Dan bila hal ini tidak sejalan dengan kemampuan nasabah dalam membayar, maka kemungkinan nasabah tersebut menerima KUR sangat kecil, karena bagaimanapun pihak bank tidak mau menanggung resiko.

2. Produktivitas usaha

Produktivitas suatu usaha dilihat dari beberapa faktor diantara lokasi usaha, jenis usaha dan pendapatan calon penerima KUR per bulan. Semakin baik nilai faktor-faktor ini, maka semakin produktif pula usaha calon penerima KUR tersebut.


(43)

3. Kondisi usaha

Baik atau tidaknya kondisi usaha calon penerima KUR dapat dilihat pula dari beberapa faktor seperti sumber daya manusia (SDM) baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, peralatan dan perlengkapan usaha maupun dari faktor manajemen usaha.

4. Jaminan

Jaminan merupakan salah satu faktor penting dalam mempertimbangkan seseorang layak atau tidak menerima KUR di BSM. Beberapa hal yang dapat dijadikan jaminan adalah rumah/ruko, tanah maupun bpkb kendaraan.

5. Kolektibilitas

Kolektibilitas merupakan kelancaran nasabah dalam membayar cicilan kredit tiap bulannya. Bank BSM mengklasifikasikan kolektibilitas ini ke dalam 5 kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Lancar

2. Dalam Perhatian Khusus 3. Kurang Lancar

4. Diragukan 5. Macet


(44)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Analisis sistem dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap yakni analisis sistem manual, analisis permasalahan dan analisis kebutuhan sistem pendukung keputusan. Berikut akan dijelaskan masing-masing analisis tersebut.

3.1.1 Analisis Permasalahan

KUR adalah Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta yang diberikan kepada usaha mikro, kecil,menengahdan koperasi (UMKM-K) yang memiliki usaha produktif yang akan mendapat penjaminan dari Perusahaan Penjamin. UMK & K harus merupakan usaha produktif yang layak (feasible), namun belum bankable.

KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh UMKM-K pada umumnya kurang, maka sebagian di-cover dengan program penjaminan. Sumber dana KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial Bank.

Banyak kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan pada permasalahan KUR tersebut. Salah satunya adalah model penilaian yang bersifat kuantitatif. Salah satu metode perhitungan kuantitatif tersebut adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP).


(45)

Metode AHP merupakan metode yang tepat digunakan untuk permasalah KUR tersebut karena bersifat kompleks dan multikriteria. AHP umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria (Bourgeois, 2005).

Dalam menentukan seseorang layak atau tidak menerima KUR semata mata tidak hanya terletak pada dasar-dasar yang objektif, manun subjektifitas pada tiap nasabah juga diperlukan. Hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat, sikap dan tingkah laku yang baik juga turut menjadi andil dalam mengambil keputusan siapa yang layak atau tidak menerima KUR tersebut. Untuk itulah digunakan metode AHP yang dapat merepresentasikan persepsi masusia sebagai masukan dalam pengambilan keputusan.

Dari berbagai analisis tersebut, maka penulis akan merancang sebuah sistem yang dapat memberikan suatu urutan prioritas nasabah yang layak menerima KUR berdasarkan masukan dari manajer dengan menggunakan metode AHP. Diharapkan, dengan adanya urutan prioritas nasabah tersebut, seorang manajer dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan siapa yang dapat menerima KUR dan siapa yang tidak.

3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam sebuah sistem pendukung keputusan. Kebutuhan- kebutuhan yang dimaksud antara lain:

1. Kebutuhan Data Masukan

Yaitu data-data yang dimasukkan ke dalam sistem untuk diolah/diproses. Data-data tersebut antara lain berupa nilai matriks perbandingan baik antar kriteria maupun antar nasabah untuk tiap kriteria.

2. Kebutuhan Data Keluaran

Yaitu data-data yang dikeluarkan sistem setelah diolah/diproses untuk kemudian ditampilkan kepada pengguna sistem. Data keluaran dari sistem ini


(46)

adalah urutan prioritas nasabah yang layak menerima KUR dari yang tertinggi hingga terendah beserta tingkat persentasinya.

3.1.3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP

Urutan langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis-jenis kriteria calon penerima KUR. Kriteria-kriteria yang dibutuhkan calon penerima KUR adalah status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan dan kolektibilitas.

2. Menyusun kriteria-kriteria calon penerima KUR dalam matriks berpasangan seperti tabel 3.1.

Tabel 3.1 Matriks Berpasangan untuk Kriteria calon penerima KUR

Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel 3.2, adalah sebagai berikut: a. Elemen a[i,j] = 1, dimana i = 1,2,3,...n. Untuk penelitian ini, n = 5. b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Elemen matriks segitiga bawah mempunyai rumus

Kriteria Status

kredit

Produktivitas Usaha

Kondisi

Usaha Jaminan Kolektibilitas

Status kredit Produktivitas

Usaha Kondisi

Usaha Jaminan

Kolektibilitas


(47)

[ ] [ ]

j i a i j a

, [

1

, = Untuk i ≠ j. 3. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.1.

Ks =

= n i i a 1 ] 1 , [

Kp =

= n i i a 1 ] 2 , [

Kk =

= n i i a 1 ] 3 , [

Kj =

= n i i a 1 ] 4 , [

Kko =

= n i i a 1 ] 5 , [ Keterangan:

i = Baris j = Kolom

n = banyak kriteria (5)

Ks = Jumlah kolom status kredit

Kp = Jumlah kolom produktivitas usaha Kk = Jumlah kolom kondisi usaha Kj = Jumlah kolom jaminan Kko = Jumlah kolom kolektibilitas

4. Menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel 3.1 dibagi dengan masing-masing jumlah kolom pada langkah 3.

Hks = (Xs1…Xs5) / Ks Hkp = (Xp1…Xp5) / Kp Hkk = (Xk1…Xk5) / Kk Hkj = (Xj1…Xj5) / Kj Hkko = (Xko1…Xko5) / Kko


(48)

Keterangan :

n = banyak kriteria (5)

Xsn = Setiap sel kolom status kredit

Xpn = Setiap Sel kolom produktivitas usaha Xkn = Setiap Sel kolom kondisi usaha Xjn = Setiap Sel kolom jaminan Xkon = Setiap Sel kolom kolektibilitas

Hks = Hasil bagi setiap sel kolom status kredit dengan jumlah kolom status kredit

Hkp = Hasil bagi setiap sel kolom produktivitas usaha dengan jumlah kolom produktivitas usaha

Hkk = Hasil bagi setiap sel kolom kondisi usaha dengan jumlah kolom kondisi usaha

Hkj = Hasil bagi setiap sel kolom jaminan dengan jumlah kolom jaminan Hkko = Hasil bagi setiap sel kolom kolektibilitas dengan jumlah kolom

kolektibilitas

5. Menentukan prioritas kriteria pada masing-masing baris pada Tabel 3.1 dengan rumus jumlah baris dibagi dengan banyak kriteria.

Bs=

= n j j a 1 ] , 1 [

Bp=

= n j j a 1 ] , 2 [

Bk=

= n j j a 1 ] , 3 [

Bj=

= n j j a 1 ] , 4 [

Bko=

= n j j a 1 ] , 5 [

Ps =

5

s


(49)

Pp = 5

p

B

Pk =

5

k

B

Pj = 5

j

B

Pko =

5

ko

B

Keterangan :

n = banyak kriteria (5) Bs = Jumlah baris status kredit

Bp = Jumlah baris Produktivitas Usaha Bk = Jumlah baris Kondisi Usaha Bj = Jumlah baris Jaminan Bko = Jumlah baris Kolektibilitas Ps = Prioritas Status Kredit Pp = Prioritas Produktivitas Usaha Pk = Prioritas Kondisi Usaha Pj = Prioritas jaminan Pko = Prioritas Kolektibilitas

6. Memasukkan data-data nama calon penerima KUR dalam bentuk matriks berpasangan seperti tabel 3.2.

Tabel 3.2 Matriks berpasangan calon penerima KUR

Status kredit Marina Gilang Ari Hendra Andi Marina

Gilang Ari Hendra

Andi Jumlah


(50)

7. Menjumlah setiap kolom pada Tabel 3.3.

Kds =

= n i i a 1 ] 1 , [

Kdp =

= n i i a 1 ] 2 , [

Kdk =

= n i i a 1 ] 3 , [

Kdj =

= n i i a 1 ] 4 , [

Kdko =

= n i i a 1 ] 5 , [ Keterangan:

i = Baris j = Kolom

Kds = Jumlah kolom nasabah per status kredit

Kdp = Jumlah kolom nasabah per produktivitas usaha Kdk = Jumlah kolom nasabah kondisi usaha

Kdj = Jumlah kolom nasabah per jaminan Kdko = Jumlah kolom nasabah per kolektibilitas

8. Menentukan nilai elemen kolom nasabah dengan rumus tiap-tiap sel pada Tabel 3.3 dibagi dengan jumlah kolom pada langkah 7.

Hdks = (Xds1…Xnsn) / Kds Hdkp = (Xdp1…Xnpn) / Kdp Hdkk = (Xdk1…Xdkn) / Kdk Hdkj = (Xdj1…Xdjn) / Kdj Hdkko = (Xdko1…Xdkon) / Kdko


(51)

Keterangan :

n = banyak nasabah

Xdsn = Setiap sel kolom nasabah per status kredit

Xdpn = Setiap Sel kolom nasabah per produktivitas usaha Xdkn = Setiap Sel kolom nasabah per kondisi usaha Xdjn = Setiap Sel kolom nasabah per jaminan Xdkon = Setiap Sel kolom nasabah per kolektibilitas

Hdks = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per status kredit dengan jumlah kolom status kredit

Hdkp = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per produktivitas usaha dengan jumlah kolom produktivitas usaha

Hdkk = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per kondisi usaha dengan jumlah kolom kondisi usaha

Hdkj = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per jaminan dengan jumlah kolom jaminan

Hdkko = Hasil bagi setiap sel kolom nasabah per kolektibilitas dengan jumlah kolom kolektibilitas

9. Menentukan prioritas nasabah pada masing-masing baris pada Tabel 3.3 dengan rumus jumlah baris dibagi dengan banyak calon nasabah (dalam penelitian ini ada 5).

Bds=

= n j j a 1 ] , 1 [

Bdp=

= n j j a 1 ] , 2 [

Bdk=

= n j j a 1 ] , 3 [

Bdj=

= n j j a 1 ] , 4 [

Bdko=

= n j j a 1 ] , 5 [


(52)

Pds =

n

Bns

Pdp =

n Bnp

Pdk =

n

Bnk

Pdj =

n Bnj

Pdko =

n

Bnko

Keterangan :

Bds = Jumlah baris nasabah per status kredit

Bdp = Jumlah baris nasabah per produktivitas usaha Bdk = Jumlah baris nasabah per kondisi usaha Bdj = Jumlah baris nasabah per jaminan Bdko = Jumlah baris nasabah per kolektibilitas Pds = Prioritas nasabah per status kredit Pdp = Prioritas nasabah per produktivitas usaha Pdk = Prioritas nasabah per kondisi usaha Pdj = Prioritas nasabah per jaminan Pdko = Prioritas nasabah per kolektibilitas

10.Menguji konsistensi matriks berpasangan.

Rs = (Xs1…Xsn) * Ps Rp = (Xp1…Xpn) * Pp Rk = (Xk1…Xkn) * Pk Rj = (Xj1…Xjn) * Pj Rko = (Xko1…Xkon) * Pko


(53)

Keterangan :

Rs = Perkalian sel kolom status kredit dengan prioritas kriteria baris status kredit

Rp = Perkalian sel kolom produktivitas usaha dengan prioritas kriteria baris produktivitas usaha

Rk = Perkalian sel kolom kondisi usaha dengan prioritas kriteria baris kondisi usaha

Rj = Perkalian sel kolom jaminan dengan prioritas kriteria baris jaminan Rko = Perkalian sel kolom kolektibilitas dengan prioritas kriteria baris

kolektibilitas

Jumlah baris hasil perkalian inputan kriteria dengan prioritas kriteria

Bps=

= n j j a 1 ] , 1 [

Bpp=

= n j j a 1 ] , 2 [

Bpk=

= n j j a 1 ] , 3 [

Bpj=

= n j j a 1 ] , 4 [

Bpko=

= n j j a 1 ] , 5 [ Keterangan :

i = Baris j = Kolom

Bps = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom status kredit dengan prioritas status kredit

Bpp = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom produktivitas usaha dengan prioritas produktivitas usaha


(54)

Bpk = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom kondisi usaha dengan prioritas kondisi usaha

Bpj = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom jaminan dengan prioritas jaminan

Bpko = Jumlah baris hasil perkalian inputan kolom kolektibilitas dengan prioritas kolektibilitas

11.Menghitung λ maksimum, CI dan CR.

s λ = s ps P B p

λ =

p pp P B k λ = k pk P B j λ = j pj P B ko λ = ko pko P B max

λ =

5

ko j k p

s λ λ λ λ

λ + + + +

Keterangan:

n = Banyak kriteria (5)

s

λ = λstatus kredit p

λ = λproduktivitas usaha k

λ = λkondisi usaha j

λ = λjaminan ko


(55)

Keterangan:

CI : Consistency Index (Indeks Konsistensi) CR : Consistency Ratio (Rasio Konsistensi)

λmax : eigenvalue maksimum (bobot maksimum setiap elemen) n : banyaknya kriteria

12.Menghitung nilai prioritas global.

Pts = (Pds1… Pdsn) * Ps Ptp = (Pdp1… Pdpn) * Pp Ptk = (Pdk1… Pdkn) * Pk Ptj = (Pdj1… Pdjn) * Pj Ptko = (Pdko1… Pdkon) * Pko

Prioritas tujuan: Perkalian nilai prioritas nasabah per kriteria dengan prioritas kriteria

Keterangan:

Pts = prioritas tujuan nasabah per status kredit

Ptp = prioritas tujuan nasabah per produktivitas usaha Ptk = prioritas tujuan nasabah per kondisi usaha Ptj = prioritas tujuan nasabah per jaminan Ptko = prioritas tujuan nasabah per kolektibilitas

Pgm =

= n j j a 1 ] , 1

[ Pgg =

= n j j a 1 ] , 2

[ Pgar =

= n j j a 1 ] , 3 [ CI = 1 max −− n n λ CR = RI CI


(56)

Pgh =

= n j j a 1 ] , 4

[ Pgan =

= n j j a 1 ] , 5 [

Prioritas Global: Hasil penjumlahan baris nilai prioritas tujuan.

Keterangan:

Pgm = Prioritas Global Marina Pgg = Prioritas Global Gilang Pgar = Prioritas Global Ari Pgh = Prioritas Global Hendra Pgan = Prioritas Global Andi

3.1.4 Analisis Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya, pada subbab ini akan dibahas tentang masukan data yang sebenarnya, proses perhitungan dan keluaran yang diharapkan pada penelitian ini. Masukan sistem ini adalah nilai matriks kriteria dan nilai matriks nasabah untuk tiap kriteria.

3.1.4.1 Nilai Matriks Kriteria

Menyusun kriteria-kriteria calon nasabah KUR pada matriks berpasangan. Misalkan data yang dimasukkan dapat dilihat pada tabel 3.3 dengan rumus penjumlahan sebagai berikut:

Ks =

= n i i a 1 ] 1 ,

[ Kp =

= n i i a 1 ] 2 ,

[ Kk =

= n i i a 1 ] 3 , [

Kj =

= n i i a 1 ] 4 ,

[ Kko =

= n i i a 1 ] 5 , [


(57)

Tabel 3.3 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Nasabah KUR

Setelah dimasukkan data pada Tabel 3.3 di atas, maka tahap selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing sel pada tabel 3.3 di atas dengan jumlah masing-masing kolomnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 yaitu hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:

Hks = (Xs1…Xs5) / Ks Hkp = (Xp1…Xp5) / Kp Hkk = (Xk1…Xk5) / Kk Hkj = (Xj1…Xj5) / Kj Hkko = (Xko1…Xko5) / Kko

Tabel 3.4 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Kriteria Nasabah KUR

Kriteria Status kredit Produktivitas

Usaha

Kondisi

Usaha Jaminan Kolektibilitas

Status kredit 1 3 5 5 7

Produktivitas

Usaha 0.3333 1 2 3 5

Kondisi

Usaha 0.2 0.5 1 3 5

Jaminan 0.2 0.3333 0.3333 1 3

Kolektibilitas 0.1428 0.2 0.2 0.3333 1

Jumlah 1.8761 5.0333 8.5333 12.3333 21

Kriteria Status

Kredit

Produktivitas Usaha

Kondisi

Usaha Jaminan Kolektibilitas

Jumlah Baris

Status Kredit 0.5330 0.5960 0.5859 0.4054 0.3333 2.4536

Produktivitas

Usaha 0.1776 0.1987 0.2344 0.2432 0.2381 1.0920 Kondisi

Usaha 0.1066 0.0993 0.1172 0.2432 0.2381 0.8044 Jaminan 0.1066 0.0662 0.0390 0.0811 0.1428 0.4357


(58)

Menghitung prioritas kriteria dapat dilihat pada Tabel 3.5 yaitu hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:

Bs=

= n j j a 1 ] , 1

[ Bp=

= n j j a 1 ] , 2

[ Bk=

= n j j a 1 ] , 3 [

Bj=

= n j j a 1 ] , 4

[ Bko=

= n j j a 1 ] , 5 [

Ps =

n

Bs P

p =

n Bp

Pk =

n

Bk

Pj =

n Bj

Pko =

n

Bko

Tabel 3.5 Nilai Prioritas Kriteria

Kriteria status kredit adalah kriteria paling penting dalam kasus ini, karena memiliki nilai prioritas paling tinggi dibandingkan kriteria produktivitas usaha, kriteria kondisi usaha, kriteria jaminan, dan kriteria kolektibilitas.

Langkah selanjutnya adalah nilai matriks pada kolom masukan pada tabel 3.3 dikalikan dengan prioritas kriteria pada tabel 3.5. Untuk lebih jelasnya perhatikan

Kriteria Prioritas Kriteria

Status Kredit 0.4907

Produktivitas Usaha 0.2184

Kondisi Usaha 0.1609

Jaminan 0.0871


(59)

tabel 3.6 yaitu hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:

Rs = (Xs1…Xs5) * Ps Rp = (Xp1…Xp5) * Pp Rk = (Xk1…Xk5) * Pk Rj = (Xj1…Xj5) * Pj Rko = (Xko1…Xko5) * Pko

Bps=

= n j j a 1 ] , 1

[ Bpp=

= n j j a 1 ] , 2

[ Bpk=

= n j j a 1 ] , 3 [

Bpj=

= n j j a 1 ] , 4

[ Bpko=

= n j j a 1 ] , 5 [

Tabel 3.6 Nilai Masukan Matriks kriteria Dikali Nilai Prioritas Kriteria

Kriteria Status

kredit

Produktivitas Usaha

Kondisi

Usaha Jaminan Kolektibilitas

Jumlah Baris

Status kredit 0.4907 0.6552 0.8045 0.4355 0.2996 2.6855

Produktivitas

Usaha 0.1635 0.2184 0.3218 0.2613 0.2140 1.1790

Kondisi

Usaha 0.0981 0.1092 0.1609 0.2613 0.2140 0.8435

Jaminan 0.0981 0.0728 0.0536 0.0871 0.1284 0.4400


(60)

Kemudian, jumlah baris yang dihasilkan pada tabel 3.6 di atas dibagi dengan nilai prioritas masing-masing kriteria pada tabel 3.5. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.7 yaitu hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini:

s λ = s s P Bp

λp=

s s

P Bp

λk=

s s P Bp j λ = s s P Bp

λko=

s s

P Bp

max

λ =

5

ko j k p

s λ λ λ λ

λ + + + +

Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria

Nilai total pada tabel di atas diperoleh dari penjumlahan semua nilai hasil bagi kriteria, sedangkan nilai λ Max diperoleh dari nilai Total dibagi banyaknya kriteria yang ada yakni 5.

Berikutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai Consistency Ratio (CR) dengan rumus sebagai berikut:

Kriteria Lamda (λ)

Status Kredit 5.4728

Produktivitas Usaha 5.3983

Kondisi Usaha 5.2424

Jaminan 5.0517

Kolektibilitas 5.0888

Total 26.2540


(1)

Gambar 4.13 Form Menu Nasabah Terproses

4.1.1.11 Menu Versi Sistem

Menu versi program akan menampilkan versi aplikasi sistem ini. Berikut tampilan menu versi program pada sistem ini.


(2)

4.1.1.12 Menu Profil Programmer

Menu profil programmer berisi tentang biodata pengembang aplikasi SPK ini. Berikut tampilan menu tentang programmer pada sistem ini.

Gambar 4.15 Form Menu Tentang Programmer

4.1.1.13 Menu Keluar

Menu keluar merupakan fungsi yang digunakan jika pengguna ingin keluar dari sistem. Berikut tampilan menu keluar pada sistem ini.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian sistem yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan daiantaranya sebagai berikut:

1. Metode Analytical Hierarachy Process (AHP) dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada penelitian ini yakni Sistem Pendukung keputusan Pemberian Kredit usaha Rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri (BSM) yang bersifat multikriteria.

2. Sistem Pendukung keputusan Pemberian Kredit usaha Rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri (BSM) ini dapat membantu pihak Bank dalam menentukan nasabah penerima KUR dengan mengambil nilai hasil akhir nasabah yang tertinggi.

3. Pengurutan hasil akhir sistem dari nilai tertinggi hingga terendah dan Penggunaan tampilan grafik/diagram dalam nilai keputusan akhir dapat mengefisienkan waktu pihak Bank dalam mengambil keputusan dan dapat memudahkan pihak Bank dalam membaca data nilai nasabah yang dihasilkan. 4. Tampilan aplikasi dalam bentuk grafis dan user friendly dapat membuat

pengguna lebih mudah dan nyaman dalam menggunakan aplikasi ini.

5. Sistem ini hanya menjadi alat bantu bagi pengambil keputusan, keputusan akhir tetap berada di tangan pengambil keputusan.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang sebaiknya dilakukan guna pengembangan sistem ini menjadi lebih baik, diantaranya sebagai berikut:

1. Penggabungan metode Analytical Hierarachy Process (AHP) dengan metode matematika lain dapat membuat niai-nilai pendukung keputusan yang dihasilkan lebih akurat dan terperinci.

2. Pembuatan laporan dalam bentuk print out dapat memudahkan manajer dalam melihat nilai prioritas global masing-masing penerima KUR.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amborowati, Armadyah. 2008. Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Perumahan Dengan Metode AHP Menggunakan Expert Choice.

Diakses tanggal 4 Mei 2010.

Bourgeois, R. 2005. Analytical Hierarchy Process: an Overview UNCAPSA – UNESCAP. Bogor.

Dewi, R. 2009. Sistem Pendukung Keputusan untuk Mengidentifikasi Customer Funding pada Bank dengan Metode Analytical Hierarchy Process. Skripsi Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Hasan, Iqbal. 2004. Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia

Hermawan, Julius. 2005. Membangun Decision Support System. Yogyakarta: Andi

Islam et al. 2005. Management decision making by the analytic hierarchy process: A proposed modification for large-scale problems. Munich Personal RePEc

Archive.

2010.

Kosasi, Sandy. 2002. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System). Pontianak

Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi

Mulyono, Sri. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia.

Retnadi, Djoko. 2008. Kredit Usaha Rakyat (KUR), Harapan dan Tantangan.

Diakses tanggal 29 Maret 2010.

Saaty, T.L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process. University of Pittsburgh: USA.

Saaty, T.L.1988. Multicriteria Decision Making : The Analytic Hierarchy Process. University of Pittsburgh, RWS Publication, Pittsburgh

Subakti, Irfan. 2002. Sistem Pendukung Keputusan. Surabaya: Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh


(6)

Suryadi, Kadarsah dan Ramdhani, M. Ali. 1998. Sistem Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idelisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Teknomo, K., Siswanto, H., dan Yudhanto, S.A. 1999. Penggunaan Metode Analytic Hierarcy Process dalam Menganalisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Moda Ke Kampus. Kristen Petra Indonesia

Diakses tanggal 10 April 2010.

Turban, Efraim., Ephraim Mc Lean., and James Wetherbe. 1996. Information Technology for Management: Improving Quality and Productivity, John Wiley & Son., Inc.

Turban, Efraim dan Jaye Aronson. 1998. Decision Support Systems and Intelligent Systems. Fifth Edition. Prentice-Hall, Inc.

Turban, Efraim dan Jaye Aronson. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan System Cerdas). Jilid 1. Yogyakarta: Andi.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Metode Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation (PROMETHEE) untuk Pemilihan Hardisk Eksternal

19 131 147

Implementasi Metode Profile Matching dan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Perekrutan Tenaga Kurir (Studi Kasus PT. JNE Cabang Medan)

16 91 137

Analisis Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) Berdasarkan Nilai Consistency Ratio

2 46 123

Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)

18 117 72

Implementasi Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Fuzzy Multi-Attribute Decision Making (Fuzzy MADM) dalam Penentuan Prioritas Pengerjaan Order di PT. Sumatera Wood Industry

6 138 175

Analisis Pemilihan Supplier Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) di PT. Indo CafCo

12 57 78

Studi Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Dan Metode Technique For Order Preference By Similarity To Ideal Solution (TOPSIS) Untuk Peningkatan Kualitas Layanan Di Rumah Sakit Bina Kasih Medan-Sunggal

4 41 149

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Pemilihan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sebagai Tempat Kerja Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU)

1 86 77

Pengembangan sistem pendukung keputusan dalam pemilihan fakultas perkuliahan berbaiss mobile web

3 15 150

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN) Yusfrizal

0 0 15