Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
yang tak lain disebabkan oleh ulah manusia. Fakta-fakta yang mencengangkan pun bermunculan. Kehidupan di bumi semakin mendekati status pemunahan besar-
besaran. Peneliti memprediksi bahwa dalam kurun waktu 500 tahun terakhir, sebanyak 844 spesies seperti kucing tasmania dan passenger pigeons
—merpati penumpang telah punah tak bersisa, dan sebanyak 16.000 spesies lainnya terancam
punah
2
. Sebanyak dua pertiga dari total jumlah penyu tujuh spesies penyu di seluruh dunia terancam punah seluruhnya pada 2025, sebanyak 50 dari total populasi kera
di Afrika telah mati, dan setengah dari jumlah marsupilami di dunia sedang dalam status bahaya punah. Sebanyak 40 dari total flora dan fauna di Asia juga akan
punah dalam waktu cepat. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menyelamatkan spesies dari
kepunahan Antara lain dengan konservasi. Seperti spesies harimau sumatra di Indonesia yang sejak tahun 1970an, CITES Convention on International Trade In
Endangered Species memasukkan hewan ini kedalam daftar Appendix I yaitu kategori hewan yang sangat dilarang untuk diperdagangkan baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Dalam rangka mendukung program konservasi satwa harimau sumatera, kemudian dibentuk strategi konservasi Harimau Sumatera. Strategi
ini memiliki dua komponen yang berbeda yaitu : komponen in situ dan komponen ex situ. Komponen in situ mengutamakan tanggung jawab atas perlindungan populasi
harimau Sumatera liar di alam lepas dan kelangsungan hidupnya serta ditambah pula dengan pengembangan strategi dalam memelihara populasinya. Komponen ex
2
http:nationalgeographic.co.idberita201502inilah-penyebab-satwa-kita-terancam-punah
3
situ mengutamakan tanggung jawab dalam pengembangan populasi dari harimau Sumatera yang ada di dalam kebun binatang penangkaran serta mengatur populasi,
penyakit dan kemurnian genetik dalam mengembalikan keutuhan dari populasi liar. Selain itu untuk mendukung upaya konservasi upaya yang dilakukan yaitu
membentuk regulasi dan badan untuk mengawasi dan mengatur jumlah spesies tersebut. Adapun badan yang berhak tersebut adalah IUCN International Unionor
ConservationNature and Natural Resources misalnya sebagai contoh dalam kasus harimau Sumatra mengeluarkan perundang-undangan yang melarang pemusnahan
harimau di setiap negara yang memiliki habitat asli spesies harimau. Jadi upaya konservasi yang dilakukan juga harus diimbangi dengan pengawasan oleh suatu
badan dan regulasi. Salah satu spesies yang mengalami bahaya kepunahan di dunia adalah Ikan
Paus. Ikan Paus telah menjadi komoditi perekonomian yang sangat menguntungkan sejak zaman dahulu
3
. Perburuan Paus sebagai industri dimulai di abad 11 ketika orang-orang Basques memulai perburuan dan menjual produk yang berasal dari Paus
Atlantik Utara. Kemudian perburuan mereka diikuti oleh Bangsa Belanda dan Inggris, dan kemudian oleh bangsa Amerika dan semakin lama bangsa-bangsa di dunia
mengikutinya. Paus Punggung dan Paus Sperma kemudian menjadi target selanjutnya dari
perburuan, dengan minyaknya yang sangat berguna untuk penerangan dan listrik kala itu.Di akhir abad 19 Industri perburuan paus telah berkembang ke kapal yang lebh
3
http:wwf.panda.orgwhat_we_doendangered_speciescetaceanscetaceansiwchistory
4
modern, dilengkapi berbagai persenjataan yang lebih canggih untuk menagkap paus. Teknologi baru, ditambah dengan menipisnya paus di seluruh dunia, menyebabkan
penyebaran perburuan beralih ke Antartika, di mana ikan paus berkonsentrasi untuk makan membuat skala besar penangkapan ikan paus yang sangat menguntungkan.
Perang Dunia Pertama menyediakan pasar yang besar untuk bahan peledak yang menggunakan gliserin dari minyak paus balin. Hal ini menjadi fokus utama pemburu
paus Inggris dan Norwegia di Antartika. Sementara penangkapan ikan paus Jepang telah berkembang secara terpisah sebagai industri pesisir, terutama untuk paus
bungkuk dan paus abu-abu. Paus sebagai organisme di dalam laut memegang peranan penting dalam
ekosistem laut. Oleh karena itu kita seharusnya sadar akan bahaya kepunahan paus. Menurut studi terbaru yang dimuat di jurnal Frontiers in Ecology and the
environment, paus justru memegang peran besar dalam ekosistem laut yang sehat.
4
Peningkatan jumlah paus berbadan besar – paus biru, paus sperma, dan paus abu -
abu mengarah pada ekosistem samudra yang lebih sehat dan ikan yang lebih banyak. Menurut ilmuwan, ketika paus makan dilaut dalam lantas kembali ke permukaan
untuk bernafas, mereka mencampur lapisan lapisan air di laut. Substansi di dalam urine dan kotoran paus, terutama zat besi dan nitrogen, juga merupakan penyubur
efektif bagi plankton. Selain itu, ketika paus melahirkan di kedalaman, mereka menyumbangkan nutrisi penting bagi perairan yang sering kali miskin sumber daya.
Bahkan, plasenta paus merupakan sumber makanan yang kaya bagi organism lain.
4
Majalah Media Kawasan Putri edisi Oktober 2014
5
Banyak paus bermigrasi jarak jauh untuk kawin, dan selama itu mereka membawa nutrisi
– nutrisi tersebut bersama mereka. Untuk melindungi paus dari ancaman kepunahan akibat perburuan, tahun 1946
dibentuklah International Convention of The Regulations of Whaling ICRW yang kemudian menjadi dasar dibentuknya International Whaling Comission IWC .IWC
adalah Komisi Penangkapan Ikan Paus Internasional. IWC adalah badan global yang dibentuk untuk tujuan konservasi ikan paus dan pengelolaan penangkapan ikan
paus. IWC saat ini memiliki 89 negara anggota dari negara-negara di seluruh dunia
5
. IWC adalah organisasi internasional yang dibentuk dari International
Convention of The Regulations of Whaling ICRW. Berbagai negara yang menjadi anggota IWC membuat keputusan mereka melalui berbagai pertemuan dan komite,
menggunakan sekretariat IWC untuk membantu diskusi dan proses pengambilan keputusan
6
. IWC memiliki empat komite utama yaitu Komite Scientific, Technical, Keuangan dan Administrasi dan komite terbaru, Komite Konservasi yang diciptakan
pada tahun 2004. Sampai saat ini, IWC telah melaksanakan pertemuan setiap tahun, tetapi sejak 2012 IWC mengadakan pertemuan setiap dua tahun. Pertemuan terakhir
dari IWC ke-65 digelar di Slovenia, 2014. Faktanya,walaupun sudah ada pihak resmi yang mengatur tentang perburuan
paus yaitu IWC, namun masih saja terdapat perburuan paus, salah satunya di Taiji Jepang. Di Perairan Taiji setiap tahunnya pada bulan September hingga Maret,
5
https:iwc.inthome
6
http:us.whales.orgissuesinternational-whaling-commission-iwc
6
Ribuan Lumba-lumba diburu dan dibunuh untuk diambil dan dijual dagingnya
7
. Setidaknya sekitar 20.000 lumba-lumba dan paus dibunuh setiap tahunnya di Jepang.
Hal ini bertepatan dengan migrasi tahunan yang dilakukan lumba-lumba ketika melewati pantai Taiji pada bulan September hingga Maret. Lumba-lumba hidung
botol kerap diincar nelayan karena selain bisa dimakan dagingnya, bisa juga dijual ke pertunjukkan aquarium. Seekor lumba-lumba yang sehat bisa dihargai USS 200.000
atau Rp 2,4 milliar per ekornya oleh akuarium di seluruh dunia
8
. Nelayan di Taiji sendiri beranggapan bahwa perburuan lumba-lumba telah menjadi bagian dari ritual
tradisi sejak mereka kecil. Di area itu mereka telah menangkap lumba-lumba dan ikan paus sejak ribuan tahun yang lalu.
Gambar 1.1 Keluarga Cetacean
7
http:www.borneoscape.com201402pembantai-lumba-lumba-taiji-jepang.html
8
http:dunia.news.viva.co.idnewsread475240-tradisi-pembantaian-lumba-lumba-di-jepang-picu- kecaman
7
Dalam situs resmi IWC, Lumba- lumba telah dimasukkan ke dalam “tanggung
jawab” IWC. Sebagian besar pemerintah negara anggota percaya bahwa IWC memiliki kompetensi hukum untuk mengatur regulasi untuk semua jenis Cetacean,
termasuk small cetacean termasuk lumba-lumba dan pesut. Memang International Convention for Regulation of Whaling tidak mengatur Small Cetacean. Dalam
konvensi ini hanya mencantumkan apa yang disebut “Great Whale”. IWC hanya memfasilitasi dan memberi bantuan untuk sejumlah besar program konservasi untuk
small cetacean, namun tidak mengatur perburuan small cetacean. Namun di samping hal itu, IWC sendiri telah membentuk sub-committee on
small cetaceans di bawah Scientific Committee dan telah berperan aktif dalam perlindungan lumba-lumba dan small cetacean lain di luar wilayah Jepang, menurut
Journal yang dikeluarkan IWC tahun 2014 seperti melindungi vanquita di wilayah Teluk California di Meksiko, melindungi lumba-lumba Maui di New Zealand,
perlindungan pesut pelabuhan di laut Baltik melalui pengimplementasian Agreement in the Cetaceans of the Baltic and North Seas ASCOBANS. Bahkan, Surat kabar
online New Zealand “Herald” mengatakan IWC memiliki “extreme concern” pada perlindungan lumba-lumba New Zealand. Namun di balik upaya-upaya IWC di luar
Jepang, maka menjadi sebuah misteri jika IWC tidak melihat pembunuhan lumba- lumba di Taiji sebagai isu utama. Oleh karena itu, Peran IWC penulis nilai tidak
efektif.