28
c. Asas Oportunitas
Dalam hukum acara pidana dikenal suatu badan yang khusus diberi wewenang untuk melakukan penuntutan pidana ke pengadilan
yang disebut penuntut umum Pasal 1 butir a dan b Pasal 137 KUHAP .
Wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umum, tidak ada badan lain yang boleh melakukan itu. Ini yang disebut
dominus litis
di tangan penuntut umum atau jaksa. Pada asas ini maka Jaksa Penuntut Umum mempunyai kewenangan untuk menuntut suatu
perkara pidana
asas legalitas
dan tidak wajib menuntut seorang yang melakukan delik jika menurut pertimbangannya akan merugikan
kepentingan umum
asas oportunitas
. Dalam hal ini AZ Abidin Farid 1983 : 12 memberikan
perumusan tentang asas opportunitas sebagai berikut : “ Asas hukum yang memberikan wewenang kepada Penuntut Umum
untuk menuntut atau tidak menuntut dengan atau tanpa syarat seseorang atau korporasi yang telah mewujudkan delik demi
kepentingan umum “. Pedoman Pelaksanaan KUHAP memberikan penjelasan yang dimaksud dengan “ kepentingan umum “ sebagai
berikut : “ ......Dengan demikian kreteria “ demi kepentingan umum “ dalam penerapan asas opportunitas di negara kita adalah didasarkan
untuk kepentingan negara dan masyarakat dan bukan untuk kepentingan masyarakat “.
d. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum
Dalam Pasal 153 ayat 3 dan ayat 4 KUHAP menyatakan sebagai berikut : ayat 3 “ Untuk keperluan pemeriksaan hakim
ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-
anak “ ayat 4 “ tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat 2 dan ayat 3 mengakibatkan batalnya putusan demi hukum “.
29 Dalam praktek Hakim dapat melakukan sidang terbuka atau
tertutup atau atas permintaan penuntut umum dan terdakwa. Saksipun dapat mengajukan permohonan agar sidang tertutup untuk umum
dengan alasan demi nama baik keluarganya. Dan dalam hal penetapan hakim yang menyatakan sidang tertutup untuk umum tidak dapat
dimintakan banding. Akan tetapi walaupun sidang dinyatakan tertutup untuk umum, namun keputusan hakim harus dinyatakan dalam sidang
yang terbuka untuk umum, Pasal 195 KUHAP menyatakan “ Semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum “.
e. Semua Orang Diperlakukan Sama Di Depan Hakim.