Indikator Ketimpangan dan Ketidakmerataan 1. Distribusi Pendapatan Menurut Bank Dunia
tentunya harus diperlukan pula kebijakan pemerintah dalam upaya redistribusi pendapatan.
2 Ketidaksempurnaan mekanisme pasar market failure yang menyebabkan
tidak terjadinya mekanisme persaingan sempurna. Tidak berjalannya mekanisme persaingan ini karena: i perbedaan kepemilikan faktor
produksi; ii timpangnya akses informasi; iii intervensi pemerintah; dan iv keterkaitan antara pelaku ekonomi dengan pihak pemerintah yang
kemudian mendistorsi pasar misalnya, kebijakan pemerintah dalam satu kebijakan tentang perlindungan industri tertentu.
Cara distribusi pendapatan akan menentukan bagaimana pendapatan nasional yang tinggi mampu menciptakan perubahan – perubahan dan perbaikan –
perbaikan dalam masyarakat, seperti mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesulitan – kesulitan lain dalam masyarakat. Distribusi pendapatan nasional yang
tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara umum. Perbedaan pendapatan muncul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan
sumber daya dan faktor produksi. Pihak yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula.
2.2. Indikator Ketimpangan dan Ketidakmerataan 2.2.1. Distribusi Pendapatan Menurut Bank Dunia
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui kesenjangan distribusi pendapatan adalah Indeks Gini dan kriteria Bank Dunia BPS, 1994. Kriteria
Bank Dunia berdasarkan penilaian distribusi pendapatan atas pendapatan yang
diterima oleh 40 penduduk berpendapatan terendah. Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan: i tinggi, jika 40 penduduk berpenghasilan terendah
menerima kurang dari 12 bagian pendapatan; ii sedang, jika 40 penduduk berpenghasilan terendah menerima 12 hingga 17 bagian pendapatan; dan iii
rendah, jika 40 penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih dari 17 bagian pendapatan.
Pada tabel 2.1 menunjukkan perkembangan distribusi pendapatan di provinsi D.I.Yogyakarta tergolong rendah selama tahun 2009 – 2011 dengan
menggunakan kriteria Bank Dunia. Pada tahun 2009, kelompok 40 penduduk berpendapatan terendah telah menerima 18, 85 dari pendapatan. Pada tahun
2011, kelompok tersebut mengalami penurunan 16, 46 dari pendapatan. Dengan kata lain, konsumsi pendapatan yang dinikmati 40 kelompok
berpendapatan terendah di provinsi D.I.Yogyakarta cenderung menurun selama tahun 2009 – 2011.
Tabel 2.1 Distribusi Pendapatan Penduduk D.I.Y menurut Golongan Pendapatan,
2009-2011 Golongan Pendapatan
2009 2010
2011
40 terendah 18.85
18.77 16.46
40 menengah 36.5
35.22 34.19
20 tertinggi 44.65
46.02 49.34
Indeks Gini 0.3112
0.3088 0.3149
Rasio Kuznets 2.37
2.45 3.00
Sumber: BPS Provinsi D.I.Yogyakarta, 2013 Berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan, meskipun ketimpangan distribusi
pendapatan di provinsi D.I.Yogyakarta relatif rendah menurit standar Bank Dunia, ternyata porsi terbesar konsumsi nasional tetap dinikmati oleh 20 penduduk
berpendapatan tertinggi dan 40 penduduk berpendapatan menengah. Pada tahun 2009, kelompok 20 berpendapatan tertinggi telah menerima 44, 65 dari
pendapatan. Pada tahun 2011, kelompok tersebut dapat menikmati 49, 34 dari pendapatan. Tahun 2009, kelompok 40 penduduk berpendapatan menengah
telah menerima 35, 5 dari pendapatan, pada tahun 2011 kelompok tersebut dapat menikmati 34, 19 dari pendapatan.
2.3. Program Dana Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan 2.3.1. Latar Belakang