Strategi Guru Pai Dalam Membina Akhlak Siswa Di Smp Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren

STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA
DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK AREN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1
Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh :

SYAHLEFI
Nim : 207011000305

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M

KATA PENGANTAR


   
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat
Yang Maha Indah, dengan segala keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih
dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua
mahluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, shalawat beserta salam mahabbah semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pembawa risalah Allah
terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak

yang telah berjasa memberikan motivasi

dalam rangka

menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis, menghaturkan terima kasih sedalamdalamnya kepada kepada :
1. Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bahrissalim, MA selaku Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Syafiuddin Siddik, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan banyak arahan, bimbingan serta motivasi,
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh
keikhlasan serta dedikasi tinggi untuk menyampaikan bimbingan, arahan

v

dan motivasi untuk selalu menambah wawasan dan tidak kenal berhenti
untuk mencari ilmu.
7. Segenap karyawan dan karyawati UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membantu penulis selama studi dan penyusunan skripsi ini.
8. Ibunda tercinta (Rumyati) dan Ayahanda (Endung Nurdin), yang telah
memberikan segala yang terbaik kepada penulis hingga detik ini. Adikadik (Nur Apriyani dan Suami, Muhammad Kohar, Nur’aini, Muhammad

Nur Alim), beserta seluruh keluarga besar atas do’a dan dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepala Sekolah (Susilo Edy, S.Si) beserta Dewan Guru dan Staff SMP
Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Tangerang Selatan-Banten. Terima
kasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam melaksanakan
observasi, serta kontribusi yang konstruktif demi penyelesaian skripsi ini.
10. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 (non
reguler) yang telah banyak memberikan saran dan kritik konstruktif
kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini.
11. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat dan kerabat yang
tidak mungkin disebut satu persatu yang telah banyak membantu hingga
terselesaikannya skripsi ini.
Hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga semua amal baik
yang telah diperbuat mendapat pahala yang setimpal. Akhirnya atas segala
kekurangan yang ada, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan Pendidikan Islam.

Jakarta, 03 Januari 2013
Penulis,


Syahlefi

vi

vii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………

i

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………..

ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………

iii


ABSTRAK …………………………………………………………….

iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

v

DAFTAR ISI ………………………………………………………….

vi

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah ……………………………………

1

B. Identifikasi Masalah ………………….…………………….


9

C. Pembatasan Masalah……….………………………………..

9

D. Perumusan Masalah…..…………………………………….

9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.……………………………

10

BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak ………………………………………….

11

1. Pengertian Akhlak ………………………………………


11

2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak …………………………

13

3. Pembinaan Akhlak Siswa ………………………………

15

B. Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa ……………

23

C. Hal-hal yang Menyebabkan Penyimpangan Akhlak Pada Siswa
1. Pengaruh Media ………………………………………....

27


2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik …………

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………

32

B. Metode dan Teknik Penelitian ………………………………

32

C. Populasi dan Sampel ………………………………………..

34

D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….

35


E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data …………

36

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren

39

B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ………………………………

41

C. Sarana dan Prasarana …………………………………………. 43
D. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan …………………… 45
E. Deskripsi Analisa dan Interpretasi Data ……………………… 50
1. Kegiatan Ibadah Siswa…..……………………………….. 51

2. Keteladanan………………….…………………………… 55
3. Penyelenggaraan Kegiatan Hari-hari Besar Islam ...……... 59
4. Pembiasaan dan Pembelajaran PAI di Kelas …………….. 61
5. Pembiasaan Sambut Pagi ………………………………… 67
6. Pengadaan Kultum ……………………………………….. 69
7. Pemberian Reward ……………………………………….. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………... 72
B. Saran-saran …………………………………………………... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa
dan negara.1
Undan-undang tersebut menegaskan pentingnya Pendidikan Agama
Islam bagi setiap warga negara Indonesia, sehingga nilai-nilai spiritual
keagamaan diorientasikan dalam Sistem Pendidikan Nasional, hal itu
disebabkan karena Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Kewajiban orang tua untuk membekali anak-anaknya dengan ilmu, baik
ilmu umum maupun ilmu agama, sebagai bekal kehidupan di masa mendatang,

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h.2

1

2

dalam hal ini memberikan ilmu agama Islam, terutama tentang akhlak yang
baik, kepada anak-anak.
Syafaruddin Anzizhan mengatakan : “Sering kali kekeliruan yang ada
dalam mendidik anak adalah karena kesalahan orang tua. Dan ini bisa
menimbulkan hal-hal yang buruk bagi anak dan anggota masyarakat, bahkan
menurut kalangan ahli pendidik, karena jika orang tua gagal mendidik anak
sejak dini, maka jangan heran jika kelak anak itu menjadi musuhnya di
kemudian hari.”2
Hal ini pun seirama dengan Tujuan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 2 Tahun 1989 pada Bab II Pasal 4 Tentang Tujuan Pendidikan
Nasional yaitu : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian

yang

mantap

dan

mandiri

serta

rasa

tanggung

jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.3
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu cita-cita yang
bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus
ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak
didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik disekolah maupun
diluar sekolah.4
Akhlaq yang mulia adalah salah satu pokok ajaran Islam, karena itu
salah satu dari tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk anak didik
yang berahklaq mulia dan berkepribadian yang baik sehingga akan
menghasilkan manusia yang bermoral, berjiwa bersih, mempunyai kemauan
yang keras, tahu arti kewajiban, menghormati hak-hak orang lain serta dapat
membedakan mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah.
2

Syafaruddin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta : PT.
Grasindo, 2008), Cet. Ke-3, h. 55
3
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 74-75
4
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika Aditama, Cet.
Ke-1, 2007), h. 13

3

Diharapkan mereka menjadi tunas-tunas bangsa yang tangguh, karena maju
mundurnya suatu bangsa serta hancur dan sejahteranya suatu bangsa, itu
tergantung dari kepribadian.
Dalam kondisi krisis moneter dan di tengah kebablasan sebuah
reformasi, anak-anak muslim menjadi sangat terancam, mereka sulit
menemukan sesuatu yang dapat dijadikan teladan dalam masyarakat. Lebih
banyak tontonan daripada tuntunan. Apa yang di idealkan dalam pelajaran
agama ternyata bukan sebuah nilai yang laris dalam masyarakat. Bahkan nilainilai yang trend di dalam masyarakat justru yang menyimpang dari akhlaq yang
mulia. Khususnya di kota-kota besar terutama yang orang tuanya mampu,
dimana hampir semua anak-anaknya mengenal berbagai media informasi dan
komunikasi seperti : radio, televisi, telepon, handphone, komputer, internet
bahkan DVD player atau PS (play station).
Sudah sepantasnya jika para orang tua lebih teliti dalam memilih
pendidikan untuk anak. Anak adalah karunia terbesar yang dianugerahkan Allah
SWT kepada kita. Orang tualah yang mengarahkan anak-anaknya bersekolah
pada lembaga pendidikan Islam terutama anak usia dini, agar anak terbiasa
dengan suasana kehidupan yang dekat dengan nilai-nilai religius, berpegang
teguh pada al-Qur‟an dan as-Sunnah.
Dengan penerapan konsep pendidikan agama Islam. Diharapkan tercipta
generasi penerus yang tangguh, berpengetahuan luas dan berkepribadian luhur.
Tidak lapuk diterjang badai kehidupan, memiliki nilai-nilai agama yang kuat
dalam generasi penerus bangsa.
Pendidikan akan menghasilkan apa yang diharapkan dengan proses
belajar mengajar yang tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif saja.
Akan tetapi juga mengandalkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada
siswa, sehingga pendidikan bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran,
akan tetapi suatu proses mengubah perilaku (akhlaq) siswa sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mendidik terdapat kegiatan
membimbing dan membina siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugastugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual

4

maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup dalam
masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan.
Oleh karena itu seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementaikan berbagai strategi yang dianggap cocok dengan minat dan
bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya
memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin
efektifitas pembelajaran.5
Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah “pengaruh bimbingan,
arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi
dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian
yang dimaksud adalah semua aspek yang sudah matang yaitu meliputi cipta,
rasa dan karyanya”.6
Salah satu tugas guru PAI dalam mewujudkan pendidikan akhlak adalah
mengembangkan Strategi Belajar Mengajar (SBM) selalu efektif, yaitu
menciptakan

kondisi

belajar

yang

kondusif

bernuansa

Islami,

yang

mempengaruhi siswa agar mereka belajar dengan penuh konsentrasi dan tenang
sehingga mereka meraih prestasi yang memuaskan.
Dengan demikian Tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan
akhlaq, baik perangai dan tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam
segala perbuatannya, suci murni hatinya. Jiwa pendidikan dan penghidupan,
jiwa kemajuan, jiwa rumah tangga dan sekolah, haruslah pendidikan akhlaq.
Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan adalah mencapai sifat
yang tinggi dan akhlaq yang sempurna dalam adat kebiasaan, dalam segala hal
dan dalam adab sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi berbeda
sekali dengan fenomena yang terjadi saat ini, dalam era globalisasi yang serba
modern ini, banyak sekali remaja-remaja yang sikap dan keberagamaannya
sangat minim sekali, terutama dalam masalah akhlaq/tingkah laku, misalnya
banyak remaja yang terlibat dalam tawuran, narkoba, pakaian seksi dan sikap5

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 14
Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta : PT.
Rineka Cipta,2000), Cet. Ke-I, h. 36
6

5

sikap kenakalan remaja lainnya. Berkaitan dengan hal ini, maka seseorang harus
memiliki ilmu tentang Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang akhlaq,
sehingga dengan pengetahuannya itu seseorang dapat berakhlaq dengan baik
sesuai

dengan

orma yang berlaku.

norma-n

7

Syamsul Nizar menyatakan : setidaknya ada dua hal yang melanda
peserta didik pada era modern dewasa ini, yaitu kosongnya jiwa dari peserta
didik dari nilai-nilai spiritual (akhlaq) dan tegarnya dimensi materialistis pada
kehidupan manusia modern. Atau sebaliknya dengan lebih dominan aspek
spiritual dan melepaskan aspek material. Untuk melepaskan dari kedua hal
tersebut, maka peserta didik memerlukan nilai spiritual dan memahami ajaran
agamanya secara totalitas, yang menurutnya lagi, adalah spirit Islam dengan
nilai-nilai moralnya yang tinggi untuk kebahagiaan kehidupan peserta didik
sebagai Khalifah di muka bumi.8
Telah disepakati bersama bahwa pembinaan akhlaq sangat penting
dilakukan oleh guru dalam rangka menciptakan peserta didik yang berkualitas.
Namun kenyataannya banyak institusi pendidikan dan guru-guru terutama guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengesampingkan pendidikan akhlaq. Hal
ini dapat diketahui dari minimnya jam pelajaran PAI di sekolah yang
mneyebabkan kesulitan bagi guru untuk membina akhlaq siswa karena muatan
pelajaran agama Islam sangat padat. Selain itu, sudah menjadi sebuah fenomena
masih terdapat guru PAI yang melaksanakan proses pembelajaran hanya
mengandalkan kemampuan berceramah, akibatnya pembelajaran PAI di sekolah
hanya menampilkan gejala verbalisme yang membosankan bagi siswa.
Sementara sekolah sendiri tidak memiliki program pembinaan akhlaq siswa
secara khusus dan berkelanjutan.

7

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. Ke-1, h.14
Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2001), Cet. I, h. 4
8

6

Segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan
perkembangan anak, yaitu pengaruh-pengaruh yang membawa kepada hal-hal
yang yang baik dan berguna. Baik berguna bagi anak itu sendiri maupun
berguna bagi kehidupan bersama.
Pengaruh yang bersifat negatif ini sangat mudah merasuk dalam jiwa
anak. Pengaruh yang negatif ini bisa berasal dari buku-buku bacaan seperti
komik, majalah, koran dan sebagainya. Dan juga teman-teman sepergaulan baik
di sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggal. Oleh karena itu
orangtua dan guru harus selalu mengadakan pengawasan yang teliti terhadap
anak didiknya, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang
tidak diinginkan.
Walaupun pendidikan agama menjadi hal yang penting dalam membina
ahklaq siswa, namun banyak pendidikan Islam yang belum melakukan
pembinaan secara baik misalnya, sarana dan prasarana yang belum ada, tidak
adanya program pembelajaran akhlaq, dan media pembelajaran yang kurang
mendukung. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal :
1. Tidak adanya itikad baik dari lembaga pendidikan untuk mengutamakan
Pendidikan Agama Islam, karena tidak diujikan di pendidikan Nasional.
2. Guru Pendidikan Agama Islam hanya memenuhi kewajiban mengajar
sebagai guru PAI.
3. Tidak adanya dukungan dari orang tua9.
Tidak semua sekolah mengabaikan pendidikan akhlaq siswa, masih ada sekolahsekolah yang berusaha menyelenggarakan pendidikan akhlaq. Salah satu sekolah
yang berusaha menerapkan pembinaan akhlaq adalah SMP Islam Plus Baitul
Maal, yang terletak di wilayah Tangerang Selatan, Kecamatan Pondok Aren.
Fenomena yang ada dalam Pendidikan Agama Islam khususnya
pendidikan akhlaq. Berkaitan dengan hal di atas dalam penelitian ini, penulis
ingin mencoba meneliti lebih dalam di sebuah sekolah yang memiliki nilai plus
diantara sekolah-sekolah lain yaitu SMP Islam Plus Baitul Maal yang terletak di
9

Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Islam Plus Baitul, Bapak Susilo Edy, S.Si.,
14 Januari 2012.

7

wilayah tangerang selatan tepatnya di Kecamatan Pondok Aren, SMP Islam Plus
Baitul Maal merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berasaskan Islam,
yang menanamkan nilai-nilai akhlaq/nilai-nilai Islami pada setiap siswasiswinya, bahkan kepada guru-gurunya pun harus menjadi qudwah (panutan)
yang pantas untuk ditiru dan diteladani oleh siswa-siswi SMP Islam Plus Baitul
Maal. Dengan landasan ini penulis ingin meneliti lebih dalam tentang akhlaq
siswa-siswi dan strategi yang diterapkan di sekolah tersebut.
Fenomena tersebut banyak terjadi diberbagai lembaga pendidikan, baik
lembaga pendidikan yang berlabel Islam apalagi lembaga pendidikan umum.
Walaupun demikian masih terdapat beberapa sekolah yang masih memiliki
program pembinaan akhlaq siswa secara jelas, terukur dan berkelanjutan. Salah
satu diantaranya adalah SMP Islam Plus Baitul Maal yang berlokasi di Jl.
Pesantren Ceger No. 62 Pondok Aren Tengerang Selatan.
Visi dan Misi Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren:
Visi : “Terwujudnya sekolah Islami Unggul dengan membentuk Insan yang
Soleh, Cerdas, mandiri dan Bertanggung Jawab serta mampu berperan dalam
masyarakat”.
Misi :
1. Menyelenggarakan sistem sekolah berbasis mutu yang dipadukan dengan
konsep sekolah dakwah yang berorientasi pada pelayanan publik.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan
kepribadian muslim melalui pembiasaan di sekolah secara terstruktur
dan sistematis.
3. Membentuk generasi unggul memiliki kemampuan di bidang IMTAQ
dan IPTEK.
4. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan
quatum learning student aktive learning and fun learning.
5. Menyelenggarakan kegiatan rekayasa kurikulum dalam proses belajar
mengajar agar mampu meraih prestasi akademi tinggi.

8

6. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai mahluk sosial dalam
tatanan kemasyarakatan dan aktif memelihara serta melestarikan
lingkungan.10
Tujuan Pendidikan di SMP Islam Plus Baitul Maal :
Tujuan pendidikan dasar dan menengah adalah meletakkan dasar-dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
1. Mempersiapkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
rajin beribadah, dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Mempersiapkan Sumber Daya Insan Kamil yang menguasai IPTEK
berdasarkan IMTAQ.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
proses pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam bukan hanya melibatkan
intelektualitas saja tetapi juga melibatkan unsur spiritual, dan pendidikan juga
sangat menekankan perubahan perilaku/akhlaq peserta didik, jika dalam proses
pendidikan tidak terjadi perubahan dalam perilaku/akhlaq peserta didik, maka
dapat dikatakan pendidik belum berhasil. Oleh karena itu, tugas seorang guru
PAI bukan hanya mengajarkan materi saja tetapi juga dapat menanamkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai akhlaq kepada murid-muridnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Namun
untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak
tangan. Akan tetapi membutuhkan kerja keras serta upaya yang maksimal, oleh
karena itu disamping menguasai materi yang akan diajarkan, seorang guru PAI
yang profesional juga selayaknya memiliki strategi khusus dalam pembelajaran
PAI di sekolah.
Kegiatan rohani Islam menjadi ciri khas sekolah ini, suasana belajar
mengajar sangat kondusif, karena didasari niat tulus ikhlas dari para pendidik
dan peserta didik.

10

Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren, 13 Januari 2012.

9

Dengan alasan dan landasan di atas, penulis ingin mengangkat sebuah
tema atau judul Skripsi yaitu “STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK
AREN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa di SMP Plus
Baitul Maal Pondok Aren ?
2. Apakah strategi yang diterapkan sudah efektif ?
3. Apakah tujuan-tujuan tersebut mudah tercapai ?
4. Masalah-masalah apa saja yang terjadi terkait dengan upaya mencapai
tujuan tersebut ?
5. Apakah masalah-masalah tersebut juga terjadi pada sekolah yang hendak
diteliti ?

C. Pembatasan Masalah
Penulisan topik yang terlalu luas ruang lingkupnya tidak akan mencapai
sasaran secara efektif, oleh karena itu untuk memudahkan dan mengarahkan
pembahasan, dalam hal ini dibatasi masalah pada :
1. Pembinaan akhlaq siswa SMP Islam Plus Baitul Maal.
2. Strategi guru PAI yang digunakan di SMP Islam Plus Baitul Maal dalam
membina akhlaq siswa ?
3. Objek penelitian adalah siswa kelas VII s/d IX Tahun Pembelajaran
2012-2013.

10

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis
merumuskan masalah dalam penulisan Skripsi ini adalah :
1. Strategi apa saja yang tepat untuk diterapkan guru PAI membina akhlaq
siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ?
2.

Seberapa efektif strategi yang diterapkan guru PAI untuk membina
akhlaq siswa di sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.

Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa
di SMP Islam Plus Baitul Maal.

b.

Untuk mengetahui efek strategi yang diterapkan guru PAI dalam
membina akhlaq siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal.

2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan mampu :
a.

Secara Umum
memberi manfaat bagi banyak pihak, terutama bagi guru PAI, kepada
sekolah dan mahasiswa calon guru PAI.

b. Secara Khusus
1) Memberikan input kepada guru PAI tentang strategi yang harus
digunakan dalam pembelajaran PAI.
2) Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan bahwa strategi mengajar
sangat mempengaruhi daya serap dan perubahan akhlaq siswa.
3) Bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi
konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi dan dapat dicari solusinya.

11

11

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembinaan Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak
Dilihat dari sudut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jama‟ dari khuluk, khuluk di
dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam
kitab Da’aratul Ma’arif di katakan : “akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”.
Dengan demikian orang yang berakhlak berarti memiliki sifat-sifat terdidik.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa
manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat
lahir berupa pebuatan baik, disebut akhlak yang mulia (akhlaq mahmudah), sedangkan
akhlak yang buruk (akhlaq mazmumah) disebut akhlak yang tercela sesuai
pembinaannya.
Ahmad Amin, mengatakan bah wa akhlak ialah kebiasaan kehendak1. Ini berarti
kebiasaan atau kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Bilakehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak
dermawan.
Dalamensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari
sikap jiwa yang benar terhadap Khaliqnya dan terhadap sesama manusia.2Pengertian ini
memberi kesan bahwa akhlak itu terkait dengan perilaku positif.
Pada

dasarnya

akhlak

mengajarkan

bagaimana

seseorang

seharusnya

berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus
berhubungan dengan sesama manusia. Istilah “sesama manusia” dalam konsep
1
2

Ahmad Al-Amin, Kitab Al-Akhlaq, (Cairo : Daarul Kutub Al-Misriya), h. 15
Soegarda Poerbawakatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1976), h. 9

12

akhlakadalah bersifat universal, bebas dari batas-batas kebangsaan maupun perbedaanperbedaan lainnya.3
Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.”
Sejalan dengan itu Imam Al-Ghazali mengatakan , “akhlak ialah suatu sifat yang
tertanam di dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”
Berdasarkan beberapa definisi akhlak di atas, terdapat lima ciri dalam perbuatan
akhlak, yaitu sebagai berikut :
1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau bersandiwara.
5. Perbuatan ahklak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata
karena Allah SWT.
Akhlakmemiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini memiliki perbedaan yang
signifikan dalam istilah moral dan etika. Standar atau ukuran baik buruk akhlak adalah
berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah sehingga bersifat universal dan abadi. Sedangkan
moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat
umum, adat istiadat menjadi standarnya. Sementara itu, etika lebih banyak dikaitkan
dengan ilmu atau filsafat, akal sebagai standarnya. Hal ini menyebabkan standar etika dan
moral bersifat temporal.4
Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk
mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu ialah :
a. Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.
Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam
3

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-

2, h. 32
4

Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta :
PT. Ghalia Indonesia), hal. 152-153

13

ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai,
kesusilaan tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia
merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.5
b. Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata mos yang
berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa
moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.
c. Kesusilaan
Selain istilah-istilah di atas, di dalam bahasa Indonesia untuk membahas baik
buruk tingkah laku manusia juga sering digunakan istilah kesusilaan. Kesusilaan
berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Susila berasal
dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik atau bagus dan sila
berati dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Di dalam kamus bahasa
Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan.6

2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak adalah al-Qur‟an dan Hadits, tingkah laku Nabi
Muhammad SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini
ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an Surat Al-Ahzab ayat 21 :


 



“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(Qs. Al-Ahzab : 21)

Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh „Aisyah ra. Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari „Aisyah ra. Berkata : “Sesungguhnya akhlakRasulullah itu
adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim). Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah
laku beliau, merupakan sumber akhlaq yang kedua setelah al-Qur‟an. Segala ucapan dan
5

Asmaran, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 2,

h. 6
6

Ibid,... h. 9-10

14

perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT, Sebagaimana Allah
SWT berfirman dalam al-Qur‟an Surat An-Najm ayat 3-4 :


“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).(QS. An-Najm : 3-4).
Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan agar selalu mengikuti jejak
Rasulullah SAW dan tunduk terhadap apa yang dibawa oleh beliau, Allah SWT
berfirman :

  




Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah
untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu,
Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” (QS.
Al-Hasyr : 7 ).
Al-Qur‟an dan Al-Hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi
setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah
dalam ajaran Islam. Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia
dari segala ajaran maupun hasil renungan dan naluri manusia harus tunduk
mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan baik dan mana
perbuatan buruk. Nabi bersabda: “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu

15

tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu
al-Qur’an dan Sunnahku

.(HR. Al-Bukhari).7

3. Pembinaan Akhlak Siswa
a. Pengertian Pembinaan Akhlak
Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai

siasat, kiat, trik, atau

cara”. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.8
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai

a plan, method or

series of activities designed to achieves a particular aducational goal

. Yaitu

strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan

demikian,

penyusunan

langkah-langkah

pembelajaran,

pemanfaatan berbagai fasilitas san sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.9
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan akhlak di SMP Islam Plus
Baitul Maal, tentu saja adanya berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :

7

M.Yatiman Abdullah, Studi Akhlaq dalam Persepektif Al-Qur’an,(Jakarta : Sinar
Grafika, 2007), cet. Ke-1, h. 22
8
Pupuh Fathurrahman dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Refika Aditama,
2007), Cet. 1, h. 3
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prenada Media Group, 2008), cet5, h. 126

16

1) Adanya dukungan dari pihak sekolah terhadap pembinaan akhlak
Diantara hal yang ditempuh oleh pihak sekolah para guru-guru terutama
guru

pendidikan agama Islam untuk mencapai tujuan pendidikan, adalah

dengan kegiatan-kegiatan pembinaan akhlak. Sekolah sebagai tempat lokasi
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, memiliki peran yang cukup penting
untuk tercapainya tujuan pembembinaan akhlak di sekolah. Situasi yang
kondusif dsertai dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan
memudahkan bagi para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak
dalam pembinaan akhlak siswa.
Pihak sekolah juga memberikan kepada guru pendidikan agama Islam
untuk mempergunakan ruang kelas, masjid dan sarana yang ada sebagai salah
satu bentuk dukungan yang diberikan terhadap berlangsungnya kegiatan
pembinaan akhlak siswa.10
2) Adanya dukungan dari guru-guru terhadap kegiatan pembinaan akhlak
Guru-guru sebaga ujung tombak pelaksana pendidikan merupakan salah
satu unsur pokok yang bersentuhan dengan siswa dalam kegiatan sehari-hari.
Dukungan dari guru-guru selain pengintegrasian nilai-nilai ajaran agama dalam
penyampaian materi pelajaran sehari-hari, juga pemberian motivasi kepada
para siswa untuk mengikuti kegiatan rohani Islam yang di bina oleh guru
pendidikan agama Islam.
3) Mayoritas siswa yang beragama Islam
Siswa sebagai subjek utama pendidikan, merupakan sumber daya yang
akan diarahkan perkembangannya sesuai dengan tujuan dalam pendidikan.
Dengan mayoritas jumlah siswa yang beragama Islam.11, memang seharusnya
dapat dijadikan sebagai motivasi bagi tenaga pendidik khususnya guru
pendidikan agama Islam untuk mengembangkan potensi-potensi spriritual para
siswa sesuai dengan pencapaian dimensi-dimensi yang digariskan dalam
tujuan pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan nasional.12
10

Wawancara dengan Bapak Edi Susilo, S.Si. tanggal 12 Januari 2012
Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren 13 Januari 2012.
12
Menurut Hasbullah, terdapat dua dimensi kesamaan yang ingin dicapai dalam
pendidikan Islam maupun pendidikan nasional, yaitu dimensi duniawi dan dimensi transendental.
11

17

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Wina Sanjaya
dalam bukunya menyatakan, mengelompokkan kedalam strategi penyampaian
penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran
kelompok dan strategi pembelajaran individual atau group indiviual learning.
Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam
bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen
menyebutkan dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction).
Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung, sebab dalam strategi ini,
materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk
mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan
demikian, dalam strategi eksposeri guru berfungsi sebagai penyampai informasi.
Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan
ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas guru lebih
banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang
demikian, strategi ini sering juga dinamakan strategi belajar tidak langsung.
Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, dan
kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh
kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana
mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi ini adalah
melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio.
Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok
dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar seseorang atau oleh beberapa
orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok
besar atau pembelajaran klasikal atau bisa juga siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil atau buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan
kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu,
belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi
akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja.

Lihat Hasbullah dalam bukunya Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, 2006.

18

Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan yang kurang akan merasa tergusur
oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi.
c. Strategi Pembinaan Akhlak Siswa
Yang dimaksud dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan strategi pembinaan. Prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan
semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti
yang dikemukakan oleh Killen,

no teaching strategy is better than other in all

circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategis, and
make rational descisions about when each of the teaching strategies is likely to
most effective.

Apa yang dikemukakan oleh Killen itu, jelas bahwa guru harus

mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu,
guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran
atau pembinaan sebagai berikut :
1) Berorientasi Pada Tujuan
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus
digunakan guru. Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan
menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berfikir bahwa segala
jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian. Hal ini tentu saja
keliru. Apabila kita menginginkan siswa terampil menggunakan alat
tertentu, katakanlah terampil menggunakan thermometer sebagai alat
pengukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan strategi penyampaian.
Untuk mencapai tujuan yang demikian, siswa harus praktik secara
langsung. Demikian halnya juga manakala kita menginginkan agar siswa
dapat menyebutkan hari dan tanggal proklamasi kemerdekaan suatu Negara,
tidak akan efektif kalau menggunakan strategi pemecahan masalah
(diskusi). Untuk mengejar tujuan yang demikian cukup guru menggunakan
strategi cermah atau pengajaran secara langsung.

19

2) Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar
adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktifitas siswa. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada fisik, akan tetapi
juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental. Guru
sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh disikap siswa
yang pura-pura aktif.
3) Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya
yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Sama seperti
seorang dokter yang profesional manakala ia menangani 50 orang pasien,
seluruhnya sembuh dan dikatakan dokter yang tidak baik manakala ia
menangani 50 orang pasien 49 orang sakitnya bertambah parah atau bahkan
mati. Demikian juga halnya guru, dikatakan guru yang baik manakala ia
menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan, dan
sebaliknya dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil tatkala ia
menangani 50 orang siswa, 49 orang siswa tidak mencapai tujuan
pembelajaran.
4) Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh
pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif
saja, akan tetapi juga meliputi perkembangan aspek psikomotorik. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi.
Contohnya, guru harus mampu merancang dan strategi pelaksanaan diskusi
tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus
mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan,
misalkan mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide yang

20

orisinil, mendorong siswa untuk bersikap jujur, tanggung jawab dan
sebagainya.13

d. Pembinaan Akhlak
Pembinaan akhlak dapat diartikan perbuatan yang sungguh-sungguh dalam
rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan
konsisten.Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa adalah
hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang
ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat,
fitrah, kata hati, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan
yang tepat.
Dengan demikian, didalam peningkatan pendidikan agama di sekolah,
yang dimaksud dengan pendidikan agama bukan hanya bimbingan yang diberikan
oleh seluruh staf pengajar, staf pemimpin sekolah, pegawai, alat serta peraturan
dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Dalam pembentukan akhlaq siswa hendaknya setiap guru menyadari
bahwa dalam pembentukan akhlaq sangat diperlukan pembinaan dan latihan,
akhlaq pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, akan tetapi juga harus
diajarkan kearah kehidupan praktis, untuk itu pelaksanaannya dapat ditempuh
melalui cara berikut ini :
a) Pembiasaan
Islam memandang bahwa cara penanaman akhlaq melalui pembiasaan
adalah

merupakan

metode

influentif

yang

paling

meyakinkan

keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk siswa menjadi
berakhlaq. Hal ini karena perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan sukar
untuk ditinggalkan. Penanaman akhlaq pada siswa seharusnya sudah
dimulai sejak ia kecil dengan pembiasaan dan latihan yang cocol dan
sesuai dengan perkembangan jiwanya.
b) Pengajaran
13

Wina, Op.cit, h. 131-133

21

Kalau pada tahap pertama merupakan upaya praktis agar siswa dapat
berbuat secara tepat, maka pada tahap kedua ini disamping kebiasaan
berakhlaq tetap dilanjutkan dengan penanaman pengertian melalui
pengajaran, hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya berpedoman
pada asal berbuat

tetapi siswa diusahakan tahu mengapa ia berbuat.

Penanaman pendidikan di sini mempertemukan antara pengertian
(teoritis) dengan latihan (pembiasaan).
Pengertian perlu ditanamkan pada siswa melalui pengajaran, karena
kebiasaan jika tidak diimbangi dengan memberikan berupa penjelasan,
maka kebiasaan-kebiasaan itu tidak akan bermakna. Untuk itu agar
kebiasaan itu bermakna, maka perlu diimbangi dengan penjelasanpenjelasan supaya siswa tersebut dapat mengerti maknanya dan paham
hikmahnya, tahu maksud dan tujuannya mengapa perbuatan itu
dilakukan. Hal tersebut bila keduanya (toeritis dan praktis) sudah
ditanamkan pada siswa, maka akan terlihat perubahan sikap pada dirinya.
c) Keteladanan Guru
Guru sebagai pendidik yang memberi pengetahuan dan bimbingan pada
siswanya harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya,
karena tingkah laku dan perbuatan yang diperlihatkan guru dalam
pergaulan dan berperilaku akan menjadi gambaran bagaimana siswa akan
bersikap. Oleh karenanya seorang guru harus membari contoh berprilaku
yang baik dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi contoh
yang baik dalam perkembangan jiwa dan akhlaq para siswanya.
Perilaku dan akhlaq yang baik bagi seorang guru akan sangat
mempengaruhi jiwa anak yang nantinya akan menjadi teladan anak
dalam berbuat dan bertindak. Dengan sikap dan perilaku yang baik dari
seorang guru merupakan dasar siswa dalam berperilaku dan berakhlaq
yang baik.14

14

M. Athiyah Al-Abrasi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1970), cet-5, hal. 112

22

Ada beberapa faktor lainnya yang mendukung dalam pembinaan akhlak
siswa diantaranya :
a) Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu, di
dalamnya terjadi hubungan hubungan manusia yang paling intensif,
karena itulah keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam
kehidupan manusia, tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia
sosial, dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.15
Faktor

keluarga

merupakan

faktor

utama

yang

sangat

mempengaruhi perkembangan anak. Menurut WA. Gerungan, yang
dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah : pertama, keutuhan struktur
keluarga yaitu dengan adanya ayah, ibu dan anak, kedua, keutuhan
interaksi yang harmonis antar keluarga.
b) Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat,
sekolah adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan,
pemdidikan, pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Di dalam
kelas gurulah yang bertugas mendidik siswanya. Guru adalah tenaga
pendidikan yang secara teknis mempunyai bekal ilmu dan keterampilan
untuk membantu anak didik memperoleh sikap dan perilaku terpuji.
Begitu pula dengan guru Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama
akan berhasil bila gurunya memiliki personalitas yang utuh terhadap
kebenaran agama yang diajarkannya.
Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas
dalam berbagai seminar, diskusi dan workshop untuk mencari berbagai
alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi guru
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di
lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena guru, berdasarkan
sejumlah penelitian pendidikan, diyakini sebagai faktor dominan yang
menentukan tingkat
15

keberhasilan

anak didik dalam melakukan

WA. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1988), Cet. Ke-1, hal. 180

23

transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan
moral. Karena itu, tidaklah berlebihan apabila masyarakat yang
mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan
perhatiannya pada berbagai aspek yang berkaitan dengan guru dan
keguruan.
Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, guru juga
mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis akhlaq dan moral
anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.16
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan agama
sebagai salah suatu proses penanaman, pengembangan dan pemantapan
nilai-nilai keimanan yang menjadi fundamental spiritual manusia yang
termanifestasikan melalui sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran
agama.
c) Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan yang luas sekaligus paling banyak
menawarkan pilihan, karena sebagian besar waktu anak dalam sehari
dihabiskan dalam lingkugannya. Pada tahap pertama pengaruh
lingkungan masyarakat ini diawali dengan pergaulan antar teman. Pada
usia 9-15 tahun, hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang
disebabkan oleh kesamaan minat dan kepentingan saling membagi
perasaan dan saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah
bersama. Kuatnya pengaruh teman ini sering dianggap sebagai penyebab
buruknya tingkah laku anak, tetapi bagaimanapun segalanya kembali
pada dirinya sendiri.17
Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman dan bermunculan
fenomena kehidupan pembekalan setiap anak dengan pembinaan akhlaq
menjadi sangat urgen. Mentalitas anak-anak akan terbina apabila dalam
masyarakatnya sudah dibekali dengan baik oleh lingkungannya.

16

Indra Jati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta : Paramadina, 2001), h. 38
Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet.
Ke-4, hal. 129
17

24

B.Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa
Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, pada pasal 10 ayat (1)