Pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa SMP Islam Plus Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan

(1)

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL-PONDOK AREN,

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam(S.Pd.I)

Oleh

ERNA MARSTIYANINGTIYAS 18100110000056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DUAL MODE SISTEM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMPIP Baitul Maal, Pondok Aren-Tangerang Selatan.

Kata Kunci : Reward dan Punishment, Motivasi Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh reward dan

punishment terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMPI

Plus Baitul Maal, Pondok Aren-Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah observasi, kuisioner (angket), wawancara, dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian berjumlah 72 siswa untuk kelas eksperimen. Sampel yang kedua berjumlah 36 siswa untuk kelas kontrol. Analisis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu analisis Deskriptif dan analisis Statistik Inferensial. Dalam analisis deskriptif, peneliti mendapatkan gambaran tentang besarnya pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan analisis statistik inferensial peneliti mendapatkan korelasi antara reward dan

punishment berpengaruh positif terhadap motivasi belajar sebesar 11,1%. Data itu diambil dari hasil analisis dimana t hitung 2,435 dari t tabel dengan N(responden) = 36 dan pada t tabel 2.0dengan signifikansi 5% maka t hitung 2,435 > t tabel 2,0. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa.


(7)

ii

ABSTRAC

Effect of Reward and Punishment Against Student Motivation SMPIP Baitul Maal, Pondok Aren South Tangerang.

Keywords: Reward and Punishment, Motivation

This study aims to determine the effect of reward and punishment to the students' motivation. This study was conducted in SMPI Plus Baitul Maal, Pondok Aren South Tangerang. The method used is observation, questionnaire (questionnaire), interviews, and documentation. Sampling was done using cluster random sampling technique. These samples included 72 students for the experimental class. The second sample totaled 36 students to a class of control. Analysis of the data in this study was twofold analysis Descriptive and inferential statistical analysis. In the descriptive analysis, the researchers get an idea of the magnitude of the effect of reward and punishment to the students' motivation. While inferential statistical analysis the researchers obtain a correlation between reward and punishment positive effect on learning motivation of 11.1%. Data was taken from the analysis of 2,435 where t count t table with N (respondent) at t = 36 and 5% significance 2.0dengan table then t count 2,435> t table 2.0. This shows that there is significant influence between reward and punishment to the students' motivation.


(8)

iii

Alhamdulillahirrobbil’alamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa SM{P Islam Plus

Baitul Maal, Pondok Aren-Tangerang Selatan” sebagai tugas akhir dari syarat kelulusan pendidikan Dual Mode Sistem tingkat Strata 1 di fakultas Tarbiyah jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang membawa umatnya ke jalan yang diridhai Allah SWT.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT Tuhan semesta alam, yang dengan karunianya telah banyak memberikan kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Abdul Ghofur, M.A selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ibu dosen yang yang pernah mengajar di Dual Mode Sistem selama

ini.

4. Kementrian Agama dan jajarannya, yang dengan program bea siswanya memfasilitasi kami untuk kuliah strata satu ini sampai selesai.

5. Bapak Susilo Edy, S. Si., selaku Kepala Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal.

6. Ibu Erma Wati, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal, bidang Kurikulum.

7. Ibu Ridha Muslimah, S. Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah SMP Islam Plus


(9)

iv

8. Bapak Isgiantoro selaku TU Administrasi Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal.

9. Mereka yang berarti dalam hidup penulis yaitu; suami dan anak sulung yang

selalu memberikan dukungan, semangat, perhatian, do’a dan kasih sayang

yang tanpa batas dan akhir.

10. Seluruh teman-teman guru Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal, yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun spirituil, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat dituliskan di sini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan ini pada masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Alhamdulillahirobbil’Alamin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.

Tangerang Selatan, Desember 2014


(10)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

ABSTERAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 10

1. Pembahasan Tentang Reward dan Punishment ... 10

a. Reward ... 10


(11)

vi

2. Prinsip-prinsip Pemberian Reward dan Punishment ... 29

a. Prinsip-prinsip Pemberian Reward...29

b. Prinsip-prinsip Pemberian Punishment ... 30

3. Keseimbangan antara Reward dan Punishment ... 31

4. Contoh Konkret Reward dan Punishment ... 32

a. Contoh Konkret Reward ... 32

b. Contoh Konkret Punishment ... 32

5. Persamaan dan Perbedaan Antara Reward dan Punishment .... 34

6. Pendapat Ulama tentang Ganjaran dan Hukuman ... 36

a. Pendapat al-Qabasi ... 36

b. Pendapat al-Ghazali ... 36

c. Pendapat Ibnu Jama’ah ... 37

d. Pendapat Ibnu Khaldun ... 37

7. Pembahasan tentang Motivasi Belajar ... 37

a. Konsep Motivasi ... 37

b. Teori Motivasi ... 40

c. Jenis-jenis Motivasi ... 42

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar serta Strategi dalam Membangunnya ... 43

e. Konsep Belajar ... 45

f. Teori Belajar ... 45

g. Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi Belajar ... 49

h. Motivasi Belajar dalam Perspektif Islam ... 50

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 54

C. Kerangka Berpikir ... 56

D. Hipotesis Penelitian ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 59

B. Metode dan Desain Penelitian ... 59


(12)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 69

B. Pengujian Hipotesis ... 97

C. Analisis Statistik ... 97

D. Keterbatasan Penelitian ... 100

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kerangka Pemikiran ... 58

Tabel 2 Time Schedule Penelitian ... 59

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Reward Punishment ... 63

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Motivasi Belajar ... 64

Tabel 3.3 Penskoran Alternatif Pilihan dalam Kuesioner ... 65

Tabel 3.4 Ukuran Kategori untuk Reward Punishment dan Motivasi Belajar ... 65

Tabel 3.5 Koefisien Korelasi ... 67

Tabel 4.1 Data Responden Siswa SMPIP Baitul Maal ... 69

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Butir Soal Kuesioner Reward Punishment ... 70

Tabel 4.3 Data Skor Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 71 Tabel 4.4 Kategori Reward Punishment dan Motivasi Belajar Siswa SMP Islam plus Baitul Maal Kota Tangerang tahun pelajaran 2013/2014 ... 72

Tabel 4.5 Guru memberi pujian kepada siswa yang berprestasi ... 74

Tabel 4.6 Guru menjadi teladan untuk menyemangati siswa ... 74

Tabel 4.7 Guru menunjukkan senyuman, anggukan atau acungan jempol atas prestasi siswa ... 75

Tabel 4.8 Guru perlu memberikan perhatian dengan mendekati siswa ... 75

Tabel 4.9 Apakah sebaiknya guru menepuk-nepuk bahu apabila siswa menunjukkan prestasi ... 76

Tabel 4.10 Apakah pada saat seorang siswa mendapat prestasi yang bagus diberikan piagam penghargaan? ... 77

Tabel 4.11 Apakah menurut kamu bila seorang siswa melakukan kesalahan cukup diberi nasehat dan bimbingan ... 77

Tabel 4.12 Apakah baik melakukan kesalahan cukup diberi isyarat dengan mimik muka masam atau sikap tidak senang. ... 78


(14)

ix

Tabel 4.15 Apakah guru sebaiknya member teguran keras untuk pelanggaran siswa? ... 80 Tabel 4.16 Apakah baik jika siswa tidak mesti dikeluarkan dari sekolah

apabila kesalahannya sudah berat? ... 80 Tabel 4.17 Apakah baik jika terlalu sering memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi? ... 81 Tabel 4.18 Apakah sebaiknya mendidik dengan tidak memberi hadiah berupa uang atau materi? ... 81 Tabel 4.19 Apakah hukuman fisik perlu diterapkan dalam penegakan disiplin? ... 82 Tabel 4.20 Apakah guru tidak perlu menghukum tapi cukup memberi contoh? ... 83 Tabel 4.21 Apakah guru baik berwajah ceria kalau siswa membuat

kesuksesan belajar? ... 83 Tabel 4.22 Apakah sebaiknya tidak perlu memukul siswa sebab hal itu tidak manusiawi? ... 84 Tabel 4.23 Apakah sebaiknya hadiah dan imbalan dari sekolah bukan sesuatu yang berarti bagi siswa? ... 84 Tabel 4.24 Apakah seorang siswa akan tergantung kepada sikap guru yang

tegas member hukuman dan konsekuen menerapkan sanksi hukuman? ... 85 Tabel 4.25 Apakah baik menurut anda penerapan nilai dan angka terhadap

keberhasilan siswa? ... 86 Tabel 4.26 Apakah sebaiknya siswa mengerjakan tugas-tugas terutama sekali

karena agar tidak dihukum? ... 86 Tabel 4.27 Apakah tujuan siswa belajar bukan semata-mata untuk mendapat


(15)

x

Tabel 4.28 Apakah siswa akan bangga dengan hasil ulangan

yang bagus? ... 87 Tabel 4.29 Apakah pemberian hadiah sangat memberi semangat belajar

siswa? ... 88 Tabel 4.30 Apakah sebaiknya tujuan siswa untuk menjadi siswa terbaik bukan semata-mata karena mendapat beasiswa? ... 89 Tabel 4.31 Apakah sebaiknya menjadi juara atau ranking bagus bukan tujaun

siswa tapi demi masa depannya?... 89 Tabel 4.32 Apakah siswa lulus dengan nilai baik merupakan suatu

kebanggaan? ... 90 Tabel 4.33 Apakah sebaiknya disadari resiko dari siswa yang malas belajar

akan mendapat nilai yang jelek?. ... 90 Tabel 4.34 Apakah sebaiknya diciptakan suasana bersaing dan

kompetisi? ... 91 Tabel 4.35 Apakah baik bila seorang guru membuat lomba untuk memberi

tantangan kepada siswa? ... 91 Tabel 4.36 Apakah umumnya siswa yang rajin belajar akan disukai

teman-temannya dan banyak teman? ... 92 Tabel 4.37 Apakah sebaiknya tujuan dari rajin belajar disadari sendiri yaitu

mendapat nilai bagus? ... 93 Tabel 4.38 Apakah sebaiknya karena ingin jadi juara kelas maka rajin belajar? ... 93 Tabel 4.39 Apakah sebaiknya tidak peduli dengan nilai dan hasil

ulangan? ... 94 Tabel 4.40 Apakah menurut kamu adanya ulangan menjadi pemicu rajin

belajar? ... 94 Tabel 4.41 Apakah sebaiknya giat belajar untuk menghindari hukuman dari guru? ... 95 Tabel 4.42 Apakah menurut kamu lingkungan yang baik berpengaruh terhadap semangat belajar? ... 95


(16)

xi

untuk rajin belajar? ... 96 Tabel 4.45 Koefisien Korelasi... 98 Tabel 4.46 Koefisien Regresi ... 99


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Kuesioner Penelitian ... 106

LAMPIRAN 2 Naskah Wawancara ... 112

LAMPIRAN 3 Lembar Uji Referensi ... 113

LAMPIRAN 4 Uji Reliabilitas Motivasi dan Reward Punishment. ... 118

LAMPIRAN 5 Uji Normalitas Motivasi dan Reward Punishment ... 119

LAMPIRAN 6 Uji Linearitas Pengaruh Reward Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa ... 120

LAMPIRAN 7 Foto-foto Kegiatan ... 121

LAMPIRAN 8 Profil SMP Islam Plus Baitul Maal ... 124

LAMPIRAN 9 Poin Kegiatan siswa ... 126

LAMPIRAN 10 Surat Keterangan Observasi ... 130

LAMPIRAN 11 Biodata Penulis ... 131

LAMPIRAN 12 Lembar Persetujuan Pembimbing untuk Pendaftaran Ujian Skripsi ... 132


(18)

1 A.Latar Belakang Masalah

Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupannya, maka sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan perubahan, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntutan masyarakat.1

Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara menyeluruh. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan harus menekankan pada ilmu pengetahuan (kognitif) juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar cepat dan terampil dalam melaksanakan sesuatu (psikomotor) serta diarahkan pada pengembangan sikap mental dan kepribadian untuk terjun di masyarakat (efektif). Karena itulah pendidikan lahir berawal dari adanya kebutuhan masyarakat.2

Bila pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin atau suplemen bagi pertumbuhan manusia.3

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab. Tegasnya pendidikan harus bisa

1

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 1.

2 Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam & Barat,(Jakarta: Rajawali Pers,2012), h. 129.

3


(19)

2

memainkan peran dan fungsinya mencerdaskan warga masyarakat, karena pendidikam adalah kunci terpenting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun kehidupan ini.4

Proses pendidikan sangat panjang, sepanjang usia manusia hidup di muka bumi ini. Dengan kata lain bahwa pendidikan adalah kehidupan. Artinya, pendidikan adalah segala pengalaman belajar di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan individu.5 Proses kehidupan umat manusia adalah sama dan sebangun dengan proses pendidikan itu sendiri. Sebagaimana proses kehidupan memerlukan Pengawas, mempersyaratkan pertanggungjawaban dan memperoleh balasan, demikian pulalah adanya proses pendidikan. Maka metode reward dan

punishment ini dapat dilakukan pada semua manusia sebagai peserta didik dan tidak menutup kemungkinan pula bagi seorang pendidik.

Dalam arti luas, pendidikan berlangsung bagi siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan (schooling) saja, bahkan pendidikan berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia atau sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat atau lingkungan, baik di dalam keluarga, sekolah maupun di dalam masyarakat. Sebab itu, Mortimer J. Adler

(1982) menyatakan bahwa: “Education is lifelong proses of which schooling is

only a smaal but necessary part”.6

Dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga pendidikan formal). Pendidikan dilakukan dalam bentuk pengajaran (instruction) yang terprogram dan bersifat formal, yang berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.7

4 Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), h. 45.

5 Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depertemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 27.

6 Ibid., h. 28. 7 Ibid.


(20)

Hal ini pulalah yang menjadikan pendidikan sebagai alat yang secara sengaja dan berencana digunakan untuk mengubah dan memodernisasikan masyarakat (agent of change and modernization).8

Strategi dalam pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, maupun latihan-latihan. Bimbingan di sini, diberikan dengan pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat serta penyuluhan agar diharapkan siswa/peserta didik mampu mengatasi, memecahkan masalah, maupun mengatasi kesulitan sendiri. Sedangkan pengjaran merupakan bentuk kegiatan yang menjalin hubungan interaksi dalam proses belajar mengajar antara pengajar dengan peserta didik dalam mengembangkan perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan.9

Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan metode belajar mengajar yang efektif dan terarah karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini diperlukan peran aktif guru (tenaga didik) untuk mempengaruhi karakteristik kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa, dengan memberi dorongan moral, bimbingan dan memberi fasilitas belajar terbaik melalui metode pembelajaran, serta motivasi yang pas guna tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Metode pembelajaran merupakan suatu teknik untuk mencapai tujuan.

Dengan adanya metode pembelajaran diharapkan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan, namun dalam kenyataannya masih ada siswa yang tidak fokus pada pelajaran, untuk itu diperlukan metode yang sesuai dan dapat meningkatkan minat belajar siswa. Adapun salah satu metode yang digunakan oleh guru SMPIP Baitul Maal, Pondok Aren, Tangerang Selatan adalah metode reward dan punishment. Dengan menerapkan metode reward dan punishment diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan metode reward akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan dengan diberikan punishment ini diharapkan dapat menertibkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar mengajar. Dan

8 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 21. 9 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 2.


(21)

4

dengan melaui punishment tersebut kiranya dapat mencegah berbagai pelanggaran terhadap peraturan atau sebagai tindakan peringatan keras yang sepenuhnya muncul rasa takut terhadap ancaman hukuman. Kedua metode ini dapat menimbulkan motivasi sehingga siswa akan antusias dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar memang sangat penting diterapkan metode reward dan

punishment sebagai salah satu metode pembelajaran.

Ayat al-Quran banyak membahas tentang penerapan penghargaan dan ganjaran atau hukuman, sanksi atau ancaman sebagai metode dakwah, dalam rangka memotivasi umat manusia untuk beramal shalih, dan mencegahnya dari perbuatan yang jahat dan buruk.

Salah satu ayat yang berkenan dengan pemberian ganjaran atau pahala bagi yang beramal shalih (berbuat baik), adalah: al-Qur’an surat an-Nisa [4]: 12410,

















































Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, akan Kami masukkan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal selama-lamanya di dalamnya. Janji Allah adalah benar, dan siapa yang paling benar perkataannya daripada Allah. (Q.S. an-Nisa: 124).

Adapun ayat yang berkenaan dengan pemberian hukuman terhadap orang-orang yang berbuat kejahatan atau keburukan, diantaranya tercantum dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 12611,

10 Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Media Fitrah Rabbani, 2013)


(22)























































































(Ingatkah) ketika Ibrahim berdoa: Ya Allah, Tuhanku jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan curahkanlah rizki berupa buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Allah berfirman Kepada orang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa dia menjalani siksa api neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Q.S. al-Baqarah: 126).

Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan. Tidak hanya dalam dunia pendidikan, dalam dunia kerja pun kedua metode ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai anak dengan karakter yang beragam. Ada anak yang mudah dibina dan ada yang sulit dibina, sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar, sebagian mereka belajar untuk maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dan fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orang tua dan para pendidik. Maka merupakan kesalahan besar apabila kita menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak.

Sebenarnya, tidak ada pendidik yang menghendaki digunakannya hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah atau pujian jauh lebih dipentingkan daripada hukuman. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut dengan metode hadiah (reward) dan hukuman (punishement). Dengan metode


(23)

6

tersebut diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan progresif.

Ditinjau dari perspektif pendidik12, reward dan punishment bisa dipandang sebagai salah satu alat pendidikan yang dapat digunakan pendidik untuk menyampaikan materi (bahan) pendidikan kepada peserta didik. Dalam perspektif ini kita mengasumsikan bahwa pendidiklah yang aktif menggunakannya sebagai alat, dan peserta didik berada dalam posisi pasif. Hal ini utamanya terjadi pada peserta didik tingkat awal. Tetapi jika kita memandangnya dari perspektif peserta didik, maka reward dan punishment adalah metode yang dapat dia gunakan mendorong (memotivasi) dirinya dalam menguasai materi pendidikan. Di sini peserta didik berada pada posisi aktif, dan lazimnya berada dalam status pendidikan tingkat menengah dan tinggi, dimana peserta didik akan menggunakan metoda reward dan punishment dengan tujuan memaksimalisir perolehan reward

dan meminimalisir punishment.

Karenanya, merupakan tugas dan tanggung jawab semua pihak khususnya kalangan akedemis maupun praktisi pendidikan untuk memantau yang selama ini berjalan, berkaitan dengan penerapan reward dan punishment dalam aktivitas belajar mengajar di berbagai lembaga pendidikan.

Untuk lebih jauhnya berupaya mencari ide dan gagasan berupa metode terbaik untuk menjadi solusi demi pembentukan kepribadian siswa (peserta didik) yang efektif melalui pengelolaan pendidikan dinamis, sehingga outputnya mampu membentuk pribadi yang unggul dan berguna bagi lingkungan masyarakat maupun keluarga.

Mengingat begitu besar pengaruh dari implementasi reward dan

punishment untuk mengefektifkan pembelajaran dan memotivasi siswa supaya lebih aktif dalam pembelajaran agar prestasi belajarnya juga meningkat, penulis

tertarik mengangkat skripsi ini dengan judul “Pengaruh Reward dan Punishment

Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Islam Plus Baitul Maal-Pondok Aren,

Tangerang Selatan.”

12 Penerapan Hukuman dan Pemberian Hadiah dalam Pendidikan Islam, 2010, (WWW. Scribd.Com/doc/18120787) diakses 29 Oktober 2010.


(24)

B. Identifikasi Masalah

Dengan dasar pemikiran di atas, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut:

1. Belum diketahui metode yang efektif dan efisien dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Banyak lembaga pendidikan yang salah dalam memakai metode untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Masih ada yang salah dalam mengartikan serta menempatkan reward

dan punishment, sehingga siswa tidak termotivasi dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini tidak melebar kemana-mana, maka penulis membatasi kajian skripsi ini pada pembahasan tentang:

1. Konsep reward dan punishment yang bisa berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

2. Bentuk reward dan punishment yang efektif dan efisien yang bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalahnya:

1. Apakah ada pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa, khususnya siswa SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan?

2. Seberapa besar pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan? 3. Bagaimana bentuk pemberian motivasi belajar siswa SMPIP Baitul


(25)

8

4. Apakah bentuk reward dan punishment efektif bagi siswa SMPIP Baitul Maal, sehingga termotivasi dalam belajarnya?

E. Tujuan Penelitian

Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa, khususnya siswa SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan?

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa khususnya SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan?

3. Untuk mengetahui bentuk pemberian motivasi belajar siswa khususnya SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan? 4. Untuk mengetahui bentuk reward dan punishment yang efektif bagi

siswa khususnya SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan kontribusi semua pihak antara lain:

1. Secara Akademik; dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti yang lain, guna meneliti hal-hal yang berkaitan terhadap motivasi belajar siswa.

2. Di Lembaga; menjadi kontribusi berupa masukan dan evaluasi dalam penerapan reward dan punishment terhadap siswa di lembaga pendidikan pada umumnya, khususnya di SMPIP Baitul Maal-Pondok Aren, Tangerang Selatan.

3. Di Masyarakat; bisa menjadi acuan alternatif dalam mengembangkan konsep motivasi baik di dunia pendidikan maupun dunia kerja dimana tingkat persaingannya sangat tinggi.


(26)

4. Untuk penulis; bisa memberikan pengalaman yang baru tentang metode pembelajaran serta memberikan wawasan dalam mengelola kelas, juga sebagai tambahan dalam wawasan berpikir.

5. Menjadi wacana baru yang bermanfaat sebagai tolok ukur maupun referensi dalam penerapan reward dan punishment terhadap siswa di berbagai lembaga pendidikan formal lainnya.

6. Bisa menambah wawasan bagi siapa saja, untuk mengembangkan potensi diri serta memotivasi diri untuk menjadi pribadi yang baik dan tangguh dalam menyongsong masa depan.


(27)

10

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Pembahasan Tentang Reward dan Punishment

a. Reward

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, hadiah adalah pemberian, ganjaran (Pemenang perlombaan, sayembara dan sebagainya).

Namun dalam konsep pendidikan, hadiah adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain, hadiah adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.Reward sebagai alat pendidikan diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik, atau telah berhasil mencapai sebuah tahap perkembangan tertentu, atau tercapainya sebuah target.

Dalam bahasa Arab, reward (ganjaran) diistilahkan dengan tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam al-Quran, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal perbuatannya. Kata tsawab selalu diterjemahkan kepada balasan yang baik. Sebagaimana salah satu diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT pada surat Ali Imran: 145
























































(28)

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(Q.S. Ali Imran: 145)

Serta surat Ali Imron:148































Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia1dan pahala yang baik di akhirat.dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.(Q.S. Ali Imron: 148)

Dan an-Nisa: 134



































Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.(Q.S. an-Nisa: 134)

Dari ketiga ayat di atas, kata tsawab identik dengan ganjaran yang baik.Seiring dengan hal ini, makna yang dimaksud dengan kata tsawab dalam

1Pahala dunia dapat berupa kemenangan-kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.


(29)

12

kaitannya dengan pendidikan Islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap perilaku baik dari anak didik.

Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya adalah: Menurut Ngalim Purnomo reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.2

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa reward adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.

Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa. Dengan cara pemberian penghargaan dan penilaian yang bersifat positif inilah anak dapat mengembangkan self-actualization dan self-concept yang positif.3

Manusia selalu mempunyai cita-cita, harapan, dan keinginan.Inilah yang dimanfaatkan oleh metode reward. Maka dengan metode ini seseorang mengerjakan perbuatan baik atau mencapai suatu prestasi yang tertentu diberikan suatu reward yang menarik sebagai imbalan.4

Dalam Islam metode reward, dikenal dengan istilah pahala. Pahala adalah bentuk penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia yang beriman dan mengerjakan amamal shaleh, misalnya: shalat, puasa, membaca al-Qur’an, dan perbuatan baik lainnya.

2M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 182.

3Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 46.


(30)

Dalam al-Qur’an juga dijelaskan bahwa kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan, yaitu dalam Q.S. al-Baqarah ayat 261 menyebutkan





















































Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah5 adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.(Q.S. al-Baqarah ayat 261)

Berdasarkan ayat diatas jelas bahwa metode reward (ganjaran) mendidik kita untuk berbudi luhur. Diharapkan agar manusia selalu berbuat baik dalam upaya mencapai prestasi-prestasi tertentu dalam kehidupan di dunia.

Ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward dalam konteks pendidikan dapat diberikan bagi siapa saja yang berprestasi. Dengan adanya reward itu, siswa akan lebih giat belajar karena reward tersebut siswa menjadi termotivasi untuk selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Oleh karena itulah penting kiranya metode reward ini diterapkan di sekolah.

Reward merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa. Untuk itu, reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan kebenarannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa. Maksud dari pendidik memberikan reward kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi

5Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.


(31)

14

yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik.6

Dalam pembahasannya yang lebih luas, pengertian istilah reward dapat diartikan sebagai:

1) Alat pendidikan preventif dan represifyang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.

2) Sebagai hadiah terhadap perilaku yang baik dari anak dalam proses pendidikan.

Dalam konsep pendidikan, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para peserta didik. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud yang bunyinya:

Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak paman beliau, al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : “Barang siapa yang terlebih

dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu.” Lalu mereka

berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau.Kemudian mereka merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi penghargaan.( HR. Ahmad )

.

6M. Ngalim Purwanto, loc. cit.


(32)

Adapun dampak positif reward bagi anak antara lain: 1) Menimbulkan respon positif.

2) Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh di dalam dirinya.

3) Menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan jika mendapatkan imbalan.

4) Menimbulkan antusiasme dalam bentuk semangat untuk terus melakukan pekerjaan.

5) Meningkatkan rasa percaya diri.

Pemberian penghargaan kepada siswa dapat dilakukan melalui dua teknik, yaitu verbal dan no-verbal.

1) Teknik Verbal

Teknik verbal yaitu pemberian penghargaan berupa motivasi, pujian, dukungan, dorongan, atau pengakuan. Bentuk-bentuknya sebagai berikut:

a) Kata-kata, misal: bagus, benar, betul, tepat, ya, baik, dan sebagainya. b) Kalimat, misal: Prestasimu baik sekali..!, Penjelasanmu sangat baik..!,

dan sebagainya. 2) Teknik Non-Verbal

Teknik non-verbal yaitu pemberian penghargaan melalui: a) Gestur Tubuh

Yaitu mimik dan gerakan tubuh, seperti senyuman, anggukan, acungan jempol, dan tepukan tangan.

b) Cara mendekati (proximity)

Yaitu guru mendekati siswa untuk menunjukkan perhatian atau kesenangannya terhadap pekerjaan atau penampilan siswa.

c) Sentuhan (contact)

Misalnya dengan menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan mengelus kepala. Dalam menerapkan penghargaan dengan sentuhan ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: usia anak, budaya, dan norma agama. Seperti guru pria kurang baik menepuk-nepuk bahu atau


(33)

16

mengusap kepala siswa wanita (terutama di jenjang SLTP atau SLTA apalagi bila sudah mahasiswa), begitu pula sebaliknya.

d) Kegiatan yang Menyenangkan

Yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan yang disenanginya sebagai penghargaan atas prestasi atau unjuk belajarnya yang baik.Seperti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi pemimpin paduan suara (nasyid) sebagai penghargaan atas prestasinya dalam bidang musik.

e) Simbol atau Benda

Misalnya komentar tertulis secara positif pada buku siswa, piagam perhargaan, dan hadiah (alat-alat tulis, makanan, buku, uang, dsb). f) Penghargaan Tak Penuh

Yaitu diberikan kepada siswa yang memberikan jawaban kurang sempurna atau hanya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru sebaiknya mengatakan: “Ya, jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan lagi”.7

Dalam memberikan reward kepada anak, para ahli mengingatkan agar dilakukan tidak secara berlebihan.8 Jika berlebihan akan berdampak tidak baik, antara lain:

1) Anak merasa bahwa tidak ada lagi korelasi (hubungan) antara keberhasilan atau kesuksesan dengan imbalan yang akan diraihnya, 2) Anak tidak mampu memahami bahwa keberhasilannya dalam belajar

merupakan kewajiban fundamental, dan

3) Anak tidak dapat memahami bahwa fungsi yang harus dilakukannya adalah sebagai pelajar yang tekun.

Dari uraian di atas, tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward

adalah untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ektrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan,

7 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 123.


(34)

maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dan dengan reward

itu juga, diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswa. Jadi, maksud dari reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa.

Seperti halanya telah disinggung diatas, bahwa reward disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa belajaar lebih baik lagi.

Perkembangan reward ini tidak hanya terbatas pada ranah edukasi akan tetapi bisa dijumpai pada hampir semua ranah sosial, khususnya organisasi dan industri.

b. Punishment

Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi..Hukuman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan;

1) Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-undang, dsb.

2) Keputusan yang dijatuhkan oleh hakim. 3) Hasil atau akibat menghukum.

4) Hukuman dapat diartikan sebagai suatu bentuk sanksi yang diberikan pada anak baik sanksi fisik maupun psikis apabila anak melakukan kesalahan-kesalahan atau pelanggaran yang sengaja dilakukan terhadap aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Punishment (hukuman) dalam bahasa Arab diistilahkan dengan „iqab. Bila memperhatikan kata „iqab mayoritasnya didahului oleh kata syadiid (yang paling, amat, dan sangat), dan kesemuanya menunjukkan arti keburukan dan azab yang menyedihkan, seperti firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: 11


(35)

18

































(keadaan mereka) adalah sebagai Keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-Nya. (Q.S. Ali Imran: 11)

Dan al-Anfal: 13























(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.(Q.S. al-Anfal: 13)

Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa kata „iqabditujukan kepada balasan dosa sebagai akibat dari perbuatan jahat manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan Islam, „iqab diartikan sebagai:

1) Alatpendidikan preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan.

2) Balasan dari perbuatan yang tidak baik yang dilakukan seseorang. M. Ngalim Purwanto (1985)9mengklasifikasikan teori-teori hukuman yaitu:

a) Teori pembalasan

Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan yang telah dilakukan seseorang.

b) Teori perbaikan 9 N. Purwanto, op. Cit., h. 187


(36)

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan, jadi maksud hukuman itu ialah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi.Teori inilah yang lebih bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik lahiriah maupun batiniah.

c) Teori perlindungan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar, dengan adanya hukuman ini masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar.

d) Teori ganti kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu.Dalam pendidikan teori ini masih belum cukup sebab dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa karena kesalahannya itu telah terbayar dengan hukuman. e) Teori menakut nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatanya yang melanggar itu sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya. Teori ini, masih membutuhkan teori perbaikan sebab dengan teori ini besar kemungkinan anak meninggalakan suatu perbuatan itu hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatanya memang sesaat atau membuat buruk, dalam hal ini anak didik tidak terbentuk hatinya.

Punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang diyakini oleh sekolah tersebut. Jika reward merupakan bentuk

reinforcement(penguat) yang positif; maka punishment sebagai bentuk

reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.


(37)

20

Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat.Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.10

Seorang guru atau orang tua diperbolehkan memukul dengan pukulan yang tidak keras. Ini dilakukan ketika beberapa cara seperti menasehati, menegur, tidak mempan juga. Hukuman ini terutama menyangkut kewajiban shalat bagi anak-anak yang usianya telah mencapai sepuluh tahun.11

Nabi SAW bersabda:

Dari Amr Bin Syu‟aib dari bapaknya dari kakeknya berkata: Raulullah SAW bersabda:“perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal

tempat tidur.”(HR. Abu Dawud)

Dalam nasehat Rasulullah itulah terkandung cara mendidik anak yang dilandasi dengan kasih sayang, dan menomorduakan hukuman. Bukankah beliau terlebih dahulu menyuruh membiasakan anak mengerjakan shalat mulai usia tujuh tahun? Kalau tiga tahun setelah itu ternyata belum juga shalat, sangat wajar jika diberikan hukuman.12

Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan.Ada orang-orang yang baginya teladan dan nasehat saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman.

10Ibid.

11Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendididkan Anak dalam Islam 2 (Edisi Terjemah), (Semarang, C.V. Asy-Syifa, 1981), Cet. III, h. 162.


(38)

Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali.

Hukuman bukan pula tindakan yang pertama kali terbayang oleh seorang pendidik, dan tidak pula cara yang didahulukan. Nasehatlah yang paling didahulukan begitu juga ajaran untuk berbuat baik, dan tabah terus menerus semoga jiwa orang itu berubah sehingga dapat menerima nasehat tersebut.

Hukuman dengan cara yang berlebihan dan diikuti oleh tindakan kekerasan tidak pernah diinginkan oleh siapapun, apa lagi di lembaga pendidikan yang sepatutnya menyelesaikan masalah secara edukatif. Namun tidak bisa ditampik, di lembaga pendidikan ternyata masihterjadi tindak kekerasan.

Hukuman tidak mutlak diperlukan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah Nasih Ulwan bahwa untuk membuat anak jera, pendidik harus berlaku bijaksanan dalam memilih dan memakai metode yang paling sesuai. Di antara mereka ada yang cukup dengan teladan dan nasehat saja, sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi, manusia itu tidak sama seluruhnya, diantara mereka ada pula yang perlu dikerasi atau dihukum yaitu mereka yang berbuat kesalahan.13

Abdullah Nashih Ulwan (terjemahan Jamaluddin Miri, 1995), terkait penerapan hukuman, mengemukakan tentang metode dan tata cara yang baik bagi para pendidik untuk memperbaiki penyimpangan perilaku anak, meluruskan kebengkokkannya, serta membentuk moral dan spiritualnya, yaitu:

1) Menunjukkan kesalahan dengan pengarahan.

Dari Umar bin Abi Salamah ra, ia berkata: “Ketika aku kecil berada dalam asuhan Rasulullah SAW. Pada suatu ketika tanganku bergerak ke sana kemari di atas meja berisi makanan, berkatalah Rasul SAW

“Wahai anak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan

kananmu, dan makanlah yang dekat denganmu.” (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

2) Menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan

Dari Sahal bin Sa’ad ra. Bahwa Rasulullah SAW diberi minum, dan beliau minum sebagian. Di sebelah kanannya duduk duduk seorang


(39)

22

anak, dan sebelah kirinya beberapa orangtua. Rasulullah SAW berkata kepada anak itu: “Apakah engkau mengijinkanku untuk memberi kepada mereka?” (ini adalah ramah tamah dan metode pengarahan).

Maka anak itu menjawab,”Tidak, demi Allah, bagianku yang diberikan

oleh engkau, tidak akan saya berikan kepada siapapun.” Maka Rasulullah SAW, meletakkan minum di tangan anak itu. Dan anak itu adalah Abdullah bin Abbas. ( H.R.Bukhari dan Muslim)

3) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat:

Dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: “Fadhal pernah mengikuti Rasulullah

SAW. Pada suatu hari datanglah seorang wanita dari Khuts‟um yang membuat Fadhal memandangnya dan wanita itu pun memandangnya pula, maka Rasulullah SAW memalingkan muka Fadhal ke arah yang

lain…” (H.R. Imam Bukhari)

4) Menunjukkan kesalahan dengan kecaman.

Dari Abu Dzar ra, ia berkata: “Saya mencaci seorang laki-laki dengan

menjelekkan ibunya (dengan berkata: “Hai anak wanita hitam!”), maka Rasulullah SAW berkata: “Wahai Abu Dzar kamu telah

mencacinya dengan menjelekkan ibunya, sesungguhnya kamu orang

yang masih berperilaku jahiliyah…”(H.R. Imam Bukhari).

5) Menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan (meninggalkannya).

Salah seorang saudara Ibnu Mughaffal melempar dengan telunjuk dan ibu jari, maka Rasulallah SAW melarangnya dan berkata: “Sesungguhnya Rasul SAW melarang melempar dengan telunjuk dan ibu jari, karena sesungguhnya lemparan itu tidak akan mengenai binatang buruan. Kemudian ia mengulangi dan berkata: “Bukankah aku sudah memberitahu kamu bahwa Rasul SAW melarangnya, kemudian kamu kembali mengukangnya? Sama sekali aku tidak akan

berbicara lagi denganmu”. (H.R. Imam Bukhari). 6) Menunjukkan kesalahan dengan memukul.


(40)

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Rasul SAW

bersabda: “Murǔ aulădakum bishshalăt wahum abnău „asyrin,

wafarriqǔ bainahum filmadhaji‟i. Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat sejak mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika melalaikannya, ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.” (H.R.Imam Abu Daud dan Hakim) Hukuman dengan pukulan ini merupakan alternatif terakhir yang sifatnya mendidik, apabila hukuman-hukuman lainnya tidak mempan. Apabila terpaksa menggunakannya, jangan melakukan pada saat sedang marah, dan jangan memukulnya di bagian wajah (walătadhribil

wajha).Cara memukulnya pun tidak seperti pukulan orang yang berkelahi, tetapi dengan pukulan ringan, dan yang dipukul sebaiknya bagian kaki (betisnya). (H.R. Imam Abu Dawud dan Hakim)

7) Menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang menjerakan.14

Dalam Qur’an surat an-Nur: 2

































































Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Q.S. an-Nur: 2

14 Ibid., h. 166-170


(41)

24

Asumsi yang berkembang selama ini di masyarakat adalah setiap kesalahan harus memperoleh hukuman; Tuhan juga menghukum setiap orang yang bersalah.Dari satu jalur logika teori itu ada benarnya. Memang logis, setiap orang yang bersalah harus mendapat hukuman; setiap yang berbuat baik harus mendapat ganjaran. Sebenarnya hukuman tidak selalu harus berkonotasi negatif yang berakibat sengsara bagi terhukum tetapi dapat juga bersifat positif. Karena itu, mengapa orang tidak mengambil teori yang lebih positif?Bukankah Allah selalu mengampuni orang yang bersalah apabila dia bertaubat pada-Nya?Allah juga lebih mendahlukan kasih-Nya dan membelakangi murka-Nya.

Dalam Q.S. Ali Imran: 134

















































(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(Q.S. Ali Imran: 134)

Allah memuji orang yang sanggup menahan marah dan suka memberi maaf, serta memerintahkan kepada hambaNya untuk menjadi seorang pemaaf, sesuai firmanNya:





















Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (Q.S. al-A’raf: 199).

Dengan demikian kita bisa menyepakati bahwa kesalahan yang dilakukan oleh murid terkadang pantas mendapat hukuman. Namun jenis hukuman itulah


(42)

yang seharusnya disesuaikan dengan lingkungan sekolah sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran, bukan penghakiman.

Dalam teori belajar (learning theory)15 yang banyak dianut oleh para behaviorist, hukuman (punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.

Sebagai contoh, di sekolah-sekolah berkelahi adalah sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan dan jika tingkah laku ini dilakukan oleh seorang siswa maka salah satu cara untuk menghilangkan tingkah laku itu adalah dengan hukuman. Selain itu, mengerjakan tugas sekolah adalah sebuah tingkah laku yang diharapkan, dan jika seorang siswa lalai dan tidak mengerjakan tugas sekolah maka agar siswa itu dapat menampilkan tingkah laku yang diharapkan maka hukuman adalah satu cara yang digunakan untuk mengatasinya.16

Hukuman sebaiknya diberikan bagi mereka yang melanggar dan harus mengandung makna edukatif, . Misalnya, yang terlambat masuk sekolah diberi tugas untuk membersihkan halaman sekolah, yang tidak masuk kuliah diberi sanksi membuat paper. Sedangkan hukuman pukulan merupakan hukuman terakhir bilamana hukuman yang lain sudah tidak dapat diterapkan lagi. Hukuman tersebut dapat diterapkan bila anak didik telah beranjak usia 10 tahun, tidak membahayakan saraf otak peserta didik, serta menjadikan efek negatif yang berlebihan.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang artinya

Dari Amr bin Syu‟aib ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah Saw pernah berkata:“Suruhlah anak-anakmu melakukan shalat sejak usia tujuh tahun dan pukullah jika tidak mau sholat di usia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka.” (H.R. Abu Dawud).

15Soemanto. Loc. Cit.


(43)

26

Pendidik harus tahu keadaan anak didik sebelumnya, serta sebab anak itu mendapat hukuman sebagai akibat dari pelanggaran atau kesalahannya. Baik terhadap aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan anak didik atau norma yang terdapat dalam ajaran agama Islam.

Dalam menggunakan hukuman, hendaknya pendidik melakukannya dengan hati-hati, diselidiki kesalahannya kemudian mempertimbangkan akibatnya.

Penggunaan hukuman dalam pendidikan Islam kelihatannya mudah17, asal menimbulkan penderitaan pada anak, tetapi sebenarnya tidak semudah itu, tidak hanya sekedar menghukum, dalam hal ini hendaknya pendidik bertindak bijaksana dan tegas.

Guru bertindak tegas termasuk kategori hukuman tersendiri bagi siswanya. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita ambil kesimpulan sementara bahwa hukuman dalam pendidikan Islam adalah salah satu cara atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau pendidik kepada seseorang yang menimbulkan dampak yang tidak baik (penderitaan atau perasaan tidak enak) terhadap anak didiknya berupa denda atau sanksi yang ditimbulkan oleh tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan agar anak didik menyadari kesalahan yang telah diperbuatnya agar tidak mengulanginya lagi dan menjadikan anak itu baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Metode punishment digunakan sesuai perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Islam. Pengaruh yang dihasilkannya tidaklah sama. Punishment bersandar pada dorongan rasa takut dan karena itu sifatnya negatif. Penerapan punishment ditujukan untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan sekaligus memelihara ketertiban dan disiplin peserta didik lainnya dari kemungkinan melakukan kesalahan yang sama. Karenanya dapat dikatakan bahwa punishment adalah alternatif terakhir setelah metode nasihat dan peringatan tidak berhasil memperbaiki peserta didik.Karena tujuan utama pemberian punishment ini adalah

17Nashih Ulwan, op.cit., h. 156.


(44)

merubah dari perbuatan jelek menjadi baik. Dalam surat ar-Ra’d ayat 11 menyatakan bahwa













































































Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah18.Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan19 yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam hal penerapan punishment, haruslah disadari bahwa peserta didik memiliki kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dihasilkan dari penerapan punishment tersebut. Ada peserta didik bertemperamen tenang dan apa pula yang bertipe emosional, yang semuanya disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti genetika, lingkungan dan kematangan yang berbeda-beda. Berdasarkan perbedaan itu, maka berbeda pulalah jenis punishment

yang diterapkan.Ada yang cukup dengan sindiran, ada yang perlu dipandang dengan muka masam, ada yang harus dibentak, dan ada pula yang perlu harus dipukul.Dalam hal ini prinsip logis yang harus ditetapkan, dalam arti punishment

disesuaikan pula dengan jenis kesalahan. Ibn Khaldun mengemukakan

18Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

19Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.


(1)

()

z

3E

tE

f-l Fr

z

-3

dg

9/

1A

-ra

-{

d1

<=

*UD

z

o

V

tr9

(_\

xA

40 €T

eG-r

"q/d

s

9-r\

6

ot,V

:

dP

-qJs

t-'

J

&

dJd

z

&

cn

z

&

\':-f=\

\a.

;s

d-&v

/

Y

d,-(=l

qe

d

f-dJ

o K s)

Fr7

?

\)

(

/

4,

a.r 13

"s

<, ,d

b

oJ

&

t=\

q!.

Jg

r

t-

(

"!

os

d

L. a,

r

d

b

E

c(

E E (--t,

09-(

40

0o 't

,

s/

al

l\

6t-5L.

L d

c

5"fls

(A

d&

d

t

:\-_*

6$

- )<hL

sr

i Sf

(

ri€=

S

J<<.L

G,

'? a q--

\)

:s"q=

r

s"q€;

g

-Y -

-r

_\,,

q-6,5

+5P

AJ

9N

ts

3,$

at&

b

$'

I

z

F

&

.,

\r

Ig-x-o

9oades

a\a(u.

Lt

L-r - f

1-l':@

'.,d

.A

g'-gci'(,o

l.'qu

czf

<i czl

cn

S

-t

t

-r

I

6

^J

c

J

J

<ta

,:r

s

rE ?

{

a

f'

F

& o, (-/!

Z

-(

A

I

ff

ta

,=a-Tr

-t

g<l

z

2

EO a. lr: 7.

t,

a

F

&

v

f-a

z

lt

)

z

)

A&

t':

()

irn

.av

ZZ

9X

ilrE

,rA ;

=E

rie(

H

;)

=

a

J

lr(

a

I

- t't lr{

)

V

tu

j

F

il

;a

Cr

V

a

z

a

f-l tt)

zC

zo-t'',t ?',


(2)

g

z

.F

3g

o&

Z9)

<le

-ra

-{

dr:

<=

-u,

z

E

z

il.

(t)

z

&

L)\

ql

6

ar

d

i9

'to

.€

J

,51

r9

d

q9

't}

u

&

-l

O

o

z

f,

s\

t

l4

g

i

d c-b

5

6

tt

,

<.\

I

E

JE

o

-{

I

$

,

sa

r

(S

J

F

&

J

cn

\(

(n

z

F la tr

2

rd Or Ch 2

&

dt

o(l

€RI

'()

Z

'Ealli

a

:EF

.a

frl

ti

z

H

O

o

;

g-LI

,

-1

EI

k

*1

LI

<I

ts

il

M

l-z

-(

)

Z

3

)

&

)

(,

fEl

v

z

n

h(

)*(

3

/

F.'{ FA

d,

F.

)

=

a

t-]

,.1 CN F-( 't

-{

)

V

r-.

-l

t-a

l-f

I

-)

a

z

o

V

il

FA Qr

a

FE1

r]

<l

/1

,l

ll

lt:r c.

z

[' I

lllI


(3)

-fr*

s

/

z

L

6g

9il,

Z

lr)

<Ea

-ca

at

<=

iry

aa

z

o

l(

a a6 I l,J)

g

,Z

s)

.v-6

4

iE, I

6a

G

-e

-)

<r)

i?

o

oa

t

o

4 t

d

.d

?v UA?

.e

-o eb I

<\

t

-l

ol

i

0/

\(

t

v

E

{

-,

L

t-,

-GJ

<__-.O

+

*

e

L

+

d'-., tr

l;&

>

OJ,

<-r?\

g

6

cd

3

aI

d

&

z

&

o

z

il

o

=t

i<$l

&

va

z.

IIE

{E

Z=

=EJ

)o-za

)e

il

)

()

F]

M

z

EI

hr

It

H

Fq

*

Frl

H.4

q

E

.3lo

ri

€r

Fi t-l

35t

={l

P,

gl

X

csl

#€l

5lr

LI

udl

l-l

a

F-r

rl

-)

a

z

o

v

il

FA

Fr

a

Fd

J

'l

.1\

\I

4-Fl

F

&

J

a

d

V

(h

z

F

=

2

rd O.

a

2. 2. z. -{, li

E,t

, Ji


(4)

T

KEMENTERIAN AGAMA

UIN JAKARTA

No. Dokumen

Tgl Terbit No. Revisi:

FORM

(FR)

,

SKRIPSI

Nonror' ; Un.0 I /F. I /KM.0 I 3 l.tO.9.?./20 I 4

Lamp. :

-llal

: Binrtringan Sliripsi

Narna

NIM

.l ltltrsat.t Putaran

Judul Skripsi

I cntbusun:

l.

t)ckarr lrl'l'K

2.

N4ilhasisrva vbs.

Jakarta, 07.April 2014

I(epada Yth.

Abdul Ghatirr, MA

Pernbirubing Skripsi

UIN Syarif l-liclayatul Iah Jakarta.

,4:;s u lu t tt t.r' u lct i ktrttt ty r.yp b.

Dengan

irti

cliharapkan kesecliaan Saudara untuk rnenjacli pernbinrbing

l/ll

( materiitel< rr is) penu I isarr skri psi rnahasisrva:

ERNA MARSTIYANINGTIYAS

80r I I t000546

PAI(DUAL MODE SYSTEM)

lX (Senrbilan)

PENGARUH REWARD DAN PUNISHMEN TEITHADAP

MO'|IVASI BELAJAR SISWA SMPII' BAITUL MAAI-

-PONDOK AREN TANGERANG SELATAN

iuclui terscbrri tciith disetujui oieh Jurusan yang bersarrgkutan pada tanggal 29 Maret

2014

,

abstraksi/oatlirte terlampir. Saudala dapat rrelakukan perubahan reclaksiorral

pada.iudtrl tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pernbinrbing

rrrenghtrburrgi JurLrsiur terlebih dalruIu.

Bimbingan skripsi

ini

diharapkan sclesai clalam waktu

3

(tiga) bultrn. clarr clal'rar

cliperpaniang selarr.rrr 6 (enarrr) bLrlan bcrikurnya ranpa surat perpanlangarr.

Atas perhatian dan ke{a sama Saudara. karni ucapkan terirna kasih.

l4/a ssu lu nt u' a ltt i h rrn wr.tyb.

,t

f;,.

fr

didikarr Agarrra Islanr

I Majid Khon. M.Ag


(5)

* JURANGMANOU*

i,

Yayasan Pengembangan Infaq -

Baitul Maal

Pusat Pendidikan Islam

untukAnak

Sekolah Menengah

Pertama

Islam

plas Baitul Maal

4]lg{llrito----.:,,

swoxlq$&\1A$r-Nomor.

I

I5/YPI3.3IXIVI;AM

Ymg berhdahnean

dibawah

ini,

Kopala

SMP Islam

Plus

Baitul

}v{aal.

Dengru

ini

meaerangkm:

Narna

NII\{

Semester

TahunAkademik JunrsanlPr,odi

hograrn

Il.

Pesantren Rt, 003 Rw.

0l

No. 62 B, Jurangmangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan 15222

Telp. (02 I ) 7 3 5 87 5

5,

F ax.. (O2 l)7 3 57 622. e_mail : smpipbm@grnail.com

:

Erna lvlarstiyaningtiyas

:

1810011000ffi56

:X

:

2014/2015

:

Pendidikan Agama Islam

*

:Sl

'r

2ol4

Baitul l\,Iael adalah benar tvlahasirwa Universitas

Islun

Negeri,

Ciputat

Jakarta, Jurusan Pendidikan

ASma

Islam

lPAl,

dan telah melalnrkan kegiatan pe,nelitian

di

SMP Islam P/zs Baihrl

Iful

pada periode bulan Imi-September 2014 sebagai persyaratar

ufi*

penyelesaian

tugas

atfiir.

Demikiau surat

ini

dibuat dengar

seberarnya

agw

dapat digunakan sebagaimara mestinya.

:

*

I't

.-i lt

,t

t-L

-*us


(6)

BIODATA PENULIS

NAMA

: Erna Marstiyaningtiyas

TEMPAT/TANGGAL LAHIR

: Ngawi, 7 Maret 1973

ALAMAT

: Komp. JurangManguPermai, Jl. Permai

Barat IV, No. 9, JurangMangu Barat

PondokAren, Tangerang Selatan.

RIWAYAT PENDIDIKAN

: SDN Karang Tengah III Ngawi-JawaTimur

(1979-1985)

SMPN I Ngawi-JawaTimur (1985-1988)

SMAN KarangJatiNgawi (1988-1991)

ProDip III FakultasSastra UI (1992-1996)

S1 UIN SyarifHidayatullah Jakarta

(2011-2015)

STATUS

: Menikah

ANAK

: 3