Perkerasan Jalan TINJAUAN PUSTAKA

Yaitu jalan umum bagi lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah, lebar lajur sekurang-kurangnya 3,5 meter. • Jalan Sedang Road Yaitu jalan umum dengan lalu lintas sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar paling sedikit 7 meter. • Jalan Kecil Street Yaitu jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur 2 arah dengan lebar paling sedikit 5,5 meter.

II.3 Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi yang terdiri dari lapisan yang diletakkan di atas lapisan tanah dasar yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintas. Struktur perkerasan harus mampu mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar dengan cara menyebarkan pada lapisan perkerasan tanpa menimbulkan lendutan pada lapis perkerasan yang dapat merusak struktur perkerasan itu sendiri. Berdasarkan jenis bahan pengikatnya, struktur perkerasan jalan dapat dibedakan atas tiga jenis meliputi, Silvia Sukirman, 1999. a. Konstruksi perkerasan lentur flexible pavement, yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan baban lalu lintas ke tanah dasar. b. Konstruksi perkerasan kaku rigid pavement, yaitu perkerasan yang menggunakan semen portland cement sebagai bahan pengikat. Pelat beton Universitas Sumatera Utara dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. c. Konstruksi perkerasan komposit composite pavement, yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas perkerasan lentur. Table 2.1 Perbedaan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur. No Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Komponen perkerasan terdiri dari pelat beton yang terletak di tanah atau lapisan material granural pondasi bawah subbase. Kebanyakan digunakan untuk jalan kelas tinggi. Pencampuran adukan beton mudah dikontrol. Umur rencana dapat mencapai 40 tahun. Lebih tahan terhadap drainase yang buruk. Biaya awal pembangunan lebih tinngi. Biaya pemeliharaan kecil. Kekuatan perkerasaan lebih ditentukan oleh kekuatan pelat beton. Tebal struktur perkerasan adalah tebal pelat betonnya. Komponen perkerasan terdiri dari lapis aus, lapis pondasi base dan pondasi bawah subbase. Digunakan untuk semua kelas jalan dan tingkat volume lalu lintas. Pengontrolan kualitas campuran lebih rumit. Umur rencana lebih pendek, yaitu sekitar 20 tahun, jadi kurang dari perkerasan kaku. Kurang tahan terhadap drainase buruk. Biaya awal pembangunan lebih rendah. Biaya pemeliharaan lebih besar. Kekuatan perkerasan ditentukan oleh kerjasama setiap komponen lapisan perkerasan. Tebal perkerasan adalah seluruh lapisan pembentuk perkerasan di atas tanah dasar. Sumber : Hardiyatmo, H.C. 2009. Pemeliharaan Jalan Raya. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara Salah satu jenis perkerasanyang paling umum digunakan adalah perkerasan lentur. Hampir 80 dari total pajang jalan di Indonesia merupakan perkerasan lentur. Sebagaimana struktur perkerasan pada umumnya, perkerasan lentur juga akan mengalami defisiensi atau penurunan kinerja akibat pengaruh beban lalu lintas dan lingkungan seiring dengan berjalannya umur rencana perkerasan. Sehingga struktur perkerasan akan membutuhkan upaya-upaya pemeliharaan untuk menjaga kinerjanya. Untuk mempertahankan kinerja perkerasan, diperlukan beberapa tindakan perbaikan kerusakan, baik berupa pemeliharaan rutin yang dilakukan setiap tahun maupun pemeliharaan berkala yang biasanya dilakukan setiap dua atau tiga tahun sekali. Keseluruhan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk menjaga kinerja perkerasan agar dapat memberikan pelayanan sampai akhir umuur rencananya.

II.3.1 Konstruksi Perkerasan Lentur Jalan

Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan yang ada di bawahnya, sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang dieruma oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari: 1. Lapis permukaan Surface Course Universitas Sumatera Utara Lapis permukaan struktur perkerasan lentur terdiri atas campuran mineral agregat yang ditempatkan sebagai lapisan paling atas dan biasanya terletak diatas lapis pondasi. Fungsi lapis permukaan antara lain: a. Lapis perkerasan penahan beban roda, dimana lapisan mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanannya. b. Sebagai lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisa-lapisan tersebut. c. Sebagai lapis aus wearing course, dimana lapisan ini yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus. d. Sebagai lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang mempunyai daya dukung yang lebih jelek. Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut, pada umunya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. 2. Lapisan pondasi atas Base Course Lapisan pondasi atas adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak langsung di bawah lapis permukaan dan diatas pondasi bawah dan jika tidak menggunakan lapis pondasi bawah maka langsung diltempatkan diatas tanah dasar. Fungsi lapis pondasi atas ini antara lain : Universitas Sumatera Utara a. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya. b. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. c. Bantalan terhadap lapisan permukaan. 3. Lapisan pondasi bawah Sub Base Course Lapisan pondasi bawah adalah bagian dari struktur perkerasan lentur yang terletak antara tanah dasar dan lapis pondasi atas. Biasanya terdiri dari atas lapisan dari material berbutir granular material yang dipadatkan, distabilisasi ataupun tidak. Fungsi lapis pondasi bawah antara lain : a. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR 20 dan Plastisitas Indeks PI ≤ 10. b. Effisiensi dalam penggunaan material yang relative lebih murah agar lapisan- lapisan diatasnya dapat dikurangi tingkat ketebalannya sehingga sekaligus menghemat biaya konstruksi. c. Sebagai lapis peresapan agar air tanah tidak berkumpul di pondasi. d. Sebagai lapis pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat. Universitas Sumatera Utara 4. Lapisanan tanah dasar Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar, dengan demikian secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat.

II.3.2 Kerusakan Perkerasan Lentur A. Kerusakan Struktural

Kerusakan structural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau keseluruhannya, yang menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu mendukung beban lalu lintas. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara pemberian lapisan ulang overlay atau perbaikan kembali terhadap lapisan perkerasan yang ada.

B. Kerusakan Fungsional

Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada permukaan jalan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi jalan tersebut. Kerusakan ini dapat berhubungan atau tidak dengan kerusakan structural. Pada kerusakan fungsional, perkerasan jalan masih mampu menahan beban yang bekerja namun tidak memberikan tingkat kenyamanan dan keamanan seperti yang Universitas Sumatera Utara diinginkan. Untukk itu lapisan permukaan perkerasan harus dirawat agar permukaan kembali baik. Menurut Situmorang, dkk 2009 Pada prinsipnya jenis kerusakan fungsional akan menurunkan tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna jalan seperti : - Meningkatkan kebisingan akibat gesekan roda dan permukaan jalan - Meningkatkan resiko cipratan air water splashing pada saat permukaan basah - Menigkatkan resiko tergelincir saat menikung di saat permukaan basah - Meningkatkan resiko tergelincir saat mengerem di saat permukaan basah maupun kering Jenis-jenis kerusakan perkerasan lentur aspal, umumnya diklasifikasikan atas 5 bagian Hary Christady Hardiyatmo, 2009, yaitu: 1. Deformasi 2. Retak 3. Kerusakan tekstur permukaan 4. Kerusakan di pinggir perkerasan 5. Kerusakan lubang, tambalan dan persilangan jalan rel

II.3.2.1 Deformasi

Deformasi adalah perubahan permukaan jalan dari profil aslinya sesudah pembangunan. Deformasi merupakan kerusakan penting dari kondisi perkerasan, karena mempengaruhi kualitas kenyamanan lalu-lintas kekasaran, genangan air yang mengurangi kekesatan permukaan, dan dapat mencerminkan kerusakan Universitas Sumatera Utara struktur perkerasan. Mengcu pada AUSTROADS 1987 dan Shanin 1994, beberapa tipe deformasi perkerasan lentur adalah:  Bergelombang Corrugation Bergelombang atau keriting adalah kerusakan oleh akibat terjadinya deformasi plastis yang menghasilkan gelombang-gelombang melintang atau tegak lurus arah perekerasan aspal. Penyebab kerusakan dimungkinkan oleh terjadinya aksi lalu lintas yang disertai dengan permukaan perkerasan atau lapis pondasi yang tidak stabil serta kadar air dalam lapis pondasi granural granural base terlalu tinggi, sehingga tidak stabil. Permukaan perkerasan yang tidak stabil ini, disebabkan karena campuran lapisan aspal yang buruk, mislanya akibat terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyaknya agregat halus, agregat berbentuk bulat dan cincin, atau terlalu lunaknya semen aspal. Tingkat kerusakan keriting dapat diukur berdasarkan kedalaman keriting yang terjadi. Untuk tingkat kerusakan ringan low kedalaman ½ inchi, untuk sedang medium kedalaman ½-1 inchi, dan untuk tingkat kerusakan parah high kedalaman 1 inchi. Gambar 2.1 Corrugation keriting  Alur Rutting Universitas Sumatera Utara Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda kendaraan. Distorsi permukaan jalan yang membentuk alur-alur terjadi oleh akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Penyebab kerusakan kerusakan dimungkinkan oleh 1 Pemadatan lapis permukaan dan pondasi base kurang, sehingga akaibat beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi. 2 Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat. 3 Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis perkerasan yang kurang padat. Contoh terjadinya alur pada lintas roda yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi atau tanah dasar ditunjukkan dalam gambar 2.2b 4 Tanah dasar lemah atau agregat pondasi base kurang tebal, pemadatan kurang, atau terjadi pelemahan akibat infiltrasi air tanah. Gambar 2.2a Alur Rutting Gambar 2.2b Alur Rutting Universitas Sumatera Utara  Sungkur Shoving Sungkur Shoving adalah perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari permukaan perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Ketika lalu lintas mendorong perkerasan, maka mendadak timbul gelombang pendek di permukaannya. Penggembungan lokal permukaan perkerasan nampak dalam arah sejajar dengan arah lalu lintas danatau perpindahan horizontal dari material permukaan, terutama pada arah lalu lintas dimana aksi pengereman atau percepatan sering terjadi. Sungkur melintang juga dapat timbul oleh gerakan lalu lintas membelok. Sungkur biasanya juga terjadi pada perkerasan aspal yang berbatasan dengan perkerasan beton semen Portland PCC. Perkerasan beton bertambah panjang oleh karena suhu dan menekan perkerasan aspal, sehingga terjadi sungkur. Gambar 2.3 Sungkur Shoving  Mengembang Swell Mengembang adalah gerakan ke atas lokal dari perkerasan akibat pengembangan atau pembekuan air dari tanah dasar atau dari bagian struktur perkerasan. Perkerasan yang naik akibat tanah dasar yang mengembang ini dapat menyebabkan retaknya permukaan aspal. Pengembangan dapat Universitas Sumatera Utara dikarakteristikkan dengan gerakan perkerasan aspal, dengan panjang gelombang 3 m. Penyebab kerusakan dimungkinkan oleh mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah dasar dan tanah dasar perkerasan mengembang, bila kadar air naik. Umunya, hal ini terjadi bila tanah pondasi berupa lempung yang mudah mengembang lempung montmorillonite oleh kenaikan air.  Benjol dan Turun Bump and Sags Benjol adalah gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat lokal dan kecil, dari permukaan perkerasan aspal sedangkan penurunan sags yang juga berukuran kecil, merupakan gerakan ke bawah dari permukaan perkerasan. Bila distorsi dan perpindahan yang terjadi dalam area yang luas dan menyebabkan naiknya area perkerasan secara luas, maka disebut mengembang swelling. Kerusakan benjol tidak sama dengan sungkur, di mana kerusakan sungkur diakibatkan oleh perkerasan yang tidak stabil. Jika benjolan nampak mempunyai pola tegak lurus arah lalu lintas dan berjarak satu sama lainkurang dari 10 ft 3m , maka kerusakannya disebut keriting corrugation. Gambar 2.4 Bump and sags Universitas Sumatera Utara

II.3.2.2 Retak Crack

Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara teoritis, ratak dapat terjadi bila tegangan tarik yang terjadi pada lapisan aspal melampaui tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut. Retak tunggal mungkin dapat ditangani dengan baik dan apabila terdapat banyak retakan dalam area yang luas, perawatan permukaan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk perbaikan. Dalam kondisi yang lain, pembongkaran total pada area retakan dan pemasangan drainase mungkin dibutuhkan sebelum perbaikan yang lebih efektif dapat dilakukan. Mengacu pada AUSTROADS 1987, retak pada perkerasan lentur dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu:  Retak Memanjang Longitudinal Cracks Retak berbentuk memanjang pada perkersan jalan, dapat terjadi dalam bentuk memanjang dapat terjadi oleh labilnya lapisan pendukung dari struktur perkerasan. Retak memanjang dapat timbul oleh akibaat beban maupun bukan. Retak yang bukan akibat beban, misalnya oleh akibat adanya sambungan pelaksanaan kea rah memanjang. Kurangnya ikatan antara bagian-bagian perkerasan selama pelaksanaan mengakibatkan timbulnya retakan. Gambar 2.5: Retak Memanjang Universitas Sumatera Utara  Retak Melintang Transverse Cracks Retak melintang merupakan retakan tunggal tidak bersambungan satu sama lain yang melintang perkerasan. Perkerasan, retak ketika temperatur atau lau lintas menimbulkan tegangan dan regangan yang melampaui kuat tarik atau kelelahan dari campuran aspal padat. Retak melintang akan terjadi biasanya berjarak lebar yaitu sekitar 15-20 m. Dengan berjalannya waktu, retak melintang berkembang pada interval jarak yang lebih pendek. Retak awalnya nampak sebagai retak rambut, dan akan semakin lebar dengan berjalannya waktu. Gambar2.6 Retak Melintang  Retak Kulit Buaya Alligator Cracks Retak kulit buaya adalah retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang bersegi banyak poligon kecil-kecil menyerupai kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan 3 mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban lalu lintas berulang-ulang yang awalnya berupa suatu rangkaian retak-retak memanjang, sesudah dibebani berulang-ulang retak saling berhubungan satu sama lain. Retak kulit buaya terjadi hanya pada daerah yang dipengaruhi beban kendaraan secara berulang-ulang, seperti lintasan roda. Karena itu, retak ini tidak menyebar ke seluruh area perkerasan, kecuali jika Universitas Sumatera Utara pola lalu lintasnya juga menyebar. Pada lokasi retak, mungkin diikuti atau tidak diikuti oleh penurunan dan dapat terjadi di mana saja dalam area permukaan perkerasan. Retak kulit buaya merupakan retak yang umum terjadi pada perkerasan aspal dan biasanya diikuti dengan munculnya tipe kerusakan alur. Gambar 2.7Alligator cracking  Retak Blok Block Cracks Retak blok berbentuk blok-blok besar yang saling bersambungan dengan ukuran sisi blok 0.20 sampai 3 meter, dan dapat membentuk sudut atau pojok yang tajam sperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 2.8 Retak Blok Universitas Sumatera Utara Retak blok biasanya terjadi pada area yang luas pada perkerasan aspal, tapi terkadang hanya terjadi pada area yang jarang dilalui lali-lintas. Tipe kerusakan ini berbeda dengan retak kulit buaya yang bentuknya lebih kecil dan lebih banyak pecahan-pecahan dengan sudut tajam.

II.3.2.3 Kerusakan Tekstur Permukaan

Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material perkerasan secara berangsur-angsur dari lapisan permukaan ke arah bawah. Perkerasan nampak seakan pecah menjadi bagian-bagian kecil, seperti pengelupasan akibat terbakar sinar matahari atau mempunyai garis-garis goresan yang sejajar. Kerusakan aspal akibat disintegrasi ini tidak menunjukkan penurunan kualitas struktur perkerasan, hanya mempunyai pegaruh terhadap gangguan kenyamanan berkendaraan namun beberapa kerusakan yang tidak diperbaiki dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas struktur perkerasan. Kerusakan tekstur permukaan aspal dapat dibedakan menjadi:  Pelapukan dan Butiran Lepas Weathering and Raveling Pelapukan dan butiran lepas raveling adalah disintegrasi permukaan perkerasan aspal melalui pelepasan partikel agregat yang berkelanjutan, berawal dari permukaan perkerasan menuju ke bawah atau dari pinggir ke dalam. Butiran agregat berangsur-angsur lepas dari permukaan perkerasan, akibat lemahnya pengikat antara partikel agregat. Biasanya partikel halus dari agregat terlepas lebih dahulu kemudian baru disusul partikel yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara Lepasnya butiran, biasanya terjadi akibat beban lalu intas di musim hujan, yaitu ketika kekakuan bahan pengikat aspal tinggi. Faktor pendukung yang menjadi penyebab kerusakan tipe ini adalah pemadatan yang kurang baik karena dilakukan pada musim hujan, campuran material aspal lapis permukaan kurang baik, melemahnya bahan pengikat danatau batuan serta jenis agregat yang hydrophilic aregat yang mudah menyerap air. Gambar 2.9 Raveling  Kegemukan BleedingFlushing Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan yang bermigrasi ke atas permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau terlalu rendahnya kadar udara dalam campuran, dapat mengakibatkan kegemukan. Kerusaka ini menyebabkan permukaan jalan menjadi licin dan pada temperatur tinggi aspal menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda. Faktor yang menjadi penyebab kerusakan tipe ini adalah pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, kadar udara dalam campuran aspal terlalu rendah, serta pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.10Bleeding  Pengelupasan Delemination Kerusakan permukaaan ini terjadi oleh akibat terkelupasnya lapisan aus dari permukaan perkerasan, rembesan air lewat aspal khususnya lewat retakan sehingga memisahkan ikatan antara permukaan dan lapisan di bawahnya, serta lekatan dari lapisan pengikat di permukaan perkerasan dengan ban kendaraan. Gambar 2.11 Jalan Terkelupas

II.3.2.4 Kerusakan di Pinggir Perkerasan

Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di sepanjang pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu jalan, lebih- Universitas Sumatera Utara lebih bila bahu jalan tidak ditutup unsealed. Kerusakan ini terjadi secara lokal atau bahkan bias memanjang di sepanjang jalan, dan sering terjadi di salah satu bagian jalan. Akibat dari kerusakan pinggir adalah: 1 Lebar perkerasan menjadi berkurang 2 Kehilangan kenyamanan kendaraan, dan dapat mengakibatkan kecelakaan 3 Air masuk ke dalam lapis pondasi base 4 Terjadinya alur di pinggir dapat mengakibatkan erosi pada bahu jalan. Mengacu pada AUSTROADS 1987, kerusakan di pinggir perkerasan aspal dapat dibedakan menjadi :  Retak Pinggir Edge Cracking Reak pinggir biasanya terjadi sejajar dengan pinggir perkerasan dan berjarak sekitar 0,3-0,6 m dari pinggir. Akibat pecah di pingir bagian ini menjadi tidak beraturan. Faktor penyebab kerusakan ini diakibatkan kurangnya dukungan dari arah lateral dari bahu jalan, drainase yang kurang baik, kembang susut tanah disekitarnya, konsentrasi lalu lintas berat di dekat pinggir perkerasan serta adanya pohon-pohonan besar di dekat pinggir perkerasan. Gambar 2.12 Retak Pinggir Edge Cracking Universitas Sumatera Utara  JalurBahu Turun LaneShoulder Drop-Off Jalurbahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan. Bahu jalan turun relative terhadap pinggir perkerasan, hal ini tidak dipertimbangkan penting bila selisih tinggi bahu dan perkerasan jalan kurang dari 10 -15 mm. Faktor penyebab kerusakan ini diakibatkan penambahan lapis permukaan tanpa diikuti penambahan permukaan bahu jalan dan bahu jalan dibangun dengan material yang kurang tahan terhadap erosi dan abrasi. Gambar 2.13 LaneShoulder Drop Off

II.3.2.5 Kerusakan Lubang Potholes

Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus dan material lapis pondasi base. Kerusakan berbentuk lubang kecil biasanya berdiameter kurang dari 0,9 m dan berbentuk mangkuk yang dapat berhubungan atau tidak berhububgan dengan kerusakan permukaan lainnya. Lubang bisa terjadi akibat galian utilitas atau tambalan di area perkerasan yang telah ada ataupun ketika beban lalu lintas menggerus bagian-bagian kecil dari permukaan perkerasan, sehingga air bias masuk. Air yang masuk ked lam lubang dan lapis pondasi ini nantinya akan mempercepat kerusakan jalan. Jika lubang pada perkerasan diciptakan oleh akibat retak kulit buaya yang sangat parah, maka Universitas Sumatera Utara kerusakan ini harus diidentifikasikan sebagai kerusakan lubang pothole, dan bukan kerusakan tipe pelapukan weathering. Faktor penyebab kerusakan ini diakibatkan campuran material lapis permukaan yang kurang baik, air yang masuk ke dalam lapisan pondasi lewat retakan di permukaan perkerasan yang tidak langsung segera ditutup, beban lalu lintas yang mengakibatkan disintegrasi lapsi pondasi, serta tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat melekaat pada ban kendaraan. Gambar 2.14 Lubang Pothole

II.3.2.6 Tamabalan dan Tamabalan Galian Utilitas Patching and Utility Cut Patching

Tambalan patch adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami perbaikan. Kerusakan tambalan dapat diikutitidak diikuti oleh hilangnya kenyamanan kendaraan kegagalan fugsional atau rusaknya struktur perkerasan. Rusaknya tambalan akan menimbulkan distorsi, disintegrasi, retak atau terkelupas antara tambalan dan permukaan perkerasan asli. Faktor penyebab kerusakan ini diakibatkan amblesnya tambalan yang pada umumnya disebabkan oleh kurangnya pemadatan material urugan lapis pondasi base atau tambalan material aspal, cara pemasangan material bawah yang buruk, serta kegagalan dari perkerasan di bawah tambalan dan sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.15 Patch Utility Cut

II.3.2.7 Persilangan Jalan Rel Railroad Crossing

Kerusakan pada persilangan jalan rel dapat berupa ambles atau benjolan di sekitar danatau antara lintasan rel. Faktor penyebab kerusakan ini diakibatkan amblesnya perkerasan sehigga timbul beda elevasi antara permukaan perkerasan dengan permukaan rel, dan pelaksanaan pekerjaan perkerasan atau pemasangan jalan rel yang buruk. Gambar 2.16 Railroad Crossing Secara garis besar, kerusakan pada perkerasan beraspal dapat dikelompokkan atas empat modus kejadian, yaitu Austroads, 1987: retak, cacat permukaan, deformasi, dan cacat tepi perkerasan. Untuk masing-masing modus Universitas Sumatera Utara tersebut dapat dibagi lagi kedalam beberapa jenis kerusakan seperti yang ditunjukkan pada table berikut. Tabel 2.2 : Jenis Kerusakan Perkerasan Beraspal MODUS JENIS CIRI • Retak  Retak memanjang  Retak melintang  Retak tidak beraturan  Retak selip  Retak blok  Retak buaya  Memanjang searah sumbu jalan  Melintang tegak lurus sumbu jalan  Tidak berhubungan dengan pola tidak jelas  Membentuk parabola atau bulan sabit  Membentuk poligon, spasi jarak 300 mm  Membentuk poligon, spasi jarak 300 mm • Deformasi  Alur  Keriting  Amblas  sungkur  penurunan sepanjang jejak roda  peurunan reguler melintang, berdekatan  cekungan pada lapis permukaan  peninggian lokal pada lapis permukaan • Cacat Permukaan  Lubang  Delaminasi  Pelepasan butiran  Pengausan  Kegemukan  Tambalan  Tergerusnya lapisan aus di permukaan perkerasan yang berbentuk sperti mangkok  Terkelupasnya lapisan tambah pada perkerasan yang lama  Lepasnya butir-butir agregat dari permukaaan  Ausnya batuan sehingga menjadi licin  Pelelehan aspal pada permukaan perkerasan  Perbaikan lubang pada permukaan perkerasan • Cacat Tepi Permukaan  Gerusan tepi  Penurunan tepi  Lepasnya bagian tepi perkerasan  Penurunan bahu jalan dari tepi perkerasan Sumber: Teknik Pengelolaan Jalan .2005. Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan Prasarana Transportasi. JICA Universitas Sumatera Utara

II.4 Kondisi Jalan