PROSES RATIFIKASI KONVENSI HAK BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja di Indonesia menimbulkan permasalahan tersendiri dalam hal ketenagakerjaan seperti meningkatnya jumlah pengangguran. Selain itu, tingkat pendidikan dan keahlian yang rendah juga menjadi salah satu penyebab kecilnya kesempatan kerja bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu cara pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan menempatkan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

Namun program penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) keluar negeri bukanlah tanpa masalah. Berbagai kasus pelangaran HAM terhadap TKI sering terjadi selama mereka bekerja di luar negeri. Dari beberapa kasus yang dialami TKI di tempat mereka bekerja, kasus tertinggi adalah PHK secara sepihak sebanyak 4.003 kasus hingga pertengahan 2012. Setelah kasus PHK secara sepihak, berturut-turut adalah kasus penganiayaan oleh majikan (924 kasus), gaji tidak dibayar (867 kasus), pelecehan seksual (633 kasus), Buruhan tidak sesuai perjanjian (329 kasus), dan larangan berkomunikasi ke dunia luar (93 kasus). Dari ribuan kasus yang menimpa buruh migran tersebut, sebagian besar atau diperkirakan hingga 70 persen menimpa TKI perempuan.1

1

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/13/19320815/Pelanggaran.Hak.Buruh.Migran.M asih.Tinggi diakses pada 13 Desember 2012.


(2)

2

Salah satu wujud peran pemerintah dalam melindungi para tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri adalah dengan meratifikasi Konvensi PBB Tahun 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International Convention On The Protection Of The Rights Of All Migrant Workers And Members Of Their Families) atau biasa disebut Konvensi Hak Buruh Migran Migran. Konvensi ini pertama kali dideklarasikan di New York pada tanggal 18 Desember 1990 dan diberlakukan sebagai hukum Internasional pada tanggal 1 Juli 2003. Indonesia sendiri mulai menandatangani Konvensi ini pada tanggal 22 September 2004.2

Indonesia sebagai salah satu negara pengirim tenaga kerja terbesar ke luar negeri sudah selayaknya meratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran karena Konvensi ini mengatur beberapa hal penting seperti; (1) mengatur standar minimum perlindungan hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya seluruh Buruh Migran dan anggota keluarganya, (2) mengakui adanya kontribusi yang disumbangkan oleh Buruh Migran terhadap ekonomi dan masyarakat negara tempat mereka bekerja serta pembangunan negara asal mereka, (3) mencantumkan serangkaian standar untuk perlindungan Buruh Migran dan kewajiban negara yang terkait, meliputi negara asal, transit dan negara tempat bekerja, (5) mencegah dan menghapuskan eksploitasi seluruh Buruh Migran dan anggota keluarganya di seluruh proses migrasi, termasuk mencegah terjadinya perdagangan manusia dan (6) konvensi ini tidak hanya melindungi para Buruh Migran, tapi juga melindungi

2


(3)

3

kepentingan negara penerima Buruh Migran terkait dengan pembatasan akses kategori Buruhan guna melindungi warga negaranya.3

Meratifikasi Konvensi berarti Pemerintah juga berkewajiban untuk memberikan peluang dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja asing/Buruh Migran dan anggota keluarganya yang bekerja di Indonesia termasuk apabila mereka terkena PHK (pemutusan hubungan kerja) dan berkewajiban untuk memberikan tunjangan pengangguran. Oleh karena itu Konvensi ini sebagai langkah awal besar guna perbaikan menyeluruh tentang penyelenggaraan perlindungan Buruh Migran.

Proses ratifikasi terhadap Kovensi Hak Buruh Migran telah dimulai setelah penandatanganan dilakukan pada tahun 2004. Setelah melalui berbagai desakan dari organisasi-organisasi buruh selama 8 tahun, akhirnya Amanat Presiden (Ampres) untuk ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 7 Februari 2012. Ampres dengan Nomor R-17/Pres/02/2012 yang berisikan tentang amanat bagi DPR untuk membahas dan menyetujui Konvensi Hak Buruh Migran. Dalam ampres tersebut, presiden juga menugaskan kementerian luar negeri, kementerian hukum dan HAM dan kementerian tenaga kerja dan transmigrasi untuk mewakili pemerintah dalam mengawal pembahasan ratifikasi konvensi di DPR RI.4 Namun pada saat itu ratifikasi konvensi buruh migran belum menjadi prioritas. Fakta tersebut menunjukkan betapa lambannya proses pembahasan ratifikasi konvensi buruh

3

http://news.detik.com/read/2012/04/09/031229/1887370/10/2/rieke-desak-pemerintah-ratifikasi-konvensi-pbb-soal-nasib-buruh-migran, diakses pada 9 April 2012.

4

http://migrantcare.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=1498, diakses pada 9 April 2012.


(4)

4

migran. Padahal jika ditinjau dari sisi politik, semestinya pembahasan ratifikasi konvensi buruh migran tidak ada hambatan lagi.

Indonesia sebagai salah satu negara pengirim buruh migran terbesar, tergolong memerlukan waktu yang cukup lama dalam meratifikasi konvensi ini, yakni 8 (delapan) tahun terhitung setelah proses penandatangan yang dilakukan pada tanggal 22 September 2004 di New York. Rentang waktu ini tergolong lama jika dibandingkan dengan beberapa negara pengirim buruh migran seperti Filipina (2 tahun), Bangladesh (3 tahun), Argentina (3 tahun), Peru (1 tahun)5. Padahal ratifikasi tersebut tidak menimbulkan kerugian bagi Indonesia. Sebaliknya, ratifikasi terhadap konvensi tersebut dapat dijadikan modal untuk menggalang kekuatan Internasional untuk menjalankan perlindungan Buruh Migran Indonesia di luar negeri. Lambannya proses ratifikasi terhadap konvensi tersebut kemudian menimbulkan banyak tekanan dari dalam negeri baik lembaga sosial masyarakat maupun organisasi-organisasi lain yang peduli terhadap nasib tenaga kerja hingga pada akhirnya Indonesia meratifikasi konvensi setelah mendapat tekanan dan desakan dari berbagai pihak pada tanggal 2 Mei 2012.

5

Tim HRWG, Ratifikasi Konvensi Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan Anggota Keluarganya! Belajar Dari Meksiko, HRWG, 2010.


(5)

5

Masyarakat kini menunggu implementasi dari ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran tersebut. Berbagai pelanggaran terhadap hak asasi buruh migran Indonesia pra maupun pasca ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran masih terjadi seperti dalam laporan akhir tahun 2013, Migrant Care menyatakan di penghujung tahun tersebut seorang buruh migran Indonesia menjadi korban perkosaan Polisi Diraja Malaysia. Sebuah kebiadaban yang terus berulang di mana tahun lalu seorang Buruh Rumah Tangga migran juga menjadi korban perkosaan tiga polisi di sana yang sampai kini proses hukumnya belum tuntas.6 Berdasarkan permasalahan tersebut, diharapkan dengan adanya ratifikasi terhadap Konvensi Hak Buruh Migran, pemerintah akan memberikan perlindungan kepada WNI secara optimal mulai pada saat perekrutan dan bekerja di luar negeri, hingga saat mereka pulang kembali mereka ke tanah air dengan selamat.

Berdasarkan urain di atas, penulis ingin mengangkat sebuah penelitian mengenai proses ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran di Indonesia dan bagaimana sebaiknya upaya pemerintah dalam melakukan implementasi Proses Ratifikasi Konvensi tersebut dalam memberikan perlindungan yang optimal bagi para TKI.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang di bahas diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran dan anggota keluarganya oleh pemerintah Indonesia?”

6


(6)

6 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Proses Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran 1990 oleh pemerintah Indonesia terhadap perlindungan TKI di luar negeri.

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis

Diharapkan mampu memberikan masukan bagi Pemerintah Indonesia dalam memberikan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri dengan mengacu kepada konvensi PBB tahun 1990 tentang Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Buruh Migran) yang telah diratifikasi.

1.4.2 Manfaat Akademis

Sebagai Bahan dan acuan untuk menambah pengetahuan tentang aspek perlindungan hukum hak-hak tenaga kerja Indonesia di luar negeri khususnya yang terkait dengan proses implementasi konvensi PBB tahun 1990 tentang Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Buruh Migran).

1.5Kerangka Pemikiran 1.5.1 Penelitian Terdahulu

Dalam masalah ini penulis mengambil penelitian terdahulu mengenai Perlindungan Hukum Buruh Migran/TKI yang Bekerja di Luar Negeri (Studi Kasus Pada PJTKI Di Kota Semarang) dalam skripsinya N. Ponco Widiatmoko, Pelaksanaan perlindungan hukum bagi buruh migran/TKI yang bekerja di luar


(7)

7

negeri berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia di Kota Semarang belum dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Kepmenakertrans tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri dan Keputusan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Nomor tentang Petunjuk Teknis Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Sangat diperlukan pembuatan nota kesepahaman (Memorandum Of Understanding) dengan negara-negara yang selama ini menjadi tujuan penempatan buruh migran/TKI sehingga posisi tawar buruh migran/TKI menjadi lebih tinggi dan kewajiban serta hak-hak masing-masing pihak dapat diatur dengan jelas. Dalam penelitian ini sama menekankan dalam segi hokum perlindungan TKI, namun Penelitian ini tidak membahas lingkup Internasional yaitu mengenai konvensi PBB tentang perlindungan Buruh Migran sebagai acuan peraturan dalam melindungi para TKI.

Dalam penelitian ini memiliki kesamaan yaitu membahas tentang perlindungan TKI dengan cara menekankan hubungan kerjasama dengan Negara tujuan. Dalam penelitian ini ruang lingkup bahasannya lebih luas yaitu mengenai hak-hak para buruh migran seperti yang terkandung dalam Konvensi Hak Buruh Migran serta sejauh mana konvensi hak buruh migran menjadi acuan peraturan dalam melindungi para buruh migran atau TKI.

Selanjutnya Diplomasi Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Malaysia pada Masa Pemerintahan SBY Tahun 2004-2009, dalam skripsinya Dian Safitri, Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan kasus kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja wanita yang dilakukan oleh diplomat maupun pemerintah dan KBRI setempat masih kurang dan belum optimal. Hubungan


(8)

8

bilateral antara Indonesia dan Malaysia belum maksimal khususnya masalah perlindungan tenaga kerja di Malaysia dan jumlah staf yang berada di KBRI tidak sebanding dengan jumlah TKW maupun TKI yang bekerja di Malaysia yang merupakan faktor penghambat kinerja diplomat Indonesia dalam upaya menangani kasus dan masalah TKW dan perlindungan terhadap mereka. Tantangan terbesar yang dialami oleh para diplomat adalah kurangnya respon pemerintah Malaysia dalam dalam menangani kasus perlu waktu bertahun untuk menunggu keputusan dari hakim di Malaysia.

Dalam penelitian ini membahas tentang perlindungan TKI khususnya wanita dengan upaya diplomasi antara kedua Negara. Berbeda dengan penelitian sekarang yaitu menekankan pada konveni buruh migran, dimana adanya hukum-hukum yang mendasari semua buruh migran sehingga diharapkan perlindungan TKI lebih terlindungi.

Penelitian selanjutnya mengenai Implementasi Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Studi Pada TKI di Malaysia)7dalam skripsinya Dewi Robi’ah. Hasilnya yaitu banyaknya permasalahan TKI telah melahirkan tuntutan dari masyarakat, NGO, LSM, media massa yang menuntut pemerintah agar meningkatkan perlindungan TKI di Luar negeri. Dimana dalam implementasi UU No 39 tahun 2004 tentang penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri tersebut pemerintah telah mengupayakan kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Malaysia dengan MOU mengenai penempatan dan perlindungan TKI di Malaysia

7Dewi Robi’ah, Implementasi Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Studi Pada TKI di Malaysia), Universitas Muhammadiyah Malang.


(9)

9

pada implementasi eksternalnya. Sedangkan implementasi internalnya pemerintah membentuk BNP2TKI yang sesuai dengan amanat Undang-Undang, namun walaupun begitu hal tersebut masih belum berjalan efektif dan efisien sebab masih banyaknya permasalahan yang dihadapi para TKI.

Dalam penelitian terdahulu diatas berbeda dengan penelitian yang penulis angkat yaitu pada tataran penyelesaian masalah TKI di luar negeri illegal dan permasalahan lainnya sedangkan penelitian ini dengan mengangkat proses ratifikasi buruh migran dan anggota keluarganya dan prospek ke depan mengenai kesejahteraan buruh Migran yaitu dalam penyetaraan Hak atas diberlakukannya Konvensi Hak burun migran.

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang juga meneliti mengenai perlindungan TKI di luar negeri dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Metode Hasil 1). Dewi

Robi’ah. (Skripsi)

Implementasi Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang

Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Studi Pada TKI di Malaysia)

Deskriptif Kualitatif.

Implementasi UU No 39 tahun 2004 tentang penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri yang dilakukan oleh pemerintah adalah mengupayakan

kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Malaysia

dengan MOU

mengenai penempatan dan perlindungan TKI di Malaysia pada implementasi

eksternalnya. Sedangkan


(10)

10

implementasi

internalnya pemerintah membentuk BNP2TKI yang sesuai dengan amanat Undang-Undang.

Relevansi:Penelitian ini dan penelitian sekarang sama-sama membahas tentang penempatan dan perlindungan TKI (buruh migran) di luar

negeri serta

implementasi dari undang-undang yang berkaitan. Namun dalam penelitian sekarang lebih jauh menekankan dalam lingkup perjanjian Internasional yaitu meneliti proses ratifikasi konvensi PBB tentang perlindungan Buruh Migran.

Peneliti Judul Metode Hasil 2). N.Ponco

Widiatmoko. (Skripsi)

Perlindungan Hukum Buruh Migran/TKI yang Bekerja di Luar Negeri (Studi Kasus Pada PJTKI

Di Kota

Semarang). Analisis Kualitatif dengan Pendekatan Yuridis Sosiologis. Pelaksanaan

perlindungan hukum

bagi buruh

migran/TKI yang bekerja di luar negeri berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia di Kota Semarang

belum dapat

melaksanakan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Kepmenakertrans tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri dan


(11)

11

Keputusan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Nomor tentang Petunjuk Teknis Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Sangat diperlukan pembuatan nota kesepahaman (Memorandum Of Understanding) dengan negara-negara yang selama ini menjadi tujuan penempatan buruh migran/TKI sehingga posisi tawar buruh migran/TKI menjadi lebih tinggi dan kewajiban serta hak-hak masing-masing pihak dapat diatur dengan jelas. Dalam penelitian ini sama menekankan dalam segi hokum perlindungan TKI, namun Penelitian ini tidak membahas lingkup Internasional yaitu mengenai konvensi PBB tentang perlindungan Buruh Migran sebagai acuan peraturan dalam melindungi para TKI. Relevansi: Dalam penelitian ini memiliki kesamaan yaitu membahas tentang perlindungan TKI

dengan cara

menekankan hubungan kerjasama dengan Negara tujuan. Dalam penelitian ini ruang lingkup bahasannya lebih luas yaitu


(12)

12

mengenai hak-hak para buruh migran seperti yang terkandung dalam Konvensi Hak Buruh Migran serta sejauh mana konvensi hak buruh migran menjadi acuan peraturan dalam melindungi para buruh migran atau TKI.

Peneliti Judul Metode Hasil 3). Dian Safitri.

(Skripsi)

Diplomasi

Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja

Wanita di

Malaysia pada Masa

Pemerintahan SBY Tahun 2004-2009.

Deskriptif Kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanganan kasus kekerasan yang dialami oleh tenaga kerja wanita yang dilakukan oleh diplomat maupun pemerintah dan KBRI setempat masih kurang dan belum optimal. Hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia belum maksimal khususnya masalah perlindungan tenaga kerja di Malaysia dan jumlah staf yang berada di KBRI tidak sebanding dengan jumlah TKW maupun TKI yang bekerja di Malaysia yang merupakan faktor penghambat kinerja diplomat Indonesia

dalam upaya

menangani kasus dan masalah TKW dan perlindungan terhadap mereka. Tantangan terbesar yang dialami oleh para diplomat adalah kurangnya respon pemerintah Malaysia dalam dalam


(13)

13

menangani kasus perlu waktu bertahun untuk menunggu keputusan dari hakim di Malaysia. Relevansi: Dalam penelitian ini membahas tentang perlindungan TKI khususnya wanita

dengan upaya

diplomasi antara kedua Negara. Berbeda dengan penelitian sekarang yaitu menekankan pada konveni buruh migran, dimana adanya hokum-hukum yang mendasari semua buruh migran sehingga diharapkan perlindungan TKI lebih terlindungi.

1.5.2 Landasan Konsep

1.5.2.1Decission Making Process Model III

1.5.2.1.1 Alur Perjanjian Menjadi Hukum Internasional

Perjanjian Internasional adalah suatu perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.8Dalam perjanjian Internasional dapat dikatakan secara jelas aktor-aktor hukum Internasional yang berkelompok yang yang mengadakan suatu kesepakatan bersama untuk menselaraskan kepentingan bersama sehingga dapat disetujui bersama serta mengikatnya.

8

Mochtar Kusumaatmaja, Pengantar Hukum Internasional, buku I, bagian umum, Bina Cipta, Bandung, 1976, hal 38.


(14)

14

Perjanjian dan standar-standar lainnya seperti konvensi umumnya terwujud atas inisiatif minimal satu negara, selain itu biasanya juga terdapat dorongan-dorongan dari negara-negara lainnya dalam forum PBB.Ada Sejumlah perjanjian yang dipegang di bekas Komisi Hak Asasi PBB, ada juga sejumlah perjanjian lainnya dirapatkan langsung di Majelis Umum.

Komisi Hak Asasi merupakan badan bawahan utama Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) dan bertemu dalam sesi tahunan sejak 1946 hingga 2006, saat komisi tersebut digantikan oleh Dewan Hak Asasi PBB. Dewan Hak Asasi PBB bertemu beberapa kali dalam setahun dan melaporkan secara langsung ke Majelis Umum, yang juga memilih anggota Dewan tersebut dari kalangan negara anggota PBB.9

Majelis Umum merupakan badan pertimbangan dan penyusun kebijakan utama bagi PBB. Seluruh negara anggota memiliki hak suara dan hak pilih di dalamnya. Majelis ini bertemu setiap tahunnya di New York biasanya setiap September hingga Desember,selain itu akan berkumpul ketika diperlukan.

Begitu negara-negara yang ingin mengembangkan sebuah instrumen hak asasi baru mendapatkan persetujuan Majelis Umum PBB, maka dibentuklah sebuah kelompok kerja antar pemerintah atau kelompok penyusun draft. Kelompok semacam itu normalnya mengikutsertakan negara-negara dari seluruh kawasan.Kelompok tersebut biasanya dipimpin

9

Edy Suryono S.H, Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasional Di Indonesia, Remadja Karya, Bandung, 1984.


(15)

15

oleh perwakilan pemerintah-pemerintah yang mengajukan standar baru untuk dibahas menjadi hukum Internasional.

Namun, negara-negara yang mengajukan argumentasi baik menentang ataupun yang mendukungnya seringkali berupaya mendapatkan posisi tawar dari kursi di komite penyusun draft untuk menjamin kepentingannya agar draft tersebut yang akhirnya dicetuskan tidakterlalu membuat mereka keberatan. Beberapa perjanjian membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terwujud. Konvensi Internasional mengenai Perlindungan Hak-hak Seluruh Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International Convention on the Protection of the Rights of All Migran Workers and Members of Their Families) membutuhkan waktu sepuluh tahun untuk mengerjakan dan menegosiasikan setelah Kelompok Kerjanya dibentuk pada tahun 1980.

Kelompok penyusun draft umumnya mengkaji standar-standar yang telah ada dari konvensi-konvensi sebelumnya, termasuk keputusan dan rekomendasi badan-badan pakar, untuk menggunakan apa yang mungkin relevan, sebanding atau bisa diaplikasikan. Kelompok tersebut juga seringkali mengandalkan keahlian organisasi-organisasi hukum dan hak asasi manusia independen, termasuk badan- badan non pemerintah yang berkompeten di bidang tersebut. Dalam kasus Konvensi Hak-Hak Buruh Migran, sejumlah organisasi antar pemerintah, organisasi PBB dan organisasi non poemerintah memberikan saran selama proses penyusunan draft, terutama Kantor Perburuhan Internasional/International Labour Office, mengingat keahliannya dalam permasalahan migrasi tenaga kerja.


(16)

16

Standar Ketenagakerjaan Internasional dikembangkan melalui suatu proses tersendiri di bawah pengawasan Organisasi perburuhan Internasional/International Labour Organization (ILO).10

Seluruh standar hak asasi Internasional dimaksudkan untuk menjadi dasar acuan bagi pembuatan undang-undang nasional yang relevan di seluruh negara. Lebih jauh lagi perjanjian Internasional bisa mengikat ketika telah disepakati oleh beberapa negara anggotanya, dimana terdapat prosedur-prosedur dalam perjanjian Internasional agar bisa mengikat menjadi hukum Internasional, yaitu prosedur normal yang terjadi dengan cara perundingan (negosiasi), penandatanganan, persetujuan, dan ratifikasi. Selain itu juga ada prosedur yang disederhanakan, dimana prosedur ini timbul karena adanya urgensi yang memerlukan penyelesaian yang cepat seperti kebutuhan ekonomi dan politik.11 Sedangkan dalam prosedur normal terkesan terkesan agak lambat karena memerlukan kesepakatan dari berbagai pihak.

Dalam konvensi Buruh buruh migran dan Anggota Keluarganya membutuhkan alur prosedur normal, dimana setelah perundingan begitu kelompok penyusun draft menyapakati suatu naskah, maka naskah tersebut diajukan kepada Majelis Umum PBB untuk diadopsi, baik secara voting ataupun konsensus. Langkah tersebut menjadi awal mula dalam mencapai tujuannya yaitu menjadi instrumen hukum Internasional. Sebuah perjanjian multilateral harus secara formal disetujui oleh minimal sejumlah negara, yang ditentukan di dalam perjanjian tersebut, sebelum dinyatakan

10

http://www.ilo.org/global/Whatwedo/InternationalLabourStandards/Introduction/creation/lang-- en/index.htm diakses 22 juni 2012.

11


(17)

17

mengikat bahkan pada negara-negara yang menandatanganinya sekalipun. Dengan secara formal menyetujui sebuah perjanjian, maka sebuah negara sepakat untuk memasukkan dan bertanggungjawab atas standar-standarnya. Persetujuan semacam itu bisa dibuat dalam langkah formal (prosedur normal) ataupun informal (prosedur yang disederhanakan). Sebagai langkah pertama, sebuah negara mungkin menandatangani sebuah perjanjian, yang bisa dianggap sebagai pernyataan kemauan untuk mengikutinya yang biasanya dilakukan oleh badan eksekutif perwakilan pemerintahan. Kemudian juga membutuhkan langkah selanjutnya dari badan legislatif untuk dijadikan undang-undang dinegaranya masing-masing. Dalam langkah pembuatan perjanjian tersebut dapat disimpulkan memiliki kecenderungan model politik birokratik, yaitu terpusat pada adanya interaksi para pejabat publik dalam tawar menawar diantara mereka sesuai persepsi, kepentingan dan perspektif para pembuat kebijakan.12

12

Iva Rachmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2012, hal 61.


(18)

18

Dalam hal ini dapat digambarkan dalam skema 1.1 berikut ini:

1.5.2.1.2 Model Politik Birokrasi

Dalam pengambilan keputusan terdapat beberapa model yang relevan menurut Graham T. Allison, salah satunya yaitu model politik birokrasi. Model ini menekankan pada peranan yang dilakukan banyak birokrat yang terlibat dalam proses politik luar negeri ,dan tidak Pasal 11 UUD 1945

Mulai berlaku

Mulai berlaku Mulai berlaku pada saat

penandatanganan Pendepositan Piagam Pengesahan Pertukaran NOTA Pertukar an Piagam Pengesa han Rapat antar Dept.

Penjajagan Perundingan Pemarafan Penandatanganan Pengesahan dengan UU/Persetuj uan DPR Multilateral Bilateral Perjanjian Piagam Pengesahan Tanda Prosedur pengesahan Pengesahan dengan Keppres Multilateral Bilateral Persetujuan Pertukaran Piagam Pengesahan Penge sahan Pendepositan Piagam Pengesahan


(19)

19

memfokuskan perhatiannya hanya pada pembuat keputusan politik luar negeri suatu Negara. Dengan demikian para birokrat mempunyai banyak pengaruh dalam merumuskan politik luar negeri13.

Penulis menggunakan model ini sebagai cara pengambilan keputusannya dilihat dari adanya proses perundingan-perundingan yang ada yang terjadi antara pemerintahan khususnya Kemenakertrans, KemHukHam, KemenLu, dan DPR serta LSM-LSM yang bersangkutan.

Hal tersebul sesuai dengan model politik birokrasi dimana pada model ini pemerintah dianggap terdiri dari sekian banyak individu dan organisasi. Konsekuensi yang muncul adalah keputusan tidaklah dipandang sebagai produk rasionalitas melainkan produk dari proses interaksi dan penyesuaian dari berbagai individu dan organisasi. Dengan kata lain, politik luar negeri merupakan proses politik yang meliputi perundingan-perundingan, kompromi, dan penyesuaian-penyesuaian14.

13

Ibid Hal 66. 14

Peter A. Toma dan Robert F. Gorman. 1991, International Relations : Understanding Global Issues. Pasific Grove, California : Brooks Cole Publishing Company, Hal 135-136 dalam Anak Agung Banyu Perwita.


(20)

20

Skema 1.2 Model Politik Birokrasi:

1.5.2.2Hukum Internasional yaitu Konvensi Hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya.

Pada umumnya hukum Internasional diartikan sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta

Birokrasi

Eksternal Internal

LSM-LSM Eksekutif Legislatif

KemLu

KemNaKerTrans KemHukHAM

Komisi IX


(21)

21

mengatur antera Negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam kehidupan masyarakat Internasional.15

Dalam hal ini hukum Internasional bukan saja mengatur hubungan antara Negara tetapi juga subjek-subjek hukum lainnya seperti organisasi-organisasi Internasional, kelompok supranasional, dan gerakan-gerakan pembebasan nasional. Bahkan dalam hal tertentu hukum Internasional juga diberlakukan terhadap individu-individu dalam dalam hubungannya dengan Negara-negara.16 Walaupun hukum Internasional tidak hanya berlaku pada pihak antar Negara saja, namun dalam konteks Internasional tetap saja Negara yang memainkan ritme peranan utama.

Kedudukan individu dalam hukum Internasional adalah sebagai subjek dari hukum Internasional, secara prinsip merupakan tugas Negara agar melindungi individu-individu karena setiap individu mempunyai hak asasi yang harus dihormati oleh Negara, masalah perlindungan Internasional HAM ini sudah diatur dan diuraikan secara baik dalam hukum Internasional HAM, dimana secara jelas hukum Internasional HAM mengatur dan melindungi mengenai kekerasan individu-individu maupun kelompok.17

Salah satu hukum Internasional yang turut mengatur dan melindungi HAM adalah Konvensi Hak Buruh Migran 1990. Upaya pemerintah dan DPR RI dalam melindungi para buruh migran adalah dengan meratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran tersebut pada tahun

15

Mauna Boer. 2003. Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam era dinamika Global). Bandung:Alumni

16

Ibid Hal 1.


(22)

22

2012. Ratifikasi konvensi tersebut merupakan komitmen pemerintah terhadap perlindungan buruh migran beserta keluarganya. Selain itu, posisi tawar pemerintah Indonesia juga akan lebih besar dengan negara-negara pengguna tenaga kerja Indonesia.18

Dalam menganalisis permasalahan banyaknya tindak kekerasan terhadap Tenaga Kerja Indonesia yang berada di Malaysia penulis menggunakan konsep Konvensi PBB yaitu Konvensi Hak Buruh Migran, yang menyatakan bahwa tidak seorang pun Buruh Migran atau anggota keluarganya boleh dijadikan sasaran penyiksaan atau perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat. Konsep ini dapat menjadi acuan bagaimana Indonesia membuat berbagai kebijakan sebagai suatu upaya memaksimalkan fungsi hukum untuk melindungi dan menjamin keselamatan Warga Negaranya yang memiliki status buruh migran di Malaysia agar tidak mengalami tindak kekerasan dan sebagainya yang merugikan para TKI.

Selain itu, buruh migran di Indonesia juga memiliki hak hukum yang berasal dari Konstitusi, undang-undang, peraturan dan perjanjian komersial pribadi dengan agen tenaga kerja dan majikan serta di bawah hukum Internasional. Hak hukum termasuk hak khusus untuk bekerja di luar negeri, diperlakukan setara dengan calon Buruh lainnya, dibayar dengan upah sesuai standar yang berlaku, menerima salinan kontrak kerja, dan tidak dianiaya atau dieksploitasi. Buruh migran juga memiliki

18

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/367195-ratifikasi-konvensi--bukti-komitmen-pemerintah-pada-buruh


(23)

23

hak untuk memperoleh pelatihan dan informasi yang sesuai dengan jenis Buruhan yang akan mereka lakukan.

Hukum nasional Indonesia berkenaan dengan perlindungan TKI di luar negeri tidak akan mungkin dapat dipaksakan keberlakuannya di wilayah negara lain, sehingga sarana yang paling mungkin untuk mewujudkannya adalah dengan membuat kerjasama dan perjanjian bilateral maupun multilateral antarnegara untuk memberikan perlindungan maksimal terhadap warga negaranya.19 Dalam hal ini bisa menekan Negara lain dengan memonitoring konvensi ini ke mahkamah Internasional sehingga Negara penerima lamban laun juga segera meretifikasi ataupun dapat dengan perjanjian bilateral kedua negara. Semua konsepsi sudah tertera jelas dalam konvensi ini agar mampu memberikan pemenuhan perlindungan hukum dan hak asasi manusia yang baik bagi buruh migran Indonesia di Malaysia, pemerintah Indonesia seharusnya mengadopsi seluruh ketentuan Konvensi Hak Buruh Migran dalam perumusan MoU serta memperkuat diplomasi dengan Malaysia sehingga pemerintah memiliki bargaining power yang tinggi.

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi wajar (natural setting). Metode ini berusaha untuk memahami dan menafsirkan makna suatu

19


(24)

24

peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.20

1.6.2 Batasan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan batasan waktu mulai dari ditandatanganinya Konvensi Internasional (PBB) tahun 1990 tentang Perlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Buruh Migran) yang dijadikan sebagai hukum Internasional yaitu 2004-2012.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan Metode penelitian pustaka (library research), yakni menggunakan literatur-literatur dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian, seperti: Buku, Jurnal, Media massa, dan masih banyak lainnya.

Data yang sudah berhasil dikumpulkan tersebut, selanjutnya dilakukan editing secukupnya untuk mengetahui apakah data tersebut sudah benar, lengkap dan atau masih ada kekurangan yang harus disempurnakan, selanjutnya disajikan dalam bentuk skripsi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu data yang telah dikumpulkan kemudian disusun secara sistematis, selanjutnya dianalisa guna mencari kejelasan terhadap masalah yang dibahas.

20

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.


(25)

25 1.7Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penelitian ini akan dibagi dalam beberapa bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, landasan konseptual dan metodologi penelitian.

Bab II Dalam bab ini akan membahas tentang Latar belakang Konvensi Buruh migran dan keluargannya 1990 dan perkembangannya di Indonesia, yaitu meliputi isi konvensi, serta Konsekuensi konvensi bagi Indonesia.

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, membahas tentang proses ratifikasi hak buruh migran dan anggota keluarganya, yaitu meliputi: Landasan Ratifikasi Konvensi Buruh migrant dan anggota keluarganya, Proses dan Alur pemerintah dalam proses ratifikasi konvensi hak buruh migran dan keluarganya, Model Birokrasi sebagai hambatan proses Ratifikasi Konvensi Migran 1990, serta Faktor-faktor pendukung pemerintah Indonesia Dalam Meratifikasi Konvensi Buruh Migran 1990.


(26)

i

PROSES RATIFIKASI KONVENSI HAK BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Oleh:

Muhammad Fauzan Nur Rizani NIM : 08260124

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014


(27)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Nama : Muhammad Fauzan Nur Rizani

NIM : 08260124

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PROSES RATIFIKASI KONVENSI HAK BURUH MIGRAN & ANGGOTA KELUARGANYA OLEH PEMERINTAH

INDONESIA

Disetujui,

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

M. Syaprin Zahidi, M.A Dra. Tutik Sulistyowati,M.Si.

Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan

Hubungan Internasional


(28)

iii

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Muhammad Fauzan Nur Rizani

NIM : 08260124

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PROSES RATIFIKASI KONVENSI HAK BURUH MIGRAN & ANGGOTA KELUARGANYA OLEH PEMERINTAH

INDONESIA

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS Pada hari: Sabtu, 5 Juli 2014 Tempat: Ruang Dosen FISIP UMM

Mengesahkan, Dekan FISIP- UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si.

Dewan Penguji:

1. Peggy Puspa Havsari, S.Sos., M.Sc. ( )

2. Dyah Estu Kurniawati, M.Si. ( )

3. M. Syaprin Zahidi, M.A. ( )


(29)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Muhammad Fauzan nur Rizani

Tempat, tanggal lahir : Bojonegoro, 21 Mei 1989

NIM : 08260124

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul :

PROSES RATIFIKASI KONVENSI HAK BURUH MIGRAN DAN ANGGOTA KELUARGANYA OLEH PEMERINTAH INDONESIA

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 10 Juli 2014 Yang menyatakan,


(30)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Muhammad Fauzan Nur Rizani

2. NIM : 08260124

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Hubungan Internasional

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Jenjang Studi : Strata Satu (S-1)

7. Judul Skripsi : Proses Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran Dan Anggota Keluarganya Oleh Pemerintah Indonesia

8. Pembimbing : 1. M. Syaprin Zahidi, S.IP, MA 2. Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si 9. Kronologi Bimbingan

Waktu Paraf Pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

05 Mei2012 Mengajukan Judul

17 Mei 2012 Bimbingan

20 Januari2014 ACC Seminar

29 Januari 2014 Seminar Proposal

03 Pebruari2014 Revisi Seminar

05 Pebruari2014 ACC BAB II

11 Pebruari 2014 ACC BAB III

14 Pebruari2014 ACC BAB IV

04 Mei 2014 ACC Ujian

05 Mei 2014 Ujian Skripsi

Malang, 5 Mei 2014 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(31)

vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Alhamdulillah, segenap syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut. Semoga kita dimaksukkan ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan safaatnya di akhir zaman.

Penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “ Proses Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya Oleh Pemerintah Indonesia”.

Sebagai rasa syukur atas terselesaikanya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, Alhamdulillah ya Allah. 2. Kedua orang tua, Bapak Kasim dan Ibu Kesriyah serta mertua saya,

kakak- kakak saya, dan Nurin Iswatin Istriku tercinta serta Ananda Azka Zainuril Kholfani Pratama yang kami sayangi beserta keluarga besar terima kasih atas dukungan dan doanya.

3. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang,

4. Bapak M. Syaprin Zahidi, M.A dan Ibu Dra. Tutik Sulistyowati, M. Si. yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Peggy Puspa Havsari, S.Sos., M.Sc. dan Ibu Dyah Estu Kurniawati, M.Si. sebagai Dewan Penguji yang telah memberikan saran dan tambahan ide.

6. Segenap Dosen Jurusan Hubungan Internasional.


(32)

vii

8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, baik kekurangan dalam pengerjaan maupun dalam penyajian. Oleh karena itu penulis mohon maklum apabila terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja karena kesempurnaan hanyalah milik ALLAH AZZA WA JALLA.

Amienya Rabbal Alamien

Wassalamu’alaikum warahmatullahhi wa barakatuh.

Malang,10 Juli 2014 Penulis,

M. Fauzan Nur Rizani


(33)

viii

UNGKAPAN PERSEMBAHAN Tiada kekayaan lebih utama dari pada akal.

Tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan. Tiada warisan yang lebih baik daripada pendidikan.

Ilmu lebih utama daripada harta,

karena ilmu menjagamu sedangkan harta malah kamu yang harus menjaganya.

Ilmu lebih utama daripada harta,karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimiliki, sedangkan orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba karena ilmunya.

Harta itu jika engkau tasarruf kan (berikan)menjadi berkurang,sebaliknya jika ilmu engkau tasarruf kan malahan bertambah.

(Ali bin Abi Thalib) “ Tetaplah Merasa Lapar & Bodoh Akan Ilmu “

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya skripsi ini maka penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang senantiasa memberikanku kesehatan dan kesabaran yang luar biasa.

2. Kedua orang tua penyemangat terbesar saya: Kasim & Kesriyah, Istri & Anak saya tercinta Nurin Iswatin & Ananda Azka Zainuril Kholfani Pratama yang kami sayangi, mertua saya Shodiqin & Kusmiyati serta kedua saudara perempuan saya: Siti Nur Hidayati beserta suaminya Yusuf & Siti Nur Qomariyah beserta suami Munawar. Selain itu keponakan-keponakan yang super diem dan satunya yang gak bisa diem Ely Indra Fatmawati & Auliya Lafifatur Rosyidah. Tak lupa juga adik ipar Sri


(34)

ix

Wahyu Nur Laila & Siti Robiyyatun. Tak ketinggalan pula Mbah, Paman dan Bibi, serta sepupu-sepupu saya yang begitu amat saya cintai. Do’a dan harapan serta keberadaan kalian semua sungguh memberi saya kekuatan untuk menghadapi keadaan sulit saat mengerjakan skripsi ini.

3. Ketiga pembimbing saya yang terhormat: Bapak M. Syaprin Zahidi, S.IP, M.A., Dra. Tutik Sulistyowati, M.Si., & Bu Ayusia Sabhita K., M.Soc, SC atas arahan dan kesabarannya dalam membimbing dan mendidik saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik selama proses pengerjaan skripsi ini. Jazakumullah Ahsanal Jaza’ (Allah yang senantiasa membalas segala kebaikan kalian). Syukron Katsir…

4. Terima kasih juga tak lupa saya haturkan kepada segenap staf di Jurusan Hubungan Internasional UMM, terutama kepada Ibu Peggy Puspa Havsari, M. SC & Ibu Dyah Estu Kurniawati, M.Si. selaku penguji saya. Matur nuhun atas masukannya.

5. Teman-teman seperjuangan saya di Jurusan Hubungan Internasional UMM khususnya angkatan 2008, You’re my best friend forever.

6. Segenap Bapak/Ibu di lingkungan FISIP UMM, bapak Asep Nurjaman selaku Dekan FISIP, Pak Nurudin (PD I), Pak Masmuh (PD III) serta para dosen-dosen saya (Bapak Tonny Dian Effendi & Ruli Inayah Ramadhoan) matur suwun buat bantuan dan infonya selama ini.

7. Keluarga besar kedua saya HMI FISIP & KOPMA UMM terima kasih atas pengalaman dan karirnya yang telah memberikanku banyak saudara


(35)

x

dan ilmu. Serta kawan-kawan saya yang tak bisa disebutin satu per satu. Kalian semua adalah orang hebat.


(36)

xi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Abstraksi ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Lembar Persembahan ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel & Skema ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Praktis ... 6

1.4.2 Manfaat Akademis ... 6

1.5 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5.1 Penelitian Terdahulu ... 6

1.5.2 Landasan Konsep ... 13

1.5.2.1 Decission Making Process Model III ... 13

1.5.2.1.1 Alur Perjanjian Menjadi Hukum Internasional ... 13


(37)

xii

1.5.2.2 Hukum Internasional Yaitu Konvensi Hak Buruh Migran.. 20

1.6 Metodologi Penelitian ... 23

1.6.1 Jenis Penelitian ... 23

1.6.2 Batasan Waktu Penelitian ... 24

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 24

1.7 Sistematika Penulisan ... 25

BAB II KONVENSI HAK BURUH MIGRAN & ANGGOTA KELUARGANYA DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA 2.1 Sejarah Organisasi Buruh Internasional ... 26

2.2 Konvensi Hak Pekerja Migran & Anggota Keluarganya ... 29

2.3 Isi Konvensi ... 31

2.4 Konsekuensi Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya ... 34

BAB III PROSES RATIFIKASI HAK BURUH MIGRAN & ANGGOTA KELUARGANYA 3.1 Landasan Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya 40 3.2 Proses dan Alur Pemerintah Dalam Proses Pembuatan Kebijakan Mengenai Ratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran dan Keluarganya ... 43

3.3 Model Politik Birokrasi Sebagai Hambatan Proses Ratifikasi ... 57

3.4 Faktor-faktor Pendukung Pemerintah Indonesia Dalam Meratifikasi Konvensi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya ... 60

3.4.1 Desakan dari Berbagai NGO untuk segera meratifikasi Konvensi 60

3.4.2 Rekomendasi Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR RI ) Untuk Segera Meratifikasi Konvensi ... 62

3.4.3 Pengalaman Dari Kasus Penyiksaan Buruh Migran Indonesia di Negara Penempatan ... 64


(38)

xiii

3.4.4 Optimisme Blue Print ASEAN tentang Politik & Keamanan,

Ekonomi, dan Sosial Budaya ... 65 3.4.5 Rekomendasi Komite CERD, CAT, CEDAW, dan Rekomendasi

Pelapor Khusus PBB Terkait Hak-hak Buruh Migran ... 68

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 71 4.2 Saran ... 73 LAMPIRAN


(39)

xiv

DAFTAR TABEL & SKEMA

Tabel 1.1 Posisi Penulis ... 9

Tabel 2.1 Konvensi Buruh yang di Adopsi indonesia ... 28

Tabel 3.1 Prose Ratifikasi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya ... 56

Skema 1.1 Alur Perjanjian Menjadi Hukum Internasional di Indonesia ... 18

Skema 1.2 Model Politik Birokrasi ... 20


(40)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Iman Soepomo. 1992. Pengantar Hukum Perburuhan. Djambatan: Jakarta. Tim HRWG, Ratifikasi Konvensi Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan

Anggota Keluarganya! Belajar Dari Meksiko, HRWG, 2010.

K.J. Holsti, 1992, Politik internasional: suatu kerangka analisis: Bandung, Bina Cipta.

Rosenau, James N., Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The Free Press.

Kusumaatmaja, Mochtar. 1982. Pengantar Hukum Internasional . Bandung: Bina Cipta.

Tanjung, Ali Akbar, et.al. 2012. Menagih Janji Ratifikasi: Analisis terhadap Rencana RAtifikasi Empat Konvensi Internasional di Bidang HAM. Jakarta: Kemitraan.

Peter A. Toma dan Robert F. Gorman. 1991. International relations:

Understanding Global issues. Pacific grove, California: Brooks Cole Publishing Company.

Santika, Adhi. 2007. Laporan Pengkajian Hukum Tentang Optional Protokol CEDAW Terhadap Hukum Nasional Yang Berdampak Pada Pemberdayaan Perempuan. PUSLITBANG.

Sendjun Manulang. 1988. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. PT.Rineka Cipta: Jakarta.

Iva Rachmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2012.

Edy Suryono S.H, Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasional Di Indonesia, Remadja Karya, Bandung, 1984.

Syarisa Yanti Abubakar, Jurnal, Pada Januari 2002. Migrant Labour in Malaysia: Impact and Implications of the Asian Financial Crisis.

Anak Agung Bayu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Hubungan Internasional, Rosda, 2005, Bandung.


(41)

xvi

James N. Rossenau, Gavin boyd, dkk. 1976. World politic: an introduction. New York. The Free Press.

Mauna Boer. 2003. Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam era dinamika Global). Bandung:Alumni.

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Widiatmoko.N.Ponco. 2004. Perlindungan Hukum Buruh Migran/TKI yang Bekerja di Luar Negeri (Studi Kasus Pada PJTKI Di Kota Semarang). Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Safitri, Dian. 2011. Diplomasi Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Malaysia pada Masa Pemerintahan SBY Tahun 2004-2009.

Universitas Hasanuddin Makassar.

Linda Asri Andika Sari, Kerjasama Bilateral Indonesia Malaysia Dalam Penanganan Masalah TKI Illegal. Universitas Muhammadiyah Malang.

Dewi Robi’ah, Implementasi Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang

Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Studi Pada TKI di Malaysia), Universitas Muhammadiyah Malang.

Internet :

ILO, Penerapan Perundangan Indonesia untuk Melindungi dan Memberdayakan Pekerja Migran Indonesia: Beberapa Pelajaran dari Filipina,

(Jakarta: ILO, 2006).

"Ratifikasi Konvensi Buruh Migran untuk Apa?", Kompas.com, Sabtu, 26 Desember 2009

Sudah Saatnya: Indonesia Ratifikasi Konvensi Migran 1990 tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya. Dalam

http://www.komnasperempuan.or.id.

Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agararia.

The International Steering Committee For The Campaign For Ratification Of The Migrants Rights Convention, 2012, Dalam www.migrantsright.com/


(42)

xvii

http://www.ilo.org/global/Whatwedo/InternationalLabourStandards/Introduction/c reation/lang-- en/index.htm

"Ratifikasi Konvensi Buruh Migran Masih Dua Tahun Lagi", (Jakarta), Tempo Interaktif,

“Hidayah, Anis, 2012, “Jalan Panjang Ratifikasi”. Dalam http://www.migrantcare.net, akses 27/02/14

http://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IV 13&chapter=4&lang=en.

Suprapto, Hadi. 2012. “Indonesia-Brunei Perbaiki Perjanjian Buruh

Migran”dalam www.news.viva.co.id/ http:/ /www.bnp2tki.go.id/

Jorge Bustamante, Implementation of General Assembly Resolution 60/251 Of 15 March 2006 Entitled "Human Rights Council: Report ofthe Special Repporteur on the human rights of migrants,

Lembar info 2 edisi 2 oktober 2005 oleh Komnas Perempuan. Human Rights Working Group (HRWG). 2012. Ratifikasi. Dalam

http://hrwg.org//attachments/993_Ratifikasi%20konvensi%20migrant %20finish1.pdf.

Jordan, Ray. 2012. Rieke Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi PBB Soal Nasib Buruh Migran. dalam http://news.detik.com, akses 27 Feb 2014 Ranti. 2012. “Linda Gumelar: Mari Benahi Perlindungan Untuk TKI/TKW”.

Dalam http://menegpp.go.id, akses 25/02/2014.

Fathulloh.2011.”Perjuangan Mendesak Ratifikasi Konvensi Migran”. Dalam http://buruhmigran.or.id, akses 06/03/2014

Sari, Dianing. 2010. “Aliansi Desak Pemerintah Ratifikasi KonvensiBuruh Migran”. Dalam http://www.tempo.co/, akses 08/04/2014

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/13/19320815/Pelanggaran.Hak.B uruh.Migran.Masih.Tinggi

http://www.komnasperempuan.or.id, 2011.

Amelia, Lola. 2012. “Ratifikasi Konvensi Migran 1990”. Dalam http://www.theindonesianinstitute.com/, akses 27/02/2014


(43)

xviii

http://news.detik.com/read/2012/04/09/031229/1887370/10/2/rieke-desak-pemerintah-ratifikasi-konvensi-pbb-soal-nasib-buruh-migran, 2012.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/367195-ratifikasi-konvensi--bukti-komitmen-pemerintah-pada-buruh

http://migrantcare.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=14 98, 2012.

http://harian-nasional.com/buruh-migran-masih-terabaikan/ , www.bpkp.go.id

Asean Economic Community Blueprint, Asean Socio-Cultural Community Blueprint, dan Asean Political-Security Community Blueprint. http://www.kemlu.go.id,

http://solidaritasperempuan.org/ http://www.rmol.co/.

www.ilo.org/ilolex.


(1)

xiii

3.4.4 Optimisme Blue Print ASEAN tentang Politik & Keamanan,

Ekonomi, dan Sosial Budaya ... 65 3.4.5 Rekomendasi Komite CERD, CAT, CEDAW, dan Rekomendasi

Pelapor Khusus PBB Terkait Hak-hak Buruh Migran ... 68

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ... 71 4.2 Saran ... 73 LAMPIRAN


(2)

xiv

DAFTAR TABEL & SKEMA

Tabel 1.1 Posisi Penulis ... 9

Tabel 2.1 Konvensi Buruh yang di Adopsi indonesia ... 28

Tabel 3.1 Prose Ratifikasi Hak Buruh Migran & Anggota Keluarganya ... 56

Skema 1.1 Alur Perjanjian Menjadi Hukum Internasional di Indonesia ... 18

Skema 1.2 Model Politik Birokrasi ... 20


(3)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Iman Soepomo. 1992. Pengantar Hukum Perburuhan. Djambatan: Jakarta. Tim HRWG, Ratifikasi Konvensi Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan

Anggota Keluarganya! Belajar Dari Meksiko, HRWG, 2010.

K.J. Holsti, 1992, Politik internasional: suatu kerangka analisis: Bandung, Bina Cipta.

Rosenau, James N., Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The Free Press.

Kusumaatmaja, Mochtar. 1982. Pengantar Hukum Internasional . Bandung: Bina Cipta.

Tanjung, Ali Akbar, et.al. 2012. Menagih Janji Ratifikasi: Analisis terhadap Rencana RAtifikasi Empat Konvensi Internasional di Bidang HAM. Jakarta: Kemitraan.

Peter A. Toma dan Robert F. Gorman. 1991. International relations:

Understanding Global issues. Pacific grove, California: Brooks Cole Publishing Company.

Santika, Adhi. 2007. Laporan Pengkajian Hukum Tentang Optional Protokol CEDAW Terhadap Hukum Nasional Yang Berdampak Pada Pemberdayaan Perempuan. PUSLITBANG.

Sendjun Manulang. 1988. Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. PT.Rineka Cipta: Jakarta.

Iva Rachmawati, Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2012.

Edy Suryono S.H, Praktek Ratifikasi Perjanjian Internasional Di Indonesia, Remadja Karya, Bandung, 1984.

Syarisa Yanti Abubakar, Jurnal, Pada Januari 2002. Migrant Labour in Malaysia: Impact and Implications of the Asian Financial Crisis.

Anak Agung Bayu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Hubungan Internasional, Rosda, 2005, Bandung.


(4)

xvi

James N. Rossenau, Gavin boyd, dkk. 1976. World politic: an introduction. New York. The Free Press.

Mauna Boer. 2003. Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam era dinamika Global). Bandung:Alumni.

Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Widiatmoko.N.Ponco. 2004. Perlindungan Hukum Buruh Migran/TKI yang Bekerja di Luar Negeri (Studi Kasus Pada PJTKI Di Kota Semarang). Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Safitri, Dian. 2011. Diplomasi Indonesia Dalam Perlindungan Tenaga Kerja Wanita di Malaysia pada Masa Pemerintahan SBY Tahun 2004-2009. Universitas Hasanuddin Makassar.

Linda Asri Andika Sari, Kerjasama Bilateral Indonesia Malaysia Dalam Penanganan Masalah TKI Illegal. Universitas Muhammadiyah Malang.

Dewi Robi’ah, Implementasi Undang-Undang No 39 tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Studi Pada TKI di Malaysia), Universitas Muhammadiyah Malang.

Internet :

ILO, Penerapan Perundangan Indonesia untuk Melindungi dan Memberdayakan Pekerja Migran Indonesia: Beberapa Pelajaran dari Filipina,

(Jakarta: ILO, 2006).

"Ratifikasi Konvensi Buruh Migran untuk Apa?", Kompas.com, Sabtu, 26 Desember 2009

Sudah Saatnya: Indonesia Ratifikasi Konvensi Migran 1990 tentang Perlindungan Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya. Dalam

http://www.komnasperempuan.or.id.

Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agararia.

The International Steering Committee For The Campaign For Ratification Of The Migrants Rights Convention, 2012, Dalam www.migrantsright.com/


(5)

xvii

http://www.ilo.org/global/Whatwedo/InternationalLabourStandards/Introduction/c reation/lang-- en/index.htm

"Ratifikasi Konvensi Buruh Migran Masih Dua Tahun Lagi", (Jakarta), Tempo Interaktif,

“Hidayah, Anis, 2012, “Jalan Panjang Ratifikasi”. Dalam http://www.migrantcare.net, akses 27/02/14

http://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IV 13&chapter=4&lang=en.

Suprapto, Hadi. 2012. “Indonesia-Brunei Perbaiki Perjanjian Buruh Migran”dalam www.news.viva.co.id/

http:/ /www.bnp2tki.go.id/

Jorge Bustamante, Implementation of General Assembly Resolution 60/251 Of 15 March 2006 Entitled "Human Rights Council: Report ofthe Special Repporteur on the human rights of migrants,

Lembar info 2 edisi 2 oktober 2005 oleh Komnas Perempuan. Human Rights Working Group (HRWG). 2012. Ratifikasi. Dalam

http://hrwg.org//attachments/993_Ratifikasi%20konvensi%20migrant %20finish1.pdf.

Jordan, Ray. 2012. Rieke Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi PBB Soal Nasib Buruh Migran. dalam http://news.detik.com, akses 27 Feb 2014 Ranti. 2012. “Linda Gumelar: Mari Benahi Perlindungan Untuk TKI/TKW”.

Dalam http://menegpp.go.id, akses 25/02/2014.

Fathulloh.2011.”Perjuangan Mendesak Ratifikasi Konvensi Migran”. Dalam http://buruhmigran.or.id, akses 06/03/2014

Sari, Dianing. 2010. “Aliansi Desak Pemerintah Ratifikasi KonvensiBuruh Migran”. Dalam http://www.tempo.co/, akses 08/04/2014

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/13/19320815/Pelanggaran.Hak.B uruh.Migran.Masih.Tinggi

http://www.komnasperempuan.or.id, 2011.

Amelia, Lola. 2012. “Ratifikasi Konvensi Migran 1990”. Dalam http://www.theindonesianinstitute.com/, akses 27/02/2014


(6)

xviii

http://news.detik.com/read/2012/04/09/031229/1887370/10/2/rieke-desak-pemerintah-ratifikasi-konvensi-pbb-soal-nasib-buruh-migran, 2012.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/367195-ratifikasi-konvensi--bukti-komitmen-pemerintah-pada-buruh

http://migrantcare.net/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=6&artid=14 98, 2012.

http://harian-nasional.com/buruh-migran-masih-terabaikan/ , www.bpkp.go.id

Asean Economic Community Blueprint, Asean Socio-Cultural Community Blueprint, dan Asean Political-Security Community Blueprint. http://www.kemlu.go.id,

http://solidaritasperempuan.org/ http://www.rmol.co/.

www.ilo.org/ilolex.