2005 mengemukakan bahwa disamping proses dekomposisi material organik, dinamika DIC di perairan sekitar mangrove juga dipengaruhi oleh air poros
dalam sedimen yang kaya dengan DIC, TA dan CO
2
dan miskin oksigen yang dipompa oleh arus pasang surut.
Fluks CO
2
udara-laut pada ekosistem mangrove global telah diperkirakan oleh Jennerjahn dan Ittekkot 2002. Jika ekspor bahan organik dari sistem
perairan yang berdekatan dimasukkan maka fluks CO
2
udara laut di perairan sekitar mangrove adalah 18,7 molCm
2
th. Jika ekspor bahan organik dengan sistem perairan yang berdekatan tidak dimasukkan maka fluksnya akan berkurang
sekitar 50 9,8 molCm
2
th. Dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa fluks CO
2
udara-laut hanya berhubungan dengan degradasi bahan organik yang berasal dari ekosistem mangrove, sedangkan pasokan karbon dari tempat lain seperti
ekspor DIC dari sistem perairan yang berdekatan, emisi CO
2
dari sedimen, dan masukan allochthonous tidak diperhitungkan.
2.2.2.3 Perairan Sekitar Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan tropis dan sub tropis yang terdiri dari struktur karbonat yang didominasi oleh karang Scleractinia dan
mikroalga Borges, 2005. Ekosistem terumbu karang mewakili sekitar 2 dari luas permukaan continental shelf dan menyumbang sekitar 83 dan 50 dari
produksi dan akumulasi partikel karbon anorganik ekosistem pesisir Milliman, 1993. Terumbu karang berkembang pada tingkat kekeruhan rendah, perairan
yang oligotrofik dengan suhu tahunan minimum 18
o
C dan mempunyai tingkat metabolisme karbon organik dan kalsifikasi yang tinggi Gattuso et al., 1998.
Meskipun perairan terumbu karang mempunyai laju fotosintesis dan respirasi yang tinggi, produksi ekosistem bersih di perairan tersebut mendekati nol
Gattuso et al., 1998. Proses kalsifikasi dan fotosintesis merupakan proses utama yang mempengaruhi siklus karbon di perairan sekitar terumbu karang. Fiksasi
CO
2
oleh produksi ekosistem bersih NEP biasanya rendah tetapi tingkat kalsifikasi tinggi sehingga menyebabkan proses kalsifikasi melepas CO
2
Ca ke
perairan sekitarnya, sebagaimana dalam persamaan berikut:
2+
+ 2HCO
3 -
CaCO
3
+ CO
2
+ H
2
O..................................................... 4
Konsentrasi CO
2
meningkat sebesar 0,6 mol untuk setiap pengendapan 1 mol kalsium karbonat CaCO
3
dalam standar air laut salinitas=35, suhu=25, TA=2370 µmolkg, pCO
2
=365 ppm Gattuso et al., 1999. Rasio antara produksi CO
2
dengan presipitasi CaCO
3
pada umumnya tergantung pada keseimbangan termodinamika khususnya suhu dan salinitas Ware et al., 1992; Frankignoulle et
al., 1994. Berdasarkan perkiraan global dari kalsifikasi bersih dan NEP, Ware et al.
1992 menghitung potensi pelepasan CO
2
ke perairan sekitarnya dari kesetimbangan metabolisme organik dan kalsifikasi berkisar antara 3-11,3
mmolCm
2
th. Fluks CO
2
udara laut di perairan sekitar terumbu karang sangat tergantung pada waktu tinggal massa air, bentuk geomorfologi terumbu karang
karang tepi, penghalang, atau sistem terumbu karang atol dan pola arus air laut di perairan sekitarnya. Di samping proses metabolisme yang terjadi dalam sistem
terumbu karang dan waktu tinggal dari massa air, fluks CO
2
udara-laut juga dimodulasi oleh
ΔpCO
2
air laut yang masuk. Pada skala tahunan, perairan laut tropis dan subtropis merupakan source
CO
2
0,35 mol Cm
2
th, ΔpCO
2
= 11 ppm, Takahashi et al., 2002. Berdasarkan perbedaan pCO
2
antara perairan samudera dan terumbu yang disusun oleh Suzuki dan Kawahata 2003 di 9 sistem terumbu dan menambahkan data dari Bates
2002 di Hog Reef dapat diperkirakan bahwa air laut yang masuk ke perairan terumbu karang diperkaya rata-rata sebesar 12 ppm selama transit melalui sistem
terumbu karang. Borges 2005 memperkirakan emisi CO
2
global dari sistem terumbu karang sekitar 0,73 molCm
2
th.