IMAM MENGHADAP MAKMUM SETELAH SHALAT

IMAM MENGHADAP MAKMUM SETELAH SHALAT

Pertanyaan Dari:
Ibrahim Sa’id, BA / Irsyad, NBM 482.005, anggota Muhammadiyah Cabang Serijabo
(disidangkan pada hari Jum'at, 17 Zulhijjah 1430 H / 4 Desember 2009)
Pertanyaan:
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Mohon penjelasan tentang dalil yang terdapat dalam HPT cetakan ke 3 hal 139
No. 27 tentang Nabi Muhammad saw apabila telah selesai mengerjakan shalat beliau
menghadapkan mukanya kepada makmum.
1. Apakah beliau menghadapkan mukanya tanda komentar, apakah ada yang di
sampaikannya kepada makmum?
2. Apakah kita harus melakukan seperti itu juga?
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
Jawaban:
Sebelum kami menjawab pertanyaan saudara, berikut ini kami kutip hadis yang
terdapat dalam Himpunan Putusan Tarjih Cetakan ke-3 hal 139 No. 27, sebagai berikut:

ِ‫ل‬
ِ
ٍ

ِ
ِ
ّ
‫صلّى اهُ َعلَْي ِه‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ال‬
‫ن‬
‫ا‬
‫ك‬
‫ال‬
‫ق‬
‫ب‬
‫د‬
‫ج‬
‫ن‬
‫ب‬
‫ة‬
‫ر‬
‫م‬

‫س‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ى‬
‫ر‬
‫ا‬
‫خ‬
‫ْب‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ا‬
‫و‬
‫ر‬
‫ا‬
‫م‬
َ
َ
َ
َ
ْ

َ
َ
ّ
َ
ُ
ْ
َ
ُ
ُ ََ َ
َُ َ ْ
‫صاَ ًة أَقْ بَ َل َعلَْي َا بَِو ْج ِه ِه‬
َ ‫صلّى‬
َ ‫َو َسلّ َم إِ َذا‬
Artinya: Karena hadis riwayat Bukhari dari Samurah, berkata: “adalah Nabi SAW,
apabila telah selesai shalat, beliau menghadapkan mukanya kepada kita” [HR. Bukhari]
Hadis di atas menunjukkan atas disyariatkannya seorang imam menghadap ke
makmum setelah selesai shalat, dan senantiasa melakukan hal tersebut.
Tentang hikmah atau tujuan Nabi saw melakukan hal itu, ada beragam pendapat.
Ada yang mengatakan bahwa menghadapnya imam kepada makmum setelah shalat
bertujuan untuk memberikan pelajaran tentang hal-hal yang diperlukan makmum,

sehingga dikhususkan bagi orang yang mendapati keadaan seperti Rasulullah saw ini
memiliki kecakapan untuk mengajarkan dan memberi nasehat. Ada pula yang
berpendapat bahwa hal itu untuk mengetahui selesainya shalat, karena sekiranya imam
senantiasa pada duduknya setelah shalat, maka bias jadi difahami bahwa imam masih
dalam tasyahud (belum selesai shalat). (Lihat Nailul-Authar, jilid 2 hal 326)

Ibn Qudamah di dalam kitab al-Mughni jilid 1 halaman 561 mengatakan bahwa
berubahnya arah duduk imam adalah untuk memastikan telah selesainya shalat itu bagi
imam. Hal ini agar makmum bisa memastikan bahwa imam telah benar-benar selesai
dari shalatnya. Sebab dengan mengubah arah duduk, imam akan meninggalkan arah
kiblat dan hal itu jelas akan membatalkan shalatnya.
Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa dengan menggeser arah duduk ke
belakang atau ke samping, berarti imam sudah yakin 100% bahwa rangkaian shalatnya
sudah selesai seluruhnya dan terputus. Tidak sah lagi apabila tiba-tiba ia teringat mau
sujud sahwi atau kurang satu rakaat. Demikian disebutkan di dalam kitab Hasyiyatu
Ibnu Qasim 'alar-Raudhah jilid 12 halaman 354-355.
Zain ibn Munir berpendapat bahwa membelakanginya imam kepada makmum itu
adalah hak seorang imam, dan apabila shalat telah selesai maka hilanglah alasan untuk
membelakangi makmum. Seorang imam yang menghadap kepada makmum saat itu
adalah untuk menghilangkan kesombongan dan perasaan angkuh terhadap makmum.

(Lihat Nailul-Authar, jilid 2 hal 326)
Selanjutnya, mengenai apakah Rasulullah saw memberi komentar atau tidak pada
saat menghadap makmum, ada beberapa hadis yang menjelaskan tentang hal tersebut.
Salah satunya seperti yang dikisahkan dalam sebuah hadis Nabi saw dari Yazid bin alAswad, sebagaimana tersebut di dalam Kitab Nailul-Authar, 2: 354:

ِ
ِ ِ ‫ حج ْجَا مع رس‬:‫ال‬
‫صلّى اهُ َعلَْي ِه َو َسلّ َم‬
َ ‫ول اه‬
ُ َ َ َ َ َ َ َ‫َو َع ْن يَ ِزي َد بْ ِن اْأَ ْس َود ق‬
ِ َ ‫ ثُ ّم انْحر‬،‫صب ِح‬
ِ‫صلّى ب‬
‫استَ ْقبَ َل‬
‫ال‬
‫ة‬
‫ا‬
‫ص‬
‫ا‬
َ َ‫َح ّجةَ ال َْو َد ِاع ق‬
ّ

َ
َ
َ
ْ َ‫ف َجال ًسا ف‬
ْ
َ
َ َ‫ ف‬:‫ال‬
َ
َ
‫ [روا أمد وأبو داود‬... ‫صلّيَا‬
ّ ِ‫ّاس بَِو ْج ِه ِه َوذََك َر ق‬
َ ُ‫صةَ ال ّر ُجلَْي ِن اللّ َذيْ ِن لَ ْم ي‬
َ ‫ال‬
]‫وال سائى والرمذى‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Yazid ibn al-Aswad, ia berkata:“Kami ikut haji wada’
bersama Rasulullah saw, kemudian Yazid berkata: Lalu beliau shalat subuh bersama
kami kemudian beliau berpaling sambil duduk dan menghadap kepada makmum,
kemudian beliau menceritakan kisah dua orang pemuda yang tidak ikut shalat
berjamaah … .” [HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i, dan at-Tirmidzi ]

At-Tirmidzi menyatakan bahwa hadis tersebut tergolong hadis dengan derajat
Hasan Shahih. Menurut at-Tirmidzi, Abu Dawud, dan an-Nasai, kisah yang diceritakan
Nabi saw adalah tentang dua orang pemuda yang tidak ikut shalat berjamaah
sedangkan keduanya berada di masjid, dan menyuruh kedua pemuda tersebut untuk
menghadap kepada beliau. Maka setelah beliau shalat subuh bersama sahabat pada

haji wada’, Rasulullah saw menghadap makmum dan menceritakan tentang kedua
pemuda tersebut.
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa setelah Nabi saw shalat, beliau
menghadap makmum dan terkadang memberi komentar atau nasehat.
Adapun mengenai apakah kita harus melakukan seperti yang Nabi saw lakukan,
sebagai umat Islam yang menjadikan Nabi Muhammad saw sebagai uswatun hasanah
(suri teladan yang baik) dalam segala bidang, khususnya dalam masalah yang
berkenaan dengan ibadah shalat, maka hal itu menjadi teladan dan layak diikuti dalam
setiap mengerjakan shalat berjamaah. Namun demikian, dari segi hukum apa yang
dilakukan oleh Nabi saw tersebut tidak sampai kepada hukum wajib, tetapi sunnah atau
dianjurkan.
Wallahu a'lam bish-shawab. *putm)

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com
http://www.fatwatarjih.com