Gangguan kecemasan pada tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close karya Jonathan Safran Foer

  

Daftar Riwayat Hidup

A.

   Data Pribadi

  Nama : Ginanjar Wiji Wiguno Tempat/Tanggal Lahir : Garut, 17 Nopember 1989 Alamat : Jatisari RT 002 / 007, Mekarsari, Cibalong, Garut.

  Jawa Barat No. Telepon : 085294444090 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Islam Hobi : Menulis cerpen, Bermain game Football Manager, jalan-jalan, menonton film, mendengarkan musik classic.

B. Pendidikan Formal No Year Institution

  1 1996

  SDN Mekarsari 1 Garut 2 2002

  • – 2002
  • – 2003
  • – 2005
  • – 2008
  • – Sekarang Universitas Komputer Indonesia C.

  SMP Ciledug 1 Garut 3 2003

  SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta 4 2005

  SMA PIRI 1 Yogyakarta

  5 2008

   Pendidikan Non-formal No Year Seminar/Achievement

  1 2008 Participant of Mentoring of English Conversation Club in English Department UNIKOM (Certified) 2 2009 Copywriting as a Creative Thinking (Certified) Peserta dalam diskusi Internal Sastra Inggris untuk

  (Certified) Copywriting And Consumer Behavior Seminar 4 2010 (Certified) 5 2010 Translating And Interpreting Workshop (Certified)

  6 2011 Diskusi Ilmiah Bahasa dan Budaya (Certified) Building Confidence in Delivering Public Speech 7 2011 (Certified) The Seminar and Workshop of Semiotics in Literature 8 2011 and Media (Certified) 9 2011 Feminist, Feminine, and Text Seminar (Certified)

  10 2011 Copywriting Linguistics on Media (Certified) 11 2012 Fun with Office 2010 Seminar (Certified)

  “Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan Habis” Talkshow

  12 2012 (Certified) Character Building Training

  • –Independent Cooperative, 13 2012

  Care — (Certified)

  Peserta Grand Seminar IEC “Sebuah torehan nyata untuk 14 2012 kemandirian bangsa” (Certified) Seminar & Talkshow ITPreneur

  “Bright Future With 15 2013 Information Technology” (Certified) 16 2013 Copywriting Seminar “Go Viral” (Certified) 17 2013 Seminar dan Training Motovasi (Certified) Peserta Seminar “How To Train Your TOEFL” 18 2013 (Certified)

  

GANGGUAN KECEMASAN PADA TOKOH OSKAR

DALAM NOVEL EXTREMELY LOUD & INCREDIBLY

CLOSE KARYA JONATHAN SAFRAN FOER

  

OSKAR’S ANXIETY DISORDERS IN FOER’S EXTREMALY LOUD &

  

INCREDIBLY CLOSE

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris

Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

  

GINANJAR WIJI WIGUNO

63708017

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

  

2014

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait melalui media ini, di antaranya:

  1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin M.A. Dekan Fakultas Sastra UNIKOM.

  2. Dr. Juanda, Ketua Prodi Sastra Inggis UNIKOM. Terima kasih telah menjadi Ketua Prodi terbaik yang selalu membantu saya dan mahasiswa lainnya.

  3. Asih Prihandini, S.S., M.Hum. Terima kasih karena telah menjadi dosen wali yang baik dan membantu saya selama menjadi mahasiswa di fakultas ini.

  4. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum. Koordinator Skripsi sekaligus pembimbing pertama. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas semua saran dan masukan-masukannya selama proses bimbingan berlangsung sehingga saya dapat mennyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

  5. Nungki Heriyati, S.S., M.A. Pembimbing kedua. Terima kasih atas semua saran dan masukannya selama proses bimbingan berlangsung.

  6. Tatan Tawami, S.S., M.Hum, Dosen Sastra Inggris.

  7. Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum, Dosen Sastra Inggris 8.

  M. Rayhan Bustam, S.S., M.Hum, Dosen Sastra Inggris.

  Saya berharap penelitian ini dapat berguna khususnya bagi diri saya sendiri, umumnya bagi seluruh pembaca. Saya pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, besar harapan saya agar pembaca dapat memberikan saran serta masukannya sebagai bentuk kontribusi dalam penulisan skripsi ini.

  Bandung, 30 Januari 2014 Ginanjar Wiji Wiguno

  

DAFTAR ISI

  LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ...

  ………………………………………………........................... vii ABSTRACT ... …………………………………………………........................ viii

  KATA PENGANTAR …………………………………………...................... x

  DAFTAR ISI ……..………………………………………..…........................ xii

  DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

  BAB I: PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang………………………………………………....... 1

  1.2 Rumusan Masalah……….…………………………………......... 4

  1.3 Tujuan Penelitian ………….……………………………….......... 4

  1.4 Kegunaan Penelitian ………………………………………......... 5

  1.5 Kerangka Pemikiran ………………………………....................... 5

  BAB II: KAJIAN TEORI

  2.1 Pendekatan Psikoanalisis ………………………………………. 8 2.1.1 Teori Kepribadian Jung........................

  …………………....... 9

  2.1.2 Kecemasan......................……………………………..…....... 11

  2.2 Karakter............................……………………………..…........ 15

  BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN

  3.1 Objek Penelitian………………………………………….…….. 18

  3.2 Metode Penelitian………………………………………….….... 18

  3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

  19 ………………………….............

  3.2.2 Teknik Analisis Data………………………………................. 20

  3.3 Sinopsis ………………………………………………………… 21

  BAB IV: PEMBAHASAN

  4.0 Pendahuluan 23 …..............................................................……....

  4.1 Gangguan Kecemasan Oskar, Faktor-faktor Penyebab, dan Tindakan Oskar untuk Mengatasinya

  …………………...…..... 23

  BAB V: SIMPULAN DAN SARAN

  5.1

  51 Simpulan………………………………………………….........

  5.2

  52 Saran……………………………………………………….......

  DAFTAR PUSTAKA 53 ……………………………………………………..

  SYNOPSIS....................................................................................................

  54 LAMPIRAN................................................................................................

  56 DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................

  66

  

Daftar Pustaka

  Card, Orson Scott. 1988. Character and Viewpoint. United States of America: Writer’s Diges Books. Djajasudarma, T. Fatimah. 1996. Metode Linguistic: Rancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandun: PT. Rafika Aditama.

  

Foer, Jonathan Safran. 2005. Extremely Loud & Incredibly Close. New York: Penguin

Group.

  Freud, Sigmund. 1920. A General Introducition to Psychoanalysis. New York: Horace Liveright, INC. Jung, Carl. 1961. Memories, dreams, and reflections. New York: Random House Jung, Carl. 1961. The Structure & Dynamics of The Psyche, 2

   nd ed. In Collected Works. (Ed) Sir Herbert Read, Michael Fordham, Gerhard Adler, &

  William McGuide. Trans R.F.C. Hull. Pricenton: Pricenton University Press.

  Jung, Carl. 1961. Freud & Psychoanalysis, 4

  th ed. In Collected Works. (Ed) Sir Herbert Read, Michael Fordham, Gerhard Adler, & William McGuide.

  Trans R.F.C. Hull. Pricenton: Pricenton University Press.

  Kring, Ann, et al. 2006. Abnormal Psychology: 11

   th ed. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

  National Institute of Mental Health. 2004. The Numbers Count: Mental Disorders of America[29/01/2014]. Respati, Agung. 2012. Kegelisahan Dalam Dua Puluh Lima Puisi Thomas Hardy.

  Bandung: Universitas Negreri Padjajaran. Shelburne. Walter. A. 1988. Mythos and Logos in the Thought of Carl Gustav

  Jung: The Theory of The Collective Unconscious in Scientific Perspective. New York: State University of New York.

  Tacey, David (Ed). 2012. The Jung Reader. USA and Canada: Routledge. Teriska, Siska. 2011. Language Anxiety in Speaking English. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

  Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda. Kepribadian inilah yang nantinya akan saling berkesesuaian dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, kepribadian dan lingkungan masyarakat akan saling berpengaruh satu dengan lainnya. Artinya, kepribadian seseorang mempengaruhi cara dia berinteraksi dalam lingkungannya, sebaliknya lingkungan pun dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Seseorang harus mengendalikan perilakunya agar dapat diterima dengan baik di lingkungan masyarakat. Kepribadian terbentuk dari kesadaran dan ketidaksadaran seseorang terhadap aturan-aturan yang berlaku. Akan tetapi kesadarannya akan aturan yang berlaku membuat dia berusaha untuk mendapatkan kesan baik dari masyarakat, perwujudan dari kesadaran tersebut adalah persona. Persona merupakan topeng yang digunakan setiap individu untuk menampilkan dirinya ke dunia luar. Menurut Jung dalam Tacey (2012:113) mengatakan bahwa pada dasarnya persona itu bukan kepribadian yang sebenarnya dari seorang individu, hal itu disebabkan karena adanya sebuah kompromi antara individu dengan masyarakat dimana individu tersebut menampakkan sesuatu yang bukan menjadi kepribadian sebenarnya. Namun persona justru sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Peranan persona menjadi penting karena persona mewujudkan bentuk keinginannya untuk diterima oleh masyarakat. Akan tetapi jika keinginan orang tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya maka akan menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan kepribadian. Misalnya, ketika seseorang yang mau tidak mau harus masuk ke dalam lingkungan yang sebenarnya dia tidak inginkan, namun pada akhirnya dia masuk ke dalam lingkungan tersebut karena ada dorongan dari luar, maka seiring berjalannya waktu orang tersebut akan menyadari bahwa dirinya tidak cocok dengan lingkungan tersebut dan pada akhirnya dia akan mengalami gangguan kepribadian.

  Gangguan kepribadian seorang individu dapat berupa kecemasan (anxiety

  

disorder), schizoid, psychopathic, narcissistic, dan paranoid. Dari macam-macam

  jenis gangguan kepribadian tersebut, gangguan kepribadian berupa kecemasan menjadi fokus kajian karena gangguan tersebut lebih sering terjadi di kalangan masyarakat. Menurut data National Institute of Mental Health pada tahun 2004 di Amerika terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan dari usia 18 tahun sampai usia lanjut (sumber diambil dari data National Institute of Mental

  

Health pada tahun 2004). Gangguan kecemasan ini menyebabkan seseorang

  mengalami ketimpangan antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam kehidupan nyata. Seseorang dapat mengalami berbagai macam jenis kecemasan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya.

  Gangguan kepribadian berupa kecemasan ini dapat dipaparkan melalui karakter dalam karya sastra sebagai representasi dari kehidupan nyata (lihat Card,

  

Incredibly Close, gangguan kecemasan dialami oleh Oskar, tokoh utama dalam

  novel tersebut. Oskar mengalami gangguan kecemasan yang dipicu oleh kematian ayahnya, ditambah lagi kematian ayahnya dirasa tidak wajar karena dia meninggal dalam tragedi mengenaskan yang terjadi pada 11 September 2001 atau lebih terkenal dengan tragedi 9/11. Tragedi tersebut membuat Oskar semakin terganggu sehingga dia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik seperti semula. Gangguan kecemasan yang dialaminya memperlihatkan berbagai jenis gangguan dengan pemicu yang berbeda. Dengan demikian, penelitian mengenai gangguan kecemasan ini menjadi fokus kajian.

  Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini yakni penelitian yang memfokuskan pada gangguan kecemasan. Studi yang pertama ditulis oleh Tri Yulianti (2012) yang berjudul “The Man Who Loved Children Karya Christina Stead.” Penelitian ini mengkaji kebutuhan neurosis dan penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis tentang gangguan kecemasan, karena gangguan kecemasan yang berlebihan dapat mengakibatkan neurosis.

  Studi kedua ditulis oleh Agung Respati (2012) yang berjudul Kegelisahan Dalam Dua Puluh Lima Puisi Thomas Hardy. Penelitian ini membahas tentang pengaruh pemilihan kata , nada, majas, dan pencitraan terhadap cara tokoh menggambarkan perasaan takut, resah, dan kehilangan yang kerap hadir dalam dua puluh lima sajak karya Thomas Hardy.

  Penelitian selanjutnya yang meneliti kajian yang serupa adalah penelitian sering dialami oleh para siswa Sekolah Menengah Atas, bukan berfokus pada kecemasan tokoh dalam sebuah novel. Judul penelitiannya adalah Language

  Anxiety in Speaking Engllish.

  Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Gangguan Kecemasan Pada Tokoh Oskar Dalam Novel Extremely Loud & Incredibly Close Karya Jonathan Safran Foer” ini berfokus pada gangguan kecemasan yang dialami tokoh utama dalam novel tersebut dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis.

1.2 Rumusan Masalah

  Penulis memaparkan beberapa rumusan masalah yang muncul dan dianalisis:

1. Gangguan kecemasan apa saja yang muncul pada tokoh Oskar? 2.

  Apa yang menjadi faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan pada tokoh Oskar?

  3. Tindakan apa yang dilakukan tokoh Oskar untuk mengatasi kecemasannya?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan atas rumusan masalah yang teridentifikasi terdapat beberapa tujuan penelitian yaitu:

1. Mendeskripsikan kategori gangguan kecemasan yang muncul pada tokoh Oskar.

  2. Mendeskripsikan faktor–faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan pada tokoh Oskar.

  3. Mendeskripsikan tindakan yang dilakukan tokoh Oskar untuk mengatasi kecemasannya itu.

  1.4 Kegunaan Penelitian

  Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat dikemudian hari sebagai referensi dalam penelitian kesusasteraan yang berhubungan dengan psikoanalisis mengenai gangguan kepribadian berupa kecemasan.

  Penulis juga berharap bahwa penelitian ini berguna bagi penulis sendiri agar mampu mengenali berbagai bentuk kecemasan dalam diri seseorang dan juga mampu mengenali kemunculan conscious ego, personal unconscious, dan

  

collective unconscious untuk memiliki kemampuan dalam mengenali kecemasan

diri dan orang lain sehingga dapat memberikan respon positif.

  1.5 Kerangka Pemikiran

  Untuk memperjelas bagaimana peneliti menganalisis gangguan kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close, penulis menggunakan kerangka teori agar dapat mendeskripsikan dan memaparkan gangguan kecemasan yang muncul dari data yang didapat dengan menggunakan pendekatan teori kepribadian Carl Gustav Jung (1961), dan teori gangguan kecemasan gagasan Kring et al. (2006).

  Penulis menggunakan pendekatan psikoanalisis gagasan Jung tentang teori kepribadian untuk mengidentifikasi jenis-jenis gangguan kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar . Adapun teori kepribadian menurut Jung (1961) yakni berupa struktur psyche yang terdiri dari conscious ego, personal unconscious, dan

  collective unconscious.

  Penulis kemudian menggabungkan teori gagasan Jung tersebut dengan teori gangguan kecemasan gagasan Kring et al. (2006:120) untuk menganalisis data-data yang didapat dari novel. Dari hasil penggabungan teori-teori tersebut maka muncul berbagai macam kategori kecemasan yang terjadi pada tokoh Oskar.

  Di bawah ini adalah gambar kerangka teori yang dimaksudkan oleh penulis.

  Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka teori

  Collective Unconscious

  Pendekatan Psikoanalisis

  Teori kepribadian “Carl Gustav Jung”

  Novel “Extremely

  Loud & Incredibly Close

  ” Tokoh

  Personal Unconscious Conscious Ego Oskar

  Gangguan Kecemasan pada

  Tokoh Oskar

BAB II KAJIAN TEORI Pada bagian ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan untuk

  menganalisis semua data yang dianalisis. Adapun teori yang digunakan yaitu teori tentang kepribadian dari Carl Gustav Jung tentang struktur psyche yang terdiri dari conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious. Selain menggunakan teori tersebut, penulis juga menggunakan teori gangguan kecemasan, pendekatan psikoanalisis dan teori pengkarakterisasian sebagai alat bantu dalam menganalisis data.

  Dalam menganalisis data, sebuah karya sastra berupa novel tidak dapat dianalisis secara langsung dengan menggunakan teori psikoanalisis, namun terlebih dahulu harus menggunakan sebuah pendekatan ke dalam bidang psikologi. Pendekatan tersebut disebut dengan pendekatan psikoanalisis

2.1. Pendekatan Psikoanalisis ( Psychoanalysis Approach)

  Gagasan psikoanalisis pertama kali dicetuskan oleh Sigmund Freud (1920) yang pada awalnya adalah metode terapi kejiwaan untuk tujuan medis. Kemudian Freud menerapkan metode psikoanalisisnya ke dalam dunia sastra. Dia mengemukakan bahwa psikoanalisis dapat digunakan untuk semua hasil karya imajinasi manusia, termasuk di antaranya adalah novel. Dalam sebuah novel, pendekatan psikoanalisis dapat digunakan untuk menganalisis kejiwaan tokoh.

  Semenjak itu perkembangan psikoanalisis di bidang sastra sangat pesat. Banyak tokoh-tokoh bermunculan dan tokoh-tokoh tersebut tidak lain adalah pengikut dan murid dari Freud.

  Salah satu tokoh yang mengembangkan teori psikoanalis adalah Carl Gustav Jung. Jung adalah seorang psikiater dari Swiss. Dia juga merupakan Freudian dan sekaligus murid dari Freud. Jung (1961:333) menyebutkan bahwa semua pemikiran yang diterapkannya hampir sama dengan Freud, namun perbedaannya terletak pada teori tentang ketidaksadaran manusia. Freud menilai bahwa unsur seksual sangat dominan dalam ketidaksadaran (unconscious) manusia, sedangkan Jung menilai bahwa faktor historis lah yang mendominasi ketidaksadaran (unconscious) manusia. Oleh karena perbedaan pendapat itu lah kemudian Jung mengembangkan lagi teori tentang kepribadian yang digunakannya untuk mengidentifikasi kejiwaan dan tingkah laku manusia.

2.1.1. Teori Kepribadian Jung

  Teori kepribadian adalah salah satu teori yang digunakan dalam bidang kajian psikoanalisis. Menurut Jung (1961) menyatakan bahwa kepribadian bersumber pada psyche yang di dalamnya terdapat conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious.

  Jung dalam Shelburne (1988:28) menyatakan bahwa conscious ego itu kompleks karena merupakan kesadaran jiwa yang di dalamnya terdapat pikiran, persepsi, ingatan, dan perasaan yang semua itu berhubungan erat dengan faktor-

  Faktor-faktor historis itu muncul sebagai respon yang mengingatkan dirinya akan ingatan masa lalu yang telah dia alami yang kemudian disimpan dalam ingatan alam bawah sadarnya yang sering disebut dengan ketidaksadaran jiwa (unconscious). Setiap individu mempunyai ketidaksadaran jiwa masing- masing sesuai dengan pengalaman hidupnya akan kenangan manis atau pun pahit. Namun ingatan akan pengalaman pahit sering kali ditekan dan dilupakan sehingga ingatan tersebut tersimpan dalam alam bawah sadarnya. Ingatan tersebut disebut

  

personal unconscious. Jung sebagaimana dikutip Shelburne (1988:28)

  menyatakan:

  

“...lost memories, painful ideas that are repressed (i.e.,

forgotten on purpose), subliminal perceptions, by which are

meant sense-perceptions that were not strong enough to reach

consciousness, and finally, contents that are not yet ripe for

consciousness”

  Menurut kutipan di atas dapat diartikan bahwa Personal Unconscious adalah ingatan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang yang pernah disadari namun dilupakan dan diabaikan karena cenderung merupakan pengalaman menyakitkan dan kompleks. Ingatan dan pengalaman tersebut dapat muncul secara tiba-tiba ke dalam conscious ego karena personal unconscious adalah salah satu faktor historis yang sering mempengaruhi conscious ego.

  Selain faktor personal unconscious, faktor historis lainnya adalah ingatan atau bawaan yang selalu muncul ke dalam conscious ego yang dipengaruhi oleh manusia sebelumnya atau nenek moyang manusia. Ingatan tersebut disebut

  

collective conscious. Jung sebagaimana dikutip Shelburne (1988:28) menyatakan:

  

personal psyche, it has contents and modes of behavior that

are more or less the same everywhere and in all individuals.”

  Menurut kutipan di atas disebutkan bahwa collective unconscious memiliki sifat yang universal atau dalam artian ingatan ini mencakup seluruh peninggalan yang diwariskan oleh nenek moyangnya seperti konsep ibu, air, bumi, dan lain sebagainya. Seperti contoh seorang ibu akan memberikan seluruh kasih sayangnya kepada anaknya, dan kemudian tanpa disadari hal itu akan diturunkan kembali oleh generasi selanjutnya.

  Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur psyche yang terdapat dalam diri manusia yakni conscious ego, personal unconscious, dan

  collective unconscious saling berpengaruh satu dengan lainnya.

  Struktur psyche tersebut akan memunculkan gangguan kepribadian terhadap seseorang jika orang tersebut sering menemukan atau menjumpai sesuatu yang sering mengingatkan akan masa lalunya yang pahit sehingga akan mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang berujung pada timbulnya kecemasan.

2.1.2 Kecemasan

  Gangguan kepribadian berupa kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar dipicu oleh kematian ayahnya, dia selalu merasa jiwanya terancam dan dapat diidentifikasikan bahwa dia mengalami berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya. Menurut Kring et al. (2006:120):

  

“Anxiety is defined as apprehension over an anticipated

  

aspect of fear versus the “anticipated” aspect of anxiety-fear

tends to be about a threat that‟s happening now, whereas

anxiety tends to be about a future threat.”

  Berdasarkan penjelasan di atas, kecemasan merupakan respon biologis berupa antisipasi yang dialami oleh seseorang terhadap ancaman yang akan dihadapinya. Gangguan kecemasan merupakan gangguan yang dialami oleh seseorang disebabkan oleh peristiwa yang telah dialaminya sehingga dia mengalami rasa takut terhadap sesuatu yang dianggapnya akan mengacam hidupnya.

  Kring et al. (2006:121) mengatakan bahwa gangguan kecemasan dapat digolongkan menjadi enam kategori, sebagaimana yang diperlihatkan melalui tabel berikut ini.

  Disorder Description

Specific phobia Fear of object or situation that is out of

proportion to any real danger.

  Social phobia Fear of unfamiliar people or social scrutiny.

Panic disorder Anxiety about recurrent panic attacks;

sometimes accompanied by agoraphobia, a fear of being in places where panic attacks could occur.

  Generalized anxiety disorder Uncontrollable worry for at least 6 months

Obsessive-compulsive disorder Obsession, which are uncontrollable thoughts,

impulses or images; or compulsions, which are repetitive behaviors or mental acts.

Posttraumatic stress disorder Aftermath of a traumatic experience in which

the person reexperiences the traumatic event,

  avoids, stimuli associated with the event, and experiences increased arousal.

Acute stress disorder Symptoms are similar to those of posttraumatic

stress disorder but occur for less than 4 weeks after the traumatic event.

Tabel 2.1 gangguan kecemasan gagasan Kring et al.

  Berikut di bawah ini adalah penjelasan secara menyeluruh dari tabel di atas.

  Gangguan kecemasan fobia (phobia) merupakan ketakutan yang berlebihan disebabkan oleh benda, binatang atau peristiwa tertentu, bersifat tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami seseorang. Namun terkadang orang tersebut mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Kring et al. (2006:121) pun menyebutkan bahwa fobia dibagi menjadi dua yaitu fobia spesifik misal ketakutan terhadap ketinggian (acrophobia), dan ketakutan terhadap tempat tertutup (claustrophobia). Fobia lainnya adalah fobia sosial yang merupakan ketakutan berlebih pada tempat umum, dan orang asing.

  Kring et al. (2006:123-124) menjelaskan bahwa gangguan kecemasan panik (panic disorder) merupakan serangan panik yang terjadi secara tiba-tiba disertai dengan timbulnya gejala-gejala seperti pusing, denyut jantung yang cepat, dan disertai dengan perasaan berada dalam bencana. Selanjutnya Gangguan kecemasan menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder) merupakan gangguan atau masalah kecil, seseorang tidak bisa mengontrol masalah kecemasannya yang berlebihan seperti cemas akan kematian, kecelakaan, bahaya dalam dirinya dan lain-lain.

  Menurut Kring et al. (2006:125) gangguan kecemasan obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder), obsesi merupakan cerita yang sering mengganggu secara berulang-ulang dan muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak terlalu tampak irasional bagi seseorang yang mengalaminya, sedangkan kompulsi merupakan perilaku

  

repetitive yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan

  tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif.

  Kring et al. (2006:126-127) juga menambahkan bahwa gangguan stress pasca trauma (Post Traumatic-Stress Disorder) merupakan kecemasan traumatik akan peristiwa tragis yang terjadi pada orang-orang disekitarnya atau bahkan keluarganya. Terakhir yakni gangguan kecemasan akut (Acute Stress Disorder) merupakan gangguan kecemasan yang gejala-gejalanya sama dengan gangguan stress pasca trauma namun berlangsung hanya empat minggu atau kurang dari empat minggu.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sesorang dapat mengalami gangguan kepribadian yang diakibatkan oleh kesadaran dan ketidaksadarannya. Gangguan kepribadian tersebut sering kali dialami manusia pada umumnya dan bisa juga terjadi pada tokoh dalam sebuah karya sastra, karena karya sastra merupakan sebuah hasil dari imajinasi manusia yang sesuai dengan kehidupan nyata.

  Agar dapat menggabungkan semua teori tersebut ke dalam data dalam novel, maka diperlukan teori pengkarakterisasian agar dapat menggabungkan tokoh dengan teori.

2.2 Karakter

  Karakter dalam novel adalah cerminan dari makhluk hidup, tingkah laku, sifat, dan keadaan tempatnya sama dengan makhluk hidup pada umumnya. Oleh karena itu penulis sebuah karya sastra berbentuk novel semestinya harus membuat karyanya seperti cerita makhluk hidup, hal ini sesuai denga pernyataan Card (1988:4):

  

“The characters in your fiction are people. Human beings, yes

I know you make them up. But readers want your character to

seem like real people. Whole and alive, believable and worth

caring about. Readers want to get to know your character as

well as they know their own friends, their own family. As well

as they know themselves.

  

  Dari penjelasan di atas dijelaskan bahwa seorang penuis harus membuat tokoh dalam karya sastra seperti makhluk hidup karena dengan begitu pembaca akan dengan mudah menjalankan imajinasinya untuk membaca karya sang penulis seperti dia melihat tokoh yang hidup pada dunia nyata, agar tokoh dalam novel dapat dengan mudah dianalisis seperti halnya manusia menilai karakter manusia lainnya. Karakter tiap individu baik dalam kehidupan nyata maupun dalam sebuah karya sastra mempunyai motif yang berbeda satu dengan lainnya, dan dari motif tersebut muncul nilai moral dalam semua tindakan individu. Card (1988:5) mengatakan:

  

“Motive is what gives moral value to a character‟s act. What a

character does, no matter how awful or how good, is never

morally absolute: What seemed to be murder may turn out to

have been self-defense, madness, or illusion; what seemed to

be a kiss may turn out to have been betrayal, deception, or

irony.”

  Kutipan di atas menjelaskan bahwa tindakan setiap individu selalu dilandasi dengan motif yang sudah direncanakan untuk melakukan suatu tindakan, baik itu motif yang buruk maupun baik. Seseorang tidak bisa dengan mudah mengetahui motif apa yang ada dalam tindakan baik dan buruknya dia tanpa melakukan beberapa pertanyaan dan penjelasan kepada orang tersebut. Hal itu berbeda dengan sebuah karya sastra karena di dalam karya sastra yang berbentuk fiksi, pembaca akan dapat dengan mudah mengetahuinya dengan membaca alur ceritanya secara seksama dan menyeluruh seperti yang diungkapkan oleh Card (1988:6).

  

“We never fully understand other people‟s motives in real life.

In fiction, however, we can help our readers understand our

character‟s motives with clarity, sometimes even certainty.

  

This is one of the reasons why people read fiction-to come to

some understanding of why other people act the way they do.”

  Pernyataan di atas memperlihatkan bahwa seseorang tidak dapat dengan mudah megetahui motif dari sebuah tindakan yang dilakukan orang lain. Namun, dalam cerita sebuah karya sastra berbentuk fiksi seseorang akan dengan sangat mudah mengetahui motif dari karakter dalam penokohan karya tersebut karena di dalamnya terdapat penggambaran cerita secara detail yang dapat membantu si pembacanya untuk menemukan motif yang dilakukan untuk melakukan sebuah tindakan.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Pada bagian ini penulis memaparkan objek penelitian, sinopsis dari

  sumber penelitian yang digunakan, pengumpulan data, dan bagaimana cara penulis menganalisis data yang didapatkannya dari novel.

  3.1 Objek Penelitian

  Objek penelitian yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah gangguan kepribadian berupa gangguan kecemasan yang terjadi pada tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close. Penulis mendeskripsikan dan menjabarkan berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang dialami Oskar.

  Gangguan kecemasan tokoh Oskar menarik untuk dipaparkan agar dapat mengetahui penyebab yang melatarbelakangi timbulnya gangguan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini membahas dan memaparkan berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang selalu dirasakan tokoh Oskar sebagai gejala yang sering mengganggu kejiwaanya.

  3.2 Metode Penelitian

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan tujuan analisis seperti yang dijelaskan oleh Djadjasudarma (1996:8)

  

“Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan

membuat deskripsi; membuat gambaran, lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta

hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.

  

  Berdasarkan kutipan di atas, penulis menggunakan metode deskripsif dalam menganalisis data. Metode tersebut membantu penulis untuk menggambarkan data secara sistematis, faktual yang didapat dari novel. Kemudian, setelah menggambarkan data data yang didapat dengan menggunakan metode tersebut penulis menerapkan teori kepribadian untuk menjelaskan gangguan kecemasan yang dialami Oskar dan menggunakan teori gangguan kecemasan untuk mengetahui jenis-jenis kecemasan apa saja yang muncul dalam tokoh Oskar.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi kepustakaan untuk memperoleh informasi dalam novel sesuai dengan topik yang diteliti yakni mengenai gangguan kecemasan.

  Berikut ini adalah langkah-langkah yang diambil dari proses pengumpulan data:

  1. Membaca Novel Penulis membaca novel karya Jonathan Safran Foer yang berjudul

  

Extremely Loud & Incredibly Close secara menyeluruh agar dapat mengetahui

jenis-jenis gangguan kecemasan yang muncul dalam tokoh Oskar.

  2. Pemilihan Data Penulis memilih data yang berhubungan dengan gangguan kecemasan yang muncul pada tokoh utama dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close karena dari semua alur jalannya cerita pada novel tersebut, gangguan kecemasan lebih sering diperlihatkan dan dialami oleh tokoh Oskar.

  3. Klasifikasi Data Penulis mengklasifikasikan data ke dalam kelompok gangguan kecemasan yang muncul pada tokoh utama, Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly

  Close.

3.2.2 Teknik Analisis Data

  Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teori pengkarakterisasian yaitu penulis berimajinasi bahwa semua tokoh dalam novel tersbut seperti makhluk hidup agar penulis dapat menganggap tokoh tersebut seperti manusia, mereka hidup dan mempunyai motif dalam semua hal yang dilakukannya. Setelah itu kemudian penulis mengelompokkan semua data yang sudah diperoleh berdasarkan penggabungan jenis-jenis kecemasan yang muncul. Setelah itu, penulis menjabarkan data dan menganalisisnya dengan menggunakan teori gangguan kecemasan dan teori kepribadian yang berstruktur pada psyche yakni

  conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious.

3.3 Sinopsis novel Extremely Loud & Incredibly Close

  Novel Extremely Loud & Incredibly Close karya Jonathan Safran Foer merupakan salah satu novel yang menceritakan tentang tragedi penyerangan terhadap gedung World Trade Center yang terjadi pada 11 September 2001 yang kemudian tragedi tersebut dikenang dan terkenal dengan sebutan tragedi 9/11.

  Namun, penggambaran alur cerita pada novel tersebut bukan menitikberatkan kepada bagaimana tragedi tersebut terjadi, atau pun tokoh yang sedang berada dalam tragedi tersebut, namun ceritanya lebih menekankan kepada dampak yang ditimbulkan dari tragedi tersebut terhadap keluarga yang menjadi korban. Salah satu anggota keluarga yang ditinggalkan dan paling merasakan dampaknya adalah tokoh dalam novel tersebut yakni Oskar.

  Oskar mengalami gangguan kecemasan yang dipicu oleh kematian ayahnya yakni Thomas Schell. Dia adalah seorang anak yang tidak suka bergaul dengan anak sebayanya ataupun berinteraksi dengan orang lain dan satu-satunya teman yang paling dekat dengannya adalah ayahnya. Semenjak ayahnya meninggal dalam tragedi 9/11, Oskar tidak bisa melakukan kegiatan sehari- harinya dengan baik, ditambah dia menganggap ibunya mempunyai hubungan khusus dengan pria lain. Dia merasa orang yang paling kehilangan atas kematian ayahnya adalah dirinya dan dia juga merasa kasih sayang ibunya telah hilang.

  Keadaan itu membuatnya selalu merasa cemas. Pada sutu hari dia mencari sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya, dan dia menemukan sebuah kunci yang dia temukan di dalam vas bunga milik mendiang ayahnya, lantas dia berpikir bahwa petunjuk “Black” dalam sebuah amplop yang dia temukan di dalam vas bersamaan dengan kunci tersebut dia melakukan pencarian lubang kunci yang cocok untuk kunci tersebut dengan mengunjungi 472 orang dengan nama belakang “Black” yang tinggal di New York dengan 216 alamat berbeda. Setiap kali dia melakukan pencarian, dia selau merasa dekat dengan ayahnya. Dalam pencariannya tersebut Oskar selalu mengalami gangguan kecemasan karena dia selalu menemui sesuatu yang sering mengingatkannya akan tragedi kematian ayahnya.

  Cerita dalam novel tersebut digambarkan secara jelas dimulai dari flash

  

back sebelum ayahnya Oskar meninggal, kemudian Oskar memulai pencariannya,

  sampai akhir pencarian lubang kunci yang didalamnya tergambarkan bermacam- macam gangguan kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar dan kemudian semua rasa kecemasannya itu perlahan-lahan dapat teratasi oleh obsesinya untuk menemukan lubang kunci tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN

  4.0 Pendahuluan

  Analisis karakter Oskar, tokoh utama pada novel Extremely Loud &

  

Incredibly Close, dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis

  gagasan Carl Gustav Jung. Teori kepribadian Jung, bagian dari pendekatan psikoanalisis, diterapkan melalui tiga tahapan analisis yang meliputi: (1) pemaparan kategori gangguan kecemasan yang dialami oleh karakter Oskar, (2) pengidentifikasian faktor-faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan, dan (3) penjabaran tindakan apa yang dilakukan karakter Osar untuk mengatasi gangguan kecemasannya. Berikut ini penjabaran analisis berdasarkan rentetan kejadian.

  

4.1 Gangguan Kecemasan Oskar, Faktor-faktor Penyebab, dan Tindakan

Oskar untuk Mengatasinya.

  Gangguan kecemasan tokoh Oskar, seorang anak laki-laki berusia 9 tahun, dipicu oleh kematian ayahnya, Thomas Schell, pada tragedi 9/11. Oskar yang sangat dekat dengan ayahnya merasa sangat terpukul atas kematian ayahnya, dan hal ini menyebabkan kecemasan yang teramat sangat pada diri Oskar. Jika melihat masa sebelum ayahnya tercinta meniggal dunia, Oskar tidak mau bergaul dengan teman sebayanya dan satu-satunya teman yang paling dekat dengannya adalah adalah ayahnya. Kedekatan ayah dan anak ini diperlihatkan melalui percakapan

  

“Dad? “Yeah?” “Could you tell me a story?” “Sure.” “A

good one?” “As opposed to all the bring ones I tell.” “Right.”

I tucked my body incredibly close into his, so my nose pushed

into his armpit. “And you won‟t interrupt me?” “I‟ll try not

to.” “Because it makes it hard to tell a story.” “And it‟s

annoying.” “And it‟s annoying.”

“ The moment before he started was my favorite moment.”

(2005:13).

  Percakapan tersebut merupakan rutinitas yang mereka lakukan sebelum tertidur di malam hari. Ayahnya selalu menemani dan membacakan buku cerita sampai Oskar tertidur. Selain merupakan rutinitas yang sering mereka lakukan, percakapan di atas juga memperlihatkan kedekatan Oskar dengan ayahnya,

  “I tucked my bo dy incredibly close into his, so my nose pushed into his armpit.”