Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merk terhadap Minat Beli (Survey pada Konsumen Bloods Distribusi Outlet Bandung)

(1)

Created by trial version, http://www.pdf-convert.com

PENGARUH SUASANA TOKO DAN CITRA MEREK

TERHADAP MINAT BELI

(Survey Pada Konsumen Distribusi Outlet Bloods Bandung)

The Influence of Store Atmosphere and Brand Image to

Buying Interest

(Survey at consumer of Bloods Distribution Outlet Bandung)

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia .

Disusun Oleh : Akbar Roffiana Salim

21209027

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2013


(2)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb,

Dengan mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas segala karunia, hidayah, inayah serta memberikan kekuatan, ketabahan, kesabaan dan peunjuk bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan judul “Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merek terhadap Minat Beli (Survey pada Konsumen Bloods

Distribution Outlet)” (The Influence of Store Atmosphere and Brand Image to Buying Interest (Survey at costumer of Bloods Distribution Outlet).

Dengan terselesaikannya skripsi ini, peneliti ingin menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Mamah Hj. Dedeh Faridah dan Bapak Ir. H. Arkat Agus Salim yang sangat peneliti sayangi. Saya persembahkan karya terindah ini untuk Bapak dan Mamah yang sangat saya cintai, untuk setiap doa yang selalu dipanjatkan, untuk setiap tetesan keringat yang yang telah dicucurkan, untuk setiap dukungan yang diberikan, semoga saya bisa menjadi anak yang membanggakan.Amin.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih atas semua bimbingan serta bantuannya, serta penghargaan setinggi-tingginya sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada:


(3)

vii

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Dr. Dedi Sulistiyo S.,MT selaku Dekan Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia sekaligus penguji dalam pembuatan skripisi ini yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dalam membimbing dan menguji.

3. Dr. Raeni Dwi Santy SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen di Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus dosen pembimbing dalam proses pembuatan skripsi ini, terima kasih atas bimbingan, masukan dan arahan yang selama ini telah bunda berikan kepada penulis. Serta pelajaran dan ilmu yang bunda berikan kepada penulis. Tidak hanya ilmu yang penulis dapatkan tetapi juga arti penting dalam menghadapi hidup baik dalam menghargai dosen, teman, diri sendiri, waktu, serta disiplin dalam segala hal yang bunda ajarkan kepada penulis. Semua yang sudah terlewati bersama menjadi pengalaman yang menyenangkan dan tidak akan pernah dilupakan oleh penulis. Thank you for everything, Mom.You are the best I ever had. 4. Isniar Budiarti SE.,M.Si selaku dosen wali MN 1 2009. Terima kasih telah

memberikan saran dan masukan selama penulis menempuh proses belajar di Universitas Komputer Indonesia..

5. Windi Novianti.,SE.MM selaku Penguji dalam proses pembuatan skripsi ini, terima kasih atas masukan, bimbingan dan ilmu komputer yang diberikan ibu selama proses belajar di Universitas Komputer Indonesia.


(4)

viii

6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan bagi penulis selama menyelesaikan studi ini mohon maaf tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

7. Rismaya S.Sos dan Hana Umi Kulsum, A.Md selaku sekretariat jurusan Program Manajemen yang telah membantu dan memberikan informasi yang lengkap dan ter up to date, yang tidak henti-hentinya dan lelah-lelahnya memberikan nasehat ,bantuan, serta masukan mengenai perkuliahan di Universitas Komputer Indonesia.

8. Firdaus Pariaman dan Firman selaku pimpinan Bloods yang telah mengizinkan, memberikan informasi, selama penulis melakukan penelitian di Bloods Distribution Outlet.

9. Crew Bloods Rara, Piun, Ilham Muqit Salim yang telah memberikan informasi selama penelitian di Bloods .

10.Elis Listiani Salim.,Spd dan Dedi Ariyanto A.Md selaku kakak yang telah memberikan motivasi dalam proses penulisan skripsi ini.

11.Nova Riska Kumalasari, SE yang telah memberikan motivasi, memberikan masukan dalam proses pembuatan skripsi ini.

12.Arie Firmansyah, Ari Normansyah, Fatria Teguh Nugraha Kuspandi, Taufik Ramdani, Gilang Agustya Hidayatulloh, Muhammad Adhi Mukti, Ardy, Said, Akmal, Edwin M.Miraz, Muhammad Umar, Irfan Bana, Murdiani, Ragil Prasetyo, Goegah Gundara, Wawan Leutik, Bu e, Teh Uni, Om Heru, Abdul Qodir, A Kupat, Jamil Tagor, Lutfi Ebrot, Sakti, Engkong, Keos Lutfil Hadi,


(5)

ix

Jhon Dena, Dado , mang Ogun, serta teman-teman di Ukm Atm Mandiri Mandiri, MN1, Riben Squad 6, Komunitas Skinhead, CBHC motor Club, dan teman-teman yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Untuk kesempurnaan skripsi ini maka kritik dan saran membangun sangat peneliti nantikan. Penulis mengharapkan mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi keberkahan untuk semuanya, amin. terimakasih.

Bandung, Juli 2013

Akbar Roffiana Salim 21209027


(6)

162

Assael, H. 2002. Consumer Behaviour and Marketing Action Fourth Edition. New York : Kent Publishing.

Barker, Chris, Pistrang, Nancy.,& Elliot,Robert. 2002. Reasearch Methods In Clinical Psychology Second Edition . Jhon Wiley & Sons.

Berman, Barry dan Evans, Joel R, (2004). Retail Management A Strategic Apporoach. Ninth Edition. New Jersey : Pearson Education International.

Berman, Barry dan Evans, Joel R. (2007). Retail management: a strategic approach. Edisi-10. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Bilson Simamora. (2003). Panduan Riset Perilaku Konsumen, Penerbit Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl Mcdaniel. 2001. Pemasaran. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat.

Cristina Widya Utami, 2006. Manajemen Ritel (Strategi dan Implementasi Ritel Modern). Jakarta: Salemba Empat.

Hendri, Ma’ruf. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Hermawan Kertajaya, 2004. Hermawan Kertajaya on Marketing Mix. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama.

J, Paul Peter dan Olson, 2000, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi 4, jilid 1. Jakarta : Erlangga.

John C. Mowen & Michael Minor. (2002). Perilaku Alih Konsumen. Alih bahasa Lina Salim. Jakarta : Erlangga.

Keller, Kevin Lane. 2003. Strategic Management, Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.


(7)

163

Kotler, Keller. 2007. Manajemen Pemasaran 1Edisi Ke-12. Jakarta : PT. Indeks.

Kotler, Philip. 2003. Marketing Management International Edition. Eleventh Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, Philips. 2004. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Terjemahan Drs. Benyamin Molan. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.

Kotler, Phillip, & Garry Amstrong. 2006. Principles of Marketing, 11th Edition Pearson International Edition. New Jersey : Prentice Hall.

Kotler, Phillip. 2000. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan, Jakarta: Prenhallindo.

Kotler, Phillip. 2002. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Milenium. Jakarta : PT. Prenhallindo

Levy dan Weltz 2001. Retailling Management. Boston : Mc. Graw Hill. Irwin.

Siagian. S. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandug : CV.Alfabeta.

Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: Penerbit PT Ghalia Indonesia

Sutisna & Teddy Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(8)

164

Wibowo. Prof, Dr, SE, M.Phil. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Artikel :

http://pelita.or.id /baca.php?id=51119 (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

http://finance.detik.com/ read/2012/04/10/120422/1888687/4/wah-geser-jakarta-bandung-jadi-destinasi-baru-pusat-belanja (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

http://www.bandung.go.id (diunduh pada tanggal 31 Januari 2013)

Jurnal :

E. Desi Arista Sri Rahayu Tri Astuti. SSN 1693-928X . Vol. 13 No. 1 hal. 37-45 .2011. Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek, Dan Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen.

Huda, Akhsanul dan Martaleni. Vol. 4, No. 1. Hlm. 1-14. 2007. Penerapan Strategi Physical Surrounding terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Lesehan dan Galeri Joglo Dau. Jurnal Manajemen. Gajayana.

Muhammad Fuad. ISSN:2085-0972 Tahun 2010.Store Atmosphere Dan Perilaku Konsumen Di Toko Buku Gramedia Malang.

Stephen L. Sondoh Jr. , Maznah Wan Omar , Nabsiah Abdul Wahid et .al .Asian Academy of Management Journal, Vol. 12, No. 1, 83–107, January 2007. The Effect Of Brand Image On Overall Satisfaction And Loyalty Intention In The Context Of Color Cosmetic


(9)

165

Syed Saad Hussain Shah, Jabran Aziz, Ahsan raza Jaffari, Sidra Waris, Wasiq Ejaz, Maira Fatima and Syed Kamran Sherazi Iqra University, Islamabad Campus, Pakistan. Asian Journal of Business Management 4(2): 105-110, 2012. ISSN: 2041-8752© Maxwell Scientific Organization, 2012 Submitted: July 17, 2011.Published: April 15, 2012 .The Impact of Brands on Consumer Purchase Intentions

Radji, Djoko Lesmana. Penelitian Vol 10, No 1 (2009): Jurnal Bisnis & Manajemen - Articles. Hubungan Citra Merek, Kepuasan dan Loyalitas Konsumen

Raeny Dwi Santy dan Muhammad Ihsan, Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol. 11 No.1,

Rangkuti, Freddy (2002). Measuring Customer Satisfaction Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Resti Meldarianda, Henky Lisan S. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal 97-108.ISSN:1412-3126.Vol .17 No.2 Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung.


(10)

1 1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, Era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan Indonesia, sementara di sisi lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang makin ketat baik antar perusahaan domestik maupun perusahaan asing. Dengan kondisi tersebut, maka peran aspek pemasaran sangat menunjang daya saing perusahaan dalam mengantisipasi kondisi persaingan tersebut, utamanya dalam tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Kegiatan pemasaran yang berorientasi pada pelanggan yang dilakukan oleh suatu perusahaan sangatlah menentukan keberhasilan usaha perusahaan tersebut di masa yang akan datang.

Perusahaan harus meningkatkan kepekaannya terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Perusahaan perlu mengubah dari paradigma lama ke paradigma baru. Paradigma baru memandang produk dari kacamata konsumen. Fokus paradigma baru ini adalah bukan pada bagaimana membuat produk tetapi bagaimana sebaiknya memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Paradigma baru melibatkan konsumen dalam organisasi, maksudnya adalah agar tumbuh komunikasi yang berguna untuk menjalin hubungan antara konsumen dengan perusahaan.


(11)

2

Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Sebagai kota besar yang terus berkembang, laju pertumbuhan perekonomian serta perubahan teknologi dan arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis. Pasar yang semakin dinamis, mengharuskan para pelaku bisnis untuk secara terus-menerus berimprovisasi dan berinovasi dalam mempertahankan para pelanggannya.

Dikutip dari sebuah surat kabar elektronik bahwa Bandung mendapatkan peringkat sebagai kota yang akan mengalami lompatan besar dalam pertumbuhan daya saing, Terpilihnya Bandung sebagai proyek percontohan kota kreatif Se-Asia Timur merupakan sebuah penghargaan sekaligus tantangan untuk membuktikan keandalan kota yang selama ini dikenal sebagai pionir perkembangan industri kreatif di indonesia. Selain itu, Kota Bandung juga terpilih sebagai proyek percontohan ekonomi kreatif yang diikuti 11 negara di Yokohama jepang akhir Juli 2007.

Hal itu dikatakan Kadisbudpar Jawa – Barat Budhyana kepada Pelita diruang kerjanya Senin (16/6). Dia melanjutkan, daya tarik industri di Bandung yang dihasilkan oleh komunitas – komunitas yang berkembang sendiri selama 10 tahun terakhir dan produknya, terutama fashion, menjadi tren hidup kaum muda. (http://pelita.or.id, diunduh pada tanggal 31 Januari 2013).

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (LPE) di Kota Bandung selama 6 (enam) tahun terakhir (Tahun 2006 – 2011) menunjukkan peningkatan yang positif. Jika pada tahun 2006 LPE Kota Bandung di tahun 2006 mencapai 7,83%, pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 8,58%.


(12)

Grafik. 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung

Tahun 2006–2011 dan Perbandingannya dengan Tingkat Nasional (%) Sumber : http://www.bandung.go.id

Tingkat LPE Kota Bandung ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja LPE secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi secara nasional. Selama periode 2006-2011, rata-rata LPE Kota Bandung mencapai 8,27%, sedangkan rata-rata LPE nasional secara periode 2006-2011 hanya berada di kisaran 5,83%.

Perkembangan ini dapat pula kita lihat pada sektor bisnis clothing yang menjadi minat besar bagi para pembisnis baru. Ketua Asosiasi Distro Bandung, Ade menuturkan bahwa terjadi perubahan besar dalam bisnis distro, factory outlet (FO) dan perkembangan mal dua tahun terakhir di Bandung. "Memang Bandung selalu menciptakan sesuatu yang baru. Distro, FO, Mall menjadi daya tarik pariwisata, disini clothing distro awalnya dari Bandung," katanya kepada Detik Finance, Selasa


(13)

4

(10/4/2012). Saat ini clothing distro di Bandung jumlahnya sudah mencapai ratusan, misalnya di satu kawasan seperti Sultan Agung dan Trunojoyo saja jumlah sudah sangat banyak. Menurutnya saat ini banyak para pelaku distro di daerah di luar Bandung merasa iri dengan perkembangan pesat Bandung. (http://finance.detik.com, diunduh pada tanggal 31 Januari 2013).

Melalui perkembangan tersebut sudah dapat dilihat bahwa, harga, kualitas dan pelayanan tidak lagi menjadi bahan pertimbangan utama bagi konsumen, saat ini atmosphere (suasana) menjadi faktor penting, suasana yang nyaman dan homey menjadi bahan pertimbangan tersediri bagi konsumen mengunjungi sebuah distro sebelum memutuskan untuk berbelanja di distro tersebut. Meskipun sebuah atmosfer toko tidak secara langsung mengkomunikasikan kualitas produk dibandingkan dengan iklan, atmosfer toko merupakan komunikasi secara diam – diam yang dapat menunjukkan kelas sosial dari produk-produk yang ada didalamnya. Perancangan tersebut dilakukan selain untuk menarik konsumen, juga memicu pembelian oleh konsumen, serta menciptakan suasana tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi emosi konsumen, dan untuk dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku. Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa tiga keputusan utama dalam mendesain lingkungan fisik suatu usaha adalah lokasi, tata letak, serta rangsangan atau atmosphere yang ditimbulkannya.

Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka perlu diciptakan store atmosphere yang baik. Store atmosphere merupakan perpaduan antara unsur-unsur penampilan dari sebuah toko seperti pencahayaan, warna, musik,


(14)

aroma dan komunikasi visual untuk menciptakan suasana yang dapat mempengaruhi persepsi dan respon konsumen ( Levy & Weitz, 2007:576).

Store atmosphere merupakan salah satu elemen dari retailing mix yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian. Dengan menciptakan store atmosphere yang menyenangkan, diharapkan konsumen akan merasa nyaman dan betah berlama-lama didalam ruangan yang dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen untuk merangsang keinginan membeli yaang tidak direncanakan. (Sumber: Evan & Berman, 2007:545).

Store atmosphere menjadi semakin penting karena dewasa ini ada kecenderungan berubahnya motif seseorang untuk berbelanja, dimana kegiatan berbelanja tidak hanya sebagai kegiatan fungsional untuk membeli barang-barang saja tetapi sebagai kegiatan mengisi waktu, rekreasi, hiburan atau bahkan pelepas stress. Jadi ketika seorang konsumen masuk toko tidak akan hanya memberikan penilaian produk yang akan ditawarkan, tetapi juga kan memberikan penilaian terhadap kreatifitas penciptaan suasana toko.

Harapan yang dimiliki seorang konsumen belum tentu akan mendorong konsumen yang bersangkutan untuk melakukan pembelian. Harapan tersebut harus mampu distimulir sehingga timbulnya tekanan untuk segera mewujudkannya dalam bentuk tindakan pembelian. Terdapat bermacam faktor yang dapat menjadi stimulus, antara lain adalah store atmosphere. Pihak manajemen toko dapat mendesain atmosfir toko sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman di dalam diri konsumen sehingga ia bersedia melaksanakan keputusan pembeliannya (Kotler, 2006;


(15)

6

Sutisna, 2003). Dengan kata lain, store atmosphere bisa mempengaruhi perasaan atau mood dari para konsumen yang berkunjung ke toko milik perusahaan sehingga tertarik untuk melakukan keputusan pembelian.

Keyakinan (kepercayaan) dan evaluasi konsumen terhadap suatu produk membentuk sikap konsumen. Sikap memainkan peranan utama dalam membentuk perilaku (Engel, Blackwell, Miniard, 1994:337). Karena dalam memutuskan produk dan merek yang akan dibeli maka konsumen akan memilih produk dan merek yang dievaluasi secara paling menguntungkan. Sehingga adanya sikap yang baik dan positif atas berbagai atribut produk yang ditawarkan oleh perusahaan, maka konsumen akan melakukan pembelian berulang terhadap produk tersebut.

Konsumen dapat mengetahui manfaat dari penggunaan produk melalui atribut produk sehingga dapat membantu konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Menurut Wibowo (2000 : 9) atribut produk dan manfaat (benefit) adalah dua faktor yang saling berhubungan. Karena konsumen akan menentukan seberapa besar manfaat suatu produk berdasarkan atribut dominan. Oleh karena itu atribut produk harus mempunyai keistimewaan dan manfaat yang dicari oleh konsumen. Sikap mengarahkan individu didalam membentuk niat untuk membeli produk atau tidak membeli produk (Schutte dan Ciarlante, 1998 : 83). Teori Fishbein menjelaskan pembentukan sikap sebagai tanggapan atas atribut – atribut (Sutisna, 2002 : 111).

Selain pengaruh store atmosphere terhadap daya beli konsumen, brand image dari sebuah produk juga merupakan hal terpenting, karena brand image akan


(16)

membawa citra suatu perusahaan. Merek adalah nama, istilah, tanda atau desain, atau kombinasi dari semua ini yang memperlihatkan identitas produk atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan membedakan produk itu dari produk pesaing (Kotler dan Keller, 2007).

Merek memberi sejumlah keuntungan pada produsen maupun konsumen. Simamora (2002) menyebutkan dengan adanya merek, masyarakat mendapat jaminan tentang mutu suatu produk yaitu dengan memperoleh informasi yang berkaitan dengan merek tersebut. Dikenalnya merek oleh masyarakat membuat pihak perusahaan meningkatkan inovasi produk untuk menghadapi persaingan. Sedangkan bagi produsen merek tentunya bermanfaat untuk melakukan segmentasi pasar, menarik minat beli konsumen untuk membeli produk dari merek tersebut serta memberikan perlindungan terhadap produk yang dihasilkan.

Pada dasarnya perbedaan antara merek satu dengan yang lainnya, bagian pada marketing perusahaan akan lebih mudah membangun hubungan kerja dengan keunikan dari merek yang mereka miliki yang kemudian akan berlanjut menjadi kepopuleran bagi produk serta market share.

Bloods Distribution Outlet merupakan sebuah perusahaan clothing independent yang didirikan pada tahun 2002 inisiatif dari pendirinya yaitu Firdaus Patriaman, dengan nama awal Bloods Shedrain hingga tahun 2005. Nama Bloods diartikan dari darah manusia yang bisa membuat manusia hidup, maka dengan pemberian nama tersebut harapannya Bloods Distro dapat menyediakan kebutuhkan manusia untuk kehidupannya seperti pakaian dan alat pelindung yang dikenakan


(17)

8

lainnya. Dalam perkembangannya Bloods pernah bekerja sama dengan Blaze Distribution Outlet dalam bentuk konsinyasi, namun kini Bloods sudah mampu berdiri sendiri dengan memiliki hak paten atas brand image nya dan kini Bloods Distro sudah mempunyai 4 toko bertempat di Bekasi 2 toko, Jakarta 1 toko, dan 1 toko di Bandung yang menjadi awal lahirnya Bloods Distrtibution Outlet.

Bermula dengan hanya menitipkan barang di beberapa Distribution Outlet (Distro) di kawasan Bandung, hingga memiliki toko yang dinamakan Bloods Distro di Jl. Sultan Agung no. 25 Bandung sejak tahun 2005. Sampai saat ini jumlah pelanggan Bloods sudah mulai meningkat, baik di Bandung maupun diluar Bandung khususnya pelanggan dari kalangan anak SMP, SMA, mahasiswa bahkan sampai pada usia diatas 30 tahun lebih. Pendatang yang sengaja ataupun yang tidak sengaja, membeli ataupun hanya melihat–lihat saja mereka didominasi pengunjung dari luar Bandung, yaitu orang Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bekasi, bahkan dari mancanegara seperti Singapura dan Malaysia.

Sedangkan barang–barang yang dijual adalah T-Shirt, Half T-Shirt (oblong), celana bahan (Chino), celana panjang jeans, celana jeans pendek, ikat pinggang, topi, sweater, jaket, dompet, Kupluk (Scraft), Boxer (celana pendek laki-laki), sandal dan sebagainya, dimana barang-barang yang dijual tersebut khusus hanya barang-barang yang diproduksi oleh Bloods Distribution Outlet sendiri.


(18)

Tabel 1.1

Jumlah Konsumen yang berkunjung ke Bloods Distribution Outlet 6 bulan terakhir

Bulan Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

September 2012 512

Oktober 2012 405

November 2012 389

Desember 2012 488

Januari 2013 320

Februari 2013 287

Jumlah 2401

Rata-Rata 2401 = 400,11 6

Source: data pengunjung 6 bulan terakhir dari Bloods Distribution Outlet

Data yang didapat penulis dari Distro Bloods selama 6 bulan terakhir dari bulan September 2012 sampai bulan Februari 2013 berjumlah 2401 orang. Pada bulan September pengunjung melonjak pada angka 512 karena berkenaan dengan Hari Raya Idul Fitri. Sedangkan pada bulan seterusnya pengunjung dapat dikatakan stabil, namun lonjakan kembali meningkat pada bulan Desember hal ini dikarenakan adanya pergantian tahun yang cenderung Bloods Distribution Outlet mengadakan diskon akhir tahun. Bulan Januari pengunjung kembali stabil di angka 320 pengunjung, namun pada bulan Februari Bloods mengalami penurunan pengunjung sebesar 287 orang karena Bloods tidak mengadakan acara-acara promosi tertentu.


(19)

10

Tabel 1.2

Hasil Survei Awal Store Atmosphere

Penulis melakukan penyebaran kuesioner awal terhadap 50 responden yang diberikan kepada pengunjung Bloods hal ini untuk mengetahui fenomena yang terjadi pada Bloods Distribution Outlet. Setelah dilakukan penelitian awal, ternyata ditemukan beberapa kelemahan dari Distro Bloods. Terdapat 4 point masalah Store Atmosphere pada Bloods Distribution Outlet. Dari 50 kuesioner yang disebarkan kepada responden, 76% responden mengeluhkan tentang kenyamanan Store Exterior di Bloods dan 24% merasakan kenyamanan Store Exterior di Bloods, hal ini tentunya suatu permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Bloods. Hal ini mungkin terjadi karena pihak Bloods kurang memperhatikan kondisi Store Exteriornya

Store Atmosphere

No. Pertanyaan

Baik %

Ya Tidak Ya Tidak

1 StoreExterior sudah membuat anda nyaman 12 38 24% 76%

2 General Interior Bloods sesuai dengan konsep

Hardcore 20 30 40% 60%

3 Store Layout sudah strategis 23 27 46% 54%

4 Interior Point of Interest Display sudah memberikan

informasi sesuai dengan yang diharapkan 18 32 36% 64%

Jumlah 73 127 146% 254%


(20)

khusunya tempat parkir yang sempit dan tingkat keamanan kendaraan mereka saat diparkir di Bloods. Sehingga konsumen kurang merasa nyaman berbelanja ke Distro Bloods.

General Interior di Bloods yang tidak sesuai dengan konsep Hardcorenya terbukti sebanyak 60% responden mengatakan tidak dan 40% mengatakan sesuai dengan konsep Hardcore. Padahal Distro Bloods mengusung konsep genre musik Hardcore. Ini juga merupakan pekerjaan rumah bagi Bloods Distribution Outlet untuk konsisten dijalur konsep Tokonya. Kelemahan lainnya dari Distro Bloods yaitu Store Layout, dari 50 responden 54% mengatakan bahwa Store Layout atau Tata Letak Ruang di Bloods kurang efektif (tidak tertata) dan sisanya 46% responden mengatakan efektif (tertata). Fenomena ini timbul mungkin pihak Bloods kurang memanfaatkan space yang ada untuk konsumen. Menurut responden ruangan yang harus ditambah adalah ruang ganti pakaian.dan responden juga menilai arus lalu lintas toko yang harus diperhatikan sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja.

Fenomena yang lain yaitu Interior Point of Interest Display atau Dekorasi Pemikat dalam toko dari 50 responden 64% Distro Bloods tidak memberikan informasi yang jelas kepada konsumen dan sisanya 36% responden memberikan tanggapan Bloods sudah memberikan informasi sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Ini membuktikan bahwa Bloods harus lebih tahu produk apa yang dicari dan diharapkan oleh konsumen dan dekorasi sangatlah penting dalam sebuah toko, karena dekorasi akan lebih mempermudah penyampaian informasi kepada konsumen,


(21)

12

sehingga konsumen tidak merasa kebingungan dalam memilih produk yang akan dibelinya. Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 4 point masalah mengenai Store Atmosphere di Bloods Distribution Outlet yang mengatakan “BAIK” jumlah totalnya adalah 73 responden yang mengatakan “Ya” dan 127 responden mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 18.25 untuk yang mengatakan “Ya” dan 32.5 untuk yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 36.5% untuk yang mengatakan “Ya” dan 63.5% untuk yang mengatakan “Tidak” .

Tabel 1.3

Hasil Survei Awal Brand Image

Kelemahan dari Bloods dilihat dari Brand Image ysitu masih kurangnya konsumen mengetahui secara jauh produk Bloods, survei yang didapat 56% yang tidak mengetahui produk Bloods dan yang mengetahui produk Bloods 44% dari 50 responden. Ini merupakan masalah bagi Distro Bloods, dikarenakan konsep yang di usung Bloods tidak konsisten dengan konsep awal, Distro Bloods cenderung

Brand Image

No Pertanyaan Baik %

Ya Tidak Ya Tidak

1 Mengetahui secara jauh produk Bloods 22 28 44% 56%

2 Kesan pertama terhadap Produk Bloods 27 23 54% 46%

Jumlah 49 51 98% 102%


(22)

merubah-rubah desain produk. Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 2 point masalah mengenai Brand Image di Bloods Distribution Outlet yang mengatakan “BAIK” jumlah totalnya adalah 49 responden yang mengatakan “Ya” dan 58 responden mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 24.5 untuk yang mengatakan “Ya” dan 25.5 untuk yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 49% untuk yang mengatakan “Ya” dan 51% untuk yang mengatakan “Tidak”

Tabel 1.4

Hasil Survei Awal Minat Beli

Menurut responden Kualitas produk Bloods 56% responden menjawab tidak memuaskan konsumen dan sisanya 44% responden menjawab merasa puas dengan kualitas produk yang dijual Distro Bloods. Dikarenakan produk Bloods kurang nyaman dipakai dan diferensiasi produk masih minim karena hanya konsep hardcore yang ditawarkan tanpa adanya terobosan produk baru yang ditawarkan kepada

Minat Beli

No Pertanyaan Baik % %

Ya Tidak Ya Tidak 1 Kualitas produk Bloods merangsang minat beli

konsumen 22 28 44% 56%

2 Produk Bloods dapat memuaskan kebutuhan

konsumen 20 30 40% 60%

Jumlah 42 58 84% 116%


(23)

14

konsumen. Fenomena terakhir yang didapat di Bloods menurut survei awal penyebaran kuesioner, Produk Bloods dapat memuaskan kebutuhan konsumen, yang menjawab tidak memuaskan 60% dan yang tidak memuaskan konsumen 40% dari 50 responden. . Jadi menurut survei awai jumlah keseluruhan dari 2 point masalah mengenai Minat Belidi Bloods Distribution Outlet yang mengatakan “BAIK” jumlah totalnya adalah 42 responden yang mengatakan “Ya” dan 58 responden yang mengatakan “Tidak” , rata-rata nya 21 untuk yang mengatakan “Ya” dan 29 untuk yang mengatakan “Tidak” jadi rata-rata persentase nya adalah 42% untuk yang mengatakan “Ya” dan 58% untuk yang mengatakan “Tidak” . Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang: “Pengaruh Suasana Toko dan Citra Merek terhadap Minat Beli ( Survey Pada Konsumen Bloods Distribution Outlet )

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa ternyata konsumen yang berbelanja di Distro Bloods menyatakan bahwa mengeluhkan tentang kenyamanan Store Exterior di Bloods ini tentunya suatu permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Bloods. Hal ini mungkin terjadi karena pihak Bloods kurang memperhatikan kondisi Store Exteriornya khusunya tempat parkir yang sempit dan tingkat keamanan kendaraan mereka saat diparkir di Bloods. Sehingga konsumen tidak merasa nyaman berbelanja ke Distro Bloods.


(24)

General Interior di Bloods yang tidak sesuai dengan konsep Hardcorenya. Padahal Distro Bloods mengusung konsep genre musik Hardcore. Ini juga merupakan pekerjaan rumah bagi Bloods Distribution Outlet untuk konsisten dijalur konsep Tokonya. Kelemahan lainnya dari Distro Bloods yaitu Store Layout atau Tata Letak Ruang di Bloods kurang efektif (tidak tertata) dan hanya sebagian saja yang mengatakan efektif (tertata). Hal ini timbul mungkin pihak Bloods kurang memanfaatkan space yang ada. Menurut responden ruangan yang harus ditambah adalah ruang ganti pakaian.dan responden juga menilai arus lalu lintas toko yang harus diperhatikan sehingga memudahkan konsumen untuk berbelanja.

Konsumen mengeluhkan tentang kenyamanan Store Exterior di Bloods dan hal ini tentunya suatu permasalahan yang harus diperhatikan oleh pihak Bloods. Hal ini mungkin terjadi karena pihak Bloods kurang memperhatikan kondisi Store Exteriornya khususnya tempat parkir yang sempit dan tingkat keamanan kendaraan mereka saat diparkir di Bloods. Sehingga konsumen tidak merasa nyaman berbelanja di Distro Bloods.

Interior Point of Interest Display atau Dekorasi Pemikat dalam toko belum memberikan informasi yang jelas kepada konsumen. Kelemahan lain di Bloods konsumen masih kurang mengetahui secara jauh produk Bloods. Ini merupakan masalah bagi Distro Bloods, dikarenakan konsep yang di usung Bloods kurang konsisten dengan konsep awal, Distro Bloods cenderung merubah-rubah desain produk.


(25)

16

Menurut konsumen Kualitas produk Bloods belum memuaskan, Dikarenakan produk Bloods kurang nyaman dipakai dan diferensiasi produk masih minim karena hanya konsep hardcore yang ditawarkan tanpa adanya terobosan produk baru yang ditawarkan kepada konsumen

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana Store Atmosphere, Brand Image, dan Minat Beli di Bloods Distribution Outlet Bandung

2) Apakah Store Atmosphere dan Brand Image berpengaruh secara signifikan terhadap Minat Beli baik secara parsial maupun simultan

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data yang relevan untuk mengetahui pengaruh store atmosphere dan brand image terhadap minat beli konsumen pada Bloods Distribution Outlet.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Bertolak dari latar belakang penelitian dan masalah-masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


(26)

1) Untuk mengetahui Store Atmosphere, Brand Image, dan Minat Beli di Bloods Distribution Outlet Bandung

2) Untuk mengetahui Apakah Store Atmosphere dan Brand Image berpengaruh secara signifikan terhadap Minat Beli baik secara parsial maupun simultan

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Bloods Distribution Outlet tentang pentingnya penerapan store atmosphere dan brand image. Selain itu dapat pula diajdikan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk menambah minat beli konsumen pada Distro Bloods Outlet.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pemahaman, uji kemampuan, serta mengetahui lebih jelas penerapan teori yang diperoleh mengenai store atmosphere dan brand image, serta dampaknya terhadap minat beli konsumen.


(27)

18

2. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan pengetahuan, sebagai literatur yang menyajikan informasi dan sebagai bahan referensi untuk penelitian dalam bidang yang sama guna pengembangan ilmu manajemen.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dilakukan Di Bloods Distribution Outlet jalan Sultan Agung No.25 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dilaksanakan Bloods Distribution Outlet. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 12 bulan yang dimulai dari bulan September 2012 sampai dengan Agustus 2013.


(28)

Tabel 1.5 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Februari 2013 Maret 2013 April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Survei: a. Pengajuan

Judul b. Mencari

Perusahaa n

2 Usulan Penelitian: a. Penulisan

UP b. Bimbingan

UP c. Seminar

UP d. Revisi UP

3 Pengumpulan Data:

4 Pengolahan Data

5 Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi b. Sidang Skripsi c. Revisi Skripsi d. Pengumpu

lan Draf Skripsi


(29)

20 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. KAJIAN PUSTAKA

2.1.1. Store Atmosphere

2.1.1.1. Pengertian Store Atmosphere

Penataan interior amat mempengaruhi konsumen secara visual, sensual, dan mental sekaligus. Semakin bagus dan menarik penataan interior sesuatu gerai semakin tinggi daya tarik pada pancaindra pelanggan : penglihatan, pendengaran aroma, rasa, sentuhan, konsep : ide citra dan semakin senang pelanggan berada di gerai itu.

Apa yang disebut dengan store atmosphere atau suasana toko merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi minat beli pada konsumen. Kombinasi yang terdapat di dalamnya akan mempengaruhi perasaan yang membangkitkan keinginan dan timbulnya rasa senang. Penataan pada toko memerlukan penanganan ahli dan biasanya memerlukan bahan yang tidak murah. Karena itu, penataan yang canggih biasa terjadi pada gerai/toko yang mampu yang menghasilkan banyak penjualan dan keuntungan. Ini terjadi pada gerai menengah dan besar dan gerai khusus seperti outlet yang menjual berbagai macam kebutuhan sandang. Outlet yang khusus menjual barang pada pangsa pasar kaum remaja yang mengombinasikan semua unsur agar dapat memikat konsumen dalam hal visual, sensual, mental, yaitu berupa


(30)

cahaya, music, merchanding, tata udara, dan alat bantu dalam bentuk media lain untuk mempermudah konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2004:570),

“Suasana toko (stores atmosfer ) merupakan unsur lain dalam persenjataan produk. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang membuat orang bergerak didalamnya dengan susah dan mudah”.

Menurut Mowen dan Minor (2002:238),

“Store atmosphere merupakan unsur senjata lain yang dimiliki toko. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputar – putar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan. Toko harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Penampilan toko memposisikan toko dalam benak konsumen”.

Sedangkan menurut Utami (2006:12) menggambarkan store atmosphere sebagai berikut :

“Proses penciptaan store atmosphere adalah kegiatan merancang lingkungan pembelian dalam suatu toko dengan menentukan karakteristik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan aktifitas barang dagangan. Lingkungan pembelian yang terbentuk, melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan wangi-wangian, tersebut dirancang untuk menghasilkan pengaruh atau respon emosional dan persepsi khusus dalam diri konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian serta kemungkinan meningkatkan pembeliannya”.

Melalui suasana toko yang sengaja diciptakan oleh ritel, ritel berupaya untuk mengomunikasikan informasi yang terkait dengan layanan, harga maupun ketersediaan barang dagangan yang bersifat fishionablen Menurut Kotler dan


(31)

22

Amstrong yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2004:570) “Suasana toko (store atmosfer) merupakan unsur lain dalam persenjataan produk. Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang membuat orang bergerak didalamnya dengan susah dan mudah”. “Atmosphere (suasana toko) adalah suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli”.

Pengunaan store atmosphere mempunyai sejumlah tujuan, antara lain bahwa penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko dan memposisikan eceran toko dalam benak konsumen, serta bahwa tata letak toko yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola lalu – lintas pelanggan dan perilaku berbelanja (Lamb, Hair dan McDaniel, 2001). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko antara lain jenis dan kepadatan karyawan, jenis dan kepadatan barang dagangan, jenis dan kepadatan perlengkapan tetap (fixture), bunyi suara, aroma, serta faktor visual (Huda dan Martaleni, 2007).

Cakupan strategi Store atmosphere bisa dikelompokan menjadi Instore dan Outstore.”Store atmosphere bisa dipahami sebagai penataan ruang dalam (Instore) dan ruang luar (Outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pelanggan”,(Sutisna dan Pawitra 2001). Menurut Levi dan Weitz (2001), Store atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere.


(32)

A. Instore atmosphere

Instore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut:

1. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak meja kasir, dan tata letak lampu, pendingin ruangan, sound.

2. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system. 3. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk

menciptakan rasa nyaman, rileks, dan senang dari aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.

4. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.

5. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.


(33)

24

B. Outstore atmosphere

Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang menyangkut:

1. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran di luar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung, tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis.

2. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.

3. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan luar restoran meliputi desain papan nama luar ruangan, penempatan pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar ruangan.

2.1.1.2. Cakupan Store Atmosphere

Cakupan Store atmosphere menurut Barry dan Evans (2004), “Atmosphere can be divided into severalelements: exterior, general interior, store layout,and displays.”

1. Exterior (Bagian Luar Toko)

Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi


(34)

terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk kedalam toko. Element-elemen exteriorini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai berikut:

a. Storefront (Bagian Muka Toko)

Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu masuk, dankonstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk mengunjungi toko.

b. Marquee (Simbol)

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.


(35)

26

c. Entrance (Pintu Masuk)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.

d. Display Window (Tampilan Jendela)

Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela, jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk,dan frekuensi penggantiannya.

e. Height and Size Building (Tinggi dan UkuranGedung)

Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadaptoko tersebut. Misalanya, tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih luas.

f. Uniqueness (Keunikan)

Keunikan suatu toko bisa dihasilakan daridesain bangunan toko yang lain dari yang lain.

g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)

Keadaan lingkungan masyarakat diaman suatu toko berada, dapat mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki


(36)

citra yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan terpengaruh dengan citra tersebut.

h. Parking (Tempat Parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika tempat parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan menciptakan Atmosphere yang positif bagi toko tersebut. 2. General Interior (Bagian Dalam Toko)

Yang paling utama yang dapat membuat penjualan setelah pembeli berada di toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu meraka agar mudah mengamati, memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya melakukan pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut. Menurut Barry dan Evans (2004),elemen-elemen general interior terdiri dari:

a. Flooring (Lantai)

Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting, karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang mereka lihat.

b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)

Setiap toko harus menpunyai pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau menarik perhatian konsumen ke daerah tertentu dari


(37)

28

toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat suasana yang ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)

Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen, khususnya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stress sambil menikmati dalam melihat-lihat produk.

d. Fixture (Penempatan)

Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena penempatan meja yangsesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.

e. Wall Texture (Tekstur Tembok)

Teksture dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.

f. Temperature (Suhu Udara)

Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan jangan terlalu panas atau dingin.


(38)

g. Width of Aisles (Lebar Gang)

Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen merasa nyaman dan betah berada di toko.

h. Dead Area

Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan.

i. Personel (Pramusaji)

Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen. j. Service Level (Tingkat Pelayanan)

Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler yang dialih bahasakan oleh Teguh, Rusli, dan Molan (2000) adalah self service, self selection, limited service, dan full service.

k. Price (Harga)

Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu atau list di display yang diberikan agar konsumen dapat mengetahui harga dari produk tersebut.

l. Cash Refister (Kasir)

Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang mudah dijangkau oleh konsumen.


(39)

30

m. Technology Modernization (Teknologi)

Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin. Misalnya dalam proses pembayaran harus dibuat secanggih mungkin dan cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau debet.

n. Cleanliness (Kebersihan)

Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk makan di tempat tersebut.

3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)

Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang layout adalah sebagai berikut:

a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers. Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:

Selling Space (Ruangan Penjualan)

Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara konsumen dan pramusaji.

Personnel Space (Ruangan Pegawai)

Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji seperti tempat beristirahat atau makan.


(40)

Customers Space (Ruangan Pelanggan)

Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, ruang tunggu.

b. Traffic Flow (Arus Lalu Lintas)

Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:

Grid Layout (Pola Lurus)

Penempatan fixture dalam satu lorong utam yang panjang.

Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)

Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi, kemudian kembali ke pintu masuk.

Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)

Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang toko, membawa pengunjung dalam dua arah.

Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)

Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang diletakan dengan bebas.

4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)

Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari:


(41)

32

a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)

Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendisain dekorasi toko atau meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.

b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan)

Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari gambar atau poster yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang dapat meningkatkan suasana toko. Menurut Levi dan Weitz (2000), Ketika peritel hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah toko, manajer harus memperhatikan tiga tujuan dari atmosphere berikut:

1) Atmosphere harus konsisten dengan citra toko dan strategi secara keseluruhan.

2) Membantu konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. 3) Ketika membuat suatu keputusan mengenai desain, manajer harus

mengingat mengenai biaya yang diperlukan dengan desain tertentu yang sebaik-baiknya sesuai dengan dana yang dianggarkan.

2.1.1.3. Aspek-Aspek dari Atmosfer

Aspek-aspek atmosfer menurut Hendry Ma’ruf (2005;206) adalah sebagai berikut :

1. Visual

Yang berkaitan dengan: warna, brigtness (terang tidaknya), ukuran, bentuk. Warna menjadi salah satu faktor penting dalam aspek visual. Warna


(42)

biru misalnya, memberi dampak psikologis tenang, dampak tempratur dingin, dan memberi kesan jauh. Warna merah memberi dampak perangsangan (very stimulating) sehingga berdampak tempratur hangat, dan memberi kesan dekat, sementara warna hijau memberi dampak psikologis sangat tenang (very restful), dengan dampak tempratur dingin atau netral, dan memberi kesan jauh. Warna orange sama dengan warna kuning kecuali kesan tempratur hangat, sementara kuning sangat hangat. Cahaya (lighting) adalah faktor penting lain dalam aspek visual. Cahaya yang penuh menambah kecerahan dan meningkatkan tingkat energi. Penempatan lampu secara tepat akan memberi efek sejuk meski terang. Penataan cahaya yang tepat jugamembuat warna menjadi sedikit berubah dari aslinya. Hal ini diperlukan untuk bagian-bagian tertentu dalam gerai. Ukuran dan bentuk adalah faktor lain dalam aspek visual.

2. Tactile

Yang berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit: softness, smoothness, temperatur. Aspek tactile berkaitan dengan sentuhan tangan atau kulit atau bahkan kaki jika itu membuat pelanggan ingin merasakan dengan kakinya (misalnya lantai kayu atau karpet) aspek tactile diwujudkan dalam permukaan yang empuk, lembut, kaear, atau berupa udara yang sejuk atau dingin. Meski tactile berkaitan dengan tangan atau kulit sebenarnya juga berkaitan dengan mata. Misalnya tembok yang dibuat kasar tetapi menjadi berseni adalah bagian dari tactile. Tembok itu bisa disentuh, dirasakan jika


(43)

34

ada seorang pelanggan yang ingin mengetahui permungkaan tembok tersebut.

3. Olfactory

Yang berkaitan dengan bebauan/aroma: scent, fresbness. Tujuan penggunaan aroma adalah menciptakan kesan rasa tertentu, misalnya segar atau rasa lainnya seperti kesejukan. Aroma dapat juga digunakan untuk menstimulasi suasana tertentu, misalnya suasana kebun, suasana pesta. Pada jenis gerai tertentu dimana aspek olfactory amat mempengaruhi penggunaan wewangian, tanaman, atau unsur bebauan lainnya menjadi dominan.

4. Aural

Yang berkaitan dengan suara: volume, pitch, tempo. Suara dan musik menurut volume, pitch, temp berpengaruh pada suasana hati (mood). Musik yang lembut membuat pengunjung suatu gerai terpengaruh membeli lebih santai dibandingkan dengan musik yang berirama mars membuat bawah sadar pengunjung gerai terdorong menjadi cepat. Musik tidak selalu berarti harus digunakan. Beberapa jenis peritel tidak menggunakan musik di dalam gerainya.


(44)

2.1.2 Citra Merek

2.1.2.1Pengertian Citra Merek

Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk yang penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana memberikan merek pada suatu produk berarti memberikan nilai tambah produk tersebut.

Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan dari produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh konsumen dan akan memudahkan pada saat pembelian ulang produk tersebut.

Tujuan perusahaan adalah menciptakan pembelian ulang konsumen terhadap produk yang dihasilkannya dan pemberian merek memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan konsumen. Dengan demikian hubungan itu diharapkan dapat menghasilkan pangsa pasar (market share) yang lebih besar dan meningkatkan kemampuan menghasilkan keuntungan.

Terdapat beberapa perbedaan definisi ataupun pandangan mengenai citra merek, dimana perbedaan pandangan ini bergantung pada luas citra dibangun di benak konsumen.

Menurut Kotler & Amstrong (2006:229) dalam penelitian Djoko Lesmana Radji (2009),merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol/ lambang, desain, warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Pada dasarnya suatu


(45)

36

merek juga merupakan janji penjual untuk secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat dan jasa tertentu kepada para pembeli (Tjiptono,2001:104)

Pengertian citra merek menurut Kotler dalam Simamora (2003:63) adalah sejumlah keyakinan tentang merek.Sedangkan Aaker dalam Simamora (2003:63) menganggap citra merek sebagai “bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”.

Kotler dalam Simamora (2004:63) mendefenisikan citra merek sebagai seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu merek. Karena itu sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat ditentukan oleh citra merek tersebut. Kotler juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat.Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan dihadapkan dengan merek lain,muncullah posisi merek.Pada dasarnya sama dengan proses persepsi,karena citra terbentuk dari persepsi yang telah terbentuk lama.

Menurut Lin & Lin (2007:121) dalam penelitian Roslina (2009) citra merek membuat konsumen dapat mengenal suatu produk,mengevaluasi kualitas,serta dapat menyebabkan resiko pembelian yang rendah.Citra merek memberikan suatu garansi kepada konsumen tentang produk yang digunakan.Merek yang terkenal umumnya akan lebih disukai oleh konsumen ketika melakukan suatu pembelian meskipun harga yang ditawarkan cukup tinggi namun hanya dibutuhkan sedikit usaha dari konsumen untuk mendapatkannya.Selain itu citra merek juga akan memperkecil resiko pembelian yang dilakukan oleh konsumen.


(46)

Menurut Kotler (2002 : 404),

A brand is name, term, sign, simbol, or design, or combination of them, intended to identity the goods or service of one seller or group of sellers and to differentiate them from these of competitors.”

Yang diartikan bahwa merek adalah nama, istilah, tanda, atau rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

Menurut lamb, Hair and McDaniel (2001 : 233), “Citra merek (brand image) adalah serangkaian keyakinan tentang merek produk tertentu yang membentuk sikap konsumen terhadap produk tersebut.”

Definisi brand image menurut Rangkuti (2002 : 43) “Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.”

Dari pengertian diatas, jelas bahwa merek adalah nama, tanda, symbol, (seperti logo, merek dagang atau desain kemasan), atau kombinasi semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual, dan untuk membedakannya dari produk atau jasa pesaing lainnya. Sebuah merek juga memberikan tanda/petunjuk pada pelanggan mengenai sumber-sumber produk dan melindungi produsen maupun pelanggan dari pesaing yang mencoba menyediakan produk yang terlihat identik. Pada dasarnya merek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemasaran. Merek merupakan tanda pengenal bagi suatu produk barang atau jasa. Pemberian merek semakin berkembang


(47)

38

lebih-lebih setelah persaingan antar pengusaha semakin tajam. Masih menurut Kotler merek terdiri dari beberapa bagian, antara lain adalah:

1. Nama merek (brand name), bagian dari merek yang dapat diucapkan, termasuk huruf-huruf, kata-kata dan angka-angka.

2. Tanda merek (brand mark), elemen-elemen dari suatu merek yang tidak dapat diucapkan tetapi dapat dikenali. Seperti lambang, desain, huruf, atau warna khusus.

3. Merek dagang (trademark), bagian dari suatu merek yang mendapat perlindungan hukum, karena mampu untuk menghasilkan sesuatu yang eksklusif. Orang lain dilarang untuk menggunakan merek tersebut tanpa izin. 4. Hak cipta (copyright), hak eksklusif yang dilindungi oleh hukum

(undang-undang) untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik atau karya seni.

Elemen – elemen dari merek (Kotler) adalah: nama, logo, symbol, desain, slogan, dan kemasan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen merek:

1. Mudah diingat, artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.

2. Memiliki makna, artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan/ deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini


(48)

dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa:

a. informasi umum tentang kategori dan isi dari produk

b. informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk.

3. Menarik dan lucu, artinya pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu.

a. Fleksibel, artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat diterima oleh daerah/pasar, bahkan budaya lain. Nama yang digunakan pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan menghambat produsen untuk masuk dalam pasar yang baru.

b. Legal, artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang– undang yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum. Karakter brand supaya menjadi brand yang berpotensi

:

1.A quality product

Sejak kepuasaan konsumen digunakan untuk mengukur nilai-nilai merek (brand values), kualitas adalah nomor satu yang diinginkan konsumen.


(49)

40

2.Being first

Menjadi yang pertama dalam pasar, bukan dalam teknologi. 3. Unique positioning concept

Merek harus memiliki posisi konsep yang unik, yang akan membedakan dari pesaingnya.

4.Strong communications program

Brand yang sukses harus disertai dengan penjualan yang efektif, pengiklanan,, kampanye promosi yang akan mengkomunikasikan fungsi dari brand itu dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan usaha yang keras, dan komitmen untuk memperkuat komunikasi itu, maka akan menimbulkan kesadaran konsumen akan brand tersebut.

5.Time and Consistency

Merek tidak dibangun dalam waktu yang cepat, membutuhkan waktu untuk membangun merek tersebut dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Dalam memelihara nilai-nilai merek dibutuhkan waktu yang berkesinambungan (terus– menerus) dan dihubungkan dengan perubahan lingkungan.


(50)

2.1.2.2Konsep Citra Merek

Merek memberikan 4(empat) hal pokok yang harus diperhatikan dalam sebuah merek (Kartajaya, 2004; 484) yaitu:

1) Recognition

Merupakan tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga termurah.

2) Reputation

Merupakan suatu tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi sebuah merek karenalebih memiliki track record yang baik. Sebuah produk dengan merek yang disukai konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi akan mempunyai reputasi yang baru.

3) Affinity

Merupakan suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya.

4) Loyality

Menyangkut seberapa besar kesetiaan konsumen dari suatu produk yang menggunakan merek yang bersangkutan.


(51)

42

2.1.2.3. Manfaat Merk

Menurut Sadat (2009 : 21), manfaat merk bagi perusahaan dan pelanggan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Manfaat Merk

Pelanggan Perusahaan

Merk sebagai sinyal kualitas Magnet pelanggan

Mempermudah proses / memandu

pembelian Alat proteksi dari para imitator

Alat mengidentifikasi produk Memiliki segmen pelanggan yang loyal Mengurangi resiko Membedakan produk dari pesaing Memberi nilai psikologis Mengurangi perbandingan harga

sehingga dapat dijual premium Dapat mewakili kepribadian Memudahkan penawaran produk baru

Bernilai finansial tinggi Senjata dalam kompetisi

2.1.2.4. Tingkat Pengertian Merk

6 Tingkat pengertian merk yang dikutip dari buku The Power of Brands menurut Kotler (2002 : 460) :

1.Atribut Produk


(52)

2.Manfaat

Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk yang dibelinya.

3.Nilai

Merek menyatakan sesuatu tentang nilai produsen 4.Budaya

Merek mencerminkan budaya tertentu. 5.Kepribadian

Merek mencerminkan kepribadian tertentu 6.Pemakai

Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

2.1.2.5. Strategi Merek

Menurut Kotler (2003 : 341) strategi merk adalah sebagai berikut : 1. Merk Baru (New Brand)

Sebuah perusahaan dapat menciptakan sebuah nama merk baru ketika memasuki sebuah kategori produk baru. Strategi ini dapat dilakukan karena tidak ada nama yang sesuai.


(53)

44

2. Multi Merk (Multi Brand)

Strategi ini dilakukan bila perusahaan ingin mengelola berbagai nama merk dalam kategori-kategori yang ada untuk mengemukakan fungsi dan manfaat yang berbeda.

3. Perluasan merk (Brand Extension)

Strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah nama merk yang sudah berhasil untuk meluncurkan produk baru atau produk yang dimodifikasi dalam sebuah kategori baru.

4. Perluasan Lini (Line Extension)

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan berbagai macam feature atau tambahan variasi produk seperti rasa, bentuk, warna, atau ukuran kemasan baru dalam sebuah kategori produk yang sudah ada dibawah nama merk yang sudah ada.

5. Co-branding

Strategi ini merupakan sebuah fenomena baru dalam strategi pemasaran. Co-Branding yang dapat disebut juga dual branding menggabungkan dua atau lebih merk yang sudah ada dengan tujuan memperkuat merk tersebut dan merangsang daya beli konsumen.

Pengertian image (citra) menurut Kotler (2002) adalah kepercayaan, ide, dan impressi seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan pengertian citra menurut Alma, Buchari (1992) citra merupakan kesan, impressi, perasaan atau persepsi yang ada pada publik mengenai perusahaan, suatu obyek, orang atau lembaga.


(54)

Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itulah perusahaan yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan orang. Citra perusahaan menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting. Contoh: keputusan untuk membeli suatu barang, keputusan untuk menentukan tempat bermalam, keputusan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman, pengambilan kursus, sekolah, dan lain-lain. Citra yang baik akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan, sedangkan citra yang buruk melahirkan dampak negatif dan melemahkan kemampuan perusahaan dalam persaingan.

Pengertian brand image (Keller, 2003):

1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen.

2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk Membangun brand image yang positif dapat dicapai dengan program marketing yang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. Kombinasi yang baik dari elemen–elemen yang mendukung (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya) dapat menciptakan brand image yang kuat bagi konsumen.


(55)

46

Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek: (Keller, 2003)

1. Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merek. Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan.

2. Strength of brand association / familiarity of brand association / Kekuatan asosiasi merek. Setiap merek yang berharga mempunyai jiwa, suatu kepribadian khusus. Merupakan kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/ kepribadian tersebut dalam satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara produk/merek dengan konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga ditengah–tengah maraknya persaingan. Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah mudah. Namun demikian, popularitas adalah salah satu kunci yang dapat membentuk brand image konsumen. 3. Uniquesness of brand association / Keunikan asosiasi merek, merupakan


(56)

2.1.3 Minat Beli

2.1.3.1. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut Muhibbin Syah (2003 : 151) yaitu minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Sedangkan menurut sondang P. Siagian (2002 : 92) manusia sebagai pembeli produk pasti menggunakan berbagai pertimbangan dalam membeli atau tidak membeli suatu produk tertentu. Misalnya manfaat barang atau jasa yang dibeli, jangka waktu manfaat tersebut,pemuasan kebutuhan mana yang ingin dipuaskan, apakah yang bersifat primer, sekunder atau bahkan tersier.

Dapat disimpulkan Dengan adanya minat pada seseorang akan menunjukkan kecenderungan untuk memusatkan pada suatu objek yang menariknya pada dasarnya minat seseorang timbul karena pengaruh dari dalam dan luar dirinya yaitu lingkungan dimana individu berada. Jadi dapat dikatakan bahwa minat beli adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar pada seseorang untuk membeli suatu produk, dimana factor-faktor yang mempengaruhinya berasal dari dalam dan luar dirinya yaitu dimana individu berada.


(57)

48

2.1.3.2 Minat Beli Konsumen

Menurut Assael (2002 : 53) minat beli konsumen (intention to buy) adalah sebagai berikut

Intention to buy, once brends are evaluatet the consumer intends to purchase brands achiving the highhast level of expected satisfaction. Pengertian minat beli konsumen di atas mengkondisikan bahwa minat beli konsumen timbul dan terbentuk setelah konsumen melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap sesuatu merek dan akan melakukan pembelian terhadap merek yang dapat memberikan tingkat paling tinggi dari kepuasan yang diharapkan.

Philip Kotler (1994 : 602) titik tolak untuk, memahami prilaku pembelian konsumen adalah melaui modal stimulasi AIDA yang berusaha menggambarkan tahap-tahap suatu rangsangan tertentu yang diberikan oleh para pemsar, yaitu sebagai berikut :

a. Attention, yautu timbulnya perhatian konsumen terhadap suatu usaha pemasaran yang diberikan oleh pemasar.

b. Interest, yaitu munculnya minat beli karena tertarik terhadap objek yang dikenakan usaha pemasaran tersebut.

c. Desire yaitu setelah merasa tertarik, timbul hasrat atau keinginan untuk memiliki objek tersebut.

d. Action, yaitu tindakan yang muncul setelah tiga tahapan di atas yaitu melakukan pembelian.


(58)

Minat beli konsumen merupakan masalah yang sangat kompleks namun harus tetap menjadi perhatian pemasar, minat konsumen untuk membeli dapat muncul sebagai akibat dari adanya stimulus (rangsangan) yang ditawarkan oleh perusahaan masing-masing stimulus tersebut dirancang untuk menghasilkan tindakan pembelian dari konsumen.

Menurut Asseal (2002 : 72) faKtor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen diantaranya.

A. lingkungan

Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi minat beli konsumen dalam pemilihan suatu produk tertentu.

B.Stimuli pemasaran.

Pemasaran berupaya menstimulus konsumen sehingga dapat menarik minat beli, diantaranya dengan iklan yang menarik.

Minat beli dibentuk oleh pengaruh, sikap konsumen terhadap suatu produk dan keyakinan mereka atas kualitas, dalm hal ini pemasar harus mengerti keinginan konsumen. Minat beli konsumen yaitu sikap, minat dan tindakan yang dilakukan konsumen dalam proses pengambilan keputusan dan merencanakan pembelian terhadap sejumlah merek. Minat konsumen sangat dipengaruhi oleh kateristik produk pemilihan terhadap manfaat dari suatu produk dan harga yang ditentukan oleh pemasar.


(59)

50

2.1.4. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis akan paparkan hasil peneitian terdahulu yang ada kaitannya dengan judul peneitian yang penulis angkat. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Penelitian Hasil Persamaan

Perbedaan Penelitian Terdahulu Rencana Penelitian 1.

Resti Meldarianda , Henky Lisan S.

Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli

Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh Store atmosphere yang meliputi instore atmosphere dan

outstore atmosphere terhadap minat beli konsumen pada Resort Cafe Atmosphere. Terdapat variabel yang sama yaitu Store Atmosphere dan Minat Beli Konsumen

1. Tedapat 1

variabel Independen 2. Penelitian dilakukan di Resort Café Atmosphere Bandung Pada Bloods Distribution Outlet 2. Muhammad Fuad Store Atmosphere Dan Perilaku Pembelian Konsumen Di Toko Buku

nilai koefisien determinasi, diketahui bahwa

pengaruh store atmosphere, yang terdiri dari

Terdapat Variabel yang sama yaitu Store

Atmosphere

1. Terdapat 1

Variabel Independen 2. Penelitian dilakukan di Toko Buku Pada Bloods Distribution Outlet


(60)

Gramedia Malang variabel-variabel store exterior, general interior,

store layout dan interior display, memberi kontribusi cukup besar dalam menjelaskan perilaku berbelanja konsumen pada Toko Buku Gramedia Malang (64,8%), Gramedia Malang 3. Dr.Muge Yalcin dan Prof.Dr.Tun cay Kocamaz The Effects Of Store Atmosphere Attributes On Store Loyalty Intentions Of Hypermarket /Supermarket Customers menyatakan bahwa masing- masing konsumen memiliki perilaku konsumsi yang berbeda-beda untuk menemukan semua yang mereka butuhkan dengan harga yang adil Terdapat variabel yang sama yaitu Store Atmosphere hanya terdapat 1 variabel Pada Bloods Distribution Outlet


(61)

52

4.

Syed Saad Hussain Shah, Jabran Aziz, Ahsan raza Jaffari, Sidra Waris, Wasiq Ejaz, Maira Fatima and Syed Kamran

Sherazi

The Impact of Brands on Consumer

Purchase Intentions

Most of the results are significant and are relevant with

the literature with little exception. Model is also a

good fit of variables. From the above

mentioned results it is concluded that smokers situated in the vicinity of

Rawalpindi purchasing intentions are affected by the brand image & their attitude towards the PTC

brand. Terdapat 1 variabel yang sama yaitu Brand Tidak ada variabel Store Atmosphere Pada Bloods Distribution Outlet 5.

E. DESI ARISTA SRI RAHAYU TRI

ASTUTI Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek,

dan Citra Merek terhadap Minat Beli

Konsumen Variabel citra merek memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,531 tidak memenuhi

syarat < 0,05 dan tidak memiliki pengaruh signifikan untuk menjadi syarat terhadap variabel minat beli produk Telkom Speedy Terdapat 2 variabel yang sama yaitu Citra

Merek dan Minat Beli Tidak terdapat variabel tentang Iklan dan Kepercayaan Merek Pada Bloods Distribution Outlet


(1)

pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen Bloods Distribution Outlet. Secara visual daerah penolakan dan penerimaan Ho pada uji pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.7

Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho pada uji Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Konsumen

Pada gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 2,338 berada

pada daerah penolakan Ho, yang menunjukkan bahwa Brandimage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen di DistroBloods Bandung.

Hal ini diungkapkan dalam jurnal Prescillia, et al.,(2012:13) bahwa Pada level of significant 0,05 diperoleh thitung variabel brand image sebesar 1,988 dan

ttabel 1,6660, maka thitung > ttabel. Dengan demikian variabel brand trust terbukti

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap minat beli.


(2)

159

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab IV mengenai pengaruh store atmosphere dan brand image terhadap minat beli konsumen (survey pada cosumer Bloods Distribution Outlet Bandung) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tanggapan konsumen terhadap store atmosphere di Bloods Distribution Outlet Bandung tergolong cukup baik. Bagian eksterior tampilan jendela yang membuat konsumen melihat produk Bloods terlihat jelas dari luar. Pada bagian dalam Bloods tidak ada sampah yang berserakan di dalam toko yang membuat konsumen nyaman di dalamnya. Bloods menempatkan produknya di dalam toko sangat strategis, dan tampilan dekorasi pada Bloods yang menarik konsumen. interior, tata letak toko, dan tampilan dekorasi membuat konsumen yang melihat menjadi tertarik. Brand Image pada Bloods tergolong baik di pandang konsumen karena produk Bloods mempunyai reputasi yang baik dimata konsumen. Karena bisa memenuhi kebutuhan konsumen dan mempunyai kualitas baik. Minat beli pada konsumen Bloods tergolong cukup baik. Karena produk Bloods mempunyai pelanggan yang loyal terhadap produk-produk yang dikeluarkan Bloods.


(3)

2. Secara parsial Store Atmosphere berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli. Brand Image secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli. Dari kedua variabel tersebut Store Atmosphere berpengaruh lebih besar terhadap Minat Beli dan diikuti oleh variabel Brand Image dimana pengaruh keduanya signifikan.

5.2 Saran

1. Berdasarkan fenomena yang ada, sebaiknya Distro Bloods menambah desain untuk logo dan desain unik untuk setiap produk Bloods agar terlihat lebih bervariatif dan inovatif.

2. Alangkah baiknya Bloods Distrbution Outlet memperhatikan Keluasan dan kenyamanan lahan parkir agar dapat mempengaruhi minat beli konsumen, karena itulah perlu penambahan lahan agar konsumen yang memiliki kendaraan roda empat dapat parkir dengan leluasa tanpa menggangu pengguna jalan lainnya

3. Tata letak display harus sangat diperhatikan agar konsumen nyaman dan dapat berpindah-pindah tempat secara efektif dalam melihat-lihat produk. Space yang diberikan antar display harus cukup untuk 2 jalur datang dan pergi sehingga tidak terlalu berdesakkan.

4. Segmentasi pasar yang diambil oleh Bloods adalah kaum muda dan remaja, sehingga tema dan dekorasi haruslah terlihat rapih dan serasi sehingga dapat menarik minat konsumen muda untuk mampir ke distro Bloods.


(4)

161

Demikian saran yang dapat penulis berikan, semoga saran tersebut bisa dijadikan sebagai masukkan yang dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.


(5)

Akbar Roffiana Salim

085722222813 / 082119233633

Akbar_Roffiana_Salim@yahoo.com

Personal Data

Name : Akbar Roffiana Salim.,SE Place / Date of Birth : Bandung / April 20th , 1986 Sex : Male

Religion : Islam Nationality : Indonesian

Addres : Jln. Gunung Rahayu II No. 31

RT03/10 Kel.Pasirkaliki Kec.Cimahii Utara, Kota Cimahi

E-mail : Akbar_Roffiana_Salim@yahoo.com Phone Number : 085722222813 / 082119233633


(6)

Educational Background

Formal

2009 – 2013 Economic Faculty of Indonesia Computer University, Major in Management

2002 - 2005 SMA Negeri 6 Cimahi

1998 - 2001 SLTP Negeri 1 Bandung

1992 - 1998 SD Negeri Gunung Rahayu 1

1991 - 1992 TK Al Qur’an Nurul Huda

Non Formal

2011 - 2012 Bravet Tax Training At Indonesia Computer University

2011 Training Of Entrepreneurship At Indonesia Computer University