Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Pengertian dan Hukum Penyembelihan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah berqurban adalah antara amalan mulia dan penting dalam Islam karena amat besar fadhilatnya, tetapi sayangnya masih banyak orang yang samar-samar atau kabur kefahaman menerka mengenainya, sehingga ada yang memandang ringan walaupun mempunyai kemampuan tetapi tidak mahu melakukan penyembelihan qorban dan aqiqah ini. Begitulah masalah berqurban yang akan coba kita jelaskan. Semoga dengan penjelasan yang serba sedikit ini dapat membantu kefahaman kita semua tentang ibadah Qurban serta keinginan untuk sama-sama mencari pahala kedua ibadah ini akan meningkat. Dan semoga memberi kefahaman yang jelas hingga kita dapat menghayatinya dengan penuh keimanan kerana menjunjung perintah Allah s.w.t. dan mendapat fadhilat daripada amalan yang akan kita lakukan ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kurban? 2. Apakah hukum kurban? 3. Apakah tujuan kurban? 4. Apakah manfaat kurban? 5. Apakah hikmah kurban?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian kurban. 2. Mengetahui hukum kurban. 3. Mengetahui tujuan kurban. 4. Mengetahui manfaat kurban. 5. Mengetahui hikmah kurban. BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Hukum Penyembelihan

Kurban menurut arti kata, berasal dari kata yang berarti karib artinya dekat. Sedangakn menurut arti syariat Islam, Kurban adalah mennyembelih binatanng ternak unta, sapi, atau kambing sebagai wujud pengorbanan kepada Allah SWT dan mengharap rida-Nya sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT kepadanya. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kami telah memberimu Muhammad nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sungguh orang-orang ygn membencimmu dialah yang terputus dari rahmat Allah.” Q.S. Al-Kausar: 1-3 Pengertian qurban secara terminologi syara tidak ada perbedaan, yaitu hewan yang khusus disembelih pada saat Hari Raya Qurban Idul Al-Adha 10 Dzul Hijjah dan hari-hari tasyriq 11,12, dan 13 Dzul Hijjah sebagai upaya untuk mendekatkan diri taqarrub kepada Allah SWT. Dalam Islam qurban disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Saat itu Rasulullah keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan membaca khutbah `Id. Setelah itu beliau berqurban dua ekor kambing yang bertanduk dan berbulu putih. Binatang yang dikurbankan adalah ternak tertentu yang telah ditentukan oleh syari’, yaitu kambing, sapi lembu dan onta. Satu kambing untuk satu orang, sedangkan satu sapi dan onta cukup untuk 7 orang. Artinya boleh berkurban secara patungan tetapi terbatas untuk sapi dan onta, masing-masing untuk 7 orang. Ini adalah pendapat imam Syafi’I, Ahmad, Sufyan Ats Tsauri dan Ibnul Mubarak, disasarkan pada hadits Abu Dawud dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah bersabda yang artinya: “Seekor sapi patungan dari tujuh orang dan seekor onta juga patungan dari tujuh orang“. Dan yang paling utama adalah berkurban dengan onta, kemudian sapi dan kemudian kambing. Onta disyaratkan berumur 5 tahun yang menginjak ke 6 tahun. Sapi berumur 2 tahun yang menginjak ke 3 tahun. Domba kibas berumur 1 tahun menginjak ke 2 tahun dan kambing kacang berusia 2 tahun menginjak ke 3 tahun.Jika dilihat dari warna bulu binatang kurban, maka yang paling utama adalah yang berwarna putih kemudian kuning kemudian cokelat muda seperti warna tanah kemudian merah kemudian belang hitam putih kemudian hitam. Juga disyaratkan binatang-binatang tersebut tidak cacat, seperti: salah satu matanya picek yang tampak atau buta, atau kakinya timpang atau pincang yang jelas kepincangannya, atau binatang itu terkena penyakit yang jelas sehingga tampak kurus atau dagingnya rusak karena penyakit itu, atau telinganya putus atau sebagiannya atau diciptakan memang tanpa telinga atau semua ekornya atau sebagiannya terputus, maka kesemuanya ini menjadikan kurbannya tidak cukup tidak sah. Tapi jika binatang itu tidak bertanduk atau tanduknya pecah atau dua buah pelirnya terputus, tetap dibolehkan berkurban dengan binatang tersebut. Dan dikatakan sudah cukup dan sah. Wallahu A’lam .Maraji’: Kitab Hasyiyah Al Baijuri juz II, hal. 295-302 dan sumber lain.

B. Hukum Kurban