KEADAAN TERPAKSA MEMBOLEHKAN YANG TERLARANG
Pendidikan Agama Islam Abdurrahman,S.Ag
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu kitab dengan benar, supaya kamu menghukum diantara manusia dengan faham yang Allah beritahukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang
yang khianat. Dan minta ampunlah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan betas- kasih. Dan janganlah kamu membela orang-orang yang mengkhianati dirinya itu, karena sesungguhnya Allah
tidak suka berkhianat dan berbuat dosa. Mereka bersembunyi berlindung kepada manusia, tetapi tidak mau bersembunyi kepada Allah, padahal Dia selalu bersama mereka ketika mereka mengatur siasatnya itu di waktu
malam, yaitu sesuatu yang tidak diridhai dari perkataan itu, dan Allah maha meliputi semua apa yang mereka perbuat. Awaslah Kamu ini adalah orang-orang yang membela mereka di dalam kehidupan dunia ini, maka
siapakah yang akan membela mereka dari hukuman Allah kelak di hari kiamat? Atau siapakah yang akan mewakili untuk menghadapi urusan mereka itu? an Nisa: 105-109
Pernah juga terjadi suatu anggapan dalam agama Yahudi, bahwa riba itu hanya haram untuk seorang Yahudi jika berhutang kepada orang Yahudi yang lain. Tetapi berhutang kepada lain Yahudi tidaklah terlarang.
Demikianlah seperti yang tersebut dalam Ulangan 23: 19-20: Maka tak boleh kamu mengambil bunga daripada saudaramu, baik bunga uang, baik bunga makanan, baik bunga barang sesuatu yang dapat makan bunga. Maka daripada
orang lain bangsa boleh kamu mengambil bunga, tetapi daripada saudaramu tak boleh kamu mengambil bunga. Sifat mereka yang seperti ini diceritakan juga oleh al-Quran, di mana mereka membolehkan berbuat khianat terhadap
orang lain, dan hal semacam itu dipandangnya tidak salah dan tidak berdosa.
Al-Quran mengatakan: Di antara mereka ada beberapa orang yang apabila diserahi amanat dengan satu dinar pun, dia tidak mau
menyampaikan amanat itu kepadamu, kecuali kalau kamu terus-menerus berdiri menunggu; yang demikian itu karena mereka pernah mengatakan. tidak berdosa atas kami untuk memakan hak orang-orang bodoh itu, dan
mereka juga berkata dusta atas nama Allah, padahal mereka sudah mengarti. Ali-Imran: 75
Benar mereka telah berdusta atas nama Allah, yaitu dengan bukti, bahwa agama Allah itu pada hakikatnya tidak membeda-bedakan antara suatu kaum terhadap kaum lain dan melarang berbuat khianat melalui lidah setiap rasuINya.
Dan yang cukup kita sesalkan ialah, bahwa perasaan Israiliyah inilah yang merupakan kejahatan biadab, yang kiranya tidak patut untuk dinisbatkan kepada agama Samawi agama Allah. Sebab budi yang luhur bahkan budi yang
sebenarnya mestinya harus mempunyai ciri yang menyeluruh dan universal, sehingga tidak terjadi anggapan halal untuk ini tetapi haram untuk itu.
Perbedaan prinsip antara kita dan golongan badaiyah primitif hanyalah dalam hal luasnya daerah budiakhlak. Bukan ada atau tidak adanya budi itu. Sebab soal amanat misalnya, menurut anggapan mereka dipandang sebagai suatu sikap
yang baik dan terpuji, tetapi hanya khusus antar putera sesuatu kabilah. Kalau sudah keluar dari kabilah itu atau lingkungan keluarga, boleh saja berbuat khianat; bahkan kadang-kadang dipandang siasat baik atau sampai kepada wajib.
Pengarang Qishshatul Hadharah menceriterakan, bahwa semua golongan manusia hampir ada persesuaian dalam kepercayaan yang menunjukkan mereka lebih baik daripada yang lain. Misalnya bangsa Indian di Amerika, mereka
menganggap dirinya sebagai hamba Tuhan yang terbaik. Tuhan menciptakan mareka ini sebagai manusia yang berjiwa besar khusus untuk dijadikan sebagai tauladan di mana manusia-manusia lainnya harus menaruh hormat kepadanya.
Salah satu suku Indian itu ada yang menganggap dirinya sebagai Manusia yang tidak ada taranya. Dan suku yang lain beranggapan, bahwa dirinya itu manusia diantara sekian banyak manusia. Suku Carbion mengatakan pula hanya kamilah
yang disebut manusia sesungguhnya dan seterusnya. Kesimpulannya, bahwa manusia primitif didalam mengatur cara pergaulannya dengan golongan lain tidak menggunakan
jiwa etika yang lazim seperti yang biasa dipakai dalam berhubungan dengan kawan sesukunya. Ini merupakan bukti nyata, bahwa etika akhlak merupakan fungsi yang paling ampuh guna memperkukuh jamaah dan
memperteguh kekuatannya untuk menghadapi golongan lain. Oleh karena itu persoalan etika dan larangan tidak akan dapat berlaku sesuai melainkan untuk penduduk golongan itu sendiri. Untuk golongan lain, tidak lebih daripada tamu.
Justeru itu boleh saja mereka mengikuti tradisi golongan tersebut sekedarnya saja.