INKULTURASI BUDAYA: STUDI TENTANG PENERAPAN POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI DI TANJUNG PURA.

(1)

INKULTURASI BUDAYA: STUDI TENTANG PENERAPAN

POLA HIAS PADA INTERIOR MESJID AZIZI

DI TANJUNG PURA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MAYA MASYITAH

2122151005

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Maya Masyitah, Nim: 2122151005, “Inkulturasi Budaya : Studi Tentang Penerapan Pola Hias Pada Interior Mesjid Azizi Di Tanjung Pura”. Skripsi Program Studi Pendidikan Seni Rupa S1, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini mengenai pengamatan inkulturasi budaya bentuk-bentuk dan pengaruh pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa inkulturasi adalah masuknya budaya asing yang kemudian mengalami penyisipan dan penyesuaian pada suatu agama dengan suatu budaya. Ada beberapa budaya asing dan budaya lokal yang menjadi inkulturasi budaya. Begitu pula dengan pola hias yang memadukan beberapa bentuk ornamen dan bentuk pola ciri khas suatu budaya pada pola hias dengan penyederhanaan bentuk.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk dan pengaruh pola hias pada interior Mesjid Azizi dengan metode penelitian deskriptif kualiatatif. Mesjid Azizi memiliki interior seperti masa kerajaan Ottoman di Turki, memiliki warna khas melayu islam yaitu hijau dan kuning, serta dari luar terlihat seperti bangunan Taj Mahal di India.

Hasil dari penelitian ini bahwa penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi merupakan perpaduan dari budaya asing dan budaya lokal. Budaya lokal itu sendiri yaitu budaya Melayu yang banyak menerapkan ornamen melayu dan khas warna kuning. Sedangkan budaya asing yang menjadi perpaduan pola hias yaitu Arab, Cina, dan Turki dengan menerapkan bentuk khasnya yaitu kaligrafi Arab, ornamen geometris Cina, dan bentuk-bentuk khas Turki.

Mesjid Azizi memiliki ornamen budaya lokal Melayu yang diterapkan pada bagian interiornya dengan jumlah 27 ornamen dengan bentuk flora, bentuk fauna, bentuk alam dan bentuk benda. Kaligrafi Arab yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi berjumlah 92 dan merupakan jenis kaligrafi dengan khat Tsulust. Ornamen Geometris Cina yang diterapkan berjumlah 17 dan sangat jelas terlihat pada ukiran bagian pintu Mesjid memasuki Liwan. Bentuk pola hias Turki terlihat pada bentuk mimbar dengan bentuk kerucut pada bagian kubah mimbar yang sangat mirip dengan bentuk kerucut yang diterapkan pada istana Topkapi di Istanbul, Turki, maka fungsi penerapan pola hias dengan perpaduan banyak budaya baik lokal maupun asing pada Mesjid Azizi adalah agar lebih bervariasi demi keindahan suatu ruang bentuk bangunan dengan suatu perpaduan pola hias. Kata Kunci : Inkulturasi Budaya, Pola Hias, Mesjid Azizi Tanjung Pura


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Shalawat berangkaikan salam kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga dikemudian kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau. Amin.

Dalam hal ini penulis mengambil Skripsi yang berjudul : “Inkulturasi Budaya: Studi Tentang Penerapan Pola Hias Pada Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura”. Penulisan skripsi ini bermaksud untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan, baik dalam teori pendukung, sistem penulisan serta dalam penyusunan kata-kata. Hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan yag penulis miliki, maka dalam kekurangan penulisan ini baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja penulis mohon maaf.

Pada kesempatan yang berbahagian ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis juga mengucapkan terima kas ih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Wahyu Tri Atmojo, M.Hum. Wakil Dekan I Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Basyaruddin, M.Pd. Wakil Dekan II Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

5. Dr. Marice, M.Hum. Wakil Dekan III Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

6. Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.

7. Drs. Gamal Kartono, M.Si. Sekretaris Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan dan dosen Penguji

8. Drs. Heri Soeprayogi, M.Si. Dosen Pembimbing Skripsi. 9. Drs. Heru Maryono, M.Sn. Dosen Pembimbing Akademik. 10.Drs. Sri Wiratma, M.Si. Dosen Penguji.

11.Seluruh Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni.


(8)

iii

12.Orang tua tercinta Ibunda N gatini dan Ayahanda Alm Sakijo yang senantiasa menyertakan do’a dan dukungan dalam segala bentuk dan sebagai motivasi kepada penulis.

13.BAPPEDA Kabupaten Langkat, Camat Tanjung Pura, BKM Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

14.Abang, kakak penulis Buyamin, Susilawati, Hestiawati, Taufik Abdi, Mariati, dan Harmaini yang banyak membantu dalam bentuk materi.

15.Orang tersayang Dwi Chandra Handoko yang dari awal sampai akhir selalu mendampingi dan membantu baik dalam materi ataupun dukungan.

16.Sahabat penulis, Ripase Nostanta Purba, Lisa Odillia, Rina Andriani Hsb, Siti Rahmadani Srg, Yunita Selpia Nst, Anita Thresia dan Asmadinoto yang telah menjadi penyemangat dalam hidup penulis dan rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Jurusan Pendidikan Seni Rupa kelas A angkatan 2012 serta rekan-rekan PPLT SMA Negeri 1 Kuala.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak memberi bantuan secara langsung maupun tidak langsung selama ini kepada penulis serta terima kasih kepada seluruh kawan dan lawan yang telah menjadi motivasi penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak yang berpengalaman dalam penulisan Skripsi, sehingga dapat menjadi manfaat bagi penulis.

Medan, Juni 2016

Maya Masyitah NIM. 2122151005


(9)

iv DAFTAR ISI

Abstrak ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kerangka Teoristis ... 8

1. Pengertian Inkulturasi ... 8

2. Konsep Kebudayaan ... 9

3. Studi ... 10

4. Penerapan Pola Hias ... 11

a. Pengertian Perubahan Bentuk ... 12

b. Ornamen atau Ragam Hias ... 12

c. Ornamen Aceh ... 14

d. Ornamen Melayu ... 16

e. Seni Ukir atau Ukiran ... 21

f. Kaligrafi Arab ... 22

g. Bentuk Lengkung ... 27


(10)

v

a. Desain Interior ... 29

b. Mesjid ... 30

6. Penelitian Yang Relevan ... 37

B. Kerangka Konseptual ... 38

1. Pendekatan Historis ... 39

2. Pendekatan Estetis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

1. Lokasi Penelitian ... 41

2. Waktu Penelitian ... 41

B. Populasi dan Sampel ... 42

3. Populasi ... 42

4. Sampel ... 42

C. Metode Penelitian ... 43

D. Desain Penelitian ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian ... 55

1. Proses Inkulturasi Budaya Penerapan Pola Hias Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 55

2. Deskripsi Data Penelitian ... 59

3. Bagian –Bagian Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 63

4. Bentuk bangunan ... 66

5. Bagian-Bagian Dalam Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 67

B. Pembahasan ... 85

1. Inkulturasi Pada Interior Mesjid Azizi Di Tanjung Pura ... 85

2. Respon Masyarakat ... 87


(11)

vi

1. Ornamen Aceh ... 88

2. Ornamen Geometris Islam Cina ... 89

3. Pola Hias dari Eropa ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

Daftar Pustaka ... 93

Lampiran ... 96

Lampiran I . Wawancara ... 96

Lampiran II. Dokumentasi Penelitian ... 98

Lampiran III. Biodata Narasumber ... 102


(12)

ix

DAFTAR TABLE

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 41

Tabel 3.2. Indikator Sampel ... 43

Tabel 3.3. Tabulasi Data ... 50


(13)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bentuk Dasar Ragam Hias Aceh ... 15

Gambar 2.2. Ornamen Sinar Matahari Pagi ... 17

Gambar 2.3. Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis ... 18

Gambar 2.4. Ragam Hias Genting Tak Putus ... 18

Gambar 2.5. Ragam Hias Lilit Kangkung ... 18

Gambar 2.6. Motif Bunga Kendur ... 19

Gambar 2.7. Moambar tif Bunga Melati 1 ... 19

Gambar 2.8. Motif Bunga Melati 2 ... 19

Gambar 2.9. Motif Bunga Manggis ... 19

Gambar 2.10. Motif Bunga Cengkih ... 20

Gambar 2.11. Motif Bunga Melur ... 20

Gambar 2.12. Motif Bunga Cina ... 20

Gambar 2.13. Motif Bunga Hutan ... 20

Gambar 2.14. Ornamen Motif Terali Biola ... 21

Gambar 2.15. Kaligrafi Khat Kufi ... 23

Gambar 2.16. Kaligrafi Khat Tsulust ... 23

Gambar 2.17. Kaligrafi Khat Nashki ... 24

Gambar 2.18. Kaligrafi Khat Farisi ... 24

Gambar 2.19. Kaligrafi Khat Diwani ... 25

Gambar 2.20 Khat Diwani Jali ... 26

Gambar 2.21. Kaligrafi Khat Riq’ah ... 26

Gambar 2.22. Lengkung Mesjid Aliran Arab ... 27

Gambar 2.23. Lengkung Mesjid Aliran Moor ... 28


(14)

viii

Gambar 2.25. Lengkung Mesjid Aliran India ... 28

Gambar 2.26. Mihrab ... 31

Gambar 2.27. Mimbar ... 32

Gambar 2.28. Liwan ... 33

Gambar 2.29. Kubah bagian dalam ... 34

Gambar 2.30. Interior Dalam Mesjid ... 35

Gambar 2.31. Liwan ... 37

Gambar Bagan 3.1. Desain Penelitian ... 45

Gambar 4.1. Denah Jalan Menuju Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 60

Gambar 4.2. Bagian-bagian Mesjid Azizi Tanjung Pura ... 61

Gambar 4.3. Layout denah Mesjid Azizi di Tanjung Pura ... 62

Gambar 4.4. Tampak Bagian Liwan Mesjid Sebelah Barat ... 63

Gambar 4.5. Tampak Bagian Mihrab dan Mimbar ... 63

Gambar 4.6. Tampak Bangunan Depan Istana ... 64

Gambar 4.7. Tampak Bangunan Belakang sebelah Barat Istana ... 64

Gambar 4.8. Tampak Bagian Atas Bagian Dalam Kubah ... 65


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya asing ke Indonesia, secara tidak langsung bangsa-bangsa tersebut membawa kebudayaan yang dimilikinya masuk dan berkembang di Indonesia. Oleh karena itu Indonesia memiliki berbagai suku bangsa dengan berbagai kebudayaan yang beraneka ragam yang berkembang selama berabad-abad dan dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat, seperti media interaksi yaitu handphone, internet dan segala media sosial yang berkembang sangat canggih di masyarakat dunia membuka semua pengetahuan yang awalnya sulit untuk diperoleh menjadi sangat mudah untuk mengakses segala informasi yang dibutuhkan. Seperti Inkulturasi yang merupakan elemen-elemen yang membangkitkan sisi-sisi baru pada kebudayaan yang telah tersusun dan hidup selama ratusan tahun dapat diketahui dengan adanya media interaksi. Dimana Inkulturasi mendorong kebudayaan berkembang menjadi lebih kaya dari yang sebelumnya. Budaya-budaya asing yang datang ke Indonesia meninggalkan jejak berupa hasil budaya manusia seperti nilai-nilai, agama, ideologi, seni dan lain sebagainya.


(16)

2

Agama yang berkembang di Indonesia diantaranya Hindu, Budha, Kriten dan Islam, sementara itu agama memiliki pengaruh di seluruh penjuru wilayah di Indonesia, mulai dari adat-istiadat, tradisi, ritual pelaksaan ibadah, tempat ibadah dan keseniannya. Mesjid adalah tempat ibadah bagi umat yang beragama Islam. Dekorasi atau pola hias pada mesjid terkait langsung pada jaman dan budaya masyarakat pelaku dari budaya tersebut. Penerapan pola hias pada Mesjid sangat bervariasi dan berbeda-beda pada setiap mesjid, tergantung pada dimana mesjid itu berada dan budaya apa yang berkembang di daerah tersebut.

Di Sumatera Utara terdapat tujuh etnis diantaranya: Batak Toba, Batak Karo, Pak-Pak Dairi, Batak Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Setiap etnis memiliki perbedaan disebabkan oleh pengaruh lingkungan kebudayaan dan pola kehidupan masing-masing daerah. Suku Melayu merupakan salah satu etnis di Sumatera Utara yang bermukim di Pesisir Timur pulau Sumatera dan Pesisir Barat kalimantan. Salah satu wilayah yang menjadi tempat bermukim suku Melayu di wilayah Sumatera Utara adalah kota Tanjung Pura di Kabupaten Langkat.

Keberadaan suku Melayu di kota Tanjung Pura Kabupaten Langkat merupakan wilayah Kesultanan Melayu Langkat. Banyak peninggalan bersejarah yang ada di kota ini, salah satu peninggalan bersejarah kerajaan ini yang masih terawat sampai saat ini adalah Mesjid Azizi.

Mesjid Azizi di Tanjung Pura Kabupaten Langkat dibangun oleh Sultan Abdul Aziz Djalil Rachmat Syah Sultan Langkat ke-7, yang merupakan putra dari


(17)

3

Sultan Musa al-Muazzamsyah pada tahun 1902 Masehi di kota Tanjung Pura Kab. Langkat. Mesjid Azizi di Tanjung Pura merupakan peninggalan dari kerajaan Melayu yang mengagumkan setelah istana Maimun di Medan. Dengan pola bangunan yang indah, tata letak, interior yang megah menjadikan Mesjid Azizi di Tanjung Pura menjadi warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya, dengan demikian kekayaan budaya dimasa lalu akan tetap selalu dikenang oleh generasi-generasi yang akan datang. (BKM Mesjid Azizi Tanjung Pura H. Abul Hasan, SE)

Arsitektur bangunan pada Mesjid Azizi merupakan gabungan dari budaya Melayu dan beberapa budaya lain seperti Aceh, Turki, Persia, India dan Arab. Mesjid Azizi di Tanjung Pura memiliki warna Ornamen khas Melayu Islam yaitu warna kuning. Jika dari luar arsitektur bangunan fisik kubah dan menara seperti bangunan mesjid islam di India, sementara arsitektur dalam mesjid mengadopsi bangunan mesjid pada masa kerajaan Otoman di Turki. (citizen jurnalis tv NET10 Agus Sidarta, Langkat, SUMUT)

Arsitektur bagian dalam Mesjid Azizi memang mengadopsi bangunan interior pada masa kerajaan Otoman di Turki, namun penerapan pola hias pada interiornya mengadopsi ornamen-ornamen khas Melayu dan Aceh, serta kaligrafi-kaligrafi Arab, yang merupakan Inkulturasi Budaya rupa. Disisi lain masyarakat sekitar kurang memahami bahwa pola hias pada interior Mesjid Azizi ini merupakan perpaduan budaya lain yang merupakan inkulturasi budaya. Hal inilah yang menjadi titik tolak untuk keberangkatan penelitian yang akan di laksanakan.


(18)

4

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian pada bangunan Mesjid Azizi dengan judul penelitian “Inkulturasi Budaya: Studi Tentang Penerapan Pola Hias pada Interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura Kabupaten Langkat”, untuk lebih mengatahui pola hias apa saja yang diterapkan pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

B. Identifikasi Masalah

Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta cakupan masalah diketahui tidak terlalu luas. Berdasarkan permasalahan dalam latar belakang yang telah dikemukan, serta berpedoman pada tujuan dari identifikasi masalah, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

1. Bentuk penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura tidak semua khas budaya Melayu.

2. Masuknya budaya budaya Melayu dan beberapa budaya lain pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

3. Wujud inkulturasi budaya Melayu, Aceh, Turki, Persia, India, dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

4. Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan beberapa budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.


(19)

5

5. Meneliti bagaimana masuknya pengaruh budaya lain seperti Aceh, Turki, Persia, India dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu dan kemampuan teoristis maka penulis merasa perlu membatasi masalah-masalah dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis membatasi masalah tersebut sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura tidak semua khas budaya Melayu.

2. Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan beberapa budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan “suatu pernyataan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan data”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(20)

6

1. Bagaimana bentuk-bentuk pola hias yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura?

2. Bagaimana Pengaruh dari penerapan pola hias budaya Melayu dan beberapa budaya lain seperti budaya Aceh, Turki dan Arab pada Mesjid Azizi di Tanjung Pura?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang, pada umumnnya pasti mempunyai tujuan tertentu. Tanpa adanya suatu tujuan tertentu yang jelas maka maka kegiatan tersebut tidak akan dapat terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.

Berhasil tidaknya suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan terlihat pada tercapainya tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak di capai oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui lebih jauh tentang bentuk-bentuk pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

2. Dapat mengidentifikasi bagaimana Mesjid Azizi di Tanjung Pura ini dibangun dengan perpaduan banyak budaya.


(21)

7

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan dokumentasi bagi perpustakaan UNIMED dan daerah Sumatera Utara.

b. Sebagai bahan rujukan dan referensi yang relevan bagi mahasiswa dan pemerintah daerah setempat dalam sektor kesenian parawisata.

c. Menambah literatur baru tentang Mesjid Azizi peninggalan bersejarah budaya Melayu.

d. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya khusus yang berkaitan dengan inkulturasi budaya pada bangunan, khususnya bangunan Melayu.

2. Manfaaat Praktis

a. Sebagai bahan pengenalan bagi masyarakat pentingnya peninggalan bangunan bersejarah Mejid Azizi di Tanjung Pura. b. Menambah wawasan mengenai jejak peninggalan bersejarah

bagi generasi penerus dan masyarakat yang ingin mengetahui bagian-bagian dari penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura.

c. Sebagai pedoman bagi pemerintah dan masyarakat untuk upaya pelestarian bangunan bersejarah Mesjid Azizi di Tanjung Pura.


(22)

90 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Setelah data diperoleh, diolah dan dianalisis, kemudian diperoleh beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura. a. pola hias pada interior Mesjid Azizi merupakan perpaduan dari

budaya asing dan budaya lokal. Budaya lokal itu sendiri yaitu budaya Melayu yang banyak menerapkan ornamen melayu dan khas warna kuning. Sedangkan budaya asing yang menjadi perpaduan pola hias yaitu Arab, Cina, dan Turki dengan menerapkan bentuk khasnya yaitu kaligrafi Arab, ornamen geometris Cina, dan bentuk-bentuk khas Turki.

b. Bentuk-bentuk pola hias yang jelas terlihat yang merupakan perpaduan beberapa budaya sangat jelas terlihat pada mimbar, mihrab, bentuk lengkung tiang penyangga, lampu gantung, liwan dan pintu masuk kedalam liwan mesjid.

c. Ornamen yang diterapkan pada perpaduan pola hias pada interior Mesjid diantaranya adalah lilit kangkung, bagian dalam bidai susun, awan laut, itik sekawan, pucuk rebung, bidai susun, kaluk pakis dan motif bunga melati juga ornamen geometris.

2. Mengidentifikasi bagaimana Mesjid Azizi di Tanjung Pura ini dibangun dengan perpaduan banyak budaya.


(23)

91

a. Penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura tidak hanya dari Turki, Arab, Cina dan Melayu saja, akan tetapi ada juga dari beberapa negara-negara di Eropa, seperti Belanda, Spanyol dan Moor.

b. Mesjid Azizi memiliki ornamen budaya lokal Melayu yang diterapkan pada bagian interiornya dengan jumlah 27 ornamen dengan bentuk flora, bentuk fauna, bentuk alam dan bentuk benda. Kaligrafi Arab yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi berjumlah 92 dan merupakan jenis kaligrafi dengan khat Tsulust. Ornamen Geometris Cina yang diterapkan berjumlah 17 dan sangat jelas terlihat pada ukiran bagian pintu Mesjid memasuki Liwan. Bentuk pola hias Turki terlihat pada bentuk mimbar dengan bentuk kerucut pada bagian kubah mimbar yang sangat mirip dengan bentuk kerucut yang diterapkan pada istana Topkapi di Istanbul, Turki.

c. Berbagai bentuk inkulturasi budaya pada interior Mesjid Azizi yang mencampurkannya menjadi satu dalam satu interior ini adalah wujud dari asimilasi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka diperoleh beberapa saran antara lain :


(24)

92

1. Mengajak kembali masyarakat pada umumnya khususnya masyarakat Tanjung Pura untuk lebih mau belajar dan memahi tentang sejarah dibalik Mesjid Azizi di Tanjung Pura. Dimana Mesjid ini merupakan bukti adanya Kesutanan Langkat pada masa itu. Serta melestarikan budaya yang merupakan milik bangsa kita.

2. Harapan penulis melalui penelitian inkulturasi budaya penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi ini bagi pemerintah daerah maupun masyarakat kota Tanjuung Pura agar lebih menjaga dan merawat serta memberikan perhatian khusus kepada Mesjid Azizi di Tanjung Pura yang sudah merupkan cagar budaya.

3. Karena pada saat ini daerah kota Tanjung Pura merupakan jalan lintas menuju ke Aceh tentunya tempat ini juga menjadi salah tempat persinggahan yang banyak di datangi banyak wisatawan luar maupun dalam negeri. Maka dengan upaya tersebut masyarakat kota Tanjung Pura dapat mengenalkan budayanya kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke kota Tanjung Pura. Khususnya memperkenalkan bangunan khas Melayu dengan bentuk dan warna ornamen Melayu yang bernilai estetis dan merupakan bukti adanya Kesultanan Langkat di daerah Tanjung Pura ini.

4. Kepada masyarakat kota Tanjung Pura secara khusus generasi muda agar tetap memelihara dan menjaga serta mengembangkan bentuk dan warna ornamen tradisioanal Melayu yang merupakan ciri khas daerah Melayu, agar tidak punah dengan majunya zaman.


(25)

93

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Bhakti dan Wahid, Julaihi. 2013. Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu

Amril, Sjamsu. Data Arsitek Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga 1995. Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi Aceh-Nias: RTRW 2010 ; NAD, 2007

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bawono, Agung. 2000. Keberadaan ornamen pada masjid anniam pedusunan argosari sedayu bantul yogyakarta serta perspektifnya dari hukum islam. Skripsi SI. Yogyakarta: Program Studi Kriya, ISI Yogyakarta.

Budiwiwaramulja, Dwi. 2004. Golden Section pada Ragam Hias Melayu. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 54-55

Crollius, Ary Roest. 1984. Antropologi Kebudayaan, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

De Chiara, Joseph; Callender, John Hancock. Time Saver Standards for Building Types 3rd Editions. Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1990.

D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York, New York: Maxmillan Publishing Company.

Ernst, N. (2002). Data Arsitek (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Hadjad, Abdul. Dkk. 1984. Arsitektur Tradisional Propinsi Daerah Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian SejarahDan Budaya.

Hasan, Abul. 2016. BKM Mesjid Azizi Tanjung Pura.

Huda, Nurul. 2003. Melukis Ayat Tuhan: Pengantar Praktis Berkaligrafi Arab. Yogyakarta: Gama Media Offset.

Interior decorating vs. interior design. Dari http://allartschool.com (diambil tanggal 16 November 2007.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2008 : 1506)

Kusnanto. 2010. Tempat-Tempat yang Banyak Ditemukan Para Syaitan. http://abuzahrakusnanto.wordpress.com/page/6/. Diundah pada tanggal 5 februari 2016.


(26)

94

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Reineka Cipta. Laurel Heydir. 2014. artikel. Pengantar Antropology Budaya

Mesra, 2010. artikel Perancangan Produk Cinderamata Dari Kayu Bermotif Kaligrafi Arab Dan Ornamen Melayu Sumatera.

M. nazir,2003. metode penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, cet.ke-5Sunaryo. Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize

Mudra, Mahyudin. 2004. Balai Adat Melayu Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sachari, Agus. 2001. Wacana Transformasi Budaya. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Pemda Tingkat I Provinsi Sumatera Utara: Medan.

Situmorang, Oloan. 1993. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Angkasa Bandung.

Sugiyono,2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sumalyo, Yulianto. 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim. Makasar: UGM Gadjah Mada University Press.

Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara, Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Dahara Prize: Semarang

Winarta, Bea. 1982. Penerapan Arsitektur. Jakarta: Itermasa

Yunus, Ahmad. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan peneitian gabungan.Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

http://www.britannica.com/topic/Hagia-Sophia http://www.hagiasophia.com/


(27)

95

https://kisahmuslim.com/3875-sejarah-kota-cordoba-peradaban-di-cordoba-bagian-24.html

http://antikeropa.com/lampu-gantung-antik-eropa

http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2014/07/10-bangunan-dengan-hiasan-kaca-patri.html

http://dokumen.tips/documents/sejarah-keramik.html


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN

Setelah data diperoleh, diolah dan dianalisis, kemudian diperoleh beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura. a. pola hias pada interior Mesjid Azizi merupakan perpaduan dari

budaya asing dan budaya lokal. Budaya lokal itu sendiri yaitu budaya Melayu yang banyak menerapkan ornamen melayu dan khas warna kuning. Sedangkan budaya asing yang menjadi perpaduan pola hias yaitu Arab, Cina, dan Turki dengan menerapkan bentuk khasnya yaitu kaligrafi Arab, ornamen geometris Cina, dan bentuk-bentuk khas Turki.

b. Bentuk-bentuk pola hias yang jelas terlihat yang merupakan perpaduan beberapa budaya sangat jelas terlihat pada mimbar, mihrab, bentuk lengkung tiang penyangga, lampu gantung, liwan dan pintu masuk kedalam liwan mesjid.

c. Ornamen yang diterapkan pada perpaduan pola hias pada interior Mesjid diantaranya adalah lilit kangkung, bagian dalam bidai susun, awan laut, itik sekawan, pucuk rebung, bidai susun, kaluk pakis dan motif bunga melati juga ornamen geometris.

2. Mengidentifikasi bagaimana Mesjid Azizi di Tanjung Pura ini dibangun dengan perpaduan banyak budaya.


(2)

a. Penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi di Tanjung Pura tidak hanya dari Turki, Arab, Cina dan Melayu saja, akan tetapi ada juga dari beberapa negara-negara di Eropa, seperti Belanda, Spanyol dan Moor.

b. Mesjid Azizi memiliki ornamen budaya lokal Melayu yang diterapkan pada bagian interiornya dengan jumlah 27 ornamen dengan bentuk flora, bentuk fauna, bentuk alam dan bentuk benda. Kaligrafi Arab yang diterapkan pada interior Mesjid Azizi berjumlah 92 dan merupakan jenis kaligrafi dengan khat Tsulust. Ornamen Geometris Cina yang diterapkan berjumlah 17 dan sangat jelas terlihat pada ukiran bagian pintu Mesjid memasuki Liwan. Bentuk pola hias Turki terlihat pada bentuk mimbar dengan bentuk kerucut pada bagian kubah mimbar yang sangat mirip dengan bentuk kerucut yang diterapkan pada istana Topkapi di Istanbul, Turki.

c. Berbagai bentuk inkulturasi budaya pada interior Mesjid Azizi yang mencampurkannya menjadi satu dalam satu interior ini adalah wujud dari asimilasi.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka diperoleh beberapa saran antara lain :


(3)

1. Mengajak kembali masyarakat pada umumnya khususnya masyarakat Tanjung Pura untuk lebih mau belajar dan memahi tentang sejarah dibalik Mesjid Azizi di Tanjung Pura. Dimana Mesjid ini merupakan bukti adanya Kesutanan Langkat pada masa itu. Serta melestarikan budaya yang merupakan milik bangsa kita.

2. Harapan penulis melalui penelitian inkulturasi budaya penerapan pola hias pada interior Mesjid Azizi ini bagi pemerintah daerah maupun masyarakat kota Tanjuung Pura agar lebih menjaga dan merawat serta memberikan perhatian khusus kepada Mesjid Azizi di Tanjung Pura yang sudah merupkan cagar budaya.

3. Karena pada saat ini daerah kota Tanjung Pura merupakan jalan lintas menuju ke Aceh tentunya tempat ini juga menjadi salah tempat persinggahan yang banyak di datangi banyak wisatawan luar maupun dalam negeri. Maka dengan upaya tersebut masyarakat kota Tanjung Pura dapat mengenalkan budayanya kepada wisatawan yang sedang berkunjung ke kota Tanjung Pura. Khususnya memperkenalkan bangunan khas Melayu dengan bentuk dan warna ornamen Melayu yang bernilai estetis dan merupakan bukti adanya Kesultanan Langkat di daerah Tanjung Pura ini.

4. Kepada masyarakat kota Tanjung Pura secara khusus generasi muda agar tetap memelihara dan menjaga serta mengembangkan bentuk dan warna ornamen tradisioanal Melayu yang merupakan ciri khas daerah Melayu, agar tidak punah dengan majunya zaman.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Bhakti dan Wahid, Julaihi. 2013. Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara. Yogyakarta: Graha Ilmu

Amril, Sjamsu. Data Arsitek Jilid 1 Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga 1995. Badan Rekonstruksi Dan Rehabilitasi Aceh-Nias: RTRW 2010 ; NAD, 2007

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bawono, Agung. 2000. Keberadaan ornamen pada masjid anniam pedusunan argosari sedayu bantul yogyakarta serta perspektifnya dari hukum islam. Skripsi SI. Yogyakarta: Program Studi Kriya, ISI Yogyakarta.

Budiwiwaramulja, Dwi. 2004. Golden Section pada Ragam Hias Melayu. Jurnal Seni Rupa FBS UNIMED. 54-55

Crollius, Ary Roest. 1984. Antropologi Kebudayaan, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

De Chiara, Joseph; Callender, John Hancock. Time Saver Standards for Building Types 3rd Editions. Singapore: Mc Graw-Hill Inc, 1990.

D.K. Ching, Francis, 2002, Architectue, Space and Order, New York, New York: Maxmillan Publishing Company.

Ernst, N. (2002). Data Arsitek (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Hadjad, Abdul. Dkk. 1984. Arsitektur Tradisional Propinsi Daerah Aceh. Banda Aceh: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Pusat Penelitian SejarahDan Budaya.

Hasan, Abul. 2016. BKM Mesjid Azizi Tanjung Pura.

Huda, Nurul. 2003. Melukis Ayat Tuhan: Pengantar Praktis Berkaligrafi Arab. Yogyakarta: Gama Media Offset.

Interior decorating vs. interior design. Dari http://allartschool.com (diambil tanggal 16 November 2007.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (2008 : 1506)

Kusnanto. 2010. Tempat-Tempat yang Banyak Ditemukan Para Syaitan. http://abuzahrakusnanto.wordpress.com/page/6/. Diundah pada tanggal 5 februari 2016.


(5)

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Reineka Cipta. Laurel Heydir. 2014. artikel. Pengantar Antropology Budaya

Mesra, 2010. artikel Perancangan Produk Cinderamata Dari Kayu Bermotif Kaligrafi Arab Dan Ornamen Melayu Sumatera.

M. nazir,2003. metode penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, cet.ke-5Sunaryo. Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize

Mudra, Mahyudin. 2004. Balai Adat Melayu Riau. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sachari, Agus. 2001. Wacana Transformasi Budaya. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Sirait, Baginda. 1980. Pengumpulan dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara. Pemda Tingkat I Provinsi Sumatera Utara: Medan.

Situmorang, Oloan. 1993. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya. Bandung: Angkasa Bandung.

Sugiyono,2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Sumalyo, Yulianto. 2000. Arsitektur Mesjid dan Monumen Sejarah Muslim. Makasar: UGM Gadjah Mada University Press.

Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara, Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia. Dahara Prize: Semarang

Winarta, Bea. 1982. Penerapan Arsitektur. Jakarta: Itermasa

Yunus, Ahmad. 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan peneitian gabungan.Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

http://www.britannica.com/topic/Hagia-Sophia http://www.hagiasophia.com/


(6)

https://kisahmuslim.com/3875-sejarah-kota-cordoba-peradaban-di-cordoba-bagian-24.html

http://antikeropa.com/lampu-gantung-antik-eropa

http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2014/07/10-bangunan-dengan-hiasan-kaca-patri.html

http://dokumen.tips/documents/sejarah-keramik.html