Modul Pengantar Ilmu Sejarah

Bahan Belajar Pengantar Ilmu Sejarah
A. Sumber sejarah
Sumber sejarah adalah suatu landasan informasi (bahan-bahan) bagi sejarawan yang hendak
merekonstruksi peristiwa sejarah. Menurut R. Moh. Ali dalam bukunya (Ali, 2005:13-14) sejarah
berusaha untuk menyelidiki suatu peristiwa dan kejadian yang sudah terjadi. Peristiwa dan
kejadian tersebut meninggalkan kesan dan bekas yang menjadi bahan penyelidikan seorang
sejarawan. Kesan dan bekas dari suatu peristiwa sejarahlah yang disebut sebagai sumber sejarah.
Fungsi sumber sejarah seperti yang sudah dijelaskan dalam definisinya adalah sebagai
landasan informasi bagi sejawan untuk menulis sejarah. R. Moh. Ali (Ali, 2005:22) menjelaskan
bahwa, “Dasar dari penggunaan sumber sejarah ialah cita-cita mencari kebenaran tentang
kejadian peristiwa yang sudah terjadi”.
a. Jenis-jenis sumber sejarah dan cara mendapatkannya
Terdapat dua jenis sumber sejarah secara umum yaitu sumber tertulis dan sumber
lisan. Namun ada juga yang menambahkan sumber benda sebagai suatu sumber sejarah
(khususnya pada pengkajian masa prasejarah). Cara mendapatkan sumber sejarah dapat
ditengok dari definisi tiap jenis sumber sejarah tersebut.
Definisi sumber tertulis merupakan peninggalan dari suatu peristiwa sejarah yang
berupa tulisan. Contoh dari sumber tertulis adalah dokumen-dokumen, catatan perjalanan,
notulensi rapat, surat kabar pada saat peristiwa sejarah yang diteliti dan lain-lai. Cara
mendapatkan sumber tertulis dapat dengan mencari di pusat arsip lembaga kenegaraan
maupun yang dimiliki oleh individu atau swasta.

Definisi sumber lisan adalah segala sesuatu yang berasal dari penuturan saksi maupun
orang yang dianggap mengerti mengenai suatu peristiwa sejarah. Cara mendapatkan
sumber lisan adalah dengan mewawancarai saksi atau orang yang dianggap mengerti
mengenai suatu peristiwa sejarah.
Definisi sumber benda adalah sumber sejarah yang berasal dari benda-benda
peninggalan yang dihasilkan oleh manusia. Cara mendapatkan sumber benda adalah

dengan menilik ke dalam museum-museum yang menyimpan benda peninggalan masa
prasejarah, mengunjungi situs-situs sejarah dan bangunan sejarah.

b. Contoh-contoh sumber sejarah
 Contoh sumber tertulis: Dokumen Negara, hasil notulensi rapat, kwitansi, surat kabar
sezaman.
 Contoh sumber lisan: Hasil wawancara
 Contoh sumber benda: benda peninggalan masa prasejarah (seperti prasasti, alat-alat
produksi sederhana), bangunan-bangunan, foto dan film.

B. Fakta sejarah
Fakta sejarah adalah informasi yang didapatkan oleh sejarawan setelah meneliti sumber
sejarah. Fakta sejarah merupakan intisari dari sumber sejarah (Ali, 2005:25). Fakta sejarah

merupakan hasil interpretasi dari sejarawan setelah meneliti dan mengkritik sumber sejarah yang
didapatkannya.
a. Jenis-Jenis fakta sejarah
 Artifact: Segala benda yang merupakan hasil ciptaan manusia yang menjadi
pendukung kebenaran adanya peristiwa sejarah.
 Mentifact: Fakta mental yang melingkupi masyarakat pada suatu zaman yang
dijadikan landasan dalam penyusunan cerita sejarah. Fakta mental terlihat dari
gagasan-gagasan yang berkembang, ideologi, dan juga cara berfikir masyarakat pada
zaman tersebut.
 Sociofact: Fakta sosial merupakan wujud aktifitas sosial yang ada di dalam
masyarakat pada suatu zaman. Pola interaksi masyarakat, adanya aktifitas ekonomi,
adanya pembentukan kesatuan politik merupakan fakta-fakta sosial pada suatu zaman.
b. Contoh-contoh artifact, mentifact, sociofact
 Contoh artifact: Bangunan-bangunan yang didirikan dan bercorak arsitektur Belanda
menjadikan fakta bahwa orang Belanda pernah tinggal di wilayah Indonesia.

 Contoh mentifact: Adanya gagasan mengenai perjuangan kaum buruh revolusioner
merupakan fakta mental bahwa ideologi komunis pernah melingkupi pemikiran
sebagian masyarakat Indonesia.
 Contoh sosiofact: Tersebarnya agama Hindu-Buddha ke wilayah nusantara

merupakan fakta sosial mengenai adanya interaksi masyarakat nusantara dengan
masyarakat India dan China.
c. Perbedaan fakta sejarah dan fakta sosial
Fakta sejarah berasal dari penafsiran sejarawan atas data-data yang diperoleh dalam
tahap pengumpulan sumber dan telah di teliti keabsahannya lewat proses kritik sumber.
Atau dengan kata lain fakta sejarah merupakan penjabaran dari segala sumber sejarah
yang dianggap kredibel (Gottsshalk, 1986:96).
Sedangkan fakta sosial merupakan suatu konsep yang dikenalkan oleh sosiolog
Prancis, Emile Durkheim. Menurut Durkheim yang terpengaruh oleh paradigma
positifistik, bahwa dalam kerangka sosial ada hukum-hukum yang tetap yang mengatur
segala gejala-gejala sosial. Pemaparannya tentang fakta sosial dapat disimpulkan sebagai
suatu aturan-aturan tetap yang harus dipelajari oleh individu agar dapat menyesuaikan
dengan keadaan sosialnya demi terikat dalam suatu solidaritas sosial. (Jones, 2009:45)
Perbedaan antara fakta sejarah dan fakta sosial ada pada terlibatnya faktor subjek
dalam menentukan fakta. Bagi Durkheim, fakta sosial merupakan realitas eksternal dan
merupakan penghambat bagi individu. Sedangkan fakta sejarah tidak dapat dilepaskan
dari individu sejarawan yang menyusun fakta tersebut berdasar sumber-sumber yang
kredibel.
d. Perbedaan fakta sejarah dan fakta hukum
Pengumpulan fakta sejarah dan fakta hukum sejatinya memiliki kesamaan. Bahwa

kedua disiplin ilmu tersebut mencoba mengumpulkan fakta dari peristiwa yang sudah
terjadi dengan sumber-sumber yang sudah dikumpulkan dan diteliti kredibilitasnya.
Menilik perbedaan antara fakta sejarah dan fakta hukum dapat dibandingkan dengan
tujuan dari pengumpulan fakta-fakta diantara dua disiplin ilmu yang berbeda tersebut.
Fakta sejarah seperti yang diungkapkan Gottschalk, disusun demi untuk menunjang

relevansi suatu peristiwa sejarah yang diteliti. Sedangkan fakta hukum disusun lebih ketat
dan komprehensif karena menjadi dasar untuk memutuskan suatu perkara dalam
persidangan yang memiliki dampak pada penetapan sanksi atau hukuman terhadap satu
pelanggaran hukum.
e. Contoh fakta sosial dan fakta hukum
 Contoh fakta sosial: nilai dan norma-norma yang ada dalam suatu masyarakat yang
mengatur masyarakat tersebut. Individu yang lahir dan hendak menjadi anggota
masyarakat tersebut harus mempelajari nilai dan norma sebagai sebuah fakta sosial
agar mereka dapat diterima menjadi anggota dari solidaritas sosial tersebut.
 Contoh fakta hukum: tuntutan yang dibacakan jaksa penuntut umum, berita acara
pemeriksaan, dan juga keputusan hakim dalam sebuah persidangan.
C. Perbedaan peristiwa sejarah dengan bukan peristiwa sejarah
Pada dasarnya perbedaan antara peristiwa sejarah dan bukan peristiwa sejarah merupakan
sebuah perbedaan sudut pandang dari sejarawan dan konteks keadaan yang dialami oleh

penulis sejarah. Peristiwa sejarah adalah peristiwa yang dianggap memiliki pengaruh besar
terhadap kondisi yang dialami masa sekarang. Anggapan bahwa sejarah merupakan peristiwa
yang penting berasal dari pandangan bahwa peristiwa sejarah adalah suatu peristiwa yang
memiliki dampak besar yang dapat dirasakan hingga masa dimana ditulisnya sejarah tersebut.
Sedangkan peristiwa yang dianggap tidak memiliki dampak terhadap apa yang dirasakan
oleh sejarawan pada masa sekarang bukan merupakan sebuah peristiwa sejarah.
a. Contoh peristiwa sejarah
 Peristiwa pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.
Peristiwa ini dapat disebut peristiwa sejarah karena memiliki dampak yang sangat
besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa ini menjadi tonggak awal dimana
bangsa Indonesia terbebas dan merdeka dari segala bentuk penjajahan serta dapat
mengurusi urusan bangsanya sendiri.
b. Contoh yang bukan peristiwa sejarah

 Ketika sebulan yang lalu ada seorang pengemis yang datang ke rumah dosen abdul
syukur dan diusir, mungkin bukan suatu peristiwa sejarah bagi bangsa Indonesia
karena peristiwa tersebut tidak memiliki dampak bagi kelangsungan hidup bangsa
Indonesia.

D. Prinsip-prinsip ilmu sejarah

 Kausalitas: Prinsip yang menekankan bahwa suatu peristiwa sejarah tidak dapat terlepas
dari adanya pengaruh sebab-akibat (kausalitas). Di dalam menulis peristiwa sejarah
membutuhkan narasi yang menjelaskan penyebab terjadinya suatu peristiwa sejarah
karena peristiwa sejarah bukan merupakan hasil dari sebab tunggal, melainkan jamak
(multi-kausal)
 Diakronis: Prinsip bahwa sejarah merupakan suatu kronologi peristiwa yang berurutan
dengan peristiwa sebelumnya.
 Sinkronis: Prinsip dalam pengkajian ilmu sosial dalam memandang suatu peristiwa tidak
dapat terlepas dengan kejadian di sekitar peristiwa tersebut.
 Anakronis: merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk pada kesalahan
menempatkan suatu hal di dalam satu konteks sejarah.
E. Langkah penelitian sejarah
 Heuristik (pengumpulan sumber): langkah pertama dalam memulai satu penelitian
sejarah dengan mengumpulkan sumber yang sesuai dengan tema yang akan diteliti oleh
sejarawan. Contoh: sejarawan yang hendak meneliti sejarah lahirnya pemerintahan orde
baru di Indonesia mengunjungi Arsip Nasional Indonesia untuk mencari sumber
(dokumen) perihal pergantian kekuasaan.
 Verifikasi (Kritik sumber): langkah selanjtna setelah mengumpulkan suber yang sesuai
untuk penelitian sejarah yang diambil adalah verifikasi atau kritik sumber. Di dalam
tahap ini sumber yang terkumpul di tinjau dan di kritik untuk mendapatkan keabsahan

dari sumber yang diperoleh. Dua macam kritik sumber yaitu dengan kritik ekstern dan
kritik intern. Kritik ekstern adalah cara melihat keabsahan sumber dari bentuk dan
wujudnya. Sedangkan kritik intern adalah dengan melihat keabsahan sumber dari segi isi

sumber tersebut, apakah isinya sesuai dengan konteks zaman dan konteks peristiwa
sejarah yang diteliti. Contoh: Kritik ekstern untuk sumber zaman pergerakan seperti
melihat sumber dokumen dari bentuk kertas dan kualitas kertas yang menguning. Kritik
intern sumber contohnya ketika kita mendapatkan sumber tersebut kita melihat apakah isi
sumber tersebut memang sesuai dengan konteks masa pada waktu tersebut.
 Interpretasi: adalah proses penafsiran sejarwan terhadap sumber-sumber yang telah
diperoleh dan telah di pastikan kebenarannya. Proses penafsiran terdapat dua macam
yaitu analisis. Menurut Kuntowidjoyo (Kuntowidjoyo, 1991:103) analisis digunakan
sebab terkadang sebuah sumber mengandung beberapa kemungkinan. Analisis dapat
berguna bagi sejarawan untuk menguraikan sumber mana yang dianggap memiliki
keterkaitan yang kuat dengan peristiwa sejarah dan dapat di pakai untuk penyusunan
sejarah. Contoh: setelah menganalisis Peristiwa Rengasdengklok dapat sejarawan
mengambil penafsiran bahwa peristiwa tersebut adalah proses pengamanan terhadap
Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang dan usaha menekan kedua tokoh tersebut untuk
mempercepat kemerdekaan. Penafsiran ini berdasarkan data-data bahwa Jepang sudah
kalah, dan telah diperintahkan untuk mengamankan status quo daerah kekuasaannya

untuk diserahkan oleh sekutu. Penafsiran juga didukung oleh dipilihnya Rengasdengklok
yang jauh dari ibukota dan dekat dengan markas PETA. Sintesis adalah proses
mengelompokan setelah sejarawan menguraikan sumber-sumber sejarah. Contoh: setelah
data-data tentang pertempuran, rapat-rapat, mobilisasi massa, pemggantian pejabat,
pembunuhan, penurunan dan pengibaran bendera, kita temukan fakta bahwa telah terjadi
revolusi. Jadi revolusi adalah hasil interpretasi kita setelah data-data kita kelompokkan
menjadi satu. (Kuntowidjoyo, 1991:104)
 Historiografi adalah langkah terakhir dalam penelitian sejarah. Dalam langkah ini datadata yang sudah ditafsirkan menjadi fakta dirangkai oleh sejarawan dalam sebuah narasi
sejarah. Menurut R. Moh Ali (Ali, 2005:27-30) suatu hasil penelitian sejarah belum dapat
dikatakan sejarah jika hanya merupakan penuturan fakta-fakta. Fakta sejarah harus
dirangkai dalam suatu narasi karena sifat kausal sejarah yang multikausal. Contoh:
penulisan sejarah dibagi menjadi pengantar, hasil penelitian dan simpulan. Dalam
pengantar dijelaskan latar belakang, dalam hasil penelitian sejarawan merangkai fakta-

fakta yang diperolehnya, dan dalam simpulan sejarawan mengemukakan generalisasi dari
yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya. (Kuntowidjoyo, 1991:107)

F. Pendekatan emosional dan intelektual dalam Pemilihan Tema
 Pendekatan emosional dalam pemilihan tema berdasarkan kedekatan emosional penulis
dengan tema yang diambilnya. Contohnya: seorang sejarawan mengambil tema

pemberontakan “G30S” karena ayahnya atau saudaranya menjadi korban dari
pemberontakan tersebut.
 Pendekatan intelektual dalam pemilihan tema penelitian sejarah yaitu pemilihan topik
oleh sejarawan yang dilandasi atas pengetahuan yang sebelumnya diperolehnya.
Pengetahuan tersebut dapat berupa pengetahuan atas fakta-fakta pendukung maupun
konsep-konsep dan teori yang relevan. Contoh: seorang sejarawan yang sebelumnya
mendalami sejarah pergerakan nasional memilih tema penelitian berupa peristiwa yang
terjadi sekitar periode sejarah pergerakan nasional.