Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh karakteristik kepala daerah terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia. Secara spesifik, variable karakterisitik kepala daerah yang akan diuji dalam penelitian ini adalah masa jabatan, inkumben, pendidikan dan umur kepala daerah, dengan variabel kontrol karakteristik pemerintah daerah. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting yang perlu dilakukan atas umpan balik suatu rencana yang telah diimplementasikan. karena kinerja organisasi sektor publik dipengaruhi oleh konstitusi dan faktor politik Boyne, 2003. Selain itu, tuntutan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan karena adanya fakta bahwa masih buruknya kinerja pemerintah daerah di Indonesia saat ini. Kepala daerah merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja penyelenggaraan pemerintah suatu daerah. Kepala daerah sebagai pihak eksekutif dalam sistem pemerintahan memegang peran penting dalam pengambilan keputusan dan kebijakan dalam penyelenggaran pemerintah daerah. Kinerja penyelenggaraan pemerintah merupakan hasil preferensi dari kebijakan yang diambil pihak eksekutif. Berdasarkan model keagenan, faktor- faktor dukungan partai politik, pemilih voters, ukuran DPRD, kemandirian keuangan pemerintah daerah, populasi, besaran APBD, wilayah geografi pemerintah daerah dan tipe pemerintah daerah akan berpengaruh terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah suatu daerah. commit to user 2 Berdasar PP No. 6 Tahun 2008 tentang Pedomam Evaluasi Penyelenggaran Pemerintah Daerah, Pengukuran Kinerja Penyelenggaran Pemerintah Daerah oleh Kepala Daerah diukur berdasarkan capaian atas urusan pemerintah daerah dari sisi masukan, proses, keluaran, hasil dan manfaatnya. Otonomi daerah ini memberikan porsi kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk dapat mengelola keuangan daerahnya Bennet, 2010. Melalui Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang “Pemerintah Daerah” yang direvisi Undang-undang no. 32 tahun 2004 dan Undang-undang no. 25 tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah” yang telah direvisi dengan Undang-undang no. 33 tahun 2004 pemerintah daerah diharapkan dapat mempercepat tercapainya kesejahteraan masyarakat di daerahnya secara mandiri. Selain itu, pemberian otonomi ini juga dimaksudkan sebagai upaya pemerintah pusat untuk mewujudkan good governance ditataran penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Menurut Widyananda, 2008 unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance ini adalah transparency, fairness, responsibility dan accountability . Sedangkan Rohman, 2007 berpendapat bahwa unsur-unsur good governance adalah tuntutan keterbukaan transparency , peningkatan efisiensi di segala bidang efficiency , tanggung jawab yang lebih jelas responsibility dan kewajaran fairness . Pelaksanaan otonomi daerah telah memberikan ruang bagi kepala daerah untuk mengelola keuangan daerahnya secara mandiri. Tujuan pelaksanaan otonomi daerah ini adalah untuk menciptakan di Indonesia untuk secara mandiri melakukan pengelolaan pemerintahan daerah dimana pemerintah daerah diberikan perpustakaan.uns.ac.id commit to user 3 kewenangan telah memberikan ruang yang luas. Otonomi daerah secara khusus kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan hasil dari preferensi kebijakan diambil pihak eksekutif. Sesuai dengan rerangka keagenan bahwa komposisi perolehan suara partai politik merupakan faktor penentu efektivitas dalam menentukan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan. Hak dan Kewajiban daerah memiliki hubungan dalam penggunaan sumber daya input dengan keluaran outcome yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah secara efisien dan efektif Purnomo, 2008. Proses pendelegasian wewenang terdapat hubungan antara masyarakat principal dengan pemerintah daerah agent , legislatif principal dengan pemerintah daerah agent , dan juga antara masyarakat principal dengan legislatif agent. Salah satu tujuan utama pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk menciptakan good governance , yaitu dengan pengambilan keputusan dalam pengelolaan sumber daya melalui suatu proses yang dapat dipertanggungjawabkan, akuntabel, transparan, dan memenuhi tujuan pelayanan publik Widyananda, 2008. Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu bagian isu kebijakan yang strategis di Indonesia karena perbaikan akuntabilitas kinerja dapat berdampak pada upaya terciptanya good governance Pambelum dan Urip, 2008. Adanya perbedaan kepentingan dari masing-masing peran, mengakibatkan munculnya konflik antara principle dengan pihak agent agency conflict . Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian khusus mengenai masalah akuntabilitas ini, hal ini terutama pada akuntabilitas penyelenggaraan pemerintah daerah di Indonesia. Hal ini dapat diartikan bahwa pemerintah Indonesia tidak hanya memfokuskan pada commit to user 4 masalah input dan output semata, tetapi lebih jauh berorientasi pada proses dan kinerja. Proses dan kinerja talah menjadi sebuah tuntutan masyarakat Ishak, 2009. Terdapat tiga aspek utama yang mendukung keberhasilan otonomi daerah, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan mengacu pada tingkatan atau kegiatan yang dilakukan di luar pihak eksekutif yaitu masyarakat dan DPRD, untuk mengawasi kinerja pemerintahan daerah Mardiasmo, 2002. Pengendalian adalah mekanisme yang dilakukan oleh pihak eksekutif Kepala daerah untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemen dengan baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Pemeriksaan audit merupakan kegiatan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah daerah telah sesuai dengan standar atau kreteria yang ada. Ketiga hal tersebut sehingga pada dasarnya berbeda, baik konsepsi maupun aplikasinya. Mengacu pada UU No 32 Tahun 2004, partisipan pada organisasi pemerintahan meliputi rakyat, lembaga bupati atau walikota, dan DPRD. DPRD sebagai lembaga legislatif yang berperan sebagai mitra kerja eksekutif daerah mempunyai tiga fungsi secara khusus yaitu fungsi legislasi fungsi membuat peraturan perundang-undangan, fungsi anggaran fungsi untuk menyusun anggaran, dan fungsi pengawasan fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif. Salah satu indikator kinerja pemerintah daerah adalah opini audit atas Laporan keuangan Pemerintah Daerah. Kebutuhan akan governance telah menjadi sebuah keniscayaan pada industri biobank Gottweis Petersen, 2008, ilmu pengetahuan commit to user 5 Foss Michailova, 2009 dan lingkungan hidup Kanie Haas, 2004, kemudian governance dipercaya sebagai faktor utama keberhasilan sebuah organisasi dalam menjalankan fungsinya pada entitas institutsional baik pada organisasi privat dan organisasi pemerintahan Monks Minow, 2004. Berdasarkan uraian di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Kepala Daerah Dan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah