Berdasarkan pemaparan sebelumnya, nampak bahwa dyadic coping penting karena dengan dyadic coping pasangan dapat menghadapi stres yang dirasakan akibat dari penyakit
yang dihadapi. Pasangan yang melakukan dyadic coping dengan baik akan mampu memecahkan masalah dalam pernikahan sehingga stres yang dirasakan pasangan akan berkurang, akan tetapi
pasangan yang tidak mampu melakukan dyadic coping akan cenderung memiliki permasalahan akibat dari penyakitnya yang dapat menyebabkan tingginya stress yang dirasakan oleh pasangan
sehingga kepuasan pernikahan yang dirasakan menjadi rendah. Dampak buruk yang terjadi akibat rendahnya kepuasan pernikahan pasangan yaitu perceraian, tidak terkontrolnya kesehatan
yang menyebabkan tingginya gula darah pada suami dengan diabetes melitus, dan tingginya stres yang dirasakan oleh pasangan. Oleh karena itu peran dyadic coping dan kepuasan pernikahan
pada pasangan suami istri dengan diabetes melitus tipe II penting untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana peran dyadic coping dan kepuasan pernikahan pasangan suami istri dengan
suami diabetes melitus tipe II?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran dan kontribusi antara dyadic coping dan kepuasan pernikahan pasangan suami istri dengan suami diabetes melitus tipe II.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai pembuktian empiris tentang hubungan dyadic coping dan kepuasan pernikahan pada
pasangan suami istri dengan suami diabetes melitus tipe II . Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah yang berguna bagi Psikologi Perkembangan Keluarga
dan Psikologi Kesehatan terkait hubungan pernikahan bilamana salah satu pasangan mengalami diabetes melitus tipe II.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi acuan konsultasi, baik sebagai tindakan intervensi bagi pasangan yang sudah menikah ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi
situasi ketika salah satu pasangan mengalami DM tipe II. Selain itu penelitian ini juga dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pasangan yang sudah menikah untuk mengetahui
bagaimana strategi dyadic coping berperan dalam kualitas pernikahan, termasuk di dalamnya kepuasan pernikahan.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Diana, Sukarlan, Pohan 2012 mengenai
“Hubungan antara Caregiver Strain dan Kepuasan Pernikahan pada Istri sebagai Spouse Caregiver dari penderita stroke
” menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara caregiver strain dan kepuasan pernikahan, yang bermakna
bahwa dengan meningkatnya caregiver strain akan diikuti dengan penurunan kepuasan pernikahan begitu juga sebaliknya dengan menurunnya caregiver strain akan diikuti dengan
kenaikan skor kepuasan pernikahan. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu dari segi variabel bebas dan responden penelitian. Pada penelitian Diana,
Sukarlan, Pohan 2012 variabel bebas yang digunakan adalah caregiver strain dan responden yang digunakan adalah istri yang berperan sebagai spouse caregiver dari penderita stroke.
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan dyadic coping sebagai variabel bebas dan responden yang digunakan adalah pasangan suami istri dengan suami diabetes melitus type II.
Penelitian Meier, Bodenmann, Morgeli, Jenewin 2011 pada pasien yang menerima perawatan secara regular di Zurich Lung League, mengenai
“Dyadic Coping, Quality of life, and Psychological distress among chronic obstructive pulmonary disease patient and their partners
” menunjukkan bahwa Pasangan dari pasien COPD sangat mendukung dan memberikan
perhatian, pasien merasa mereka tidak dapat mengurus tugas yang pernah mereka lakukan ini berkorelasi dengan kualitas hidup yang rendah antara pasien dan pasangannya. Penelitian ini
memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah dari segi variabel dan responden penelitian. Pada penelitian Meier,
Bodenmann, Morgeli, Jenewin 2011 terdapat dua variabel bebas dan satu variabel tergantung . Sementara pada penelitian yang akan dilakukan berikut menggunakan satu veriabel bebas dan
satu variabel tergantung. Penelitian yang dilakukan oleh Trief, Himes, Orendorf, Wenstock 2010 kepada
individu dengan diabetes melitus mengenai “The Marital Relationship Psychosocial Adaptation and Glycemic Control of individual with diabetes
” menunjukan bahwa kepuasan pernikahan memiliki hubungan yang positif dengan psychosocial adaptation dan glycemic control yang
bermakna bahwa ketika kepuasan pernikahan tinggi maka psychosocial adaptation dan glycemic control tinggi. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan berikut.
Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini adalah dari responden penelitian. Pada penelitian Trief, Himes, Orendorf, Wenstock 2010 responden penelitian adalah individu dengan
diabetes, sedangkan responden penelitian dari penelitian ini adalah pasangan suami istri dengan suami diabetes melitus type II.
Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, terlihat perbedaan penelitian- penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini. Hal ini menunjukan bahwa penelitian ini adalah
asli karena merupakan hasil karya peneliti, penelitian serupa belum pernah dilakukan sebelumnya, khususnya di Bali.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Pernikahan
1. Definisi Kepuasan Pernikahan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Olson DeFrain 2003
mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen emosi dan sah dari dua orang untuk berbagi hubungan emosional dan fisik, tugas-tugas, dan sumber ekonomi. Dengan melakukan
pernikahan manusia memenuhi kebutuhan psikoligis, kebutuhan seksual, kebutuhan material, dan kebutuhan spiritual. Olson Olson 2000 menyebutkan bahwa adanya berbagai
manfaat dari pernikahan yaitu, setiap pasangan yang menikah akan memiliki hidup yang lebih sehat, orang yang menikah memiliki dukungan emosi dari pasangan dan akses terhadap
sumberdaya ekonomi sehingga menyebabkan orang yang menikah hidup lebih lama, pada setiap pasangan yang menikah memiliki kepuasan relasi seksual yang lebih baik, pasangan
yang menikah dapat menggabungkan pendapatannya sehingga lebih sejahtera secara ekonomi.
Setiap individu yang menikah memiliki harapan untuk memperoleh kepuasan pernikahan. Fower Olson 1993 menyebutkan kepuasan pernikahan sebagai evaluasi
terhadap area-area dalam pernikahan yang mencakup komunikasi, kegiatan mengisi waktu