Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

612 Magister Hukum Udayana • September 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL yang dalam perempuan dalam sedkt banyak terkat dengan konstruks sosal yang melahrkan relas yang berbeda antara lak-lak dengan perempuan. Konstruks sosal tersebut terbentuk d dalam budaya masyarakat yang dwarna nla-nla yang cenderung patrarkhs. Struktur budaya masyarakat sepert n serng kal mengakbatkan terjadnya domnas dan perlakuan yang dskrmnas terhadap kaum perempuan yang dlakukan oleh kaum lak-lak, yang nantnya mengakbatkan hambatan bag kemajuan kaum perempuan. Terkat dengan pemaparan data d atas , Negara dalam hal n Pemerntah Daerah wajb melndung perempuan dan anak korban kekerasan. Salah satu aspek perlndungan adalah bahwa Pemerntah Daerah Kabupaten wajb memberkan standar pelayanan kepada perempuan dan anak yang mendapatkan kekerasan. Hal n dmaksudkan untuk memberkan aspek perlndungan kepada phak perempuan dan anak korban kekerasan. Berdasarkan pemaparan d atas, menjad pentng untuk dlakukan peneltan mengena pengaturan standar pelayanan mnmal yang dperoleh perempuan dan anak korban kekerasan dan bentuk bentuk pelayanan yang dsedakan oleh negara. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, bahwa peneltan n pentng dan relevan untuk dlakukan yatu untuk mencar suatu kebenaran dan kepastan tentang kewenangan Pemerntah Daerah Kabupaten Badung dalam memberkan perlndungan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan serta ngn mengetahu bentuk-bentuk maupun mekansme standar pelayanannya. Oleh karena tu penelt berketetapan hat untuk mengangkat menuls sebuah karya lmah dalam bentuk jurnal lmah yang berjudul DASAR KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MEMBERIKAN STANDAR PELAYANAN BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang d atas maka dapat drumuskan suatu permasalahan sebaga berkut : 1. Bagamanakah kewenangan Pemerntah Daerah Kabupaten Badung dalam pemberan standar pelayanan bag perempuan dan anak yang menjad korban kekerasan? 2. Apa sajakah bentuk-bentuk standar pelayanan mnmal yang dberkan Pemerntah Daerah Kabupaten Badung bag perempuan dan anak yang menjad korban tndak kekerasan?

1.3. Studi Pustaka

Untuk membahas permasalahan d atas maka akan dkemukaan tnjauan pustaka sebaga berkut :

1.3.1 Konsep kewenangan

Secara konseptual stlah wewenang atau kewenangan dalam bahasa belanda dapat dsebut “ bevoegdheid” yang berarti wewenang atau berkuasa. Mendasarkan pada pendapat Atmosudrdjo antara kewenangan authority, gezag dan wewenang competence, bevoegheid perlu dbedakan. Walaupun demkan dalam praktk, pembedaa tersebut tdak selalu dapat drasakan. Dapat dpaham bahwa kewenangan merupakan kekuasaan formal yatu kekuasaan dmaksud berasal dar kekuasaan legslatve pemberan Undang-Undang atau dar kekuasaan Vol. 4, No. 3 : 610 - 622 613 Magister Hukum Udayana • September 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL 1 Prajud Atmosudrjo,1994, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Kesepuluh, Ghala Indonesa, Jakarta, hlm.78. 2 Rdwan HR, 2006, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Graindo Persada, Jakarta, hlm.102. Eksekutf admnstratve. 1 Kewenangan mempunya kedudukan yang pentng dalam penyelenggaraan pemerntahan, yang mana bahwa kewenangan tersebut mengandung hak dan kewajban. Mendasarkan pada doktrn P. Ncola bahwa Kewenangan adalah : Het vermogen tot het verrichten van bepaalde rechtshandelingn handeling die op rechtsgevoleg gericht zijn en dus ertoe strekken dat bepaalde rechtsgovelgen onstaan of teniet gaan. Een recht houdt in de rechten gegeven aanspraak op het verrichten van een handeling door een ander. Een plicht impliceert een verplichting om een bepaalde handeling te verrichten of na te laten. 2 Dalam terjemahannya dapat dpaham bahwa kewenangan merupakan kemampuan untuk melakukan tndakan hukum tertentu yatu tndakan-tndakan yang dmaksudkan untuk menmbulkan akbat-akbat hukum, dan mencakup mengena tmbul dan lenyapnya akbat hukum. Hak merupakan kebebasan untuk melakukan tndakan melakukan tndakan tertentu atau menuntut phak lan untuk melakukan tndakan tertentu. Kewajban dmaksud memuat keharusan untuk melakukan tndakan tertentu. Selanjutnya menurut Indroharto menyatakan bahwa wewenang tersebut dapat dperoleh melalu atrbus, delegas dan mandat. Penjelasan masng-masng wewenang tersebut adalah sebaga berkut: a. Wewenang yang dperoleh secara atbus, yatu pemberan wewenang pemerntahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan perundang- undangan. Jad, dsn dlahrkan dcptakan suatu wewenang pemerntah yang baru. b. Wewenang delegas adalah pelmpahan wewenang pemerntahan secara atrbutf kepada Badan atau Jabatan TUN lannya. Oleh karena tu, suatu delegas selalu ddahulu oleh adanya suatu atrbus wewenang. c. Pada mandat, dstu tdak terjad suatu pemberan wewenang baru maupun pelmpahan wewenang dar Badan atau Jabatan TUN yang satu kepada yang lan. 3

1.3.2. Konsep perempuan dan anak

Pembaharuan hukum telah terjad, dtanda oleh adanya berbaga nstrument hukum yang menjamn kesetaraan dan keadlan bersumber dar beberapa kovens nternasonal, hukum postf nasonal, termasuk yursprudens dmana perempuan mendapatkan keadlan. Pengakuan dan perlndungan hak-hak perempuan lebh eksplst dtuangkan dalam CEDAW Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women. Lahrnya CEDAW merupakan awal momentum gerakan hak asas perempuan yang lebh lanjut akan mewarna gerakan-gerakan perempuan d forum nternasonal, nasonal bahkan daerah local. Dalam konves CEDAW n sangat menentang terjadnya 3 Indroharto, 1993, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pustaka Harapan, Jakarta, hlm.90. Vol. 4, No. 3 : 610 - 622

Dokumen yang terkait

Pengalaman Remaja Putri Korban Kekerasan Seksual di Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Medan

1 71 125

Perlindungan Terhadap Penduduk Sipil Sebagai Korban Dalam Invasi Amerika Serikat Ke Irak Ditinjau Dari Hukum Humaniter Internasional

2 46 113

Dampak Kekerasan Anak Dalam Rumah Tangga (Studi Deskriptif pada Korban KDRT di Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (PPT) Kabupaten Situbondo)

0 29 17

DAMPAK KEKERASAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA (Studi Deskriptif pada Korban KDRT di Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Kabupaten Situbondo)

0 5 17

Pelayanan Sosial Bagi Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2tp2a) Kota Tangerang Selatan

1 36 179

PERAN FORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 3 22

PERTE PERAN fORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 5 11

BAB 1 PERAN fORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 3 23

BAB III PERAN fORUM PENANGANAN KORBAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK(FPK2PA) BAGI ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN.

0 2 7

Efektivitas Collaborative Governance Pelayanan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Pelayanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Kota Surakarta (PTPAS).

1 5 14