Desain Pembelajaran Model Dick dan Carey

(1)

Dosen Pengampu:

Dr. H. Muhammad Zaini, M. Pd Drs. H. Aminuddin P. Putra, M. Pd

Disusun Oleh: 1. Masni Hidayati 2. Ruhena

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

MARET 2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1...L

atar Belakang...1


(2)

ujuan ...3

1.4...M

etode Penulisan...3

BAB II ISI...4

2.1. Model-Model Desain Pembelajaran...4

2.2. Model Dick and Carey...5

2.3.

Model

Icare

12

BAB

III

PENUTUP

...

17

3.1.

Kesimpulan

17

3.2.

Saran

17

DAFTAR

PUSTAKA

...

19


(3)

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan system pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar (Muliartha, 2011).

Menurut Sujarwo (2012), desain pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai berikut: instructional design is the practice of maximizing the effectiveness, efficiency and appeal of instruction and other learning experiences. The process consists broadly of determining the current state and needs of the learner, defining the end goal of instruction, and creating some "intervention" to assist in the transition. (Desain pembelajaran merupakan kegiatan memaksimalkan keefektifan, efisiensi dan hasil pembelajaran dan pengalaman pembelajaran lainnya. Kegiatan tersebut meliputi penentuan keadaan awal, kebutuhan siswa, menentukan tujuan akhir dan menciptakan beberapa perlakuan untuk membantu dalam masa transisi tersebut).

Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005) dalam Sujarwo (2012), merupakan pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut


(5)

mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran secara sistematis untuk memaksimalkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran diawali dengan menganalisis kebutuhan siswa, menentukan tujuan pembelajaran, mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran, yang didalamnya mencakup penentuan sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media pembelajaran dan penilaian (evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil evaluasi tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan produktivitas proses pembelajaran (Muliartha, 2011).

Sistem pembelajaran merupakan satu kesatuan dari beberapa komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen pembelajaran meliputi; siswa, pendidik, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran, sumber belajar, proses pembelajaran, fasilitas, lingkungan dan tujuan. Komponen-komponen yang terdapat di dalam desain sistem pembelajaran biasanya digambarkan dalam bentuk yang direpresentasikan dalam bentuk grafis atau flow chart. Model desain sistem pembelajaran menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik (Sujarwo, 2012).

Menurut Morisson, Ross, dan Kemp (2001) desain sistem pembelajaran ini akan membantu pendidik sebagai perancang program atau pelaksana kegiatan pembelajaran dalam memahami kerangka teori lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang lebih efektif, efisien, produktif dan menarik. Desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan.


(6)

Setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang diterapkan. Perbedaan pemahaman terletak pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Sujarwo (2012), berpandangan bahwa seorang perancang program pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif, jika hanya mengenal satu model desain pembelajaran. Perancang program pembelajaran hendaknya mampu memilih desain yang tepat sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model desain sistem pembelajaran dan cara mengimplementasikannya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas permasalah ini dapat dirumuskan menjadi: 1. Klasifikasi Model-model Desain Pembelajaran

2. Model Dick and Carey dan Model Icare

3. Langkah-langkah Model Dick and Carey dan Model Icare

C. TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk Mengkaji Klasifikasi Model-Model Desain Pembelajaran

2. Untuk Mengkaji Model Pembelajaran Dick and Carey Dan Model Icare 3. Untuk Mengetahui Langkah-Langkah Model Pembelajaran Dick and

Carey dan Model Icare

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makala ini yaitu metode deskriptif (studi pustaka) dengan teknik mengumpulkan data yaitu dengan mengumpulkan data yang dikutip dari tulisan beberapa buku, dan jurnal sebagai acuan yang menunjang dalam penulisan makalah ini.

BAB II

ISI


(7)

Model desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas.

Dalam memahami model desain sistem pembelajaran perlu mengenal dan memahami pengelompokan model desain system pembelajaran. Menurut Gustafson dan Branch (2002) dalam Sujarwo (2012), model desain sistem pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pembagian klasifikasi ini didasarkan pada orientasi penggunaan model, yaitu; 1) Classrooms oriented model, 2) Product oriented model, 3) System oriented model. Model pertama merupakan model desain sistem pembelajaran yang diimplementasikan di dalam kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.

Model desain sistem pembelajaran kedua merupakan model yang dapat diaplikasikan unutk menciptakan produk dan program pembelajran. Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck. Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dll. contohnya adalah model ADDIE.

Model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan front-end analisis dilakukan secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok


(8)

antara model yang berorientasi sistem dengan produk terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi. Fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem.

Selain itu ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model Dick and Carey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp. Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita, beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

B. MODEL DICK AND CAREY

Model desain pembelajaran yang dikemukan oleh Dick and Carey (2005) dalam Pribadi (2009), telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ini dikembangkan berdasarkan pada penggunaan pendekatan system atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain system pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.

Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985) dalam Muliartha (2011), Model ini termasuk ke dalam model procedural. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey (2009) dalam Muliartha (2011).


(9)

mengem

Gambar 1: Model Dick and Carey, (2009)

Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah-langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang

Identi fy Instru ction al Goals Cond uct Instru ction al Analy sis Analy ze Learn ers and Conte xts Write Perfo rman ce Objec tives Revis e Instru ction Devel op Asses smen t Instru ment s Devel op Instru ction al Strat egy Devel op and Selec t Instru ction al Mater ials Desig n and Cond uct Sum mativ e Evalu ation Desig n and Cond uct Form ative Evalu ation of Instru ction


(10)

terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.

Komponen Desain Instruksional Model Dick and Carey

Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model Dick and Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut (Dick and Carey, 1996). Berikut adalah langkah pengembangan desain Instruksional menurut dick dan carey :

1. Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran (Identity Instructional Goal).

Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pembelajaran. Tujuan pembelajaran mungkin dapat diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk pembelajaran baru.

2. Melakukan Analisis Intruksional (Conduct Instructional Analysis).

Analisis Intruksional yakni menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang diperlukan oleh siswa untuk memulai pembelajaran.

Menentukan kemampuan apa saja yang terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dan menganalisa topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan peta konsep akan


(11)

menggambarkan hubungan di antara semua keterampilan yang telah diidentifikasi.

3. Menganalisis Karakteristik Siswa dan Konteks Pembelajaran (Analyze Learners and Contexts).

Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga dipertimbangkan keterampilan awal yang telah dimiliki mahasiswa. Analisis paralel terhadap siswa dan konteks dimana mereka belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran. Keterampilan-keterampilan siswa yang ada saat ini, yang lebih disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi pembelajaran.

4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (Write Performance Objectives). Berdasarkan analisis pembelajaran dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa kemudian dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal, catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menerima pembelajaran.

Pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian unjuk kerja. Komponen ini bertujuan untuk menguraikan tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik pada tiap tahapan pembelajaran. Di tiap tahapan akan ada panduan pembelajaran dan pengukuran performansi pembelajar.


(12)

Pengembangan instrument penilaian didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, mengembangkan produk evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa melakukan tujuan pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang tergambar dalam tujuan pembelajaran dan penilaian yang di minta.

6. Mengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional Strategy).

Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity), penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback, pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik siswa yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif.

7. Mengembangan atau Memilih Bahan Ajar (Develop and Select Instructional Materials).

Mengembangkan dan memilih bahan ajar, produk pengembangan ini meliputi petunjuk untuk siswa, materi pembelajaran, dan soal-soal. Materi pembelajaran meliputi: petunjuk untuk tutor, modul untuk siswa, transparansi OHP, videotapes, format multimedia, dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber belajar yang ada disekitar perancang.

8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).

Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data dan mengidentifikasi data tersebut. Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil (small group) dan uji lapangan (field evaluation). Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam


(13)

meningkatkan pembelajaran. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap bahan atau pembelajaran di kelas.

9. Melakukan Revisi Terhadap Program Pembelajaran (Revise Instruction). Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi formatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya dianalisis serta diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari evaluasi formatif dikumpulkan dan diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.

Revisi harus menjadi bagian konstan dalam proses design. Revisi dilakukan berdasarkan hasil dari tiap komponen model ini. Pada tahap ini, data dari evaluasi dugaan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator. Mungkin saja tahapan-tahapan pembelajaran kurang efektif dalam pencapaian tujuan akhir, atau aktifitas, media, dan penugasan yang telah ditentukan tidak membantu dalam memperoleh tujuan.

10. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).

Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi formatuf dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif dilakukan. Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.

Kesepuluh langkah desain yang dikemukakan diatas merupakan sebuah prosedur yang menggunakan pendekatan system dalam mendesain sebuah program pembelajaran. Setiap langkah dalam desain system pembelajaran ini


(14)

memiliki keterkaitan satu sama lain. Output yang dihasilkan dari suatu langkah akan digunakan sebagai input bagi langkah yang lain.

Model desain system pembalajaran yang dikemukan oleh Dick dkk. (2005) dalam Pribadi (2009), mencerminkan proses desain yang fundamental. Model ini dapat digunakan dalam dunia bisnis, industry, pemerintahan, dan pelatihan. Model desain ini juga telah banyak digunakan untuk menghasilkan program pembelajaran berbasis computer seperti pada program Computer Assisted Learning dan program multimedia. Oleh karena itu model disen pembelajaran ini bersifat sangat rinci dan komperhensif pada langkah analisis dan juga langkah evaluasi.

Model pembelajaran Dick and Carey memiliki karakteristik, kelebihan serta kekurangan, sebagai berikut:

a. Karakteristik Model Dick and Carey

1) Dalam penerapan model ini, setiap komponen bersifat penting dan tidak boleh ada yang dilewati

2) Penggunaan model ini mungkin akan menghalangi kreatifitas instructional designer professional

3) DC Model menyediakan pendekatan sistematis terhadap kurikulum dan program design. Ketegasan model ini susah untuk diadaptasikan ke tim dengan banyak anggota dan beberapa sumber yang berbeda.

4) Cocok diterapkan untuk e-learning skala kecil, misalnya dalam bentuk unit, modul, atau lesson.

b. Kelebihan dari Model Dick and Carey adalah 1) Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti 2) Teratur, Efektif dan Efisien dalam pelaksanaan

3) Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga mudah diikuti

4) Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat


(15)

dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya

5) Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.

c. Kekurangan dari Model Dick and Carey adalah 1) Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan

2) Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan langkah-langkah tersebut

3) Tidak cocok diterapkan dalam e learning skala besar

4) Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif

5) Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).

C. MODEL ICARE

Dalam penyusunan perangkat pembelajaran tiap pelajaran untuk belajar aktif, digunakan satu kerangka yang sangat sederhana, yaitu disebut ICARE. Sistem ICARE mancakup lima elemen kunci suatu pengalaman belajar yang baik, yang dapat diterapkan terhadap siswa. Oleh karena itu, sistem ICARE sangat baik untuk diterapkan dalam proses belajar di sekolah. ICARE adalah singkatan dari:


(16)

Gambar 2: Model Icare Berikut ini dijelaskan secara rinci kerangka model Icare. 1. I = Introduction (Pendahuluan)

Pada tahap pengalaman belajar ini guru atau fasilitator menetapkan materi pelajaran kepada siswa. Ini harus mencakup menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, penjelasan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan cakupan materi serta penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. C = Connection (Koneksi)

Koneksi merupakan tahap pengkaitan antara pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya. Dalam banyak hal, proses belajar itu berurutan (sequential) dengan membangun suatu kompetensi di atas suatu kompetensi sebelumnya. Karena itu, semua pengalaman belajar yang baik harus dimulai dari apa yang siswa telah tahu dan dapat dilakukan serta dapat dibangun di atasnya. Pada tahap connection pembelajaran guru mencoba mengaitkan materi pembelajaran yang baru dengan pengalaman belajar sebelumnya.

Guru dapat mencapainya dengan melakukan latihan brainstorming


(17)

meminta siswa mengatakan kepada guru apa yang mereka ingat dari pembelajaran sebelumnya atau dengan mengembangkan suatu kegiatan yang dapat dilakukan siswa secara mandiri. Dengan mengikuti hal ini guru menghubungkan siswa dengan materi yang baru. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tahap ini dilakukan tidak terlalu lama menghabiskan waktu. Paling lama waktu dugunakan sekitar sepuluh menit. 3. A = Application (Penerapan)

Aplikasi merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setelah siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru melalui tahap

connection, mereka perlu diberi kesempatan untuk mempraktekkan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan itu. Bagian penerapan haruslah menjadi bagian pembelajaran yang paling lama tatkala siswa secara berpasangan atau berkelompok bekerja secara mandiri dibawah pengarahan guru untuk melengkapi suatu kegiatan dari kehidupan nyata atau memecahkan suatu masalah kehidupan nyata dengan menggunakan informasi dan keterampilan baru yang telah dicapai.

4. R = Reflection (Refleksi)

Refleksi merupakan tahap membuat ringkasan (summary) pembelajaran di mana siswa mendapat kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari bersama dengan guru untuk menilai pencapaian dirinya terhadap materi pelajaran. Refleski dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dimana guru meminta siswa membuat presentasi atau menjelaskan apa yang telah dipelajari.

Kegiatan ini pun dapat dilakukan melalui kegiatan menulis ringkasan dari apa yang telah dipelajari secara individual atau melalui kuis singkat dimana guru mengajukan pertanyaan berdasarkan materi pelajaran. Pada kegiatan ini guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan tentang apa yang mereka telah pelajari.

5. E = Extension (Perluasan)

Perluasan merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran yang telah diterima oleh siswa dan harus dilakukan oleh mereka. Karena


(18)

pembelajaran tertentu telah selesai bukan berarti bahwa semua yang telah dipelajari siswa otomatis dapat mereka pahami atau gunakan. Oleh karena itu, guru harus memberi kegiatan sebagai kelanjutannya.

Tahap extension pembelajaran diterapkan melalui pemberian kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan siswa sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk memperkuat (reinforce) dan memperluas pembelajaran. Di sekolah kegiatan-kegiatan extension dapat dijadikan sebagai pekerjaan rumah (PR). Kegiatan-kegiatan extension dapat meliputi pemberian bahan bacaan tambahan dan tugas melakukan penelitian atau latihan.


(19)

Gambar 3-4: The ICARE Model

Sebuah versi modifikasi dari ICARE yang diadaptasi oleh Middlesex University (Mojab dan Huyck, 2001) diilustrasikan pada Gambar 4 (MDX-ICARE) mengasumsikan kemajuan linear kurang melalui lima langkah. Untuk lebih jelas "Connect" fase ini telah berubah menjadi "Content". Model ini mendorong hubungan yang erat antara 'connect', 'menerapkan' dan 'menggambarkan' sehingga langkah ini memungkinkan bagi siswa untuk terlibat dalam aktif dalam memperhatikan kegiatan proses pembelajaran dan membuat belajar siswa menjadi aktif tidak pasif.

Model disesuaikan seperti yang ditunjukkan di pada gambar di atas ini memberikan fleksibilitas kepada peserta didik mengenai manajemen dan organisasi pembelajaran dan pengajaran, mereka bisa mengikuti jalur navigasi yang disarankan dengan mengikuti link dalam konten atau bergerak masuk dan keluar dari bagian tergantung pada kebutuhan mereka, sehingga memiliki beberapa jalur pembelajaran (Morphew, 2000).

Model ini memberi pendekatan pedagogis yang dapat memberikan pengalaman belajar seimbang yang saling berkaitan anatar guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa yang lain, dan bermanfaat dalam lingkungan Pembelajaran campuran. Sebagai contoh, jika difokuskan pada 'konek atau konten' ini menunjukkan bahwa pendekatan yang bersifat mendidik dan jika difokuskan pada 'penerapan' atau 'menggambarkan' maka itu lebih besar kemungkinan bahwa guru telah menerapkan pendekatan konstruktivis dimana tindakan pengajar sebagai fasilitator pembelajaran. Model ICARE menyediakan pendekatan sistematis, namun untuk pengembangan situasi belajar dapat berulang dan dapat meningkatkan kemungkinan pembelajaran berlangsung (Anagnostopoulo, 2002).


(20)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. 2. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah yaitu Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal), Melakukan Analisis Pembelajaran (Conduct Instructional Analysis), Analisis Karakteristik Tingkah Laku Awal dan Karakteristik Siswa (Analyze Learners and Contexts), Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives), Pengembangan Alat Penilaian (Develop Assessment Instruments), Pengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional Strategy), Pengembangan atau Memilih Materi Pembelajaran (Develop and Select Instructional Materials), Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction), Revisi Pembelajaran (Revise Instruction) dan Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).


(21)

3. Model Icare yaitu Introduction (Pendahuluan), Connection (Koneksi), Application (Penerapan), Reflection (Refleksi), dan Extension (Perluasan).

B. SARAN

1. Model pembelajaran Dick & Carey harus digunakan secara sistematis jika ingin menerapkannya dalam proses belajar mengajar oleh karena itu sebaiknya di pelajari setiap langkah-langkah penerapan modelnya agar tidak terjadi kesalahan karena akan mempengaruhi kreatifitas pembelajaran.

2. Penggunaan sistem ICARE sangat memberi peluang kepada siswa untuk memiliki kesempatan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam proses belajar mengajar akan tetapi harus diingat bahwaperangkat tersebut harus memenuhi aturan sesuai dengan standar proses yang terdapat dalam Permendiknas.

3. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini karena masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anagnostopoulo, Kyriaki. 2002. Designing to Learn and Learning to Design: an overview of instructional design models. LTSN Generic centre. Middlesex University.

Dick, W. and Carey, L. 1996. The Systematic Design of Instruction (4nd Ed). Glecview, Illionis: Scot, Foresman and Company.

Muliartha, I Wayan. 2011. Model Desain Pembelajaran (Dick & Carey) Teknologi Pembelajaran. Undiksha.

Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp. (2004). Design effective instruction, (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons.

Pribadi, Benny. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat. Jakarta.

Sujarwo, 2012. Desain Sistem Pembelajaran. PLS FIP UNY. Yogyakarta.


(1)

meminta siswa mengatakan kepada guru apa yang mereka ingat dari pembelajaran sebelumnya atau dengan mengembangkan suatu kegiatan yang dapat dilakukan siswa secara mandiri. Dengan mengikuti hal ini guru menghubungkan siswa dengan materi yang baru. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa tahap ini dilakukan tidak terlalu lama menghabiskan waktu. Paling lama waktu dugunakan sekitar sepuluh menit. 3. A = Application (Penerapan)

Aplikasi merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Setelah siswa memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru melalui tahap connection, mereka perlu diberi kesempatan untuk mempraktekkan dan mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan itu. Bagian penerapan haruslah menjadi bagian pembelajaran yang paling lama tatkala siswa secara berpasangan atau berkelompok bekerja secara mandiri dibawah pengarahan guru untuk melengkapi suatu kegiatan dari kehidupan nyata atau memecahkan suatu masalah kehidupan nyata dengan menggunakan informasi dan keterampilan baru yang telah dicapai.

4. R = Reflection (Refleksi)

Refleksi merupakan tahap membuat ringkasan (summary) pembelajaran di mana siswa mendapat kesempatan untuk merefleksikan apa yang telah dipelajari bersama dengan guru untuk menilai pencapaian dirinya terhadap materi pelajaran. Refleski dapat dilakukan melalui diskusi kelompok dimana guru meminta siswa membuat presentasi atau menjelaskan apa yang telah dipelajari.

Kegiatan ini pun dapat dilakukan melalui kegiatan menulis ringkasan dari apa yang telah dipelajari secara individual atau melalui kuis singkat dimana guru mengajukan pertanyaan berdasarkan materi pelajaran. Pada kegiatan ini guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa mengemukakan tentang apa yang mereka telah pelajari.

5. E = Extension (Perluasan)

Perluasan merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran yang telah diterima oleh siswa dan harus dilakukan oleh mereka. Karena


(2)

pembelajaran tertentu telah selesai bukan berarti bahwa semua yang telah dipelajari siswa otomatis dapat mereka pahami atau gunakan. Oleh karena itu, guru harus memberi kegiatan sebagai kelanjutannya.

Tahap extension pembelajaran diterapkan melalui pemberian kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan siswa sebagai tindak lanjut pembelajaran untuk memperkuat (reinforce) dan memperluas pembelajaran. Di sekolah kegiatan-kegiatan extension dapat dijadikan sebagai pekerjaan rumah (PR). Kegiatan-kegiatan extension dapat meliputi pemberian bahan bacaan tambahan dan tugas melakukan penelitian atau latihan.


(3)

Gambar 3-4: The ICARE Model

Sebuah versi modifikasi dari ICARE yang diadaptasi oleh Middlesex University (Mojab dan Huyck, 2001) diilustrasikan pada Gambar 4 (MDX-ICARE) mengasumsikan kemajuan linear kurang melalui lima langkah. Untuk lebih jelas "Connect" fase ini telah berubah menjadi "Content". Model ini mendorong hubungan yang erat antara 'connect', 'menerapkan' dan 'menggambarkan' sehingga langkah ini memungkinkan bagi siswa untuk terlibat dalam aktif dalam memperhatikan kegiatan proses pembelajaran dan membuat belajar siswa menjadi aktif tidak pasif.

Model disesuaikan seperti yang ditunjukkan di pada gambar di atas ini memberikan fleksibilitas kepada peserta didik mengenai manajemen dan organisasi pembelajaran dan pengajaran, mereka bisa mengikuti jalur navigasi yang disarankan dengan mengikuti link dalam konten atau bergerak masuk dan keluar dari bagian tergantung pada kebutuhan mereka, sehingga memiliki beberapa jalur pembelajaran (Morphew, 2000).

Model ini memberi pendekatan pedagogis yang dapat memberikan pengalaman belajar seimbang yang saling berkaitan anatar guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan siswa yang lain, dan bermanfaat dalam lingkungan Pembelajaran campuran. Sebagai contoh, jika difokuskan pada 'konek atau konten' ini menunjukkan bahwa pendekatan yang bersifat mendidik dan jika difokuskan pada 'penerapan' atau 'menggambarkan' maka itu lebih besar kemungkinan bahwa guru telah menerapkan pendekatan konstruktivis dimana tindakan pengajar sebagai fasilitator pembelajaran. Model ICARE menyediakan pendekatan sistematis, namun untuk pengembangan situasi belajar dapat berulang dan dapat meningkatkan kemungkinan pembelajaran berlangsung (Anagnostopoulo, 2002).


(4)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. 2. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah yaitu Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goal), Melakukan Analisis Pembelajaran (Conduct Instructional Analysis), Analisis Karakteristik Tingkah Laku Awal dan Karakteristik Siswa (Analyze Learners and Contexts), Merumuskan Tujuan Performansi (Write Performance Objectives), Pengembangan Alat Penilaian (Develop Assessment Instruments), Pengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional Strategy), Pengembangan atau Memilih Materi Pembelajaran (Develop and Select Instructional Materials), Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction), Revisi Pembelajaran (Revise Instruction) dan Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).


(5)

3. Model Icare yaitu Introduction (Pendahuluan), Connection (Koneksi), Application (Penerapan), Reflection (Refleksi), dan Extension (Perluasan).

B. SARAN

1. Model pembelajaran Dick & Carey harus digunakan secara sistematis jika ingin menerapkannya dalam proses belajar mengajar oleh karena itu sebaiknya di pelajari setiap langkah-langkah penerapan modelnya agar tidak terjadi kesalahan karena akan mempengaruhi kreatifitas pembelajaran.

2. Penggunaan sistem ICARE sangat memberi peluang kepada siswa untuk memiliki kesempatan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam proses belajar mengajar akan tetapi harus diingat bahwaperangkat tersebut harus memenuhi aturan sesuai dengan standar proses yang terdapat dalam Permendiknas.

3. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini karena masih banyak kekurangan dalam makalah ini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anagnostopoulo, Kyriaki. 2002. Designing to Learn and Learning to Design: an overview of instructional design models. LTSN Generic centre. Middlesex University.

Dick, W. and Carey, L. 1996. The Systematic Design of Instruction (4nd Ed). Glecview, Illionis: Scot, Foresman and Company.

Muliartha, I Wayan. 2011. Model Desain Pembelajaran (Dick & Carey) Teknologi Pembelajaran. Undiksha.

Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp. (2004). Design effective instruction, (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons.

Pribadi, Benny. A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Rakyat. Jakarta.

Sujarwo, 2012. Desain Sistem Pembelajaran. PLS FIP UNY. Yogyakarta.