DESAIN MODEL PEMBELAJARAN KEMP

(1)

TUGAS 1

MATA KULIAH PENGEMBANGAN DESAIN DESAIN PEMBELAJARAN

Oleh

KELOMPOK VII : MUHAMAD RIDWAN HABIBI

USWATUN HASANAH

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM


(2)

1. Model Kemp

Skema Tahapan Model Kemp

Uraian Tahapan Model Kemp

Menurut Kemp pengembangan perangakat merupakan suatu lingkaran yang berkelanjutan. Namun karena kurikulum yang beralaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.

Langkah-langkah pengembangan desain pembelajaran model Kemp, terdiri dari delapan langkah, yakni:

1. Penentuan tujuan instruksional umum (TIU) : yaitu tujuan yang ditetapkan menurut

masing-masing pokok bahasan.

2. Menganalisis karakteristik siswa; dalam analisis ini memuat hal-hal yang berkenaan dengan

latar belakang pendidikan siswa, sosial budaya yang memungkinkan dapat mengikuti program kegiatan belajar, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil. Karakteristik yang


(3)

dimaksud meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sumber untuk memperoleh karakteristik siswa antara lain guru, kepala sekolah atau dokumen yang relevan. Ciri pribadi misalnya umur, sikap, dan ketekunan terhadap pelajaran.

3. Menentukan tujuan instruksional khusus (TIK) : yakni tujuan yang ditetapkan secara

operasional, spesifik dan dapat diukur. Dengan demikian siswa dapat mengetahui apa yang akan mereka lakukan, bagaimana melakukannya dan apa ukuran yang digunakan bahwa mereka dapat mencapai tujuan belajar tersebut atau biasa disebut dengan indicator

4. Menentukan materi pelajaran : yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah

ditetapkan. Pada tahap ini isi pokok bahasan yang akan diajarkan diurutkan terlebih dahulu. Menurut Posner dan Strike (Kemp, 1994: 104) ada lima aspek yang perlu diperhatikan dalam mengurutkan pokok bahasan yaitu pengetahuan prasyarat, familiaritas, kesukaran, minat, dan perkembangan siswa. Setelah isi pokok bahasan diurutkan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi awal pembelajaran.

5. Mengadakan penjajakan awal (preassesment) : langkah ini sama halnya dengan test awal

yang fungsinya untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, apakah telah memenuhi syarat belajar yang ditentukan ataukah belum. Ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa dalam memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, guru dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, sehingga siswa tidak menjadi bosan.

6. Menentukan strategi belajar dan mengajar yang relevan Strategi pembelajaran yang

digunakan menggambarkan urutan dan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Criteria umum untuk pemilihan strategi belajar-mengajar yagn sesuai dengan tujuan instruksional khusus tersebut adalah: Efisiensi, Keefektifan, Ekonomis dan Kepraktisan, melalu suatu analisis alternative

7. Dalam memilih strategi belajar-mengajar tersebut harus melalui analisis alternatif.

Mengkoordinasi sarana penunjang yang dibutuhkan, meliputi: biaya, fasilitas, peralatan,

waktu dan tenaga.

8. Mengadakan evaluasi; hasil evaluasi tersebut digunakan untuk mengontrol dan mengkaji


(4)

diinginkan. Hasil evaluasi merupakan umpan balik untuk merevisi kembali tentang; program instruksional yang telah dibuat, instrument tes, metode strategi yang dipakai dan sebagainya.

Semua komponen diatas saling berhubungan satu dengan yang lainnya, bila adanya perubahan atau data yang bertentangan pada salah satu komponen mengakibatkan pengaruh pada komponen lainnya. Dalam lingkungan model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi tiap komponen bila diperlukan. Revisi dilakukan dengan data pada komponen sebelumnya. Berbeda dengan pendekatan sistem dalam pembelajaran, perencanaan desain pembelajaran ini bisa dimulai dari komponen mana saja, jadi perencanaan desain boleh dimulai dengan merencanakan pokok bahasan lebih dahulu, atau mungkin dengan evaluasi. Komponen mana yang didahulukan serta di prioritaskan yang dipilih bergantung kepada data apa yang sudah siap, tersedia, situasi, dan kondisi sekolah atau bergantung pada pembuat perencanaan itu sendiri.

Kelebihan dan kekurangan model Kemp a. Kelebihan

Dalam Model pembelajaran Kemp ini, di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ketahap berikutnya. Tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan atau kesalahan di tahap tersebut, dapat dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap berikutnya

b. Kekurangan

Model pembelajaran Jerold E. Kemp ini agak condong ke pembelajaran klasikal atau pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, peran guru di sini mempunyai pengaruh yang besar, karena mereka dituntut dalam rangka prrogram pengajaran, instrumen evaluasi, dan strategi pengajaran.


(5)

2. MODEL BRIGGS

Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978)

Desain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini (tujuan, materi, metode, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dahulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya (Briggs, 1979 : XXI).

Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.


(6)

Urutan langkah kegiatan pengembangan instruksional, menurut Briggs, adalah sebagai berikut :

 Mau ke mana ? Meliputi : 1) Identifikasi masalah/tujuan

2) Rumusan tujuan dalam perilaku belajar 3) Penyusunan materi/silabus

4) Analisis tujuan

 Dengan apa ? Meliputi : 1) Analisis tujuan

2) Jenjang belajar dan strategi instruksional 3) Rancangan instruksional (guru)

4) Strategi instruksional (tim pengembangan instruksional)

 Bilamana sampai tujuan ? meliputi 1) Penyusunan tes

2) Evaluasi formatif 3) Evaluasi sumatif

Briggs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar dapat diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada program-program akademis saja.

Di samping itu, model ini dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional. Pengembangan desain intruksional model Briggs ini dirumuskan kedalam 10 langkah yaitu : 1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan

Langkah awal ini merupakan langkah yang paling penting, karena pebelajar harus mengidentifikasi tujuan apa yang harus dicapai oleh pebelajar(siswa-siswa). Langkah ini merupakan proses penentuan tujuan, kebutuhan, dan prioritas kegiatan pembelajaran. Di sini Briggs menggunakan pendekatan bertahap 4, yaitu:

1) Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas 2) Menentukan prioritas tujuan


(7)

4) Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis kebutuhan ini, penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber, dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.

2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan

3. Perumusan tujuan

Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan-tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:

1) Tindakan 2) Objek 3) Situasi

4) Alat dan batasan 5) kemampuan. 4. Analisis tugas/tujuan

Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan analisis tentang tiga hal yang berikut:

1) Proses informasi ; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis

2) Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektualdan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak) : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan

3) Tugas belajar ; untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.

5. Penyiapan evaluasi hasil belajar

Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus shahih (valid),


(8)

karena itu harus selaras (congruent) dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa seperti pre

test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila dipandang

perlu, maupun tes akhir secara komprehensif. 6. Menentukan jenjang belajar

Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional)

7. Penentuan kegiatan belajar

Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh Briggs disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi :Pemilihan media yang sesuai, Perencanaan kegiatan belajar-mengajar, Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, dan Pelaksanaan evaluasi belajar.

8. Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang direncanakan

Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.

9. Evaluasi formatif

Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar (instructuion materials) yang dilakukan menurut tiga fase ; (1) uji coba satu-satu one to one), (2)uji coba pada kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih besar.


(9)

Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah. Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs Kelebihan dari model cakupan makro adalah :

a) Kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif, yaitu mengantisipasi masalah pembelajaran

b) Cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM)

c) Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi member peluang perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya, dan mutu KBM secara khusus.

d) Komponen KBM yang lengkap menyebabkan model ini tidak kalah dengan model berorientasi KBM murni. Jadi, kesulitan dalam KBM dapat ditelusuri sejak dini.

e) Adanya proses penggunaan dan penyebaran dari kurikulum ini menjadi cirri khas model dibandingkadan model yang lain.

Kekurangan dari model pembelajaran Briggs :

a) Kegiatan penyusunan desain pembelajaran model ini memakan waktu yang lama, tim kerja yang besar, serta anggaran yang banyak

b) Tim kerja banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di dalamnya c) Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan mampu menyelenggarakan penerapan

model ini untuk merancang kurikulum


(10)

No Criteria Kemp Briggs 1 Bentuk

skema

Melingkar Procedural

2 Tujuan Merumuskan tujuan instruksional dan tujuan khusus.

Merumuskan tujuan lebih kompleks dari penentuan tujuan, perencanaan tujuan, rumusan tujuan sampai dengan analisis tujuan.

3 Analisis karakter siswa

Menganalisis karakter siswa Tidak menuliskan secara khusus analisis karakter siswa tetapi pada merumuskan tujuan yang memaparkan 5 komponen yang harus tercantum didalamnya seperti tindakan, objek, alat dan bahan, situasi dan kemampuan.

4 Penyususnan materi pelajaran

Menetukan penyususnan materi pelajaran

Tidak menentukan materi pembelajaran, tetapi hanya membuat garis besar tujuan pada kurikulum dengan spesifik.

5 Tes awal Menggunakan tes awal sebelum kegiatan belajar

Tidak menggunakan tes awal, tetapi hanya menetukan evaluasi hasil belajar

6 Strategi pembelajaran

Menentukan strategi

pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran 7 Sarana

penunjang

Menentukan sarana penunjang seperti biaya, fasilitas, waktu dan tenaga

Tidak mendeskripsikan secara khusus sarana penunjang.

8 Jenjang belajar dan sekuens

Tidak menentukan jenjang belajar Menentukan jenjang belajar dan sekuens

9 Pemantauan bersama

Pada tahap ini hanya dilakukan oleh guru yang menjalankan model tersebut

Model briggs tidak hanya semata mata dilakukan oleh guru tapi ada mentor dari luar untuk memonitoring bersama yaitu tim Pengembangan


(11)

10 Evaluasi Mengadakan evaluasi Mengadakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

11 Revisi Model Kemp memungkinkan revisi pada setiap komponen

Model Briggs direvisi jika telah melakukan uji coba

12 Cakupan Model ini digunakan pada pembelajaran langsung atau KBM yang sudah memiliki kurikulum

Model ini seperti kurikulum baru sehingga cocok untuk digunakan pada pembelajaran baru dan pada KBM nya

Dari langkah-langkah yang telah di jabarkan diatas maka kami memilih satu model pembelajaran yaitu Model Kemp, adapun alasan-alasannya sebagai berikut :

1. Skema model Kemp lebih sistematis walaupun pada umumnya bisa mengambil tahap pertama dari komponen manapun, tetapi mengacu pada kurikulum kita yang mengambil tujuan sebagai langkah pertama.

2. Tujuan instruksional umum dan khusus pada model ini dapat kita ambil langsung sesuai dengan kurikulum yang berlaku.karena pada hakikatnyua model ini diterapkan untuk mengembangkan desain model pembelajaran dengan standar tujuan yang sudah ada, tanpa membuat kurikulum baru seperti model Briggs

3. Model Kemp memungkinkan di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ketahap berikutnya, tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan atau kesalahan di tahap tersebut, dapat dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap berikutnya Berbeda dengan briggs yang melakukan revisi setelah kegiatan belajar berlangsung

4. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk merancang model ini, karena pada esensinya tugas pendidik adalah menjalankan proses pembelajaran dengan mengembangkan sendiri model pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5. Terdapat langkah analisis karakteristik siswa, ini bertujuan agar siswa memungkinkan dapat mengikuti program kegiatan belajar. Tanpa menganalisis karakteristik siswa terlebih dahulu, kita mungkin akan kesulitan menentukan materi serta media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar.


(12)

REFERENSI.

1. Putra, Wijil S. 2013. Model Pembelajaran Kemp.

https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/02/model-pembelajaran-kemp/. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

2. Ruletp1. 2014. Model Pembelajaran Morrison Ross And Kemp.

http://ruletp1.blogspot.co.id/2014/07/model-pembelajaran-morrison-ross-and.html. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

3. Zenyqq. 2012. Model Perencanaan Pembelajaran Briggs

https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/29/model-perencanaan-pembelajaran-briggs/. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

4. Banjari, Rijal. 2015. Model – Model Perencanaan Pengajaran . http://rijalbanjari.blogspot.co.id/2015/06/model-model-perencanaan-pengajaran_1.html.

5. Azzainprincessa. 2013. Makalah PP Kelompok 11.

http://azzainprincessa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pp-kelompok-11.html. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016


(1)

4) Menentukan prioritas remedialnya. Dengan adanya data analisis kebutuhan ini, penggunaan maupun cara pengalokasian waktu, sumber, dan tenaga akan dapat diatur sebaik-baiknya.

2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik yang mendukung tercapainya tujuan akhir kurikuler secara keseluruhan

3. Perumusan tujuan

Setelah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan-tujuan yang lebih khusus, tujuan-tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang terukur. Diusulkan agar perumusan tujuan mengandung lima komponen:

1) Tindakan 2) Objek 3) Situasi

4) Alat dan batasan 5) kemampuan. 4. Analisis tugas/tujuan

Setelah tujuan dirumuskan, maka apa yang harus diajarkan sudah menjadi jelas. Langkah berikutnya menurut rancangan sistem pembelajaran ialah menentukan bagaimana cara mengajarkannya agar tujuan yang telah dirumuskan tersebut tersebut dapat tercapai. Untuk ini perlu diadakan analisis tentang tiga hal yang berikut:

1) Proses informasi ; untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis

2) Klasifikasi belajar (yaitu kemampuan intelektualdan kemampuan belajar informasi, kognitif, sikap dan gerak) : untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan

3) Tugas belajar ; untuk menentukan prasyarat belajar dan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang sesuai.

5. Penyiapan evaluasi hasil belajar

Penyiapan instrumen evaluasi hasil belajar atau penyusunan tes dilakukan pada tahap ini karena erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes/evaluasi harus shahih (valid),


(2)

karena itu harus selaras (congruent) dengan tujuannya, apakah itu dimaksudkan untuk menilai perkembangannya (progress) seperti halnya midterm test, tes diagnosa seperti pre test untuk melihat kemampuan awal dan menentukan usaha remedialnya bila dipandang perlu, maupun tes akhir secara komprehensif.

6. Menentukan jenjang belajar

Tahap berikutnya adalah menentukan jenjang belajar menurut urutan yang telah dianalisis pada nomor 4 (empat). Briggs mengklasifikasikan tahap ini dan tahap berikutnya (penentuan kegiatan belajar) dalam pengertian strategi pembelajaran. Jenjang belajar menyusun kembali sekuens belajar tersebut dalam uraian kegiatan belajar yang merupakan prasyarat bagi kegiatan belajar yang lalu, dan mana yang urutannya dapat bebas pilih (optional)

7. Penentuan kegiatan belajar

Strategi pembelajaran yang juga harus dikembangkan adalah menentukan bagaimana kegiatan belajar-mengajar akan diatur agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Penentuan strategi pembelajaran ini oleh Briggs disoroti dari dua segi pandangan, yaitu menurut pandangan guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran, dan dikembangkan dalam strategi pembelajaran. Pengembangan strategi pembelajaran (oleh guru), di mana dalam tahap ini guru menjabarkan strategi dalam teknik-teknik mengajar, sesuai dengan fungsinya sebagai penyeleksi materi/sumber belajar. Kerangka kegiatan ini meliputi :Pemilihan media yang sesuai, Perencanaan kegiatan belajar-mengajar, Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, dan Pelaksanaan evaluasi belajar.

8. Pemantauan bersama (monitoring) pelaksanaan kegiatan yang direncanakan

Pada tahap ini pemantauan pelaksanaan kegiatan belajar mengjar dapat dilakukan bersama antara guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran, dan tim pengembang pembelajaran untuk melihat apakah produk dan prosesnya telah dipergunakan sebagaimana diprogramkan.

9. Evaluasi formatif

Evaluasi pada tahap ini dilakukan untuk memperoleh data guna revisi dan perbaikan materi bahan belajar (instructuion materials) yang dilakukan menurut tiga fase ; (1) uji coba satu-satu one to one), (2)uji coba pada kelomupk kecil, kemudian (3) uji coba lapangan dalam skala yang lebih besar.


(3)

Bila evaluasi formatif dilakukan dalam proses pengembangan sistem pembelajaran untuk perbaikan-perbaikan dari segi pengembangan, maka evaluasi sumatif dilakukan untuk menilai sistem penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan. Yang harus dinilai pada evaluasi sumatif bukan sekedar hasil belajar, tetapi juga tujuan pembelajaran dan prosedur Model tersebut di atas merupakan model yang paling lengkap yang melukiskan bagaimana suatu proses pembelajaran dirancang secara sistematis dari awal sampai akhir. Kegiatan seperti ini cocok untuk diterapkan pada suatu program pendidikan yang relatif baru. Di Indonesia prosedur tersebut mencakup mulai dari simposium dan pengembangan kurikulum yang dilakukan mulai dari tingkat sekolah. Kemudian guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan standar kompetensi menjadi sejumlah kompetensi dasar yang dituangkan secara eksplisit dalam silabus dan RPP.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Briggs Kelebihan dari model cakupan makro adalah :

a) Kelengkapan komponen di dalamnya mengandung aspek positif, yaitu mengantisipasi

masalah pembelajaran

b) Cakupan model adalah makro (kurikulum) dan mikro (KBM)

c) Pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif beserta uji coba dan revisi member peluang

perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya, dan mutu KBM secara khusus.

d) Komponen KBM yang lengkap menyebabkan model ini tidak kalah dengan model

berorientasi KBM murni. Jadi, kesulitan dalam KBM dapat ditelusuri sejak dini.

e) Adanya proses penggunaan dan penyebaran dari kurikulum ini menjadi cirri khas model

dibandingkadan model yang lain.

Kekurangan dari model pembelajaran Briggs :

a) Kegiatan penyusunan desain pembelajaran model ini memakan waktu yang lama, tim kerja

yang besar, serta anggaran yang banyak

b) Tim kerja banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang terlibat di dalamnya

c) Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan mampu menyelenggarakan penerapan

model ini untuk merancang kurikulum


(4)

No Criteria Kemp Briggs 1 Bentuk

skema

Melingkar Procedural

2 Tujuan Merumuskan tujuan instruksional dan tujuan khusus.

Merumuskan tujuan lebih kompleks dari penentuan tujuan, perencanaan tujuan, rumusan tujuan sampai dengan analisis tujuan.

3 Analisis karakter siswa

Menganalisis karakter siswa Tidak menuliskan secara khusus analisis karakter siswa tetapi pada merumuskan tujuan yang memaparkan 5 komponen yang harus tercantum didalamnya seperti tindakan, objek, alat dan bahan, situasi dan kemampuan.

4 Penyususnan materi pelajaran

Menetukan penyususnan materi pelajaran

Tidak menentukan materi pembelajaran, tetapi hanya membuat garis besar tujuan pada kurikulum dengan spesifik.

5 Tes awal Menggunakan tes awal sebelum kegiatan belajar

Tidak menggunakan tes awal, tetapi hanya menetukan evaluasi hasil belajar

6 Strategi pembelajaran

Menentukan strategi

pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran 7 Sarana

penunjang

Menentukan sarana penunjang seperti biaya, fasilitas, waktu dan tenaga

Tidak mendeskripsikan secara khusus sarana penunjang.

8 Jenjang belajar dan sekuens

Tidak menentukan jenjang belajar Menentukan jenjang belajar dan sekuens

9 Pemantauan bersama

Pada tahap ini hanya dilakukan oleh guru yang menjalankan model tersebut

Model briggs tidak hanya semata mata dilakukan oleh guru tapi ada mentor dari luar untuk memonitoring bersama yaitu tim Pengembangan


(5)

10 Evaluasi Mengadakan evaluasi Mengadakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

11 Revisi Model Kemp memungkinkan revisi pada setiap komponen

Model Briggs direvisi jika telah melakukan uji coba

12 Cakupan Model ini digunakan pada pembelajaran langsung atau KBM yang sudah memiliki kurikulum

Model ini seperti kurikulum baru sehingga cocok untuk digunakan pada pembelajaran baru dan pada KBM nya

Dari langkah-langkah yang telah di jabarkan diatas maka kami memilih satu model pembelajaran yaitu Model Kemp, adapun alasan-alasannya sebagai berikut :

1. Skema model Kemp lebih sistematis walaupun pada umumnya bisa mengambil tahap pertama dari komponen manapun, tetapi mengacu pada kurikulum kita yang mengambil tujuan sebagai langkah pertama.

2. Tujuan instruksional umum dan khusus pada model ini dapat kita ambil langsung sesuai dengan kurikulum yang berlaku.karena pada hakikatnyua model ini diterapkan untuk mengembangkan desain model pembelajaran dengan standar tujuan yang sudah ada, tanpa membuat kurikulum baru seperti model Briggs

3. Model Kemp memungkinkan di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu gunanya untuk menuju ketahap berikutnya, tujuannya adalah apabila terdapat kekurangan atau kesalahan di tahap tersebut, dapat dilakukan perbaikan terlebih dahulu sebelum melangkah ke tahap berikutnya Berbeda dengan briggs yang melakukan revisi setelah kegiatan belajar berlangsung

4. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk merancang model ini, karena pada esensinya tugas pendidik adalah menjalankan proses pembelajaran dengan mengembangkan sendiri model pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5. Terdapat langkah analisis karakteristik siswa, ini bertujuan agar siswa memungkinkan dapat mengikuti program kegiatan belajar. Tanpa menganalisis karakteristik siswa terlebih dahulu, kita mungkin akan kesulitan menentukan materi serta media yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan belajar.


(6)

REFERENSI.

1. Putra, Wijil S. 2013. Model Pembelajaran Kemp.

https://putrawijilsetyana.wordpress.com/2013/04/02/model-pembelajaran-kemp/. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

2. Ruletp1. 2014. Model Pembelajaran Morrison Ross And Kemp.

http://ruletp1.blogspot.co.id/2014/07/model-pembelajaran-morrison-ross-and.html. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

3. Zenyqq. 2012. Model Perencanaan Pembelajaran Briggs

https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/29/model-perencanaan-pembelajaran-briggs/. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016

4. Banjari, Rijal. 2015. Model – Model Perencanaan Pengajaran . http://rijalbanjari.blogspot.co.id/2015/06/model-model-perencanaan-pengajaran_1.html.

5. Azzainprincessa. 2013. Makalah PP Kelompok 11.

http://azzainprincessa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-pp-kelompok-11.html. Diunduh pada Tanggal 6 Oktober 2016