PENGGUNAAN ARANG KAYU DAN ARANG BATOK KELAPA TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK, KADAR AIR, KETENGIKAN DAN KADAR LEMAK DEDAK PADI YANG DISIMPAN SELAMA 4 MINGGU

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN ARANG KAYU DAN ARANG BATOK KELAPA TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK, KADAR AIR,

KETENGIKAN DAN KADAR LEMAK DEDAK PADI YANG DISIMPAN SELAMA 4 MINGGU

Oleh

Arief Budi Sutrisno

Produksi dedak padi di Indonesia mencapai 4 juta ton pada tahun 2011. Potensi dedak padi yang begitu besar ini dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, akan tetapi ketersediannya secara kontinyu belum dapat dilakukan secara baik. Selain itu dedak padi memiliki batas penyimpanan yang tidak terlalu lama sedangkan ketersedian dedak bergantung dari masa panen yang tidak menentu. Dedak padi tidak dapat disimpan lama karena kandungan lemak dedak padi mudah mengalami reaksi hidrolisis yang menyebabkan ketengikan. Reaksi hidrolisis terjadi akibat adanya reaksi antara kadar lemak dan air. Oleh karena itu, kadar air dedak harus dikurangi untuk mencegah terjadinya reaksi hidrolisis. Arang bersifat higroskopis yaitu dapat menyerap air, sehingga penggunaan arang dalam penyimpanan diharapkan mampu mengurangi kadar air dan mencegah terjadinya reaksi hidrolisis pada lemak dedak padi. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pengaruh penggunaan arang kayu dan arang batok kelapa terhadap kualitas organoleptik pada warna, bau, tekstur, kadar air, ketengikan dan kadar lemak dedak padi yang disimpan selama 4 minggu. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Apabila hasil analisis ragam berpengaruh nyata pada satu peubah, maka dilakukan uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil pada taraf nyata 5% dan 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan arang batok kelapa berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bau dan kadar air dan angka peroksida dedak padi yang disimpan selama 4 minggu. Arang kayu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada kadar air dan nyata (P<0,05) terhadap angka peroksida.


(2)

MENGESAHKAN 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. ...

Sekretaris : Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Erwanto, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001


(3)

Judul Skripsi : PENGGUNAAN ARANG KAYU DAN ARANG BATOK KELAPA TERHADAP KUALITAS UJI ORGANOLEPTIK, KADAR AIR, KETENGIKAN, DAN KADAR LEMAK DEDAK PADI YANG DISIMPAN SELAMA 4 MINGGU

Nama : Arief Budi Sutrisno

NPM : 0814061005

Jurusan : Peternakan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc. Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. NIP 19590330 198303 2 001 NIP 19580506 198410 1 001

2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. NIP 19610307 198503 1 006


(4)

Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah ayat 286)

Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun imajinasi

mampu membawa anda dari A ke manapun.

(Albert Einstein)

Arti penting manusia bukan terletak pada apa yang dia peroleh,

melainkan apa yang sangat ia rindukan untuk diraih.

(Kahlil Gibran)

Belajar tentang pikiran dan ilmu pengetahuan tanpa belajar untuk

memperkaya hati sama dengan tak belajar apa-apa.

(Aristoteles)

Tidak akan ada pertolongan bagi orang yang tidak meminta,

tidak akan ada jawaban bagi orang yang tidak bertanya dan

tidak akan ada keberhasilan bagi orang yang tidak berjuang.

(Arief Budi Sutrisno)

Hidup dalam kesengsaraan adalah kesalahanmu sendiri.


(5)

SANWACANA

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Farida Fathul, M.Sc.--selaku pembimbing utama--atas bimbingan, petunjuk, dan sarannya;

2. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S.--selaku pembimbing anggota--atas bimbingan, saran, dan arahannya;

3. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.--selaku pembahas dan pembimbing akademik--atas petunjuk, bimbingan, saran, motivasi dan bantuannya;

4. Ibu Sri Suharyati, S.Pt. M.P.--selaku Ketua Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung--atas izin yang telah diberikan;

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan atas motivasi, bimbingan, dan saran yang diberikan;


(6)

iv 8. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tersayang, beserta keluarga besarku atas kasih

sayang, nasehat, dukungan, dan do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;

9. Teman-teman seperjuangan saat penelitian Hizkia, Maulia, dan Satrio atas kerjasama, motivasi, kebersamaan, dan kasih sayang yang diberikan;

10.Teman-teman mahasiswa Jurusan Peternakan angkatan 2008, 2009, dan 2007 Universitas Lampung atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang yang diberikan.

Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah SWT, dan penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, Penulis


(7)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Kegunaan Penelitian... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Dedak Padi ... 5

B. Ketengikan ... 6

C. Arang ... 11

D. Penyimpanan ... 13

III. BAHAN DAN METODE ... 15

A. Waktu dan TempatPenelitian ... 15

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 1. Alat ... 15

2. Bahan ... 15

C. Metode Penelitian... 16

1. Perlakuan ... 16

2. Percobaan ... 16

D. Pelaksanaan Penelitian ... 16

Tahap persiapan ... 16


(8)

ii

Tahap pengambilan sampel (setelah penyimpanan 4 minggu) ... 20

E. Metode Analisis... 21

1. Kadar air ... 21

2. Kadar lemak ... 21

3. Ketengikan ... 23

4. Uji organoleptik ... 23

F. Peubah yang Diamati ... 24

IV .HASIL PEMBAHASAN ... 25

A. Pengaruh Arang Kayu dan Arang Batok Kelapa terhadap Kualitas Organoleptik Dedak ... 25

1. Warna ... 25

2. Bau ... 26

3. Tekstur... 29

B. Pengaruh Arang Kayu dan Arang Batok Kelapa terhadap Kualitas Kimia Dedak ... 30

1. Kadar air ... 30

2. Angka peroksida... 33

3. Kadar lemak ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi ... 6 2. Lama penyimpanan dedak padi terhadap kadar air, rataan jumlah

kapang, bilangan peroksida, asam lemak bebas dan kandungan

aflatoksin ... 10 3. Komposisi kimia arang kayu ... 12 4. Komposisi kimia arang batok kelapa ... 12 5. Hasil analisis proksimat dedak padi bahan penelitian berdasarkan BK

pada minggu 0 ... 17 6. Susunan kantong arang per kantong dedak ... 19 7. Rata-rata nilai asumsi warna dedak padi yang disimpan dengan tanpa

penambahan arang, dengan penambahan arang kayu dan penambahan

arang batok kelapa selama 4 minggu ... 26 8. Rata-rata nilai asumsi bau dedak padi yang disimpan dengan tanpa

penambahan arang, dengan penambahan arang kayu dan penambahan

arang batok kelapa selama 4 minggu ... 28 9. Rata-rata nilai asumsi tekstur dedak padi yang disimpan dengan tanpa

penambahan arang, dengan penambahan arang kayu dan penambahan

arang batok kelapa selama 4 minggu ... 30 10.Rata-rata kadar air dan peningkatan kadar air dedak padi yang disimpan

dengan tanpa penambahan arang, dengan penambahan arang kayu dan

penambahan arang batok kelapa selama 4 minggu ... 31 11.Rata-rata angka peroksida dan peningkatan angka peroksida dedak padi

yang disimpan dengan tanpa penambahan arang, dengan penambahan


(10)

iv

12.Rata-rata kadar lemak dan peningkatan kadar lemak dedak padi yang disimpan dengan tanpa penambahan arang, dengan penambahan

arang kayu dan penambahan arang batok kelapa selama 4 minggu... 37

13.Hasil uji organoleptik dedak padi minggu 0 ... 45

14.Bobot awal dan bobot akhir arang selama masa simpan 4 minggu ... 45

15.Kadar air arang kayu dan arang batok kelapa awal... 45

16.Kadar air arang setelah peyimpanan ... 46

17.Kadar air dedak padi awal ... 46

18.Kadar lemak dedak padi awal ... 47

19.Analisis ragam uji organoleptik pada bau dedak padi ... 47

20.Uji lanjut BNT bau dedak padi ... 48

21.Analisis ragam hasil uji organoleptik dedak padi pada tekstur ... 48

22.Analisis ragam kadar air dedak padi ... 48

23.Uji lanjut BNT kadar air dedak padi ... 49

24.Analisis ragam peningkatan kadar air dedak padi... 49

25.Uji lanjut BNT peningkatan kadar air dedak padi ... 49

26.Analsis ragam angka peroksida dedak padi ... 50

27.Uji BNT angka peroksida dedak padi ... 50

28.Analsis ragam peningkatan angka peroksida dedak padi ... 50

29.Uji BNT peningkatan angka peroksida dedak padi... 51

30.Analsis ragam kadar lemak dedak padi ... 51

31.Analsis ragam penurunan kadar lemak dedak padi ... 51

32.Kuisioner uji organoleptik... 52


(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Reaksi hidrolisis pada lemak ... 7

2. Reaksi oksidasi pada lemak ... 8

3. Susunan arang dan dedak padi dalam kantong plastik ... 19

4. Tata letak penyimpanan dedak padi selama 4 minggu... 20

5. Munculnya minyak di permukaan luar plastik sehingga menambah bobot kemasan ... 38


(12)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Masyarakat Indonesia memanfaatkan padi sebagai salah satu sumber bahan makanan pokok (Media Indonesia, 2010). Proses penggilingan padi

menghasilkan dedak padi yang cukup melimpah. Menurut Schalbroeck (2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun dapat mencapai 4 juta ton. Dedak padi yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan yang murah dan mamiliki kandungan zat nutrisi yang baik.

Ketersediaan dedak padi sepanjang tahun yang berfluktuasi, menyebabkan peternak memilih untuk membeli dalam jumlah banyak saat dedak padi sedang tersedia. Kemudian dedak padi yang dibeli dalam jumlah banyak tersebut akan disimpan dan digunakan sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan. Dedak padi tidak dapat disimpan lama, karena kandungan lemak dalam dedak yang mudah

mengalami reaksi hidrolisis sehingga dapat menyebabkan ketengikan. Reaksi hidrolisis terjadi akibat adanya reaksi antara lemak dan air. Penurunan kualitas dedak padi ini dapat dicegah dengan melakukan pengawetan, salah satunya dengan prinsip mengurangi kadar air yang dapat memicu ketengikan hidrolisis pada dedak padi.


(13)

2 Proses pengawetan dedak padi telah banyak dilakukan di kalangan peternak, salah satunya dengan melalui proses silase. Pengawetan dengan cara membuat silase membutuhkan keterampilan khusus, sehingga banyak peternak dalam sekala kecil atau peternak rakyat tidak dapat melakukannya, walaupun dapat dilakukan pelatihan namun, dalam mengaplikasikannya sedikit lebih rumit dan membutuhkan alat-alat tambahan. Berdasarkan keadaan di atas, maka dibutuhkan cara yang lebih sederhana dan bahan yang mudah didapat untuk memperpanjang masa simpan dedak padi.

Arang merupakan benda yang sudah tidak asing lagi dan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Arang didapatkan melalui proses pembakaran yang

dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dan komponen volatil dari tumbuhan sehingga menghasilkan sisa pembakaran yang mengandung 85-95% karbon. Jenis arang yang mudah ditemukan adalah jenis arang kayu dan arang batok kelapa. Arang dapat digunakan sebagai media pembakar dan pemanggang makanan, arang memiliki sifat adsorbsi yang dapat menyerap gas dan cairan. Oleh karena itu, arang diduga mampu mengendalikan penurunan kualitas pada dedak padi selama penyimpanan. Penurunan kualitas dedak padi yang diamati berupa kualitas uji organoleptik pada warna, bau dan tekstur, kadar air, ketengikan dan kadar lemak dedak padi yang disimpan selama 4 minggu.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arang kayu dan arang batok kelapa terhadap kualitas organoleptik pada warna, bau, tekstur, kadar air, ketengikan dan kadar lemak dedak padi yang disimpan selama 4 minggu.


(14)

3 C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan arang kayu dan arang batok kelapa dalam penyimpanan dedak padi selama 4 minggu terhadap kualitas organoleptik, kadar air, ketengikan dan kadar lemak dedak padi sehingga dapat digunakan sebagai upaya untuk

mempertahankan kualitas dedak padi selama penyimpanan. D. Kerangka Pemikiran

Dedak padi merupakan pakan yang populer di masyarakat, karena dedak padi memiliki kandungan nutrisi yang baik dengan harga ekonomis. Ketersediaan dedak padi yang fluktuatif menyebabkan peternak membeli dedak padi dalam jumlah besar saat dedak padi sedang berlimpah, akibatnya dedak padi yang dibeli akan mengalami penyimpanan terlebih dahulu sebelum digunakan sedikit demi sedikit.

Selama penyimpanan, dedak padi akan mengalami penurunan kualitas, yang ditandai dengan munculnya perubahan warna, penggumpalan, bau tengik, penurunan kadar lemak dan peningkatan aflatoksin. Dedak padi mengandung lemak yang dapat memicu ketengikan. Oleh karena itu ketengikan harus dicegah agar dapat memperpanjang waktu penyimpanan. Ketengikan yang terjadi pada bahan yang mengandung minyak dan lemak seperti dedak padi yaitu ketengikan hidrolisis, oksidasi dan enzimatis. Ketengikan hidrolisis merupakan akibat reaksi antara lemak dengan air. Pada penyimpanan dedak padi yang terlalu lama akan terjadi kenaikan kadar air yang akan diikuti meningkatnya ketengikan hidrolisis.


(15)

4 Arang merupakan bahan yang ekonomis dan mudah didapat. Arang diduga

dapat mencegah terjadinya ketengikan dedak padi selama masa penyimpanan. Daya adsorbsi arang sangat kuat terhadap air karena arang memiliki sifat higroskopis dan poreus yaitu mampu menyerap air sampai titik keseimbangan, sedangkan kualitas penyerapan arang tergantung jenis bahan dan proses

pengolahannya. Arang kayu memiliki kandungan karbon yang tinggi sehingga diharapkan lebih baik dalam penyerapan air, kelembapan dan bau, daripada arang batok kelapa. Berkurangnya kadar air dalam dedak diharapkan mampu mencegah atau mengurangi reaksi hidrolisis, sehingga dapat mencegah atau mengurangi ketengikan pada dedak padi.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah

(1) ada pengaruh arang kayu dan arang batok kelapa terhadap kualitas

organoleptik pada warna, bau, tekstur;kadar air; ketengikan dan kadar lemak pada dedak padi selama 4 minggu masa simpan;

(2) arang kayu lebih mampu mencegah ketengikan dedak padi daripada arang batok kelapa.


(16)

5

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang berasal dari

lapisanluar beras pecah kulit dalam proses penyosohan beras. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menghasilkan dedak padi kira-kira sebanyak 10% pecahan-pecahan beras atau menir sebanyak 17%, tepung beras 3%, sekam 20% dan berasnya sendiri 50%. Persentase tersebut sangat bervariasi tergantung pada varietas dan umur padi, derajat penggilingan serta penyosohannya (Grist, 1972). Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energi metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9 (Dewan Standarisasi Nasional, 2001).

Dedak padi merupakan limbah dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung “bagian luar” beras yang tidak terbawa, tetapi tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Rasyaf, 1990). Kandungan lemak yang tinggi yaitu 6 - 10% menyebabkan dedak padi mudah mengalami ketengikan oksidatif. Dedak padi mentah yang dibiarkan pada suhu kamar selama 10 -12


(17)

6 minggu dapat dipastikan 75-80% lemaknya berupa asam lemak bebas, yang

sangat mudah tengik (Amrullah, 2002).

Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai ciri fisik seperti baunya khas, tidak tengik, teksturnya halus, lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung kadar sekam yang rendah, dedak yang seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (Rasyaf, 2002). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa, dedak padi yang berkualitas tinggi mempunyai kandungan sekam lebih rendah.

Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu dedak padi

Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III

Air (%, maximum) 12 12 12

Protein kasar (%, minimum) 11 10 8

Serat kasar (%, maximum) 11 14 16

Abu (%, maximum) 11 13 15

Lemak (%, maximum) 15 20 20

Asam lemak bebas terhadap lemak maksimum (%, maximum)

5 8 8

Ca (%, maximum) 0,04-0,30 0,04-0,30 0,04-0,30

P (%, maximum) 0,60-1,60 0,60-1,60 0,60-1,60

Aflatoksin (ppb, maximum) 50 50 50

Silica (%, maximum) 2 3 4

Sumber: Dewan Standarisasi Nasional (2001) B.Ketengikan

Ketengikan adalah indikator dari kerusakan lemak dan minyak. Ketengikan dihasilkan oleh autooksidasi asam lemak tak jenuh yang menimbulkan bau dan flavor yang tidak menyenangkan dan membuat pakan tidak enak (Zuhra, 2006). Ketaren (1986) mengungkapkan penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan, yaitu :


(18)

7 2. Ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity)

3. Ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity)

Ketengikan hidrolisis merupakan akibat reaksi antara bahan pakan dengan air. Pada penyimpanan terlalu lama dimana terjadi kenaikan kandungan air biasanya terjadi ketengikan hidrolisis, akan tetapi ketengikan ini tidak selamanya terjadi bersamaan dengan ketengikan yang lain. Pada reaksi hidrolisis akan dihasilkan gliserida dan asam lemak bebas dengan rantai pendek (C4 - C12). Akibat yang ditimbulkan dari reaksi ini adalah terjadinya perubahan bau dan rasa dari minyak atau lemak, yaitu timbulnya rasa tengik. Dedak padi tidak tahan disimpan lama, cepat berbau apek dan berminyak. Kandungan lemak dedak padi akan berkurang selama penyimpanan, disebabkan oleh enzim lipase yang menghidrolisis lemak, dan kadar asam lemak bebas ( FFA ) bertambah dengan cepat dan terjadi

ketengikan. O

H2C – O – C – R1 H2C - OH

O O

HC – O – C – R2 + 3 H2O 3 R – C - OH + HC - OH O

H2C – O – C – R3 H2C - OH

Trigeliserida Air Asam lemak Gliserol Gambar 1. Reaksi hidrolisis pada lemak

Sumber : Ketaren (1986)

Ketengikan oksidatif terjadi akibat katalisis lipida oleh enzim lipoksidase yang menyebabkan oksidasi pada asam lemak bebas (terutama yang mengandung golongan pantadiena) dan pembentukan peroksida-peroksida dan hiperoksida - hiperoksida. Senyawa ini tidak stabil dan selanjutnya dipecah menjadi


(19)

aldehida-8 aldehida, keton - keton dan kadang - kadang asam lemak jenuh berantai karbon pendek yang dapat menyebabkan bau tengik (Kataren, 1986)

Mas’ud (2012) menyatakan bahwa, ketengikan oksidatif dapat terjadi karena minyak dedak padi banyak mengandung asam-asam lemak tidak jenuh. Adanya oksigen dibantu dengan logam-Iogam dan mungkin enzim lipoksidase, minyak atau asam lemak akan diserang pada ikatan rangkap, terjadi reaksi oksidasi

dengan dihasilkan bentuk-bentuk oksida dan peroksidasi. Reaksi lebih lanjut akan dihasilkan bentuk-bentuk aldehida, keton, hidroksi alkohol dan asam-asam lemak bebas yang mempunyai rantai lebih pendek, bentuk-bentuk senyawa ini yang menyebabkan ketengikan. Cara pengamanan dedak padi secara konvensional dapat dibagi atas tiga cara yaitu pemanasan atau pengeringan, penambahan anti oksidan, pembungkusan dan penyimpanan. Cara yang terbaik untuk pengamanan dedak padi adalah dengan mengkombinasikan ketiga cara tersebut.

Gambar 2. Reaksi oksidasi pada lemak Sumber : Ketaren (1986)


(20)

9 Lama penyimpanan dedak sangat bervariasi, tergantung dari pengolahan yang dilakukan sebelumnya, seperti pejemuran atau pengolahan lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan, diketahui bahwa dedak dapat bertahan dari ketengikan dan serangan kutu paling lama tiga minggu (Ramli, 2011). Giesen (1992), menyebutkan bahwa bahan pangan dinyatakan tengik apabila mengandung angka peroksida lebih dari 10 meq/kg.

Faktor-faktor yang mempercepat oksidasi dapat dibagi menjadi 4 kelas, yaitu 1. radiasi, misalnya oleh panas atau cahaya;

2. bahan pengoksidasi, misalnya peroksida, perasit, ozon, asam nitrat; 3. katalis metal, khususnya garam mineral dari beberapa jenis logam berat; 4. sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas. Semua itu menyebabkan hidrogen terlepas dari ikatan dan terbentuklah radikal alkil, sejenis radikal bebas. Radikal itu berikatan dengan oksigen membetuk radikal peroksi yang nantinya melahirkan hidroperoksida setelah bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh. Bahan kimia yang dapat mempercepat oksidasi atau sebagai bahan pengoksidasi adalah peroksida, ozon, kalium permanganat, asam perasetat, dan perbenzoat logam (Rezka, 2010).

Kerusakan oleh enzim juga mengakibatkan ketengikan. Lemak hewani dan nabati mengandung enzim yang dapat menghidrolisa lemak. Semua enzim tersebut masuk dalam golongan lipase yang menghidrolisa lemak akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Enzim lipase dapat diinaktifkan oleh panas, indikasi dari aktivitas enzim lipase yaitu kenaikan bilangan asam, enzim lain yang berperan dalam perombakan lemak yaitu enzim lipolitik yanng dihasilkan oleh


(21)

10 bakteri. Hampir semua bakteri juga mengandung enzim lipase yang dapat

memetabolisir lemak, contohnya dari golongan Staphylococcus, Bacillus,

Streptococcus, dan Micrococcus (Rezka, 2010).

Tabel 2. Lama penyimpanan dedak padi terhadap kadar air, jumlah kapang, bilangan peroksida, asam lemak bebas dan kandungan aflatoksin

Periode penyimpanan (minggu)

0 4 8 12

Kadar air (%) 9,83 10,53 11,58 12,33

Rataan jumlah kapang (x104 koloni/g) 2,80 3,80 4,80 5,20 Bilangan peroksida (meq/kg) 1,53 6,23 16,12 24,71 Asam lemak bebas (%) 3,46 4,40 2,85 3,14 Kandungan aflatoksin B1 (ppb) 0,00 0,00 16,35 20,80 Kandungan aflatoksin total (ppb) 0,00 0,00 24,65 94,60 Sumber : Syamsu (1997)

Rezka (2010) menambahkan bahwa, hidrolisa lemak berlangsung dalam suasana baik aerobik maupun anaerobik. Mikroba yang tumbuh membentuk koloni yang awalnya berwana putih, kemudian berubah menjadi abu-abu, hitam, kuning, merah atau biru. Dalam lemak, pigmen yang dihasilkan berfungsi sebagai indikator dalam reaksi oksidasi, contoh pigmen kuning cerah dalam lemak dihasilkan oleh Micrococci sp. jika terjadi ketengikan karena proses oksidasi maka pigmen tersebut berubah menjadi ungu kebiruan, oksidasi lemak. Jadi kerusakan lemak karena enzim juga berkaitan erat dengan keberadaan mikroba dalam lemak.

C. Arang

Arang adalah suatu bahan padat berpori yang merupakan hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon melalui proses pirolisis. Sebagian dari pori-porinya


(22)

11 masih tertutup dengan hidrokarbon dan senyawa organik lain. Komponen terdiri dari karbon terikat (fixed carbon), abu, air, nitrogen dan sulfur (Subakty,1986). Menurut Hassler (1974), arang aktif bersifat higroskopis, tidak berbau, tidak berasa, tidak larut dalam air, basa, asam, dan pelarut organik, serta tidak rusak akibat perubahan pH, suhu atau komposisi limbah. Lenntech (2004)

menambahkan bahwa, kegunaan arang aktif sebagai adsorben sangat luas, arang aktif dapat digunakan untuk menyerap senyawa organik non polar seperti mineral minyak, fenol poliaromatik hidrokarbon, menyerap substansi halogenasi, bau, rasa, produk-produk fermentasi dan substansi non polar yang tidak larut dalam air Arang memiliki sifat higroskopis atau poreus yaitu mampu menyerap air sampai titik keseimbangan, sedangkan kualitasnya tergantung jenis bahan dan proses pengolahannya (Subakty,1986). Penggunaan arang kayu berdasarkan pada sifat arang kayu yang sifatnya porous sehingga mempunyai luas permukaan kontak yang lebih besar (Said, et.al, 2004).

Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi, dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang

demikian disebut sebagai arang aktif. Arang kelapa merupakan bahan arang aktif, namun perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu (Aryafatta, 2008).


(23)

12 Arang yang baik adalah arang yang memiliki kadar karbon tinggi sedangkan kadar abunya rendah (Subakty, 1986). Berikut adalah kandungan komposisi arang batok kelapa dan arang kayu.

Tabel 3. Komposisi kimia arang kayu

Jenis Arang

Unsur Kimia (%)

N Abu H C Senyawa

organik

Senyawa anorganik

Arang kayu 0,4 0,32 7,8 88,4 0,08 0,14

Sumber: Subakty (1986)

Sedangkan kadar karbon dari arang batok kelapa adalah 75% dan maksimum abunya 3% (Subakty, 1986). Namun, penelitian lain menyebutkan arang batok kelapa mengandung lebih banyak karbon dibandingkan arang kayu. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia arang batok kelapa

Parameter uji Satuan Hasil Uji

Kadar air % 3,83

Kadar karbon % 91,38

Kadar abu % 4,79

Berat jenis g/cm3 0,57

Sumber : Mashuri (2006)

Berdasarkan pernyataan di atas, arang batok kelapa memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi dan kadar abu yang lebih rendah dibanding arang kayu.

Perkembangan industri di Indonesia dalam penggunaan karbon aktif sudah cukup banyak digunakan di dunia industri dalam maupun luar negeri baik disektor pangan maupun non pangan, salah satunya adalah pemurnian minyak. Bahan pemucat yang paling baik untuk menghilangkan warna minyak adalah arang aktif.


(24)

13 Arang aktif juga akan menyerap gas dan peroksida yang merupakan kerusakan oksidatif pada minyak (Siga, 2008).

D. Penyimpanan

Penyimpanan memiliki arti menjaga suatu barang untuk digunakan kembali suatu saat nanti. Penyimpanan dedak berfungsi untuk menjaga kualitas dedak agar dapat digunakan dalam keadaan baik dikemudian hari. Selama penyimpanan, dedak padi disimpan menggunakan kemasan plastik. Kemasan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam

permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987).

Bahan kemasan plastik hitam memiliki kelemahan diantaranya adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan pakan yang dikemas. Selain itu warna kemasan hitam memiliki kelebihan yaitu sebagai isolator panas yang baik, hal ini karena warna hitam bersifat mudah menyerap panas. Namun, kelemahan plastik hitam karena berasal dari hasil daur ulang sehingga penggunaan plastik hitam untuk penyimpanan kurang baik, hal ini ditakutkan terdapat perpindahan zat monomer ke pakan yang disimpan dan dapat membahayakan kesehatan (Winarno, 1987).

Lemak bersifat mudah menyerap bau. Apabila bahan pembungkus dapat menyerap lemak, maka lemak yang terserap ini akan teroksidasi oleh udara


(25)

14 sehingga rusak dan berbau. Bau dari bagian lemak yang rusak ini akan diserap oleh lemak yang ada dalam bungkusan yang menyebabkan seluruh lemak menjadi rusak (Rochem, 2012).

Penyimpanan bahan pakan dalam gudang tentu harus mengikuti aturan, salah satunya yaitu suhu selama penyimpanan. Bahan pakan seharusnya disimpan pada suhu 25-28°C dengan kelembaban berkisar 60-70% (Anonimousb, 2012).

Palet adalah perlengkapan gudang untuk menjamin barang tidak bersentuhan langsung dengan lantai serta mempermudah pergerakan barang di dalam gudang. Standarisasi palet yang digunakan :

1. Jenis palet : palet kayu. 2. Bahan palet : kayu kering.

3. Jumlah penyangga 3 buah kiri tengah dan kanan.


(26)

12

III.BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kandang A, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Kegiatan penelitian berlangsung pada 9 Juni–12 Juli 2012. B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : timbangan merek Oxone kapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 g, timbangan digital dengan ketelitian 0,0001 g untuk menimbang sampel, termohigrometer, oven merek Heraeus,

kantung plastik hitam 12 buah sebagai pembungkus dedak padi, tali rafia, kain strimin 40 buah sebagai pembungkus arang. Alat titrasi, alat tulis, cawan petri, cawan porselein, desikator, erlenmeyer, kertas saring, kompor listrik, kondensor, dan, soxlet. Terpal sebagai penutup kandang, pallet sebanyak 12 buah.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : dedak padi sebanyak ± 12 kg, arang kayu sebanyak 200 g dan arang batok kelapa sebanyak 200 g berasal dari Desa Natar Kabupaten Lampung Selatan. Kertas saring dan larutan khloroform yang digunakan untuk analisis kadar lemak berasal dari Laboraturium Makanan dan Nutrisi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas


(27)

16 Lampung. Larutan KI, Na2S2O3 danC6H12O6 yang digunakan untuk analisis angka peroksida bersal dari Laboraturium Politeknik Negeri Lampung. C. Metode Penelitian

1. Perlakuan

Rancangan perlakuan dalam penelitian ini adalah R0 = penyimpanan dedak tanpa arang;

R1 = penyimpanan dedak + arang kayu;

R2 = penyimpanan dedak+ arang batok kelapa. 2. Percobaan

Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis of varian (ANOVA). Apabila dari hasil analisis varian berpengaruh nyata pada satu peubah maka analisis akan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% dan atau 1%.

D. Pelaksanaan Penelitian Tahap persiapan

1. Mempersiapkan ruang penyimpanan dan pallet. 2. Membuat kantung arang perlakuan.

a. Menggunakan kain furing agar arang tidak tembus ke dedak.

b. Menyeragamkan ukuran partikel arang dengan memotong arang dengan gunting dan disaring hingga didapatkan ukuran yang seragam (lolos ukuran lubang saring 1x1 cm2 dan tidak lolos ukuran 0,5 x 0,5 cm2). c. Mengoven arang kayu dan arang batok kelapa 105ºC ( ≥ 6 jam ).


(28)

17 d. Membuat kantung dari kain furing dan memberi label dengan stiker

(40 buah kantung).

e. Menimbang kantung arang dan memasukan arang kayu/ arang batok kelapa yang sudah dioven (105 oC ≤ 6 jam) ± 10 g.

f. Menimbang kembali kantung arang + arang, dicatat dan distaples untuk mencegah arang keluar dari kantung arang.

g. Menyimpan kantung arang dalam oven 105oC selama tidak digunakan untuk menjaga kadar air arang tetap 0 %.

3. Sampel dedak padi

a. Mendatangkan dedak padi dari huller.

b. Menganalisis kadar air, ketengikan (bilangan peroksida), analisis proksimat dan uji organoleptik pada dedak padi (Perlakuan awal). Tabel 5. Hasil analisis proksimat dedak padi pada minggu ke 0

Kandungan Satuan Minggu ke 0

Kadar air (%) 10,12

Bahan kering (%) 89,88

Lemak kasar** (%) 17,85

Protein kasar** (%) 11,18

Serat kasar** (%) 6,91

Abu** (%) 8,19

Angka peroksida* (meq/kg) (meq/kg) 0,40

Sumber : Analisis proksimat Lab. Nutrisi dan Makanan Ternak Unila (2012) * = Hasil analisisis di Lab. THP Polinela (2012)

** = Berdasarkan bahan kering

Berdasarkan data pada Tabel 5 dan membandingkan hasil data pada Tabel 1, maka dedak padi yang digunakan dalam penelitian ini masuk ke dalam kriteria dedak dengan mutu yang paling baik (tingkat III), dengan lemak kasar dedak 17,85 % dan serat kasar yang rendah yaitu 6,91 %. Angka peroksida dedak


(29)

18 padi juga sangat kecil yaitu 0,40 meq/kg dibandingkan dengan Tabel 2 yaitu pada minggu ke 0 angka peroksida dedak padi mencapai 1,53 meq/kg. Hasil uji organoleptik dedak padi (Tabel 19) adalah tidak tengik, warna coklat muda dan tekstur tidak menggumpal.

Tahap pelaksanaan

1. Menyusun 12 palet dalam ruang penyimpanan dengan formasi 3 x 4. 2. Melakukan pengemasan

Pada perlakuan R0

a. Menimbang plastik yang sudah diberi label + tali rapia (dicatat). b. Tambahkan dedak padi sekitar ± 1 kg BK.

1 kg BK didapat dari 100 %

(100 % −KA %)x 1000 g.

Kadar air dedak setelah analisis adalah 10,12. Maka 1 kg BK adalah

100 %

(100 % − 10,12 %) x 1000 g = 1,112 kg.

c. Menutup rapat kantung plastik dan mengikatnya dengan tali rapia. d. Menimbang kembali kantong plastik + tali rapia + dedak lalu dicatat. Pada perlakuan dengan penambahan arang (R1 dan R2)

a. Menimbang plastik yang telah diberi label + tali rapia (dicatat).

b. Masukan dedak padi sekitar ± 222 g ke dalam kantung plastik perlakuan sebanyak 5 kali dan diselingi dengan pemberian kantung arang sehingga membentuk formasi seperti di bawah ini


(30)

19 Kantung Arang

Dedak Padi 222 g Kantung Arang Dedak padi 222 g

Kantung Arang Dedak padi 222 g

Kantung Arang Dedak padi 222 g

Kantung Arang Dedak padi 222 g

Gambar 5. Susunan arang dan dedak padi dalam kantung plastik Tabel 6. Susunan kantung arang perkantong dedak padi

Kode arang kayu Nama kantung Kode arang batok kelapa Nama kantung Kode arang kayu Nama kantung Kode arang batok kelapa Nama kantng A1K R1A A1B R2A A11K R3A A11B R2C

A2K A2B A12K A12B

A3K A3B A13K A13B

A4K A4B A14K A14B

A5K A5B A15K A15B

A6K R2A A6B R2B A16K R4A A16B R2D

A7K A7B A17K A17B

A8K A8B A18K A18B

A9K A9B A19K A19B

A10K A10B A20K A20B

c. Menutup rapat kantung plastik dan mengikatnya dengan tali rapia d. Menimbang kembali kantung plastik + dedak + arang lalu dicatat.

3. Meletakkan kantung plastik perlakuan di atas palet dalam ruang penyimpanan sesuai dengan tata letak.


(31)

20

Gambar 4. Tata letak penyimpanan dedak padi selama 4 minggu Tahap pengambilan sampel (setelah penyimpanan 4 minggu) 1. Setiap kantung plastik perlakuan ditimbang dan dicatat. 2. Melepas ikatan tali rapia.

3. Menuangkan dedak padi dalam plastik ke wadah lalu dilakukan uji organoleptik pada bau, warna, dan tekstur.

4. Jika pada perlakuan R1 dan R2 maka dilakukan pengambilan kantung arang lalu dibersihkan, ditimbang dan dicatat.

5. Setiap dedak padi pada satuan percobaan diaduk hingga merata dan dituang ke wadah ,dibagi 4 bagian, lalu mengambil secara acak ¼ bagian.

6. Setelah ¼ bagian dedak padi diambil, dedak padi pilihan dihomogenkan lalu dituang dan dibagi 4 bagian, lalu mengambil secara acak ¼ bagian lagi. 7. Mengambil sampel yang terpilih dan memasukan ke dalam plastik + diberi

label, yang akan digunakan sebagai sampel untuk analisis kadar air, kadar lemak, dan ketengikan.

8. Mengambil 5 kantung arang pada setiap kantung percobaan, dibuka lalu ditumpahkan ke wadah. Arang dihomogenkan, lalu dilakukan pengambilan secara acak seperti prosedur 5 dan 6, lalu mengambil sampel terpilih dan dimasukkan ke dalam plastik yang diberi label untuk analisis kadar air arang.


(32)

21 E. Metode Analisis

1. Kadar Air (Fathul, 1999)

a. Memanaskan cawan porselein beserta tutupnya yang bersih ke dalam oven 105ºC selama ± 1 jam.

b. Mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit.

c. Menimbang cawan porselein beserta penutupny dan catat bobotnya. d. Memasukkan sampel analisa ke dalam cawan porselein sekitar 1 g dan

kemudian catat bobotnya (B).

e. Memanaskan cawan porselein beisi sample di dalam oven 1050C selama ≥ 6 jam (penutup jangan dipasang).

f. Mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit.

g. Menimbang cawan porselein berisi sample analisa tersebut (C). h. Menghitung kadar air dengan rumus seperti di bawah ini :

KA = B−A − C−A

− � 100%

i. Melakukan analisis ini dua kali (duplo). Beri tanda 1 atau 2 pada masing-masing cawan porselein dengan pensil. Kemudian hitung rata-ratanya :

Kadar air (%) =KA1 + KA2 2

j. Menghitung kadar bahan kering dengan rumus sebagai berikut : BK = 100% - KA

2. Kadar Lemak (Fathul, 1999)

a. Memanaskan kertas saring biasa (6 x6 cm2) di dalam oven 105oC selama 1 jam.


(33)

22 c. Menimbang dan mencatat bobotnya (A).

d. Menambahkan sampel analisa ± 0,5 g dan mencatat bobot kertas saring yang berisi sampel (B).

e. Melipat kertas saring.

f. Memanaskan ke dalam oven 135oC selama 2 jam, kemudian didinginkan ke dalam desikator selama 15 menit, setelah itu menimbang dan mencatat bobotnya (C).

g. Memasukkan kertas saring yang sudah dilipat ke dalam soxlet. h. Memasukkan ke dalam alat soxlet 300 ml choloroform.

i. Menghubungkan antara alat soxlet dan kondensor. j. Mengalirkan air ke dalam kondensor.

k. Menyalakan alat pemanas. Sekali - sekali, jangan menyalakan alat pemanas apabila air tidak dialirkan ke dalam kondensor.

l. Memanaskan alat pemanas selama 6 jam (terhitung sejak awal mendidih). m.Mematikan alat pemanas, kemudian menghentikan aliran air.

n. Mengambil lipatan kertas saring berisi residu dan memanaskan ke dalam oven 105oC selama 6 jam.

o. Mendinginkan kertas saring ke dalam desikator selama 15 menit. p. Menimbang dan mencatat bobotnya (D).

q. Menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut: KL = C−A − D−A

− � 100%

k. Lakukan analisis ini dua kali (duplo). Beri tanda 1 atau 2 pada


(34)

23

Na2S2O rata-ratanya dengan rumus seperti di bawah ini:

Kadar lemak (%) =KL1 + KL2 2

l. Apabila langkah f tidak dilakukan maka menghitung kadar lemak dengan rumus seperti di bawah ini:

KL = [ B−A x BK]− C−A

− � 100%

3. Uji ketengikan (Rancidity) (Sudarmadji, 1981)

a. Menimbang ± 0,05 g sampel dan memasukkan sampel ke dalam gelas erlemeyer bertutup dan menambahkan 30 ml larutan asam asetat -

chloroform (3:2). Menggoyangkan larutan sampai sampel terlarut semua. b. Menambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI ke dalam erlenmeyer .

c. Mendiamkan selama 1 menit dan kadang kala di goyang kemudian menambahkan 30 ml aquades.

d. Melakukan titrasi dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai warna kuning hilang. e. Menambahkan larutan pati atau C6H12O6, kemudian melanjutkan titrasi

sampai warna biru mulai hilang.

f. Angka peroksida dinyatakan dalam mili - equivalen dari peroksida dalam 1000 gram sampel:

Angka peroksida =ml x N thio x 1000 berat sampel (g)

4. Uji organoleptik

Uji organoleptik meliputi bau, tekstur dan warna dilakukan dengan cara penilaian menggunakan uji kesukaan atau uji hedonik. Sifat organoleptik dedak diamati pada minggu ke-0 dan ke-4 dengan uji skoring. Uji skoring merupakan uji


(35)

24 dengan menggunakan panelis yang tahu mengenai atribut yang dinilai.

Pengamatan dilakukan pada bau dan sifat fisik dedak yaitu tekstur dan warna (Kartika et, al., 1988).

Penilaian dilakukan dengan mengisi tabel kuisioner (Tabel 33) pada lampiran. Penilaian dikalkulasi dengan cara nilai sama yang diberikan oleh panelis akan dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah panelis yang memberikan nilai sama tersebut.

Contoh: Pada uji organoleptik pada bau: dari 4 orang panelis, 3 panelis

memberikan nilai 2 dan 1 panelis memberikan nilai 1, maka kalkulasi nilainya adalah

3 x 2 + (1 x 1)

4

=

6+1 4

=

7

4 = 1,75

Nilai hasil kalkulasi inilah yang ditampilkan pada tabel hasil uji organoleptik untuk warna (Tabel 7), bau (Tabel 8) dan tekstur (Tabel 9).

F. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah

1. uji organoleptik meliputi : warna, bau, tekstur 2. kadar air;

3. kadar lemak;


(36)

25

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Penggunaan arang batok kelapa berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bau, kadar air dan bilangan peroksida dedak padi yang disimpan selama 4 minggu, namun tidak berpengaruh nyata pada kadar lemak, tekstur dan warna dedak padi. Arang kayu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dedak padi, dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap angka peroksida, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bau, kadar lemak, tekstur dan warna dedak padi.

2. Arang batok kelapa lebih mampu memperkecil kenaikan kadar air, bilangan peroksida dan mampu mempertahankan bau asli dedak padi yang disimpan selama 4 minggu.

B. Saran

Penyimpanan dedak padi yang terbilang singkat yaitu 4 minggu perlu

menggunakan arang batok kelapa, karena mampu mempertahankan bau asli dedak padi, sehingga nilai palatabilitas dedak sebagai bahan pakan tidak menurun.


(37)

40

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, K. I., 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonimousa, 2010. Analisa Dedak Padi untuk Pakan Sapi. http://duniasapi.com /id/budidaya/963-analisa-dedak-padi-untuk-pakan-sapi.html. (diakses pada 11 Maret 2012).

Anonimousb, 2012. Interaksi Bahan Pangan dengan Kemasan.http://www.goog le.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB 8QFjAA&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F 3130000081-teknologi-pengemasan%2Fthp_407_handout_interaksi_bahan_ pangan_dengan_kemasan.pdf&ei=rbuEUMjCMI3wrQfu4oGYDw&usg=AF QjCNF7QTfyegxNpW_Rit0cnFChtP1OaA&sig2=AfgSxHCbwiuqZ5Ohtmn5 Hw. (diakses 10 Maret 2012).

Aryafatta, 2008. Meningkatkan Nilai Arang Tempurung Jadi Karbon Aktif.

http://aryafatta.wordpress.com/2008/06/04/meningkatkan-nilai-arang-tempurung-jadi-karbon-aktif/. (diakses 10 Maret 2012).

Astawan, M., 2008. Sehat dengan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Barber, S., 1972. Milled rice and changes during aging. In : Rice, Chemistry,

and Technology. D.F. Houston (Editor). Amer Assoc of Cereal Chem. St

Paul, Minesota.

Ciptadi, W. dan Z. Nasution, 1979. Dedak Padi dan Manfaatnya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Dewan Standarisasi Nasional (DSN), 2001. Dedak Padi/ Bahan Baku Pakan. Fathul, F., 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan Ternak dalam

Bahan Mekanan Ternak. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Giesen, F. A., 1992. Antioxidants For Animal Feeds, Need, Use And Application.


(38)

41 Grist, D.H., 1972. Rice. 4th Ed. Lowe and Brydine Ltd, London.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo dan A.D. Tillman, 1993.

Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Hassler, J.W., 1974. Purification with Activated Carbon Industrial, Commercial

and Environmental. Chemical Publisihing, Co. Inc., New York.

Kartika, B., B. Hastuti, W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan

Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

Ketaren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Lenntech, 2004. Adsorption/Active Carbon. Lenntech. http://www.Lenntech. com/Adsorption. (diakses pada 11 Maret 2012).

Mashuri dan Mericar, M.H., 2006. Sifat-Sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan

Serbuk Arang Tempurung Kelapa. Majalah Ilmiah “Mektek”, Universitas

Tadaluko, Palu.

Mas’ud, F., 2012. Optimasi Proses Deasidifikasi Minyak Sawit. http://journal. ipb.ac.id/index.php/forumpasca/article/view/5034/3453. (diakses pada 1 November 2012).

Media Indonesia, 2010. 3 Makanan Pokok Masyarakat Indonesia. http://www. mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/10/16/3232/2/3-Makanan-Pokok-Masyarakat-Indonesia. (diakses pada 1 November 2012). Munazaroh, A. M., 2009. Penyimpanan Pakan Ternak. http://www.thismilk.

wordpress.com/2009/06/26/penyimpanan-pakan-ternak/. (diakses pada 4 April 2012).

National Research Council, 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised

Edition. National Academy Press, Washington D.C.

Parakkasi, A., 1986. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Vol IB. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ramli, N., 2012. Aplikasi Pakan Silase pada Itik. Mungkinkah?. http://aini-online.org/component/k2/itemlist/user/71-nahrowiramli.html. (diakses pada 4 April 2012).

Rasyaf, M., 2002. Beternak Unggas Komersil. Penerbit Kanisius, Jakarta. Rezka, 2010. Faktor-Faktor Penyebab Oksidasi Lemak. http://rezkantb.

blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-penyebab-oksidasi-lemak.html (diakses pada 06 April 2012).


(39)

42 Rochem, 2012. Lemak dan Minyak. http://rochem.wordpress.com/2012/01/20

/lemak-dan-minyak-2/. (diakses pada 6 April 2012).

Said, N. I., R. Marsidi, 2004. Proses “Aerasi Kontak” Menggunakan Media

Arang Kayu Untuk Mengurangi Deterjen dalam Air Baku”. J.Tek. Ling. P3TL-BPPT.5.

Setyawan, I. B., 2011. Teknologi Produksi dan Aplikasi. http://ilhambudi setyawan.blogspot.com/2011/05/teknologi-produksi-dan-aplikasi.html. (diakses pada 10 Maret 2012).

Shcalbroeck. 2001. Toxicological evaluation of red mold rice. DFG- Senate Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Siga, B. R. G., C.D. Costa, 2008. Pra Rencana Pabrik Karbon Aktif dari

Tempurung Kelapa. http://www.scribd.com/doc/100692003/

2/Sejarah-dan-Perkembangan-Produk. (diakses pada 4 Maret 2012).

Soemardi, 1975. Pengolahan Dedak. Pelaksanaan Program Training P.T. Padi Bhakti. Edisi Khusus.

Subakty, B.M., 1986. Teknologi Terapan Arang dan Pembuatannya. Mutiara Solo, Surakarta. Hlm.72

Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi, 1981. Prosedur Analisa Untuk bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Suliantari dan W.P. Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi Umbi-umbian dan

Biji-bijian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Syamsu, J. A., 1997. Upaya meningkatkan daya simpan dedak padi dengan

penambahan zeolit dan kapur selama periode penyimpanan. Tesis Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syarif, R. dan Y. Halid, 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Bandung.

Tillman, A. D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1991.

Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan 5. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. 1st ed. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hlm. 106-107.

Yazid. E. dan L. Nursanti, 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk


(40)

43 Yokotsuka, T., 1986. Soy Sauce Biochemistry. Adv. Food. Res (30) 195-329. Zuhra, C.F., 2006. Flavour (Cita Rasa). Universitas Sumatera Utara, Medan.


(1)

dengan menggunakan panelis yang tahu mengenai atribut yang dinilai. Pengamatan dilakukan pada bau dan sifat fisik dedak yaitu tekstur dan warna (Kartika et, al., 1988).

Penilaian dilakukan dengan mengisi tabel kuisioner (Tabel 33) pada lampiran. Penilaian dikalkulasi dengan cara nilai sama yang diberikan oleh panelis akan dijumlahkan, lalu dibagi dengan jumlah panelis yang memberikan nilai sama tersebut.

Contoh: Pada uji organoleptik pada bau: dari 4 orang panelis, 3 panelis

memberikan nilai 2 dan 1 panelis memberikan nilai 1, maka kalkulasi nilainya adalah

3 x 2 + (1 x 1)

4

=

6+1 4

=

7

4 = 1,75

Nilai hasil kalkulasi inilah yang ditampilkan pada tabel hasil uji organoleptik untuk warna (Tabel 7), bau (Tabel 8) dan tekstur (Tabel 9).

F. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah

1. uji organoleptik meliputi : warna, bau, tekstur 2. kadar air;

3. kadar lemak;


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Penggunaan arang batok kelapa berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bau, kadar air dan bilangan peroksida dedak padi yang disimpan selama 4 minggu, namun tidak berpengaruh nyata pada kadar lemak, tekstur dan warna dedak padi. Arang kayu berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dedak padi, dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap angka peroksida, namun tidak berpengaruh nyata terhadap bau, kadar lemak, tekstur dan warna dedak padi.

2. Arang batok kelapa lebih mampu memperkecil kenaikan kadar air, bilangan peroksida dan mampu mempertahankan bau asli dedak padi yang disimpan selama 4 minggu.

B. Saran

Penyimpanan dedak padi yang terbilang singkat yaitu 4 minggu perlu

menggunakan arang batok kelapa, karena mampu mempertahankan bau asli dedak padi, sehingga nilai palatabilitas dedak sebagai bahan pakan tidak menurun.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, K. I., 2002. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anonimousa, 2010. Analisa Dedak Padi untuk Pakan Sapi. http://duniasapi.com /id/budidaya/963-analisa-dedak-padi-untuk-pakan-sapi.html. (diakses pada 11 Maret 2012).

Anonimousb, 2012. Interaksi Bahan Pangan dengan Kemasan.http://www.goog le.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB 8QFjAA&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F 3130000081-teknologi-pengemasan%2Fthp_407_handout_interaksi_bahan_ pangan_dengan_kemasan.pdf&ei=rbuEUMjCMI3wrQfu4oGYDw&usg=AF QjCNF7QTfyegxNpW_Rit0cnFChtP1OaA&sig2=AfgSxHCbwiuqZ5Ohtmn5 Hw. (diakses 10 Maret 2012).

Aryafatta, 2008. Meningkatkan Nilai Arang Tempurung Jadi Karbon Aktif. http://aryafatta.wordpress.com/2008/06/04/meningkatkan-nilai-arang-tempurung-jadi-karbon-aktif/. (diakses 10 Maret 2012).

Astawan, M., 2008. Sehat dengan Kacang dan Biji-bijian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Barber, S., 1972. Milled rice and changes during aging. In : Rice, Chemistry, and Technology. D.F. Houston (Editor). Amer Assoc of Cereal Chem. St Paul, Minesota.

Ciptadi, W. dan Z. Nasution, 1979. Dedak Padi dan Manfaatnya. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Dewan Standarisasi Nasional (DSN), 2001. Dedak Padi/ Bahan Baku Pakan. Fathul, F., 1999. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Zat Makanan Ternak dalam

Bahan Mekanan Ternak. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Giesen, F. A., 1992. Antioxidants For Animal Feeds, Need, Use And Application. Novus International Incist Louis Missouri.


(4)

Grist, D.H., 1972. Rice. 4th Ed. Lowe and Brydine Ltd, London.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, S., Lebdosoekojo dan A.D. Tillman, 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hassler, J.W., 1974. Purification with Activated Carbon Industrial, Commercial and Environmental. Chemical Publisihing, Co. Inc., New York.

Kartika, B., B. Hastuti, W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.

Ketaren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.

Lenntech, 2004. Adsorption/Active Carbon. Lenntech. http://www.Lenntech. com/Adsorption. (diakses pada 11 Maret 2012).

Mashuri dan Mericar, M.H., 2006. Sifat-Sifat Mekanis Aspal yang Ditambahkan Serbuk Arang Tempurung Kelapa. Majalah Ilmiah “Mektek”, Universitas Tadaluko, Palu.

Mas’ud, F., 2012. Optimasi Proses Deasidifikasi Minyak Sawit. http://journal. ipb.ac.id/index.php/forumpasca/article/view/5034/3453. (diakses pada 1 November 2012).

Media Indonesia, 2010. 3 Makanan Pokok Masyarakat Indonesia. http://www. mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2010/10/16/3232/2/3-Makanan-Pokok-Masyarakat-Indonesia. (diakses pada 1 November 2012). Munazaroh, A. M., 2009. Penyimpanan Pakan Ternak. http://www.thismilk.

wordpress.com/2009/06/26/penyimpanan-pakan-ternak/. (diakses pada 4 April 2012).

National Research Council, 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 9th Revised

Edition. National Academy Press, Washington D.C.

Parakkasi, A., 1986. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Vol IB. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ramli, N., 2012. Aplikasi Pakan Silase pada Itik. Mungkinkah?. http://aini-online.org/component/k2/itemlist/user/71-nahrowiramli.html. (diakses pada 4 April 2012).

Rasyaf, M., 2002. Beternak Unggas Komersil. Penerbit Kanisius, Jakarta. Rezka, 2010. Faktor-Faktor Penyebab Oksidasi Lemak. http://rezkantb.

blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-penyebab-oksidasi-lemak.html (diakses pada 06 April 2012).


(5)

Rochem, 2012. Lemak dan Minyak. http://rochem.wordpress.com/2012/01/20 /lemak-dan-minyak-2/. (diakses pada 6 April 2012).

Said, N. I., R. Marsidi, 2004. Proses “Aerasi Kontak” Menggunakan Media Arang Kayu Untuk Mengurangi Deterjen dalam Air Baku”. J.Tek. Ling. P3TL-BPPT.5.

Setyawan, I. B., 2011. Teknologi Produksi dan Aplikasi. http://ilhambudi setyawan.blogspot.com/2011/05/teknologi-produksi-dan-aplikasi.html. (diakses pada 10 Maret 2012).

Shcalbroeck. 2001. Toxicological evaluation of red mold rice. DFG- Senate Comision on Food Savety. Ternak monogastrik. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Siga, B. R. G., C.D. Costa, 2008. Pra Rencana Pabrik Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa. http://www.scribd.com/doc/100692003/ 2/Sejarah-dan-Perkembangan-Produk. (diakses pada 4 Maret 2012).

Soemardi, 1975. Pengolahan Dedak. Pelaksanaan Program Training P.T. Padi Bhakti. Edisi Khusus.

Subakty, B.M., 1986. Teknologi Terapan Arang dan Pembuatannya. Mutiara Solo, Surakarta. Hlm.72

Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi, 1981. Prosedur Analisa Untuk bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Suliantari dan W.P. Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi Umbi-umbian dan Biji-bijian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syamsu, J. A., 1997. Upaya meningkatkan daya simpan dedak padi dengan penambahan zeolit dan kapur selama periode penyimpanan. Tesis Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syarif, R. dan Y. Halid, 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan, Bandung.

Tillman, A. D., S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan 5. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. 1st ed. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hlm. 106-107.

Yazid. E. dan L. Nursanti, 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk MahasiswaAnalis. Andi Offset, Yogyakarta.


(6)

Yokotsuka, T., 1986. Soy Sauce Biochemistry. Adv. Food. Res (30) 195-329. Zuhra, C.F., 2006. Flavour (Cita Rasa). Universitas Sumatera Utara, Medan.