Makalah PIF Kelompok 7

(1)

MAKALAH

PENGANTAR ILMU FARMASI DAN ETIKA

SEDIAAN OBAT DALAM BENTUK LARUTAN

Disusun oleh :

Restika Eria Putri (260110140004) Natasya Wilona (260110140009) Nurul Kartika H. (260110140013) Berlian Hanutami (260110140017) Nailah Nurjihan U. (260110140021) Henivia Novanti (260110140025) Abdi Jepri Bangun (260110140033) Tyara Hardini P. H. (260110140036) Andika Putri (260110140040)

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Sediaan Obat Dalam Bentuk Larutan

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Farmasi dan Etika

Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis hingga terwujudnya makalah ini.

Dengan selesainya makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan yang bersifat membangun dari semua pihak demi baiknya makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jatinangor, 14 Oktober 2014


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB 1...4

PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...5

BAB 2...6

PEMBAHASAN...6

SIMPULAN...15


(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi masyarakat indonesia mendengar kata obat sebenarnya bukan hal yang baru. Kepercayaan pada obat juga terus meningkat seiring dengan perkembangan ilmu tentang obat yang semakin meningkat setiap tahunya.

Dalam sediaan farmasi terdapat beberapa bentuk obat yang umumnya untuk menentukan bentuk obat yang akan dibuat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian, secar garis besar ada tiga bentuk sediaan obat yaitu sediaan padat, semipadat, dan larutan.

Bentuk sediaan larutam sering digunakan untuk pasien yang susah mengkonsumsi tablet atau kapsul terutama pada anak-anak karena sediaan larutan mudah untuk di konsumsi daripada bentuk tablet. Selain itu sediaan cair biasanya dapat menutupi rasa tidak enak atau rasa pahit dari obat, tetapi sediaan cair lebih mudah rusak oleh tempat penyimpanan sediaan. Sediaan bentuk ini juga mudah terkontaminasi oleh bakteri karena air merupakan media yang paling bagus untuk pertumbuhan bakteri.

Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai bentuk sediaan obat dalam larutan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan apa itu larutan

2. Menjelaskan penggolongan larutan

3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi larutan 4. Menjelaskan macam-macam sediaan larutan obat


(5)

1.3 Tujuan

1. Dapat menjelaskan pengertian larutan.

2. Dapat menjelaskan penggolongan larutan berdasarkan beberapa aspek

3. Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi larutan


(6)

BAB 2

PEMBAHASAN

Menurut farmakope Indonesia, larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Larutan biasa diistilahkan solutio jika zat terlarutnya hanya satu, sedangkan jika zat terlarutnya lebih dari satu diistilahkan sebagai mixturae.

Larutan oral, sirup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada. Dalam sediaan ini, zat obat umumnya diharapkan memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat obat itu diberikan dalam bentuik larutan, biasanya berarti bahwa absorbsinya dalam system saluran cenra ke dalam sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat dari pada bentuk sediaan suspense atau padat dari zat obat yang sama.

Dalam larutan yang diberikan secara oral, biasanya terdapat zat-zat terlarut lain selain dari bahan obat. Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi warna, pemberi rasa, pemanis atau penstabil larutan. Dalam penyusunan formula atau pencampuran suatu larutan farmasi, ahli farmasi harus memanfaatkan keterangan tentang kelarutan dan kestabilan dari masing-masing zat terlarut yang ada dengan memerhatikan pelarut atau system pelarut yang digunakan. Ahli farmasi harus berhati-hati menghadapi penggunaan kombinasi obat atau bahan-bahan farmasi yang akan menimbulkan interaksi kimia atau fisika yang akan memengaruhi mutu terapeutik atau stabilitas farmasetik produk.

Penggolongan larutan:

Menurut Cara Pemberian:

1. Larutan oral: adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna dalam air atau campuran kosolven-air.


(7)

a. Sirop: larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Selain gula dan sukrosa lain, pada larutan oral dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan sifat zat pembawa lainnya. Umumnya ditambahkan juga zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi.

- Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin (pengawet_ 0,25% b/v.

- Sirop obat: mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.

- Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap lain.

b. Eliksir: larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.

2. Larutan topikal: adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut.

a. Losio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topikal.

b. Larutan otik: larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi penggunaan telinga luar. Contohnya larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan larutan otik hidrokortison.


(8)

Menurut Sistem Pelarut dan Zat Terlarut:

1. Spirit: larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma. 2. Tingtur: larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari

bahan tumbuhan atau senyawa kimia.

3. Air aromatik: larutan jernih dan jenuh dalam air, dan minyak mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara destilasi dan disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan panas berlebih. Pelarut yang biasa digunakan:

- Air, untuk melarutkan bermacam-macam garam - Spiritus, melarutkan kamfer, iodin, mentol

- Gliserin, melarutkan tanin, zat samak, boraks, fenol - Eter, melarutkan kamfer, fosfor, sublimat

- Minyak, melarutkan kamfer, menthol

- Paraffin liquidum, melarutkan cera, cetasium,minyak-minyak, kamfer, mentol, klorbutanol

- Kloroform, melarutkan minyak-minyak, lemak Menurut Tujuan Pemakaiannya:

1. Larutan untuk mata:

a. Collyrium (obat cuci mata): larutan steril dan jernih yang digunakan untuk mencuci mata. Collyrium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama 24 jam setelah tutupnya dibuka, sedangkan yang tidak mengandung zat pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari setelah tutupnya dibuka.

b. Guttae Ophthalmicae (obat tetes mata): sediaan steril, berupa larutan jernih atau suspensi, bebas partikel asing, digunakan untuk


(9)

mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.

2. Larutan untuk telinga:

Solutio otic/guttae auriculares (obat tetes telinga): larutan yang mengandung atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispensi, untuk penggunaan telinga luar. Biasanya mengandung antibiotik, sulfonamida, anestetik lokal, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin, dan propilen glikol.

3. Larutan untuk hidung:

a. Collunarium (obat cuci hidung): larutan yang digunakan untuk obat cuci hidung. Biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan rongga hidung.

b. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes hidung): obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hdung, dapat mengandung zat pensuspensi, pemdapar, dan pengawet.

c. Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot hidung): sediaan yang dimaksudkan untuk disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan (nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernafasan.

4. Larutan untuk mulut:

a. Collutorium (obat cuci mulut): larutan pekat dalam air yang mengandung deodoran, antiseptik, anestetik lokal, dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulut.

b. Gargarisma/Gargle (obat kumur): sediaan berupa larutan, umumnya dalam larutan pekat yang harus diencerkan lebih


(10)

dahulu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan napas.

c. Litus oris (obat oles bibir): cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada mulut.

d. Guttae oris (obat tetes mulut): obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan sir untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.

5. Larutan parental:

Akan dibahas pada bagian injeksi. 6. Larutan untuk rektal (anus):

Lavement/Clysma/Enema: cairan yang pemakaiannya melaui rektum dan kolon yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat sistemik.

7. Larutan untuk vagina:

Douche: larutan air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan maupun pembersihan.

8. Larutan oral:

a. Sirop: larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh dengan sukrosa). Selain gula dan sukrosa lain, pada larutan oral dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan sifat zat pembawa lainnya. Umumnya ditambahkan juga zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi.


(11)

- Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin (pengawet_ 0,25% b/v.

- Sirop obat: mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. - Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung

zat pewangi atau zat penyedap lain.

b. Eliksir: larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.

c. Netralisasi: obat minum yang dibuat dengan mencamourkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.

d. Saturatio: obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.

e. Potio effervescent: saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh. f. Guttae: sediaan cair berupa larutan, emulsi, suspensi yang jika

tidak dikatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Di perdagangan dikenal dengan istilah pediatric drops.

9. Larutan topikal:

a. Ephithema (obat kompres): cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.

b. Lotio (obat gosok): sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan: 1. Sifat polaritas zat terlarutdan pelarut


(12)

Molekul polar akan larut dalam pelarut serupa. Molekul non-polar akan larut dalam media non-non-polar. Konsep non-polaritas kurang jelas jka diterapkan pada zat yag kelarutannya rendah karena akan membentk agregat.

2. Co-solvency

Co-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Contohnya adalah luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin.

3. Sifat kelarutan

Zat yang sukar laut akan memerlukan banyak pelarut, sedangkan zat yang mudah larut hanya memerlukan sedikit pelarut.

4. Temperatur

Ada zat yang jika suhunya dinaikkan, akan bertambah larut. Ini bersifat eksoterm. Adapun suatu zat yang jika suhunya

diturunkan, akan tidak larut, ini bersifat endoterm. 5. Salting out dan salting in

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan yang lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.

6. Pembentukan kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut

7. Common ion effect

Keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya. 8. Hidrotopi

Peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan.


(13)

Ukuran partikel ini berhubngan denga luas

penampang.Semakin besar ukuran partikel, semaki kecil luas penampang dan begitu juga sebaliknya.

10. Ukuran dan bentuk molekul :

Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik-menarik. Meyebabkan molekul-molekul

bersatu,sedangkan gaya tolak-menolak sama maka energi potensial di antara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil.

11. Struktur air

Sturktur air dapat dimodifikasi secari kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut. Keuntungan:

1. Merupakan campuran homogen

2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan

3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan

4. Kerja awal lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi

5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan, dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada anak-anak.

6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan. Kerugian:

1. Volume bentuk larutan lebih besar 2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan. Macam-macam sediaan larutan obat

1. Larutan untuk mata : collyrium (obat cuci mata)


(14)

3. Larutan untuk hidung : collunarium (obat cuci hidung) 4. Larutan untuk mulut : gargarisma (obat kumur) 5. Larutan parenteral : injectiones ( obat suntik)

6. Larutan untuk rektal : lavement (penggunaannya melalui anus) 7. Larutan untuk vagina : douche (pengunaannya melalui vagina) 8. Larutan oral : sirop

9. Larutan topical : ephithema (obat kompres)

Cara penyerahan obat larutan kepada pasien :

Aspek konseling yang harus disampaikan kepada pasien 1. Deskripsi dan kekuatan obat

Farmasis harus memberikan informasi kepada pasien mengenai :  Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya

 Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnay  Kekuatan obat (mg/g)

2. Jadwal dan cara penggunaan

Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti “minum obat sebelum makan” , “jangan diminum bersama susu” dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku social ekonominya.

3. Mekanisme kerja obat

Farmasis harus mengetahui indiikasi obat, penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga Farmasis dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan,ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi. Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien.

4. Dampak gaya hidup

Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup. Farmasis harus dapat menanamkan kepercayaaan pada pasien


(15)

mengenai manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien.

5. Penyimpanan

Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperature kamar, adanya cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.

6. Efek potensial yang tidak diinginkan

Farmasis sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alas an terjadinya toksisitasnya sederhana. Penekanan penjelasan dilakuakn terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan warna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut, dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan.

BAB 3

SIMPULAN

1. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.

2. Penggolongan larutan menurut cara pemberiaannya adalah larutan oral dan larutan topikal. Sedangkan penggolongan larutan menurut sistem pelarut dan zat terlarut adalah spirit, tingtur, dan air aromatik. Sedangkan menurut tujuan pemakaiannya adalah larutan untuk mata, larutan untuk telinga, larutan untuk hidung, larutan untuk mulut, larutan parental, larutan untuk rektal, larutan untuk vagina.

3. Keuntungan menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah yang pertama merupakan campuran homogen, dosis dapat diubah dalam pembuatan, dapat diberikan dalam larutan encer, kerja awal lebih cepat, mudah diberi

pemanis,bau-bauan, dan warna, dan untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

4. Kerugian menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah volume larutan lebih besar, ada obat yang tidak stabil dalam larutan, dan ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.


(16)

5. Aspek konseling yang harus disampaikan pada pasien adalah deskripsi dan kekuatan obat, jadwal dan cara penggunaan, mekanisme kerja obat, dampak gaya hidup, penyimpanan obat, dan efek potensial yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Betuk Sedian Farmasi. Jakarta ; Ui Press Saputra, A. E. 2012. Bentuk Sediaan Obat. Available online at

http://www.slideshare.net/4nakmans4/bentuk-sediaan-obat

Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran ECG Tim Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Jakarta


(1)

- Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam larutan nipagin (pengawet_ 0,25% b/v.

- Sirop obat: mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan. - Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi mengandung

zat pewangi atau zat penyedap lain.

b. Eliksir: larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol.

c. Netralisasi: obat minum yang dibuat dengan mencamourkan bagian asam dan bagian basa sampai reaksi selesai dan larutan bersifat netral.

d. Saturatio: obat minum yang dibuat dengan mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga larutan menjadi jenuh dengan gas.

e. Potio effervescent: saturatio dengan gas CO2 yang lewat jenuh. f. Guttae: sediaan cair berupa larutan, emulsi, suspensi yang jika

tidak dikatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Di perdagangan dikenal dengan istilah pediatric drops.

9. Larutan topikal:

a. Ephithema (obat kompres): cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat yang sakit dan panas karena radang atau sifat perbedaan tekanan osmosis yang digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.

b. Lotio (obat gosok): sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan: 1. Sifat polaritas zat terlarutdan pelarut


(2)

Molekul polar akan larut dalam pelarut serupa. Molekul non-polar akan larut dalam media non-non-polar. Konsep non-polaritas kurang jelas jka diterapkan pada zat yag kelarutannya rendah karena akan membentk agregat.

2. Co-solvency

Co-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Contohnya adalah luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin.

3. Sifat kelarutan

Zat yang sukar laut akan memerlukan banyak pelarut, sedangkan zat yang mudah larut hanya memerlukan sedikit pelarut.

4. Temperatur

Ada zat yang jika suhunya dinaikkan, akan bertambah larut. Ini bersifat eksoterm. Adapun suatu zat yang jika suhunya

diturunkan, akan tidak larut, ini bersifat endoterm. 5. Salting out dan salting in

Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan yang lebih besar dibandingkan zat utamanya sehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.

6. Pembentukan kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut

7. Common ion effect

Keseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya. 8. Hidrotopi

Peristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukan zat surfaktan.


(3)

Ukuran partikel ini berhubngan denga luas

penampang.Semakin besar ukuran partikel, semaki kecil luas penampang dan begitu juga sebaliknya.

10. Ukuran dan bentuk molekul :

Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik-menarik. Meyebabkan molekul-molekul

bersatu,sedangkan gaya tolak-menolak sama maka energi potensial di antara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil.

11. Struktur air

Sturktur air dapat dimodifikasi secari kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut. Keuntungan:

1. Merupakan campuran homogen

2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan

3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan

4. Kerja awal lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi

5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan, dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada anak-anak.

6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan. Kerugian:

1. Volume bentuk larutan lebih besar 2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan. Macam-macam sediaan larutan obat

1. Larutan untuk mata : collyrium (obat cuci mata)


(4)

3. Larutan untuk hidung : collunarium (obat cuci hidung) 4. Larutan untuk mulut : gargarisma (obat kumur) 5. Larutan parenteral : injectiones ( obat suntik)

6. Larutan untuk rektal : lavement (penggunaannya melalui anus) 7. Larutan untuk vagina : douche (pengunaannya melalui vagina) 8. Larutan oral : sirop

9. Larutan topical : ephithema (obat kompres)

Cara penyerahan obat larutan kepada pasien :

Aspek konseling yang harus disampaikan kepada pasien 1. Deskripsi dan kekuatan obat

Farmasis harus memberikan informasi kepada pasien mengenai :  Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya

 Nama dan zat aktif yang terkandung didalamnay  Kekuatan obat (mg/g)

2. Jadwal dan cara penggunaan

Penekanan dilakukan untuk obat dengan instruksi khusus seperti “minum obat sebelum makan” , “jangan diminum bersama susu” dan lain sebagainya. Kepatuhan pasien tergantung pada pemahaman dan perilaku social ekonominya.

3. Mekanisme kerja obat

Farmasis harus mengetahui indiikasi obat, penyakit/gejala yang sedang diobati sehingga Farmasis dapat memilih mekanisme mana yang harus dijelaskan,ini disebabkan karena banyak obat yang multi-indikasi. Penjelasan harus sederhana dan ringkas agar mudah dipahami oleh pasien.

4. Dampak gaya hidup

Banyak regimen obat yang memaksa pasien untuk mengubah gaya hidup. Farmasis harus dapat menanamkan kepercayaaan pada pasien


(5)

mengenai manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kepatuhan pasien.

5. Penyimpanan

Pasien harus diberitahukan tentang cara penyimpanan obat terutama obat-obat yang harus disimpan pada temperature kamar, adanya cahaya dan lain sebagainya. Tempat penyimpanan sebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.

6. Efek potensial yang tidak diinginkan

Farmasis sebaiknya menjelaskan mekanisme atau alas an terjadinya toksisitasnya sederhana. Penekanan penjelasan dilakuakn terutama untuk obat yang menyebabkan perubahan warna urin, yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut, dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukan tentang tanda dan gejala keracunan.

BAB 3

SIMPULAN

1. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.

2. Penggolongan larutan menurut cara pemberiaannya adalah larutan oral dan larutan topikal. Sedangkan penggolongan larutan menurut sistem pelarut dan zat terlarut adalah spirit, tingtur, dan air aromatik. Sedangkan menurut tujuan pemakaiannya adalah larutan untuk mata, larutan untuk telinga, larutan untuk hidung, larutan untuk mulut, larutan parental, larutan untuk rektal, larutan untuk vagina.

3. Keuntungan menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah yang pertama merupakan campuran homogen, dosis dapat diubah dalam pembuatan, dapat diberikan dalam larutan encer, kerja awal lebih cepat, mudah diberi

pemanis,bau-bauan, dan warna, dan untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

4. Kerugian menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah volume larutan lebih besar, ada obat yang tidak stabil dalam larutan, dan ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.


(6)

5. Aspek konseling yang harus disampaikan pada pasien adalah deskripsi dan kekuatan obat, jadwal dan cara penggunaan, mekanisme kerja obat, dampak gaya hidup, penyimpanan obat, dan efek potensial yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Betuk Sedian Farmasi. Jakarta ; Ui Press Saputra, A. E. 2012. Bentuk Sediaan Obat. Available online at

http://www.slideshare.net/4nakmans4/bentuk-sediaan-obat

Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran ECG Tim Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Tiga. Jakarta